You are on page 1of 16

HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa L.

Hama adalah organisme perusak tanaman pada akar, batang, daun atau bagian
tanaman lainnya, sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dengan sempurna atau mati dan
bersifat merugikan. Sementara yang dimaksud dengan penyakit adalah sesuatu yang
menyebabkan gangguan pada tanaman, sehingga tanaman tidak dapat bereproduksi atau mati
secara perlahan-lahan dan bersifat merugikan.
Berikut merupakan tabel stadia tanaman bawang merah dan beberapa hama dan
penyakit utama pada tanaman bawang merah.
Stadia tanaman

Hama

Tanaman muda (fase


1. Orong orong
pertumbuhan awal
(Gryllotalpa spp.)
sampai fase vegetatif 1
2. Ulat bawang (Spodoptera
4 MST)
exigua)

Penyakit
Layu Fusarium (Fusarium
oxysporum)

3. Ulat grayak (Spodoptera


litura
4. Lalat pengorok daun
(Liriomyza chinensis)*
Tanaman tua (fase
pembentukan umbi
sampai fase pematangan
umbi 5 9 MST)

1. Trips (Thrips tabaci)

1. Becak ungu (Alternaria porri)

2. Ulat bawang (S. exigua)

2. Downy mildew (Peronospora


destructor)

3. Lalat pengorok daun (L.


chinensis) L*

3. Bercak daun cercospora


(Cercospora duddiae)
4. Antraknose (Colletotrichum
gloeosporiodes)
5. Layu Fusarium (F. oxysporum)

A. Hama pada tanaman bawang merah

1. Ulat bawang (Spodoptera exigua)


a. Morfologi
Serangga dewasa merupakan ngengat dengan sayap depan berwarna kelabu
gelap dan sayap belakang berwarna agak putih. Seekor betina mampu
menghasilkan telur rata-rata 1.000 butir yang dilapisi oleh bulu-bulu putih yang
berasal dari sisik tubuh induknya. Telur berwarna putih, berbentuk bulat atau
lonjong dengan ukuran sekitar 0,5 mm dan menetas dalam waktu 3 hari. Larva
berukuran panjang 2,5 cm dan aktif pada malam hari. Ketika masih muda, larva
berwarna hijau muda dan jika sudah tua berwarna hijau kecoklatan gelap dengan
garis kekuningan-kuningan. Sementara, pupa berwarna coklat terang berukuran 15
20 mm.
b. Siklus Hidup
Siklus hidup dari telur sampai imago yaitu 3 4 minggu. Stadium larva
berlangsung selama 8 10 hari yang terdiri dari 5 instar, sedangkan stadium pupa
berlangsung selama 5 6 hari.

Gambar 1. Siklus hidup Spodoptera exigua

c. Fase penyerangan dan gejalanya


Ulat bawang (Spodoptera exigua L) menyerang tanaman bawang merah pada
stadia tanaman muda (1 4 MST) dan stadia tanaman tua (5 9 MST). Serangan
tertinggi biasanya terjadi pada umur 5 8 MST. Gejala serangan hama ini pada
tanaman bawang merah ditandai dengan timbulnya bercak-bercak putih transparan
pada daun.

Gambar 2. Gejala serangan S. exigua pada tanaman bawang merah


d. Penanganan
Penanganan secara biologi (nabati) yaitu dengan menggunakan parasitoid S.
Exigua seperti Telenomus spodopterae, Eriborus sinicus, Apanteles sp.,
Mikrosporidia SeNPV, Bacillus thuringiensis dan Beauveria bassiana.
Penanganan secara kimia dengan menggunakan insektisida yang berbahan
aktif sipermetrin deltametrin, beta siflutrin, profenofos, dan spinosad. Jenis
insektisida yang dapat diugunakan yaitu Hostathion 40 EC, Cascade 50 EC,
Atabron 50 EC atau Florbac.
2. Ulat grayak (Spodoptera litura F.)
a. Morfologi
Ngengat berwarna agak gelap dengan garis putih pada sayap depannya,
sedangkan sayap belakang berwarna putih dengan bercak hitam. Seekor ngengat
betina mampu menghasilkan telur sebanyak 2.000 3.000 butir. Telur berbentuk
hampir bulat berwarna putih dan tertutup bulu-bulu halus sisa ngengat sehingga
berwarna kecoklatan. Larva mempunyai warna yang bervariasi, memiliki kalung
(bulan sabit) berwarna hitam pada segmen abdomen keempat dan kesepuluh.
Sementara, pupa berada di dalam tanah atau pasir, berbentuk oval memanjang dan
berwarna coklat mengkilat.
b. Siklus hidup
Siklus hidup berlangsung 30 60 hari dengan stadium telur 2 4 hari. Lama
stadia larva 17 - 26 hari (larva instar I antara 5 - 6 hari, instar II antara 3 - 5 hari,
instar III antara 3 - 6 hari, instar IV antara 2 - 4 hari, dan instar V antara 3 - 5
hari). Sementara, lama stadium pupa antara 8 11 hari, sedangkan lama hidup
imago yaitu 5 9 hari.

Gambar 3. Siklus hidup Spodoptera litura

c. Fase penyerangan dan


gejalanya
Ulat grayak (Spodoptera litura F.) menyerang tanaman bawang merah ketika
tanaman berumur 1 4 MST (tanaman muda). Gejala serangan yang ditimbulkan
S. litura yaitu daun bawang berlubang ada kalanya sampai patah. Dari luar, daun
tampak bercak putih memanjang seperti membrane, kemudian layu, berlubang dan
di sekitar lubang terdapat kotoran ulat.

Gambar 4. Gejala serangan S. litura pada tanaman bawang merah


d. Penanganan
Penanganan

secara

biologi

(nabati)

dapat

dilakukan

menggunakan

bioinsektisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis dan Bacillus chitinosporus.


Selain itu, dapat menggunakan predator alami S.litura yakni Solenopsis sp.,
Paedorus sp., Euberellia sp., Lycosa sp. dan laba-laba.
Penanganan secara kimiawi dapat menggunakan insektisida berbahan aktif
deltametrin seperti Decis 2,5 EC.
3. Thrips (Thrips tabaci)
a. Morfologi

Thrips dewasa berbentuk langsing, berwarna kuning hingga coklat atau hitam
kecoklatan hingga warna hitam legam, berukuran 0,8 1,4 mm, ukuran paling
besar mencapai panjang 3 mm. Baik bentuk dewasa maupun larva bersegmensegmen. Telur berbentuk silindris atau seperti polong berwarna kekuningan.
Nimfa berwarna putih kekuningan, sedangkan pupa terbentuk dalam tanah. Satu
ekor betina mampu menghasilkan telur sebanyak 80 telur.
b. Siklus hidup
Secara keseluruhan, lama hidup Thrips tabaci yaitu 3 4 minggu. Thrips
dewasa memiliki masa hidup 1 bulan dan Thrips betina akan meletakkan telurnya
ketika berumur 3 minggu. Stadia telur berlangsung selama 5 10 hari, kemudian
menetas menjadi larva yang terdiri dari 4 instar. Instar I dan II berlangsung selama
10 14 hari (tahap aktif memakan/ active feeding stage). Instar IIIdan IV
berlangsung selama 5 10 hari merupakan tahapan pre-pupa (tidak aktif makan/
inactive feeding stage).

Gambar 5. Siklus hidup Thrips tabaci


c. Fase penyerangan dan gejalanya
Thrips menyerang tanaman bawang merah ketika tanaman berumur 5 9 MST
(stadia tanaman tua). Gejala serangan yang ditimbulkan yaitu sepanjang daun
terbentuk noktah-noktah atau tatto yang berwarna putih mengkilat. Pada serangan
hebat, seluruh areal pertanaman berwarna putih dan akhirnya tanaman mati.
Serangan hebat terjadi pada suhu udara rata-rata di atas normal dan kelembaban
lebih dari 70%.

Gambar 6. Gejala Thrips tabaci pada bawang merah


d. Penanganan
Penanganan secara biologi (nabati) dapat dilakukan dengan menggunakan
mikroorganisme seperti Beauveria bassiana dan Verticillium lecani. Penggunaan
biopestisida seperti campuran AGONAL 8:6:6 (bahan Azadirachta= nimba;
Andropogon dan Alpinia galangal= ereh wangi). Selain itu, dapat juga dengan
menggunakan

predator

yaitu

Amblyseius

cucumeris,

predator

golongan

Coccinellidae, terutama Cheilomenes sexmaculatus, Coccinella transversallis,


Chilocorus nigrita dan Scymnus latermaculatus.
Penanganan secara kimiawi dapat menggunakan bahan agrokimia sintetik
seperti pirethroid, insektisida IGR (insect growth regulator), fosfat organik yang
lunak, mercaptodimethur dan thripstick dengan konsentrasi 0.10%-0.20%,
tergantung pada tingkat serangan yang ditimbulkan Thrips.
4. Lalat penggorok daun (Liriomyza chinensis)
a. Morfologi
Liriomyza chinensis berukuran panjang 1,7 2,3 mm. Seluruh bagian
punggungnya berwarna hitam, telur berwarna putih, bening, berukuran 0,28 mm x
0,15 mm. Larva berwarna putih susu atau kekuningan, dan yang sudah berusia
lanjut berukuran 3,5 mm. Pupa berwarna kuning keemasan hingga coklat
kekuningan, dan berukuran 2,5 mm. Seekor betina mampu menghasilkan telur
sebanyak 50 300 butir.
b. Siklus hidup
Siklus hidup L. chinensis berlangsung selama 18 22 hari. Stadium telur
berlangsung 2 4 hari kemudian menjadi larva. Stadium larva berlangsung 6 12
hari dengan 3 instar. Larva instar I berlangsung 1 2 hari dan larva instar II yaitu

1 2 hari. Larva instar III berlangsung 1,5 3 hari dan menggorok jaringan daun
lebih banyak dibanding larva instar I. Stadium pupa berlangsung 9 12 hari.
Imago betina mampu hidup selama 6 12 hari, sedangkan imago jantang hidup
selama 3 9 hari.

Gambar 7. Siklus hidup L. chinensis


c. Fase penyerangan dan gejalanya
Liriomyza chinensis aktif menyerang tanaman bawang merah ketika berumur
1 4 MST (stadia tanaman muda). Namun, pada kondisi tertentu juga dapat
menyerang saat stadia tanaman tua pada 5 9 MST. Gejala awal pada daun yang
terserang berupa bintik putih akibat tusukan ovipositor imago betina saat
meletakkan telur. Gejala serangan berupa korokan larva yang berkelok. Pada
serangan berat, hampir seluruh helaian daun dipenuhi oleh korokan sehingga daun
menjadi kering dan berwarna putih kecoklatan seperti terbakar. Selain itu, larva L.
chinensis dapat masuk dalam umbi bawang merah.

Gambar 8. Gejala serangan


L. chinensis pada tanaman
bawang merah
d. Penanganan
Penganan secara biologi (nabati) dapat menggunakan parasitoid H. circulus
dan C. parksi maupun endoparasitoid Neochrysocharis okazakii. Selain itu, dapat
menggunakan insektisida nabati seperti Agonal 866 atau Nisela 866, Tigonal 866
atau Kisela 866, Phronal 966 dan Bisela 866.

Penanganan secara kimiawi yang dilakukan dapat menggunakan insektisida


dimetoat, pentoat, permetrin, kartap, siromazin, emamektin benzoat, spinosad,
dimehipo, abamektin, bensulfat, dan klorfenapir.
5. Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn)
a. Morfologi
Imago memiliki sayap depan berwarna coklat keabu-abuan dengan bercakbercak hitam dan pinggiran sayap berwarna putih. Warna sayap belakang putih
keemasan dengan pinggiran berenda putih. Panjang sayap depan berkisar 16 -19
mm dan lebar 6 - 8 mm. Ngengat betina dapat bertelur 500 2000 butir. Bentuk
telur seperti kerucut terpancung dengan garis tengah pada bagian dasarnya 0,5
mm. Warna telur mula-mula putih lalu berubah menjadi kuning, kemudian merah
disertai titik coklat kehitam-hitaman pada puncaknya. Larva yang baru keluar dari
telur berwarna kuning kecoklatan dan pada akhirnya berwarna coklat kehitamhitaman. Pupa berwarna coklat terang atau coklat gelap dan terbentuk pada
permukaan tanah.
b. Siklus hidup
Siklus hidup Agrotis ipsilon rata-rata berlangsung selama 51 hari. Stadium
telur berlangsung selama 4 hari dan menetas menajdi larva yang aktif pada malam
hari. Stadium larva berlangsung selama 36 hari dengan 4 5 instar. Sementara,
stadium pupa berlangsung 5- 6 hari dan imago dapat hidup paling lama selama 20
hari.

Gambar 9. Siklus hidup


Agrotis ipsilon

c. Fase penyerangan dan gejalanya


Agrotis ipsilon menyerang tanaman bawang merah yang memasuki stadia
tanaman muda (1 4 MST). Gejala serangan yang ditimbulkan yaitu batang
tanaman muda menjadi terpotong karena ulat memotong batang satu demi satu
sehingga tanaman menjadi rebah. Gejala juga terlihat pada pangkal batang yang
menunjukkan bekas gigitan ulat, batang rusak dan bercereran.

Gambar 10. Gejala serangan


A.ipsilon pada tanaman bawang
merah
d. Penanganan
Penanganan biologi (nabati) yang dapat dilakukan yaitu parasitoid larva
Apanteles

rufricus

(Hymenoptera:

Braconidae),

Enicospilus

dolosus

(Hymenoptera: Ichneumonidae), lalat Tachinid tritaxys brauer dan Cuphochera


varia (Diptera: Tachinidae). Cendawan patogen yang juga dapat memarasit ulat
tersebut adalah Botrytis dan Metharizium. Selain itu, nematode Steinernema sp.
merupakan musuh alami dari A.ipsilon.
Penanganan secara kimiawi dapat menggunakan insektisida tanah berbahan
aktif kuinalfos.

B. Penyakit pada tanaman bawang merah


1. Penyakit trotol / bercak ungu (Purple blotch)
a. Deskripsi
Penyakit bercak ungu merupakan penyakit yang disebabkan oleh jamur
Alternaria porri. Konidiospora (konidium) Alternaria porri berbentuk gada

bersekat, membesar, dan tumpul di salah satu ujungnya, sedangkan ujung lainnya
menyempit dan memanjang. Patogen mampu bertahan dari musim ke musim
berikutnya dalam bentuk miselia pada sisa-sisa tanaman inang dan segera
membentuk kondiofora dan konidia jika kondisi memungkinkan. Namun, konidia
tersebut tidak mampu bertahan hidup lebih lama jika jatuh di atas tanah. Kondisi
yang membantu tumbuh dan berkembangnya cendawan A. porri adalah cuaca
yang mendung, hujan rintik-rintik, kelembaban udara yang tinggi, suhu udara
sekitar 30-32 C, drainase lahan yang kurang baik dan pemupukan yang tidak
berimbang karena dosis N-nya terlalu tinggi.
b. Siklus hidup
Pada bagian yang berwarna ungu atau lebih gelap tersebut dapat ditemukan
konidiofor yang mampu berkecambah membentuk konidiospora. Konidia
disebarluaskan oleh angin dan jika konidia tersebut jatuh ke permukaan tanaman
inang, konidium berkecambah, membentuk miselium, lalu menginfeksi jaringan
tanaman lewat stomata atau luka pada epidermis. Setelah sekitar 5 hari konidia
generasi berikutnya telah matang dan siap menginfeksi bagian atau tanaman inang
di sekitarnya dan siklus generasi berikutnya terbentuk.
c. Fase penyerangan dan gejalanya
Alternaria porri menyerang tanaman bawang merah sehingga mengalami
penyakit bercak ungu ketika memasuki stadia tanaman tua (5 9 MST). Infeksi
awal pada daun menimbulkan bercak berukuran kecil, melekuk ke dalam,
berwarna putih dengan pusat yang berwarna ungu (kelabu). Jika cuaca lembab,
serangan berlanjut dengan cepat, bercak berkembang menyerupai cincin dengan
bagian tengah berwarna ungu dan tepi kemerahan dikelilingi warna kuning yang
dapat meluas ke bagian atas maupun bawah bercak. Ujung daun mengering,
sehingga daun patah. Permukaan bercak tersebut akhirnya berwarna coklat
kehitaman. Serangan dapat berlanjut ke umbi, yang menyebabkan umbi
membusuk, berwarna kuning lalu merah kecoklatan.

Gambar 11. Tanaman bawang merah yang terserang penyakit bercak ungu
d. Penanganan
Penanganan biologi (nabati) yang dapat dilakukan yaitu dengan menggunakan
jamur antagonis A. porri seperti Trichoderma sp. dan Penicillium sp. Selain itu,
jamur MVA (Mikoriza Vesikular Arbuskular) juga mampu mengendalikan A.
Porri.
Penanganan

secara

kimiawi

dapat

menggunakan

pestisida

seperti

Azoksistrobin (Amistar 250 SC), Heksakonazol (Anvil 75 WP), Karbendazim


(Bavistin 50 WP), Klorotalanil (Daconil 500 F), Mankozeb (Dithane M-45 80
WP), Tebukonazol (Folicur 25 WP), Tembaga hidroksida (Kocide 54 WDG),
Fenarimol (Rubigan 120 EC), Difenokonazol (Score 250 EC) dan Maneb (Trineb
80 WP).
2. Penyakit otomatis / antraknose (Antracnose)
a. Deskripsi
Penyakit antraknose merupakan penyakit yang disebabkan oleh cendawan
Colletotrichum gloeosporiodes Penz. yang termasuk golongan cendawan tak
sempurna (fungi imperfekti). Hifa cendawan ini bersekat tetapi tidak
menghasilkan tingkatan seksual. Miselia membentuk badan buah aservuli (lapisan
stroma). Dari permukaan lapisan ini terbentuk konidiofora yang rapat, tegak,
transparan (hialin) yang berukuran 45 55 mikron . Pada ujung konidiofora
terbentuk konidia berbentuk oval, lurus atau sedikit bengkok dengan ukuran
panjang sekitar 15 mikron, lebar sekitar 5 mikron. Penyakit ini juga disebut
dengan penyakit otomatis karena tanaman yang terinfeksi akan mati dengan cepat,
mendadak, dan serentak.
b. Siklus hidup

Konidia Colletotrichum gloeosporioides tersebar berkat bantuan angin dan


atau hujan lebat dan jika jatuh pada sasaran tanaman inang maka konidia akan
berkecambah dengan membentuk apresorium (hifa berbentuk tabung pendek yang
jika kontak dengan epidermis, bagian ujungnya akan melebar membentuk
semacam sel bersudut, berdinding tebal, dan berwarna coklat). Pembentukan
apresoria (haustoria) adalah inisiasi infeksi dan sangat terangsang oleh kerentanan
inang dan kondisi mikroklimat, seperti kelembaban udara, temperatur udara, serta
substrat yang cocok untuk cendawan tersebut.
c. Fase penyerangan dan gejalanya
Cendawan Colletotrichum menyerang tanaman bawang merah sehingga
mengalami penyakit antraknose yakni ketika tanaman berumur 5 9 MST (stadia
tanaman tua). Serangan awal ditandai dengan terlihatnya bercak berwarna putih
pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan ke dalam (invaginasi), berlubang dan
patah karena terkulai tepat pada bercak tersebut. Jika serangan berlanjut, maka
umbi dapat membusuk, daun mengering dan sebaran serangan yang bersifat
sporadis tersebut, pada hamparan tanaman akan terlihat gejala botak-botak di
beberapa tempat.

Gambar 12. Tanaman bawang merah yang terserang penyakit antraknose


d. Penanganan
Penanganan biologi (nabati) dapat dilakukan dengan cara menggunakan agen
hayati seperti bakteri Pseudomonas fluorescent dan Bacillus thuringiensis.
Penangan secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan Karbendazim
(Derosal 60 WP) dan Metiram (Polycom 70 WG).
3. Penyakit embun bulu / tepung palsu (Downy mildew)

a. Deskripsi
Penyakit embun bulu merupakan penyakit yang disebabkan cendawan
Peronospora destructor (Berk.) Casp. yang termasuk cendawan dari golongan
Phycomycetes yang hifanya tidak bersekat. Penyakit ini bersifat tular udara, tular
bibit, maupun tular tanah, khususnya jika lahan basah dan drainasenya buruk.
b. Siklus hidup
Miselia dan oospora Peronospora mampu bertahan baik pada sisa-sisa
tanaman inang maupun berkecambah dengan cepat dan menghasilkan massa spora
yang sangat banyak jumlahnya. Spora ini disebarluaskan oleh angin, dan
keberhasilan infeksinya sangat didukung oleh kondisi udara lembab dan suhu
malam hari yang relatif rendah. Pada kondisi yang lembab, berkabut atau curah
hujan tinggi, cendawan akan membentuk masa spora yang sangat banyak, yang
terlihat sebagai bulu-bulu halus berwarna ungu (violet) yang menutupi daun
bagian luar dan batang (umbi). Gejala kelihatan lebih jelas jika daun basah terkena
embun. Bercak infeksi pada daun mampu menyebar ke bawah hingga mencapai
umbi lapis, kemudian menjalar ke seluruh lapisan, sehingga umbi menjadi
berwarna coklat. Serangan lanjut akan mengakibatkan umbi membusuk, tetapi
lapisan luarnya mengering dan berkerut, daun layu dan mengering, sering
dijumpai anyaman miselia yang berwarna hitam.
c. Fase penyerangan dan gejalanya
Cendawan

Peronospora

menyerang

tanaman

bawang

merah

yang

mengakibatkan tanaman mengalami penyakit embun bulu yaitu ketika tanaman


berumur 5 9 MST (stadia tanaman tua).

Gambar 13. Tanaman bawang merah yang terserang penyakit embun bulu
d. Penanganan
Penanganan biologi (nabati) yang dapat menggunakan agensia hayati seperti
Gliocladium sp. dan Trichoderma sp.
Penanganan secara kimiawi dapat menggunakan Klorotalonil (Daconil 75 WP)
dan Asam fosit (Folirfos 400 AS).
4. Penyakit moler / layu fusarium (Twisting disease)
a. Deskripsi
Penyakit moler disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum (Hanz.) yang
pada dasarnya cendawan ini adalah patogen tular tanah. Namun, patogen tersebut
dapat tersebar pula lewat air pengairan dari tanah yang terkontaminasi, dari satu
tempat ke tempat lainnya.
b. Siklus hidup
Cendawan Fusarium mampu bertahan hidup lama di dalam tanah meskipun
tanpa tanaman inang, karena dapat membentuk klamidospora yaitu spora aseksual
yang dibentuk dari ujung hifa yang membengkak. Infeksi akhir pada umbi yan
terjadi di pertanaman akan terbawa sampai umbi disimpan di gudang. Cendawan
akan berkembang mulai dari dasar umbi, lalu masuk ke dalam umbi lapis. Jika
umbi digunakan sebagai bibit, penyakit tersebut akan tersebar di lapangan.
c. Fase penyerangan dan gejalanya
Fusarium oxysporum menyerang tanaman bawang merah ketika berumur 1 4
MST (stadia tanaman muda), sehingga tanaman mengalami moler. Sasaran
serangan adalah bagian dasar umbi lapis. Gejala visual adalah daun yang
menguning dan cenderung terpelintir (terputar). Tanaman sangat mudah tercabut
karena pertumbuhan akar terganggu bahkan membusuk. Pada dasar umbi terlihat
cendawan yang berwarna keputih-putihan, sedangkan jika umbi lapis dipotong
membujur terlihat adanya pembusukan, yang berawal dari dasar umbi meluas ke
atas maupun ke samping.

Gambar 14. Tanaman bawang merah yang terserang penyakit moler


d. Penanganan
Penanganan biologi (nabati) dapat menggunakan jamur Trichoderma sp.
Penanganan secara kimiawi dapat menggunakan fungisida sistemik berbahan
aktif Benomil, Metalaksil atau Propamokarb hidroklorida.
5. Penyakit ngelumpruk / leumpeuh (Stemphylium leaf blight)
a. Deskripsi
Penyakit ngelumpruk disebabkan oleh cendawan Stemphylium vesicarium
(Wallr.) Simmons. Cendawan ditemukan baik menginfeksi secara tunggal maupun
berasosiasi dengan cendawan A. porri.
b. Siklus hidup
Pada kelembaban udara tinggi, konidiofora dan konidia akan terbentuk sangat
banyak pada permukaan daun. Konidia tersebut mudah disebarkan oleh tiupan
angin, sehingga pada kondisi cuaca seperti tersebut di atas cendawan ini mampu
berperan sebagai penyakit utama bawang merah maupun tanaman bawang
bawangan lainnya. Cendawan mampu bertahan tetap hidup pada sisa-sisa tanaman
inang.
c. Fase penyerangan dan gejalanya
Cendawan Stemphylium menyerang tanaman bawang merah ketika memasuki
stadia tanaman tua (5 9 MST). Gejala yang ditimbulkan berupa bercak-bercak
berwarna putih kekuning-kuningan, tumbuh sangat banyak dan cepat sesuai
dengan arah bertiupnya angin di awal pertanaman. Cendawan tersebut mampu
mematikan tanaman secara serentak dan kumpulan tanaman yang mati serentak
tersebut terlihat seperti pada kelembaban udara yang tinggi dan berangin.

Gambar 15. Tanaman bawang merah yang terserang penyakit ngelumpruk


d. Penanganan
Penanganan biologi (nabati) dapat dilakukan menggunakan agensia hayati
berupa bakter Bacillus subtillis.
Penanganan secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan fungisida
sistemik

berbahan

aktif

seperti

Benmil,

Metil

tiofanat,

Karbendazim,

Difenokonazol dan Tebukonazol. Sementara, fungisida kontak yang digunakan


yaitu berbahan aktif Klorotalonil, Azoksistrobin dan Mankozeb.

You might also like