You are on page 1of 5

Komunikasi antar personal adalah komunikasi yang dilakukan antara 2 orang atau lebih.

Dalam komunikasi antar personal terdapat beberapa hambatan yang ada, hambatan-hambatan
tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Bahasa : Dalam komunikasi,

peranan bahasa sangat penting karena bahasa

merupakan salah satu alat bahasa verbal yang digunakan dalam berkomunikasi. Bila
dalam suatu komunikasi ada kesalahpahaman yang terjadi yang disebabkan oleh
bahasa itu akan menjadi hambatan dalam komunikasi .
2. Budaya : Budaya juga sangat penting dan berpengaruh. Bila dalam komunikasi ada
perbedaan latar budaya dan tidak terdapat titik temu antar satu dengan yang lain hal
ini dapat menjadi bomerang dalam proses komunikasi sehingga dapat menimbulkan
kesalahpahaman antar personal yang dapat membuat perpecahan.
3. Kebenaran yang semu : Maksud dari kebenaran yang semu adalah benar tidak dan
salahpun juga tidak. Dan dalam kata-kata yang digunakan ada bumbu kebohongan di
dalamnya. Dalam sebuah komunikasi harus ada kejelasan ataupun kejujuran agar ada
keterbukaan antar personal.
4. Penipuan : Hambatan komunikasi yang lain adalah penipuan. Dalam sebuah
komunikasi bila terjadi penipuan akan merusak keakraban yang sudah terjadi dan
sudah terpelihara selama ini.
5. Tujuan yang tidak jelas : Dalam komunikasi harus ada kejelasan dalam berhubungan
agar ada tujuan yang pasti, apabila tidak ada tujuan yang jelas akan terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan. Misalnya miss komunikasi yang dapat memecahkan hubungan
antar sahabat ataupun hubungan antar personal yang lainnya.
6. Salah paham : Terkadang di dalam suatu komunikasi terjadi salah paham dalam
interpretasi, respon, dan asumsi. Dan ini membuat suatu kesalahpahaman dalam
berkomunikasi sehingga dari kesalahpahaman ini bisa terjadi perusakan suatu
komunikasi. Selain itu, apabila kesalahpahaman terus berlanjut dalam suatu hubungan
komunikasi, hubungan komunikasi antar personal tersebut bisa pecah atau ada
pemutusan hubungan.

7. Sisi historis / pengalaman : Setiap orang pasti memiliki pengalaman sendiri-sendiri.


Apabila dari pengalaman orang yang satu dengan yang lain tidak ada titik temu maka
terjadi kesalahpahaman. Dan bila orang yang bersangkutan tidak segera memperbaiki
bisa saja terjadi perusakan yang berakhir dengan pemutusan suatu hubungan atau
komunikasi.
8. Menganggap enteng lawan bicara : Dalam suatu komunikasi atau hubungan kita
harus bisa menghormati antar personal agar tercipta suatu hubungan yang harmonis.
Tapi apabila tidak ada rasa saling menghormati maka akan terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan misalnya pemutusan hubungan.
9. Mendominasi pembicaraan : Komunikasi dua arah akan berhasil bila kita saling
mengisi dan melengkapi. Bila ada seorang yang lebih mendominasi suatu
pembicaraan, komunikasi tersebut tidak akan efektif dan tidak akan berjalan dengan
lancar.
10. Pihak ketiga : Ketika terjadi komunikasi dua arah jangan sampai ada pihak ketiga
yang datang karena pihak ketiga atau orang yang tidak diundang dapat merusak suatu
komunkasi yang sudah terbina dari awal. Hal ini dapat terjadi karena pihak ketiga
tidak tahu dari awal apa yang terjadi dalam komunikasi dua arah yang sebelumnya
dan bisa merusak sedikit demi sedikit komunikasi atau hubungan yang sudah tercipta
sebelumnya.
Pada tiap personal terjadi proses komunikasi yang bertujuan untuk mengenali satu dengan
lainnya, maka dari itu komunikasi yang terjalin harus terdapat pengertian serta kepercayaan
antar personal, selain itu terdapat beberapa komponen yang harus dijaga untuk menjaga
hubungan komunikasi agar tidak terjadi kesalahpahaman yang dapat mengakibatkan
perusakan atau pemutusan.
Pada tugas ini saya akan membuat 5 contoh kasus beserta analisis kasus mengenai hambatan hambatan yang ada dalam komunikasi antar pribadi, yaitu:
1. Bahasa
2. Budaya
3. Tujuan yang tidak jelas

4. Sisi historis / pengalaman


5. Menganggap enteng lawan bicara

1. Bahasa
Contohnya: Perbedaan bahasa antara suku Banjar dan Sunda.
Saat Pak Dadang yang merupakan suku Sunda mampir di sebuah warung pinggir jalan ketika
sedang berkunjung ke daerah pedalaman Hulu Sungai Utara provinsi Kalimantan Selatan,
beliau kebingungan karena disuguhi susu dan teh, padahal beliau hanya memesan susu. Lalu
beliau bertanya kepada pelayan warung, maaf teh, kenapa saya disuguhi susu dan teh atu?
kata Pak Dadang. Pelayan warung pun bingung kenapa pelanggannya membicarakan teh
berulang-ulang, ia pun berpikir bahwa teh buatannya tidak disukai oleh Pak Dadang. Dengan
ekspresi yang masih bingung si pelayan lalu bertanya kepada Pak Dadang, Telalu panas kah
pa? Nyaman ulun tambahiakan banyu dingin. Manisnya pang pas haja lah pak?.
Pada kasus diatas, terjadi miss-komunikasi yang disebabkan oleh bahasa yang digunakan
kedua orang tersebut. Menurut saya, seharusnya Pak Dadang tidak memakai bahasa
daerahnya maupun embel-embel daerahnya saat berada di daerah yang berbeda suku
dengannya. Lebih baik beliau menggunakan Bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan
orang yang berbeda suku agar mencegah terjadi pemaknaan ganda akibat penggunaan bahasa
daerah, karena tidak semua orang Indonesia memahami bahasa Sunda. Pelayan warung pun
seharusnya merespon pertanyaan Pak Dadang dengan menggunakan Bahasa Indonesia, agar
miss-komunikasi tidak berlanjut lebih jauh.
2. Budaya
Contohnya: Budaya warga Aceh dengan budaya suku Asmat.
Perbedaan budaya yang disebabkan keanekaragaman suku di Indonesia menimbulkan adanya
perbedaan nilai, sikap, dan kepercayaan. Orang Aceh yang beragama Islam tentu akan
terkejut jika berkunjung ke Papua yang mayoritas penduduknya tidak beragama Islam dan
budaya mereka yang bisa dikatakan masih primitif karena mereka mengenakan koteka.
Perbedaan dalam hal berpakaian ini dapat memicu perselisihan karena warga Aceh terbiasa
mengenakan pakaian yang menutupi auratnya sesuai dengan syariat agama Islam, yang
terbuat dari kain seperti pada masyarakat umumnya. Sedangkan suku Asmat, mereka
mengenakan koteka yang hanya menutupi alat kelaminnya saja dan membiarkan bagian
tubuh yang lain terbuka dan dilihat oleh oranglain.

Menurut saya, seharusnya orang Aceh yang berkunjung ke daerah Papua tersebut menyadari
akan keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia dan bisa memakluminya. Karena tidak
semua daerah dan suku dapat terjangkau oleh kecanggihan dan kemajuan teknologi, terlebih
bagi daerah yang terisolir. Selain itu, minimnya pendidikan dan sosialisasi kesehatan turut
menyuburkan keprimitifan ini. Hal itulah yang menyebabkan mereka masih bertahan dengan
budaya

yang

ada

sejak

zaman

dahulu.

3. Tujuan yang tidak jelas


Contohnya: Hubungan komunikasi dalam sebuah organisasi.
Berdirinya suatu organisasi tentu memiliki visi, misi dan tujuan. Didalam suatu organisasi
biasanya terdapat beberapa divisi yang memiliki fungsi masing-masing (pembagian tugas)
dalam usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan dari organisasi tersebut. Akan tetapi,
mereka tetap saling berhubungan satu sama lainnya. Jika ada beberapa divisi yang belum
mengerti apa tugas dan kewenangannya atau bahkan tidak memiliki tujuan yang jelas
dikarenakan anggotanya yang sama-sama egois dan selalu sibuk, tentunya akan mengganggu
kestabilan organisasi tersebut karena disini gerak, perkembangan, dan kemajuan organisasi
tersebut akan berhenti disuatu titik sehingga menimbulkan perpecahan. Untuk itulah
diperlukannya komunikasi antar anggota divisi dan menyadarkan para anggota divisi
tersebut tujuan apa yang kita inginkan? agar tidak terjadi kesalahpahaman, saling
menyalahkan, dan tujuan yang ingin dicapai oleh divisi tersebut menjadi jelas.
4. Sisi historis / pengalaman
Contohnya: Perselisihan antara Orangtua dan Anak
Dalam kehidupan sehari-hari orangtua cenderung mengatur anaknya karena berpedoman
pada kalimat orangtua sudah banyak mencicipi pahit manisnya hidup ini sehingga merasa
bahwa merekalah yang paling berpengalaman dan merasa paling benar dalam menentukan
arah hidup anak-anaknya, misalnya saat mengarahkan pemilihan profesi. Orangtua zaman
dulu berpendapat bahwa anak perempuan lebih baik berdiam di rumah saja untuk mengurusi
sumur, dapur, dan kasur. Padahal anak perempuannya sangat ingin menuntut ilmu setinggitingginya, agar dapat memperoleh pekerjaan yang layak.
Menurut saya, orangtua memang seharusnya menyarankan kemana baiknya anaknya
melangkah. Akan tetapi, tidak seharusnya orangtua memaksakan kehendaknya untuk
membentuk anak yang harus menuruti semua keinginannya karena berpatokan pada
kehidupan pada zamannya. Orangtua tersebut juga perlu memahami keinginan dan kebutuhan
anaknya saat ini, demi memenuhi tuntutan perkembangan zaman.

5. Menganggap enteng lawan bicara


Contohnya: Komunikasi yang terjadi dalam suatu diskusi/forum.
Pada saat Bapak A sedang menyampaikan laporannya, Bapak D terlihat memainkan mimik
wajahnya dengan menyunggingkan senyum sinis. Setelah Bapak A selesai menyampaikan
laporannya, Bapak D menanggapi laporan tersebut dengan kalimat-kalimat yang meremehkan
serta pandangan yang sinis seolah-olah laporan tersebut tidak dibuat dengan benar.
Contoh lain misalnya: Komunikasi yang terjadi saat konseli datang ke konselor untuk
meminta bantuan. Konselor menyambut kedatangan konseli dengan tidak bersemangat, tidak
memandang mata konseli sama sekali, nada suara, volume dan cara konselor tersebut
menyampaikan sesuatu seolah-olah tidak fokus pada konseli.
Menurut saya, setiap manusia tentu ingin dihargai, begitu pula dengan konseli yang sedang
mengalami permasalahan sehingga perlu bantuan dari konselor. Jadi, seharusnya konselor
menyambutnya dengan ramah, tatap mata konseli sesekali agar konseli tahu bahwa konselor
tersebut fokus, berminat dan bersemangat untuk membantunya dalam menyelesaikan
permasalahannya tersebut, sehingga konseli merasa dihargai dan tidak merasa semakin
terkucilkan akibat ditekan oleh 2 situasi, yaitu permasalahannya dan respon merendahkan
yang didapatnya dari konselor.
http://rinifakhrina.blogspot.com/2013/11/v-behaviorurldefaultvmlo.html

You might also like