Professional Documents
Culture Documents
Dalam komunikasi antar personal terdapat beberapa hambatan yang ada, hambatan-hambatan
tersebut antara lain sebagai berikut:
1. Bahasa : Dalam komunikasi,
merupakan salah satu alat bahasa verbal yang digunakan dalam berkomunikasi. Bila
dalam suatu komunikasi ada kesalahpahaman yang terjadi yang disebabkan oleh
bahasa itu akan menjadi hambatan dalam komunikasi .
2. Budaya : Budaya juga sangat penting dan berpengaruh. Bila dalam komunikasi ada
perbedaan latar budaya dan tidak terdapat titik temu antar satu dengan yang lain hal
ini dapat menjadi bomerang dalam proses komunikasi sehingga dapat menimbulkan
kesalahpahaman antar personal yang dapat membuat perpecahan.
3. Kebenaran yang semu : Maksud dari kebenaran yang semu adalah benar tidak dan
salahpun juga tidak. Dan dalam kata-kata yang digunakan ada bumbu kebohongan di
dalamnya. Dalam sebuah komunikasi harus ada kejelasan ataupun kejujuran agar ada
keterbukaan antar personal.
4. Penipuan : Hambatan komunikasi yang lain adalah penipuan. Dalam sebuah
komunikasi bila terjadi penipuan akan merusak keakraban yang sudah terjadi dan
sudah terpelihara selama ini.
5. Tujuan yang tidak jelas : Dalam komunikasi harus ada kejelasan dalam berhubungan
agar ada tujuan yang pasti, apabila tidak ada tujuan yang jelas akan terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan. Misalnya miss komunikasi yang dapat memecahkan hubungan
antar sahabat ataupun hubungan antar personal yang lainnya.
6. Salah paham : Terkadang di dalam suatu komunikasi terjadi salah paham dalam
interpretasi, respon, dan asumsi. Dan ini membuat suatu kesalahpahaman dalam
berkomunikasi sehingga dari kesalahpahaman ini bisa terjadi perusakan suatu
komunikasi. Selain itu, apabila kesalahpahaman terus berlanjut dalam suatu hubungan
komunikasi, hubungan komunikasi antar personal tersebut bisa pecah atau ada
pemutusan hubungan.
1. Bahasa
Contohnya: Perbedaan bahasa antara suku Banjar dan Sunda.
Saat Pak Dadang yang merupakan suku Sunda mampir di sebuah warung pinggir jalan ketika
sedang berkunjung ke daerah pedalaman Hulu Sungai Utara provinsi Kalimantan Selatan,
beliau kebingungan karena disuguhi susu dan teh, padahal beliau hanya memesan susu. Lalu
beliau bertanya kepada pelayan warung, maaf teh, kenapa saya disuguhi susu dan teh atu?
kata Pak Dadang. Pelayan warung pun bingung kenapa pelanggannya membicarakan teh
berulang-ulang, ia pun berpikir bahwa teh buatannya tidak disukai oleh Pak Dadang. Dengan
ekspresi yang masih bingung si pelayan lalu bertanya kepada Pak Dadang, Telalu panas kah
pa? Nyaman ulun tambahiakan banyu dingin. Manisnya pang pas haja lah pak?.
Pada kasus diatas, terjadi miss-komunikasi yang disebabkan oleh bahasa yang digunakan
kedua orang tersebut. Menurut saya, seharusnya Pak Dadang tidak memakai bahasa
daerahnya maupun embel-embel daerahnya saat berada di daerah yang berbeda suku
dengannya. Lebih baik beliau menggunakan Bahasa Indonesia untuk berkomunikasi dengan
orang yang berbeda suku agar mencegah terjadi pemaknaan ganda akibat penggunaan bahasa
daerah, karena tidak semua orang Indonesia memahami bahasa Sunda. Pelayan warung pun
seharusnya merespon pertanyaan Pak Dadang dengan menggunakan Bahasa Indonesia, agar
miss-komunikasi tidak berlanjut lebih jauh.
2. Budaya
Contohnya: Budaya warga Aceh dengan budaya suku Asmat.
Perbedaan budaya yang disebabkan keanekaragaman suku di Indonesia menimbulkan adanya
perbedaan nilai, sikap, dan kepercayaan. Orang Aceh yang beragama Islam tentu akan
terkejut jika berkunjung ke Papua yang mayoritas penduduknya tidak beragama Islam dan
budaya mereka yang bisa dikatakan masih primitif karena mereka mengenakan koteka.
Perbedaan dalam hal berpakaian ini dapat memicu perselisihan karena warga Aceh terbiasa
mengenakan pakaian yang menutupi auratnya sesuai dengan syariat agama Islam, yang
terbuat dari kain seperti pada masyarakat umumnya. Sedangkan suku Asmat, mereka
mengenakan koteka yang hanya menutupi alat kelaminnya saja dan membiarkan bagian
tubuh yang lain terbuka dan dilihat oleh oranglain.
Menurut saya, seharusnya orang Aceh yang berkunjung ke daerah Papua tersebut menyadari
akan keanekaragaman budaya yang ada di Indonesia dan bisa memakluminya. Karena tidak
semua daerah dan suku dapat terjangkau oleh kecanggihan dan kemajuan teknologi, terlebih
bagi daerah yang terisolir. Selain itu, minimnya pendidikan dan sosialisasi kesehatan turut
menyuburkan keprimitifan ini. Hal itulah yang menyebabkan mereka masih bertahan dengan
budaya
yang
ada
sejak
zaman
dahulu.