You are on page 1of 10

a.

Pengertian Sekolah
Kata sekolah berasal dari Bahasa Latin yaitu: skhole, scola, scolae atau skhola yang memiliki
arti: waktu luang atau waktu senggang, dimana ketika itu sekolah adalah kegiatan di waktu
luang bagi anak-anak di tengah-tengah kegiatan utama mereka, yaitu bermain dan
menghabiskan waktu untuk menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu
luang itu adalah mempelajari cara berhitung, cara membaca huruf dan mengenal tentang
moral (budi pekerti) dan estetika (seni). Namun saat ini kata sekolah telah berubah arti
menjadi suatu bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima
dan memberi pelajaran. Sekolah dipimpin oleh seorang Kepala Sekolah. Kepala sekolah
dibantu oleh wakil kepala sekolah. Jumlah wakil kepala sekolah di setiap sekolah berbedabeda tergantung dengan kebutuhannya. Sekolah juga merupakan lembaga yang dirancang
untuk pengajaran siswa / murid di bawah pengawasan guru. Sebagian besar negara memiliki
sistem pendidikan formal yang umumnya wajib. Dalam sistem ini, siswa kemajuan melalui
serangkaian sekolah. Namanama untuk sekolah-sekolah ini bervariasi menurut negara
(dibahas pada bagian Daerah di bawah), tetapi umumnya termasuk sekolah dasar untuk anakanak muda dan sekolah menengah untuk remaja yang telah menyelesaikan pendidikan dasar.
Selain sekolah-sekolah inti, siswa di negara tertentu juga mungkin memiliki akses dan
mengikuti sekolah-sekolah baik sebelum dan sesudah pendidikan dasar dan menengah. TK
atau pra-sekolah menyediakan sekolah untuk anak anak berumur 3 sampai 5 tahun.
Universitas, sekolah kejuruan, perguruan tinggi atau seminari mungkin tersedia setelah
sekolah menengah. Sebuah sekolah mungkin juga didedikasikan untuk satu bidang
tertentu, seperti sekolah ekonomi atau sekolah tari. Alternatif sekolah dapat menyediakan
kurikulum dan metode-tradisional. Ada juga sekolah mom-pemerintah, yan disebut sekolah
swasta. Sekolah swasta mungkin untuk anak anak dengan kebutuhan khusus ketika
pemerintah tidak bisa memberi sekolah khusus bagi mereka ;
kegamaan, seperti sekolah Islam, sekolah Kristen, Hawzas, Yeshivas dan
lain lain, atau sekolah yang memiliki standar pendidikan yang lebih
tinggi atau berusaha untuk mengembangkan prestasi pribadi lainnya.
Sekolah untuk orang dewasa meliputi lembaga lembaga pelatihan
perusahaan dan pendidikan militer. Dalam homeschooling dan sekolah
online, pengajaran dan pembelajaran berlansung di luar gedung sekolah
tradisional. Diakses 7 Oktober dari http://edukasimedia.wordpress.com.
b. Jalur Pendidikan Sekolah
Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk

mengembangkan potensi diri dalam suatau proses pendidikan yang sesuai


dengan tujuan pendidikan. Dalam UU No. 20 tahun 2001 Pasal 13 ayat 1
dinyatakan bahwa jalur pendidikan terdiri dari pendidikan formal, nonformal
dan informal.
1. Pendidikan formal
Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan
di sekolah-sekolah pada umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai
jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan dasar, pendidikan
menengah, sampai pendidikan tinggi.
8
2. Pendidikan nonformal
a. Pengertian
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang. Pendidikan nonformal paling banyak terdapat pada
usia dini, serta pendidikan dasar, adalah TPA, atau Taman
Pendidikan Al Quran,yang banyak terdapat di Masjid dan Sekolah
Minggu, yang terdapat di semua Gereja. Selain itu, ada juga
berbagai kursus, diantaranya kursus musik, bimbingan belajar
dan sebagainya.
b. Sasaran
Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga
masyarat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi
sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan
formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.
c. Fungsi
Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi
peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan
dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan
kepribadian profesional.
d. Jenis
Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan
hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan,
pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,

pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja.


Pendidikan kesetaraan meliputi Paket A, Paket B dan
Paket C, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik seperti: Pusat
Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), lembaga kursus, lembaga
pelatihan, kelompok belajar, majelis taklim, sanggar, dan lain
9
sebagainya, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik.
3. Pendidikan informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri yang dilakukan
secara sadar dan bertanggung jawab. Hasil pendidikan informal diakui
sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik
lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan.
Alasan pemerintah mengagas pendidikan informal adalah:
Pendidikan dimulai dari keluarga
Informal diundangkan juga karena untuk mencapai tujuan
pendidikan nasonal dimulai dari keluarga
Homeschooling: pendidikan formal tapi dilaksanakan secara
informal.
Anak harus dididik dari lahir
Tabel 2.1 Jalur pendidikan
(

Sumber

http://radityapenton.blogspot.com/2012/11/pendidikan-formal-informal-

dannonformal.
html )
Pendidikan formal Pendidikan non-formal Pendidikan informal
Tempat pembelajaran
di gedung sekolah
Ada persyaratan
khusus untuk menjadi
peserta didik
Kurikulumnya jelas
Materi pembelajaran

bersifat akademis
Proses pendidikannya
memakan waktu yang
lama
Ada ujian formal
Tempat
pembelajarannya bisa
di luar gedung
Kadang tidak ada
persyaratan khusus
Umumnya tidak
memiliki jenjang yang
jelas
Adanya program
tertentu yang khusus
hendak ditangani
Bersifat praktis dan
Tempat pembelajaran
bisa dimana saja
Tidak ada persyaraan
Tidak berjenjang
Tidak ada program
yang direncanakan
secara formal
Tidak ada materi
tertentu yang harus
tersaji secara formal
Tidak ada ujian
Tidak ada lembaga
10
Penyelenggara
pendidikan adalah
pemerintah atau
swasta

Tenaga pengajar
memiliki klasifikasi
tertentu
Diselenggarakan
dengan administrasi
yan seragam
khusus.
Pendidikannya
berlansung singkat
Terkadang ada ujian
Dapat dilakukan oleh
pemerintah atau
swasta
sebagai penyelengara
Diakses 8 oktober dari
http://radityapenton.blogspot.com/2012/11/pendidikan-formal-informaldannonformal.html.
c. Persyaratan Umum Sekolah
Bangunan sekolah yang didirikan mengacu pada SK Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 480/C/Kep/I/1992 dan 481//C/Kep/I/1992
tanggal 15 Desember 1992 tentang Pembakuan Tipe dan Luas Ruang
SD,SLTP, DAN SMU.
Bangunan maksimal 60 % dari luas tanah yang tersedia.
Luas tanah minimal untuk tipe A 3.000 m2 , tipe B 2.00m2, dan tipe C
1.000M2.
Luas ruang belajar 7 X 8 m2 untuk jumlah siswa maksimal 40 orang.
11
d. Persyaratan Fasilitas Sekolah
Pengertian fasilitas belajar
Menurut pendapat Dimyati dan Mudjiono (1999: 244)
Fasilitas belajar merupakan sarana dan prasarana pembelajaran.
Prasarana meliputi gedung sekolah, ruang belajar, lapangan olahraga,
ruang ibadah, ruang kesenian dan peralatan olah raga. Sarana

pembelajaran meliputi buku pelajaran, buku bacaan, alat dan fasilitas


laboraturium sekolah dan berbagai media pembelajaran yang lain.
Sedangkan menurut H. M Daryanto (2006: 51) secara etimologi
(arti kata) fasilitas yang terdiri dari sarana dan prasarana belajar, bahwa
sarana belajar adalah alat langsung untuk mencapai tujuan pendidikan,
misalnya lokasi/tempat, bangunan dan lain-lain, sedangkan prasarana
adalah alat yang tidak langsung untuk mencapai tujuan pendidikan,
misalnya ruang, buku, perpustakaan, laboraturium dan sebagainya.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa fasilitas
belajar adalah sarana dan prasarana yang digunakan untuk menunjang
kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pendidikan.
Macam macam fasilitas belajar
Diakses 9 oktober dan berdasarkan
http://www.pendidikanekonomi.com/2013/01/fasilitas-belajar.html.
Fasilitas belajar merupakan sarana dan prasarana yang dapat
menunjang kelancaran proses belajar baik di rumah maupun di
sekolah. Dengan adanya fasilitas belajar yang memadai maka
kelancaran dalam belajar akan dapat terwujud. Kaitannya dengan
fasilitas belajar, Slameto (2003: 63) mengemukakan bahwa:
12
Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan
pokoknya, misal makan, pakaian, perlindungan kesehatan dan lainlain,
juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja,
kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku-buku dan lain-lain.
Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai
cukup uang.
Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa fasilitas
belajar erat kaitannya dengan kondisi ekonomi orang tua siswa. Dengan
kondisi ekonomi orang tua yang baik, maka orang tua akan lebih
mempunyai kemampuan untuk mencukupi kebutuhan anaknya
termasuk dalam hal penyediaan fasilitas belajar di rumah yang memadai.
Begitu juga dengan pemenuhan kelengkapan fasilitas di sekolah,
jika sekolah memiliki kemampuan keuangan yang baik, maka
kelengkapan fasilitas penunjang kegiatan belajar siswa dapat terpenuhi

dengan baik. Semakin lengkap fasilitas belajar, akan semakin


mempermudah dalam melakukan kegiatan belajar.
Sebagaimana dikemukakan oleh S. Nasution (2005: 76) bahwa:
Untuk memperbaiki mutu pengajaran harus di dukung oleh
berbagai fasilitas, sumber belajar dan tenaga pembantu antara lain
diperlukan sumber-sumber dan alat-alat yang cukup untuk
memungkinkan murid belajar secara individual. Antara lain
diperlukan sumber-sumber dan alat-alat yang cukup untuk
memungkinkan murid belajar secara individual.
Dengan demikian, adanya fasilitas belajar yang lengkap
diharapkan akan terjadi perubahan, misalnya dengan sekolah
menyediakan fasilitas belajar yang lengkap, siswa akan lebih
bersemangat dalam belajar, siswa tidak perlu meminjam ataupun
13
menggantungkan tugasnya pada teman, karena ia dapat mengerjakan
tugasnya sendiri dengan bantuan fasilitas yang telah disediakan.
Ketersediaan fasilitas belajar di sekolah yang lengkap dan
memadai juga merupakan indikasi atau syarat menjadi sekolah yang
efektif. Sekolah yang efektif sendiri menurut Levine
dalam Burhanuddin Tola dan Furqon (2008) dapat diartikan sebagai
sekolah yang menunjukkan tingkat kinerja yang diharapkan dalam
menyelenggarakan proses belajarnya, dengan menunjukkan hasil
belajar yang bermutu pada peserta didik sesuai dengan tugas pokoknya.
Pada akhirnya konsep sekolah efektif ini berkaitan langsung
dengan mutu kinerja sekolah. Sebagaimana dikemukakan oleh Satori
dalam Burhanuddin Tola dan Furqon (2008), bahwa mutu pendidikan
(MP) di sekolah merupakan fungsi dari mutu input peserta didik yang
ditunjukkan oleh potensi siswa (PS), mutu pengalaman belajar yang
ditunjukkan oleh kemampuan profesional guru (KP), mutu penggunaan
fasilitas belajar (FB), dan budaya sekolah (BS) yang merupakan refleksi
mutu kepemimpinan kepala sekolah. Pernyataan tersebut dapat
dirumuskan dalam formula sebagai berikut: MP = f (PS.KP.FB.BS)
Fasilitas belajar yang dimaksudkan dalam pernyataan tersebut
adalah menyangkut ketersediaan hal-hal yang dapat memberikan

kemudahan bagi perolehan pengalaman belajar yang efektif dan


efisien. Fasilitas belajar yang sangat penting adalah laboratorium yang
memenuhi syarat bengkel kerja, perpustakaan, komputer, dan kondisi
fisik lainnya yang secara langsung mempengaruhi kenyamanan belajar.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
adanya fasilitas belajar yang lengkap dan memadai merupakan salah
14
satu faktor dari mutu kinerja sekolah yang efektif. Sekolah akan
menjadi sekolah yang mempunyai mutu baik jika dalam
penyelengaraan kegiatan belajarnya tidak hanya didukung oleh potensi
siswa, kemampuan guru dalam mengajar ataupun oleh lingkungan
sekolah, akan tetapi juga harus didukung adanya kelengkapan fasilitas
belajar siswa yang memadai sehingga penggunaannya akan menunjang
kemudahan siswa dalam kegiatan belajarnya.
e. Sekolah Bertaraf Internasional
Pendidikan yang diselenggarakan setelah memenuhi Standar Nasional
Pendidikan dan diperkaya dengan standar pendidikan negara maju.
Satuan pendidikan bertaraf internasional merupakan satuan
pendidikan yang telah memenuhi Standar Nasional Pendidikan dan
diperkaya dengan standar pendidikan negara maju.
1. Landsan Yuridis Perintisan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)
UUSPN 20/2003 pasal 50 ayat 3, pemerintah dan/atau pemerintah
daerah menyelengarakan sekurang-kurangnya satu satuan
pendidikan dan semua jenjang pendidik untuk dikembangkan
menjadi satuan pendidikan bertaraf internasional.
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah
Peraturan pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (SNP), pasal 61 ayat 1
PP 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Kabupaten/Kota
PP No. 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
PP No. 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan

Pendidikan
15
Permendiknas No. 63 tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan
Mutu Pendidikan
Permendiknas No. 78 tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
Sekolah Bertaraf Internasional.
2. Karakteristik keluaran
SBI memiliki keunggulan yang ditunjukkan dengan pengakuan
internasional terhadap proses dan hasil atau keluaran pendidikan
yang berkualitas dan teruji dalam berbagai aspek.
Mempunyai pengakuan internasional yang dibuktikan dengan
hasil sertifikasi dan akreditasi berpredikat baik dari salah satu
negara anggota OECD dan/atau negara maju lainnya yang
mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan.
3. Karakteristik keluaran
Menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan yang
diperkaya dengan standar internasional.
Menerapkan sistem kredit semester di SMA/SMK/MA/MAK
Memenuhi Standar Isi
Memenuhi Standar Kompetensi Lulusan.
4. Karakteristik proses belajar mengajar
Proses belajar mengajar pada SBI menjadi teladan bagi
sekolah/madrasah lainnya dalam pengembangan akhlak mulia,
budi pekerti luhur, kepribadian unggul, kepemimpinan, jiwa
entrepreneur, jiwa patriot dan jiwa inovator
Diperkaya dengan model proses pembelajaran sekolah unggul
dari salah satu negara OECD dan/atau negara maju lainnya yang
mempunyai keunggulan tertentu dalam bidang pendidikan
16
Menerapkan pembelajaran berbasis TIK pada semua mata
pelajaran
Pembelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan
menggunakan bahasa Inggris, sementara pembelajaran mata
pelajaran lainnya, kecuali pelajaran bahasa asing, harus

menggunakan bahasa Indonesia. Diakses 9 oktober dari


http://dikdas.kemdiknas.go.id/docs/Kebijakan-SBI.pdf.

You might also like