You are on page 1of 7

1. Derajat kegoyangan gigi?

Derajat kegoyangan gigi (klasifikasi Miller).

Letakkan ujung tangkai dua kaca mulut ke bagian bukal dan lingual gigi untuk
mengetahui adanya kegoyangan gigi (Gambar 3.11).

Kelas 1 Goyang fisiologis


Kelas 2 Ada pergerakan transversal hingga 1 mm.
Kelas 3 Ada pergerakan transversal lebih dari 1 mm atau pergerakan nonfisiologis
apapun bila ditekan ataupun rotasi.

2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.

a.Grade 1. Hanya dirasakan


b.Grade 2. Mudah dirasakan, pergeseran labiolingual 1 mm
c.Grade 3. Pergeseran labiolingual lebih dari 1 mm, mobilitas gigi ke atas
dan ke bawah (aksial)
Apakah bisa menyambung fragmen fraktur?
Splinting, kapan, tujuan, indikasi kontraindikasi?
Tujuan dari splinting adalah:
Sandaran terbentuk pada jaringan periodonsium, membantu perbaikan
akibat trauma
Mengurangi mobilitas secara cepat dan diharapkan secara permanen
Beban yang diterima oleh salah satu gigi dapat disalurkan ke beberapa
gigi lainnya.
Kontak proksimal stabil dan mencegah impaksi makanan
Mencegah migrasi gigi

4. Mekanisme healing fraktur akar

Macam-macam Penyembuhan Fraktur Akar


1. Pembentukan jaringan keras (formation of hard tissue)
Dentin terbentuk dari odontoblas dan sementum terbentuk dari jaringan
periodonsium diantara celah fraktur. Ketika odontoblas mengalami trauma atau tidak
ditemukan pada garis fraktur, sel baru diambil dari pulpa dan akan berubah menjadi sel
seperti odontoblas (odontoblast-like cells). Terbentuk zona yang berada diatas lapisan
dentin dari jaringan yang tidak mengalami mineralisasi.
Gambaran radiologi dan pemeriksaan klinis :
- Gambaran radiografi menunjukkan garis fraktur nyata, tapi fragmennya masih
-

berkontak dekat.
Biasanya, mahkota berubah warna menjadi kuning karena obliterasi pulpa.
Sensibilitas pulpa normal.
Mobilitas gigi normal.
Pulpa tetap vital selama beberapa tahun.
Perkusi tidak menyebabkan nyeri.
Proses penyembuhan tipe ini dapat dilakukan pada fraktur akar not displaced.

Gambar 6. Proses penyembuhan dengan pembentukan jaringan keras


Sumber : Essentials of Traumatic Injuries to the Teeth

2. Pembentukan jaringan ikat (formation of connective tissue)


Dimana sel ligamen periodontal memasuki celah fraktur dan menutupi fragmen.
Jaringan penghubung akan muncul sebagai suatu garis fraktur pada radiograf.
Gambaran radiologi dan pemeriksaan klinis :
- Terjadi mobilitas pada fragmen korona
- Sensibilitas pulpa normal
- Segmen-segmen biasanya terpisah.
- Tepi fraktur telah berubah bentuk dan terlihat membulat.
- Perkusi mungkin memberi respon yang bervariasi tetapi bukan respon terhadap nyeri
- Garis fraktur terlihat radiolusen.
- Saluran pulpa sering menunjukkan kalsifikasi yang meluas
- Proses penyembuhan tipe ini dapat dilakukan pada fraktur akar displaced.

Gambar 7. Proses penyembuhan dengan pembentukan jaringan ikat


Sumber : Essentials of Traumatic Injuries to the Teeth

3. Interposisi tulang dan jaringan ikat (interposition of bone and connective tissue)
Perbaikan posisi fragmen korona yang inadekuat mengarah pada interposisi
tulang. Pada penyembuhan ini, tulang baru akan berkembang di antara segmen-segmen
yang fraktur jika terjadi pemisahan dan mobilitas. Permukaan fraktur dibatasi oleh
sementum dengan ligamen periodontal baru yang berkembang di antara gigi dan tulang
baru.
Gambaran radiologi dan pemeriksaan klinis :
- Timbul bila dijumpai pemisahan segmen-segmen fraktur yang luas
- Kalsifikasi ruang pulpa yang meluas
- Pulpa tetap vital tetapi respon berkurang
- Mobilitas dalam batas fisiologis
- Penyembuhan dengan tipe ini dapat dilakukan pada midle third fracture (mid root
fracture).

Gambar 8. Penyembuhan dengan tulang dan jaringan ikat


Sumber : Pathology of the Hard Dental Tissue

4. Jaringan granulasi diantara fragmen (granulation tissue between the fragments)


Merupakan bentuk penyembuhan yang terjadi ketika nekrosis pulpa terinfeksi
karena masuknya bakteri pada tahap awal kerusakan di ligamen periodontal. Jaringan
granulasi akan terbentuk diantara dua fragmen sebagai respon terhadap saluran akar yang
terinfeksi.
Gambaran radiologi dan pemeriksaan klinis :
- Terutama akibat kontaminasi pulpa pada waktu trauma
- Jarak antara fragmen dan resorpsi tulang

Gigi mengalami mobilitas


Sensitif terhadap perkusi
Ekstrusi
Gigi mungkin mengalami perubahan warna
Mungkin ada fistula pada garis fraktur
Penyembuhan ini dapat dilakukan pada fraktur akar
lengkap (complete) dan dislokasi yang luas.
Gambar 9. Interposisi jaringan granulasi
Sumber : PathologyPenyembuhan
of the Hard Dental Tissue
Fraktur Akar

Jaringan Keras

Jaringan Pengikat

Interposisi jaringan
granulasi

jaringan granulasi
diantara fragmen

Odontoblas

fragmen retak
melebar dan
terpisah jauh

segmen yang
fraktur

Kerusakan ligamen
periodontal

Mengalami trauma
/ atau ada garis
fraktur

Fibrous
attachment (mirip
Ligamen
periodontal)

ada mobilitas

infeksi bakteri di
saluran akar

jaringan diambil
dari pupla

Pulpa vital +
sedikit Mobilitas

perkembangan
tulang baru

nekrosis pulpa

sel seperti
odontoblas

Jaringan Ikat

bergabung dengan
gigi

jaringan granu;asi

terbentuk dentin

Garis fraktur pada


radiograf

membentuk
sementum dan
ligamen
periodontal yang
baru

Respon Jaringan terhadap Fraktur Akar


4 respon jaringan setelah terjadinya fraktur akar menurut Andreasen dan Hjorting Hansen :
Awalnya, fragmen pada bagian apikal dan korona disatukan oleh jaringan keras, yang
berasal dari dentinoid ataupun sementumoid. Pada respon yang lain, fragmen akar tidak
disatukan, tetapi bagian korona gigi dipertahankan dengan garis fraktur yang terisi oleh
jaringan ikat lunak (mungkin ligamen periodontal). Tulang, jaringan ikat lunak dan jaringan
granulasi menunjukkan suatu respon inflamasi baik terhadap infeksi pulpa maupun gingiva
dan dihubungkan dengan perluasan garis fraktur dan radiolusensi lateral.

Gambar 10. Respon jaringan terhadap fraktur akar


Sumber : Textbook of Endodontology 2nd Edition

Perawatan Fraktur Akar


Jika gigi tidak mengalami mobilitas, asimpotamtik dan terjadi fraktur pada bagian 1/3 apikal
akar maka tidak perlu dilakukan perawatan. Tetapi, jika terjadi mobilitas pada fragmen
korona, maka perlu dilakukan perawatan yang diawali dengan mengembalikan posisi gigi
(jika gigi displaced) yang dilakukan dengan tekanan jari-jari, perawatan ortodonsi (untuk
menggeser bagian yang displaced ke posisi yang tepat) dan menstabilisasi gigi dengan
splinting. Splinting merupakan perawatan dengan menggunakan kawat ortodonsi tipis pada
bagian labial yang direkatkan dengan resin komposit selama 4-6 minggu.

Gambar 11. Salah satu contoh splinting


Sumber : Textbook of Endodontology 2nd Edition.

5. Indikasi dan kontra indikasi perawatan skenario


6. Komplikasi bila tidak dirawat
7. Prognosa masing masing gigi pada kasus

a. Prognosis pada fraktur akar


Perawatan fraktur akar vertikal cukup sulit dan tergantung pada jenis gigi serta
pada batas, durasi dan lokasi fraktur. Sedangkan, secara umum fraktur akar horizontal
memiliki prognosis yang lebih baik. Penyembuhan yang cepat ditemukan pada pasien
yang berusia lebih muda dengan akar yang immature, sensitivitas pulpa positif,
dislokasi minimal, diastasis, mobilitas dan kerusakan jaringan periodontal.
Prognosis untuk gigi berakar tunggal kurang baik dan ekstraksi sering menjadi
pilihan dari perawatan. Regenerasi tulang telah terbukti terjadi setelah operasi
pengangkatan segmen yang fraktur dari gigi anterior, tapi tindak lanjut jangka panjang
terbukti tidak menguntungkan karena menimbulkan pocket yang dalam dan
menyebabkan mobilitas. Sedangkan prognosis untuk gigi posterior adalah baik,
fraktur dapat dihilangkan secara keseluruhan. Perawatan gigi multiakar sering sukses
dilakukan dengan resecting fraktur akar, baik dengan amputasi atau hemiseksi pada
akar.
b. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan dan prognosis fraktur akar :
1. Jarak pergeseran (dislokasi) dan derajat mobilitas segmen korona
Jarak pergeseran dan derajat mobilitas mempengaruhi prognosis. Semakin berat
dislokasi maka prognosis semakin buruk karena fraktur semakin sulit diperbaiki
dan pulpa telah rusak berat.
2. Status pulpa

Pulpa yang vital dan sensibilitas pulpa positif pada saat trauma berhubungan
dengan cepatnya penyembuhan dan perbaikan jaringan keras yang fraktur.
Hampir pada semua kasus, pulpa pada segmen apikal gigi yang fraktur tetap vital.
3. Posisi garis fraktur
Fraktur 2/3 merupakan fraktur yang memiliki prognosis terbaik. Tetapi, prognosis
penyembuhan dengan jaringan keras buruk jika garis fraktur sangat dekat dengan
puncak gingiva.
4. Hubungan dengan rongga mulut
Jika terdapat celah antara sulkus gingiva dan daerah yang mengalami fraktur,
maka prognosis buruk karena adanya kontaminasi bakteri.
5. Tahap tumbuh kembang gigi
Semakin immature gigi, maka semakin baik pula kemampuan pulpa dalam
menyembuhkan trauma. Banyak suplai pembuluh darah pada gigi yang muda dan
immature.
6. Jenis kelamin
Penyembuhan dengan jaringan keras lebih sering terjadi pada perempuan
daripada laki-laki karena perempuan jarang mengalami trauma.
Faktor lainnya :
7. Diastasis / pemisahan antara segmen yang fraktur
8. Terjadi kesalahan saat pengisian saluran akar seperti overobturasi
9. Adanya marginal periodontitis

You might also like