You are on page 1of 6

http://coretanrisma.blogspot.com/2012/05/sistem-pencernaan-saat-lahir-bayi-baru.

html

Senin, 07 Mei 2012


Adaptasi Sistem Pencernaan Bayi Baru Lahir

MODUL
Materi : Adaptasi Sistem Pencernaan Neonatus
A. Pengertian Sistem pencernaan neonatus
Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima makanan dari luar dan
mempersiapkannya

untuk

diserap

oleh

tubuh

dengan

jalan

proses

pencernaan

(pengunyahan,penelanan, dan pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbentang dari
mulai mulut (oris) sampai anus. Bayi Baru Lahir (BBL, newborns) harus memulai untuk
memasukkan, mencerna dan mengabsrobsi makanan setelah lahir, sebagaimana plasenta telah
melakukan fungsi ini (Gorrie, et al., 1998).
B. Faktor Yang Berperan dalam Sistem Pencernaan Neonatus
a. Organ Pencernaan
Susunan saluran pencernaan terdiri dari:
-

Oris (mulut)

Faring

Esofagus (kerongkongan)

Usus halus

Usus besar

Rektum

Anus

b. Pembentukan enzim sistem pencernaan pada neonatus

Enzim-enzim penting untuk mencerna karbohidrat, protein, dan lemak sederhana ada pada
minggu ke-36-38 usia gestasi. Bayi baru lahir cukup bila mampu menelan, mencerna,
memetabolisme dan mengabsorbsi protein dan karbohidrat sederhana serta mengemulsi lemak
(Jensen et al., 2004). Amilase pankreas mengalami defisiensi selama 3-6 bulan pertama setelah
lahir. Sebagai akibat, BBL tidak bisa mencerna jenis karbohidrat yang kompleks seperti yang
terdapat pada sereal. Kolostrum terutama kaya akan amilase mamaria. Perkembangan aktifitas
laktase berlangsung relatif lambat dan mencapai tingkat adekuat pada usia gestasi 36 minggu,
namun banyak bayi prematur dapat mencerna laktosa dengan memuaskan karena laktosa yang
diserap dapat dicerna oleh bakteri kolon menjadi asam lemak rantai pendek, yang kemudian
dapat diserap sehingga energi dapat diselamatkan. Selain itu BBL juga mengalami defisiensi
lipase pankreas. Lemak yang ada di dalam Asi lebih bisa dicerna dan lebih sesuai untuk bayi dari
pada lemak yang terdapat pada susu formula ( Gorrie, et al., 1998).
Usus bayi baru lahir relative tidak matur. Sistem otot yang menyusun organ tersebut lebih
tipis dan kurang efisien dibandingkan pada orang dewasa sehingga gelombang peristaltic tidak
dapat diprediksikan. Lipatan dan vili dinding usus belum erkembang sempurna. Sel epitel yang
melapisi usus halus bayi baru lahir tidak berganti dengan cepat sehingga meningkatkan absorbs
yang paling efektif. Awal pemberian makan oral menstimulasi lapisan usus agar matur dengan
meningkatkan pergantian sel yang cepat dan produk enzimmikrovilus, seperti amylase, tripsin,
dan lipase pancreas. Dukungan bidan untuk pemberian makan segera pada bayi baru lahir
membantu maturasi kemampuan usus halus ini.
C. Adaptasi fisiologis sistem pencernaan neonatal
Bayi Baru Lahir (BBL, newborns) harus memulai untuk memasukkan, mencerna dan
mengabsrobsi makanan setelah lahir, sebagaimana plasenta telah melakukan fungsi ini (Gorrie,
et al., 1998).

Intrauteri
Janin mulai menunjukkan aktifitas gerakan menelan sejak usia gestasi 14 minggu. Gerakan
menghisap aktif tampak pada 26-28 minggu. Cairan empedu mulai diproduksi sejak akhir
trimester pertama, diikuti denga seluruh enzim-enzim pencernaan lainnya. Proses pencernaan

belum terjadi secara aktif (inaktif). Kebutukan janin akan nutrisi tidak dipenuhi dengan sistem
pencernaannya tetapi diperoleh dari plasenta. Refleks makan pada janin didalam kandungan
sudah mulai terlihat dari kegiatan menelan amnion dan menghisap. Mekonium, isi yang utama
terutama pada saluran pencernaan janin, tampak mulai usia 16 minngu, mekonium tidak
dikeluarkan selama janin berada didalam uterus (tidak terjadi proses defekasi) hanya urin
mekonium karena peristaltik belum aktif kecuali pada fetal distres. Pada janin yang mengalami
fetal distres, terjadi penekanan pada abdomen dan spingter anal mengalami relaksasi sehingga
mekonium yang tersimpan dalam usus keluar dan bercampur air ketuban. Enzim-enzim penting
untuk mencerna karbohidrat, protein, dan lemak sederhana ada pada minggu ke-36-38 usia
gestasi sudah mulai dibentuk untuk mempersiapkan kelahiran (kehidupan janin ekstrauterin).
Oksigenasi janin utama tetap berasal dari sirkulasi maternal-fetal melalui plasenta dan tali pusat.
Ekstrauterine
Neonatus aterm mampu mencerna dan menyerap susu dari lahir. Faktor pertumbuhan
spesifik-spesies di air susu penting untuk mendorong perkembangan pencernaan pasca natal.
Usus neonatus memiliki kapasitas pencernaan dan penyerapan yang imatur tetapi terdapat
sejumlah mekanisme kompensasi, terutama untuk bayi yang medapat air susu ibu (Lebenthal &
Leung, 1988). Spingter cardiac antara esophagus dan lambung pada neonatus masih immature
(Olds, et al., 1980), mengalami relaksasi sehingga dapat menyebabkan regurgitasi makanan
segera setelah diberikan (Gorrie, et al., 1998). Regurgitasi juga dapat terjadi karena kontrol
persarafan pada lambung belum sempurna (Olds, et al., 1980).
Saat lahir kapasitas lambung BBL sekitar 6 ml/kg BB, atau rata-rata sekitar 50-60 cc, tetapi
segera bertambah sampai sekitar 90 ml selama beberapa hari pertama kehidupan. Lambung akan
kosong dalam 3 jam (Olds, et al., 1980) untuk pemasukan makanan dan kosong sempurna dalam
2 sampai 4 jam. (Gorrie, et al., 1998).
BBL mempunyai usus yang lebih panjang dalam ukurannya terhadap besar bayi dan jika
dibandingkan dengan orang dewasa. Keadaan ini menyebabkan area permukaan untuk absorbsi
lebih luas (Gorrie, et al., 1998).
Bising usus pada keadaan normal dapat didengar pada 4 kuadran abdomen dalam jam
pertama setelah lahir akibat bayi menelan udara saat menangis dan system saraf simpatis
merangsang peristaltic (Simpson & Creehan, 2001).

Saat lahir saluran cerna steril. Sekali bayi terpapar dengan lingkungan luar dan cairan mulai
masuk, bakteri masuk ke saluran cerna. Flora normal usus akan terbentuk dalam beberapa hari
pertama kehidupan (Gorrie, et al., 1998) sehingga meskipun saluran cerna steril saat lahir, pada
kebanyakan bayi bakteri dapat dikultur dalam 5 jam setelah lahir. Bakteri ini penting untuk
pencernaan dan untuk sintesa vitamin K (Olds, et al., 1980).
Refleks Makan
Sejak lahir, seorang bayi normal dapat menghisap dari puting payudara, menyalurkan air
susu ke bagian belakang mulut dan menelannya selama 5-10 menit sambil bernafas normal.
Terdapat program reflek dan perilaku bawaan, yang menjadi semakin jelas dalam sekitar satu
jam setelah persalinan, termasuk kemampuan bergerak dari perut ibu ke payudara, aktifitas
tangan terkoordinasi, gerakan mencari puting payudara, melekat kepayudara, dan makan secara
rakus sebelum bayi tidur.
Sentuhan pada langit-langit memicu reflek menghisap. Neonatus memperlihatkan kerja
rahang ritmik, yang memicu tekanan negatif dan kerja peristaltik lidah dan rahang memeras air
susu dari payudara dan memindahkannya kekerongkongan yang kemudian memicu reflek
menelan. Pada neonatus normal, refleks menyusu ini kuat saat lahir dan sudah tampak pada bayi
premature sejak usia sekitar 32 minggu (sekitar 1200g). Bayi yang sangat prematur dan mereka
yang beresiko sakit atau berat lahirnya sangat rendah memperlihatkan penurunan yang mencolok
atau tidak adanya refleks. Bayi lain yang mengalami masalah makan misalnya mereka mengidap
gangguan fisik misalnya bibir atau langit-langit sumbing dan mereka yang terkena sedasi atau
analgesia obstetrik atau stres berat saat persalinan.
Reflek menghisap dan menelan dibantu oleh konfigurasi morfologis mulut neonatus yang
khusus, langit-langit lunaknya secara proporsional lebih panjang. Neonatus juga memiliki refleks
ekstrusi sebagai respon terhadap adanya bahan padat atau setengah padat didalam mulutnya.
Refleks ini hilang pada usia 4-6 bulan dan diganti oleh suatu pola gerakan menggigit ritmik yang
bersamaan dengan tumbuhnya gigi pertama pada usia 7-9 bulan.
Defekasi
Feses pertama yang dieksresi oleh bayi disebut mekonium, berwarna gelap, hitam kehijauan,
kental, konsistensinya seperti aspal, lembut, tidak berbau, dan lengket. Pengeluaran mekonium,

suatu campuran mukus, sel epitel, asam lemak, dan pigmen empedu (yang menyebabkan warna
khas hitam kehijauan).
Mekonium berasal dari:
1. Sel-sel mukosadinding saluran cerna yang mengalami deskuamasi dan rontok
2. Cairan/enzim yang disekresi sepanjang saluran cerna,mulai dari saliva sampai enzim-enzim
pencernaan
3. Cairan amnionyang diminum janin, yang kadang juga mengandung lanugo dan sel-sel dari kulit
janin atau membran amnion yang rontok.
Feses mekonium pertama biasanya keluar dalam 24 jam pertama setelah lahir. Jika tidak
keluar dalam 36-48 jam, bayi harus diperiksa patensi anus, bising usus dan distensi abdomen dan
dicurigai kemungkinan obstruksi (Gorrie, et al., 1998 & Simpson & Creehan, 2001).
Tipe kedua feses yang dikeluarkan oleh bayi disebut feses transisional, bewarna coklat
kehijauan dan konsistensinya lebih lepas dari pada feses mekonium. Feses ini merupakan
kombinasi dari mekonium dan feses susu. Keadaan feses selanjutnya sesuai tipe makanan yang
didapat oleh bayi (Gorrie, et a., 1980).
Kolon pada bayi baru lahir kurang efisien menyimpan cairan dari pada kolon orang dewasa
sehingga bayi baru lahir cenderung mengalami komplikasi kehilangan cairan. Kondisi ini
membuat penyakit diare kemungkinan besar menjadi serius pada bayi muda.
Tabel berikut menjelaskan karaktertisik penting sistem pencernaan sebelum dan setelah
lahir.
Tabel 1. Karakteristik sistem pencernaan sebelum dan setelah kelahiran
Aspek
Sistem Gastrointestinal

Reflek makan

Intrauteri
Relatif Inaktif
(tidak ada makanan yang
diterima melalui organ
gastrointestinal)
Sudah ada, bayi Menelan
cairan
amnion
dan
memperlihatkan gerakan
menghisap

Refleks peristaltik dan Pada


bagian
bawah
Defekasi
abdomen
refleks
peristaltik tidak aktif
sehingga tidak terjadi
pengeluaran mekonium.

Ekstrauteri
Aktif
(ada makanan yang masuk
melalui
organ
gastrointestinal)
Ada dan semakin baik,
Bayi
sudah
mampu
mencerna
dan
mengeliminasi ASI atau
susu formula
Pada
bagian
bawah
abdomen peristaltik sudak
aktif,
sehingga
bayi
mengeluarkan
feses.
Tidak adanya feses dalam

Kecuali pada fetal distres 48


jam
pertama
(air ketuban bercampur mengidikasikan obstruksi
mekonium)
isi usus

a.

Daftar Pustaka :
Coad & Dunstall. 2007. Anatomi dan Fisiologi untuk Bidan. Jakarta : EGC.

b. Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta :
c.

Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.


Jurnal Keperawatan Rufaidah Sumatera Utara, Volume 2 Nomor 1, Mei 2006. Penulis : Dosen
Keperawatan Maternitas PSIK FK USU.

You might also like