You are on page 1of 10

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lalat buah merupakan salah satu hama penting pada tanaman hortikultura.
Lebih dari seratus jenis tanaman hortikultura diduga menjadi sasaran serangan
lalat buah. Pada saat populasi tinggi, intensitas serangannya dapat mencapai
100%. Lalat buah (fruit flies) termasuk ke dalam ordo Diptera, famili Tephritidae,
subfamili Dacinae, tribe Dacine. Di dunia, famili Tephritidae berjumlah kurang
lebih 400 spesies dan dikelompokkan ke dalam 500 genera. Jumlah tersebut
termasuk yang tersebar di antara jenis lalat diptera yang secara ekonomi penting.
Secara morfologi tribe Dacini dibagi ke dalam tiga genera, yaitu genus
Bactrocera, Dacus, dan Monacrostichus (White et al. 1992). Famili Tephritidae
mudah dikenal dari bentuk imagonya yang berciri karakteristik pembuluh sayap
yang mempunyai pola berwarna- warni indah. Lalat buah tephritid sering ditemui
hinggap pada daun atau bunga pada siang hari.

Di Indonesia saaat ini telah diidentifikasi sebanyak 66 spesies lalat buah


yang tersebar di seluruh Indonesia. Jumlah ini sudah tentu akan meningkat,
tergantung dari kejelian melakukan identifikasi. Salah satu spesies lalat buah yang
dikenal sangat merusak buah-buahan adalah Bactrocera sp. Sasaran utama
serangan lalat buah ini antara lain belimbing manis, jambu air, jambu biji (jambu
bangkok), mangga, nangka, semangka, melon, dan cabai. Sifat khas lalat buah ini
adalah hanya bisa bertelur di dalam buah. Larva yang menetas di dalam buah akan
merusak buah, sering disebut buah berulat yang merupakan larva dari lalat buah
tersebut. Buah kemudian membusuk oleh kontaminasi bakteri yang terbawa
bersama telur dari tubuh lalat, dan selanjutnya buah akan gugur. Buah yang gugur
ini apabila tidak segera dikumpulkan dan dimusnakan akan merupakan sumber
perkembangan lalat buah generasi berikutnya.

Di indonesia bagian barat terdapat 90 spesies lalat buah yang termasuk


jenis lokal (indigenous), tetapi hanya 8 spesies termasuk hama penting, yaitu
Bactrocera (Bactrocera) albistrigata (de Meijere), Bactrocera (B.) dorsalis
Hendel, Bactrocera (B.) carambolae Drew dan Hancock, Bactrocera (B.)
umbrosa (Fabricius), Bactrocera (Zeugodacus) caudata (Fabricius) dengan
sinonim Bactrocera (Z.) tau (Walker), Bactrocera (Z.) cucurbitae (Coquillett),
dan Dacus (Callantra) longicornis (Wiedemann) (Orr 2002). Lalat buah dari
negara lain kemungkinan dapat menambah jumlah hama ini di Indonesia.
Beberapa spesies yang perlu diwaspadai sebab mempunyai potensi untuk
menginvasi Indonesia, antara lain adalah Mediterranian fruit fly (Ceratitis
capitata), Queensland fruit fly (B. ryoni), Rhagoletis completa Cresson,
Anastrepha ludens (Loew), B. Zonata Saunders, B. Musae Tryon, B.
Philippinensis Drew dan Hancock, B. Passiflorae (Froggatt), B. Occipitalis
(Bezzi), B. Latifrons (Hendel), dan Monacrostichus citricola Bezzi. Semua
spesies tersebut termasuk dalam kategori Organisme Pengganggu Tanaman
Karantina (OPTK). Lalat buah yang termasuk dalam daftar OPTK tersebut sangat
berbahaya, sebab apabila lalat buah eksotik masuk dan mampu berkolonisasi
(established) akan lebih banyak membuat kerusakan dibandingkan dengan lalat
buah lokal.

Tujuan

Penggunaan perangkap dengan atraktan tertentu sebenarnya ditujukan


untuk memonitoring populasi lalat buah yang ada di lapang dan mendeteksi
spesies lalat buah.
BAHAN DAN METODE

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah beberapa ml Metil


eugenol (nama dagang Hogy) dan Cue lure sebagai atraktan, kapas, kertas label,
alat perangkap yang terbuat dari wadah plastik berlubang, kawat penggantung
kapas.

Wadah plastik diberi lubang pada sisi atas dan bawahnya. Pada bagian
samping wadah plastik diberi kawat untuk menempelkan kapas dan kawat
penggantung. Pada saat pemakaian, wadah plastik dimiringkan sehingga lubang
terletak pada bagian samping kiri dan kanan. Kapas kemudian dibasahkan dengan
beberapa ml Metil eugenol atau cue lure. Setiap grup melakukan pemerangkapan
dengan 2 alat perangkap, masing-masing satu metil eugenol dan satu cue lure.
Semua bahan dan alat yang telah dirangkai dibawa ke Arboretum Lanskap dan
digantungkan pada tangkai pohon yang dipilih secara acak. Alat perangkap
dibiarkan di pohon selama 1 minggu. Setelah 1 minggu, alat perangkap diambil
dari pohon. Lalat buah yang terperangkap diambil dan bungkus dengan kertas
tisue dan dimasukkan ke dalam tabung film. Lalat buah kemudian diidentifikasi
dihitung untuk setiap perangkap. Alat perangkap yang telah selesai digunakan
dikembalikan kepada asisten atau laboran.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan
Nama Spesies Cue Lure + Metil eugenol + Pestisida
Pestisida
I II
-Bactrocera albistrigata 2 - -
-Bactrocera carambolae - - -
-Bactrocera melastomatos - - -

-Bactrocera spp. 2 - -
-Tidak teridentifikasi - 47 -

-Bactrocera umbrosus - 23 -
-Bactrocera cucurbitae - 18 -
-Bactrocera carambolae - 56 35
-Bactrocera reocognata - 17 24
-Bactrocera melastomatos - 41 36
-Formicidae (famili) - 3 -
-Bactrocera dorsalis - 14 42
-Ordo Lepidoptera - - 1

-Bactrocera impunctata - 20 -
-Bactrocera carambolae - 22 -
-Bactrocera sp. 3 - -
-Formicidae (famili) 19 - -

-Bactrocera umbrosus - 7 -
-Bactrocera melastomatos - 10 -
-Bactrocera carambolae - 13 1
-Bactrocera reocognata - - 4

Pembahasan

Penangkapan lalat buah dengan menggunakan perangkap yang berisi


umpan berupa atraktan pada praktikum ini dapat memerangkap beberapa spesies
lalat buah. Atraktan merupakan bahan kimia sintesis yang dapat mengeluarkan
bau atau aroma buah atau wewangian berahi lalat betina. Perangkap yang sudah
dicampur dengan insektisida akan menarik lalat buah untuk masuk ke dalam
perangkap karena aroma atraktan, dan akan menyebabkan kematian akibat
pengaruh insektisida.

Pada praktikum kali ini digunakan atraktan berupa cue lure yang
merupakan atraktan yang lebih spesifik sehingga spesies lalat buah yang
ditangkap lebih sedikit. Jenis atraktan yang juga digunakan adalah metil eugenol.
Atraktan dapat menarik lebih banyak spesies lalat buah, sehingga jenis lalat buah
yang terperangkap lebih banyak.

Metil eugenol mengandung bahan aktif Metil eugenol 800 g/l. Pemasangan
perangkap yang menggunakan Metil eugenol dikerjakan sejak pembentukan buah
sampai panen. Pemberian petragenol 800 L pada kapas dikerjakan setiap 4
minggu sekali. Dalam 1 ha pertanaman mangga dapat dipasang 25 titik
penempatan dengan jarak antar masing-masing perangkap 20 meter.

Sasaran penggunaan, dosis, serta waktu aplikasinya adalah sebagai berikut:

Komoditas Jasad Sasaran Dosis/Konsentrasi Cara & Waktu aplikasi

Mangga Lalat buah Dacus spp. O,125ml/perangkap Teteskan pada kapas yang
dipasang pada perangkap.
Cabai Lalat buah Dacus
Perangkap dipasang bila
ferrogineus
terlihat ada serangan.

Aplikasi atraktan petrogenol 800 L dipaparkan pada medium kapas.


Manfaatkan kapas yang dipilin sebesar ibu jari, kemudian diikat pada kawat kecil.
Teteskan petrogenol 800 L sebanyak 0,125 – 0,25 ml ( pada kapas sampai basah,
namun tidak menetes). Pasang pilinan kapas yang sudah diberi petrogenol 800 L
di dalam tabung perangkap sedemikian rupa sehingga menggantung pada bagian
tengah tabung perangkap. Gantung perangkap pada dahan/ ranting setinggi 2 – 3
meter dari tanah di bagian dalam tajuk pohon.

Salah satu kontra indikasi metil eugenol sebagai atraktan adalah dapat
menyebabkan iritasi ringan pada kulit. Sehingga diperlukan petunjuk keamanan
pada waktu penggunaannya seperti; jangan terkena mata atau kulit. Pada waktu
membuka wadah, memindahkan dan menggunakannya pakailah sarung tangan,
pakaian berlengan panjang, dan celana panjang. Sebelum makan, minum/
merokok setelah bekerja cucilah tangan dan kulit yang terkena dengan air dan
sabun. Setelah digunakan cucilah alat yang dipakai dan pakaian pelindung.
Simpanlah dengan tertutup rapat di tempat yang sejuk, terkunci, jauh dari
jangkauan anak-anak. Rusakkan bekas wadahnya dan benamkan ke dalam tanah
sedalam 50 cm ditempat yang jauh dari sumber air. Gejala dini keracunan
diindikasikan dengan iritasi ringan pada bagian kulit yang terpapar.
Adapun petunjuk pertolongan pertama pada keracunan: tanggalkan
pakaian yang terkena bahan atraktan ini dan cucilah kulit yang terkena dengan air
dan sabun. Bila mengenai mata, cucilah segera mata yang terkena dengan air yang
mengalir selama 15 menit. Bila tertelan usahakan pemuntahan dengan cara
menggelitik pangkal tenggorokan dengan jari tangan yang bersih. Segera hubungi
dokter. Perawatan oleh dokter : perawatan medis secara simtomatik.
Pestisida yang digunakan pada praktikum ini memiliki merk Decis 2,5 Ec.
Bahan aktif yang dikandung adalah Delta Metrin 25 g/l dengan konsertrasi
larutan 1 ml/liter.

Atraktan metil eugenol yang memiliki stuktur


kimia lebih banyak menangkap lalat buah, karena
senyawa ini serupa dengan feromon seks yang
dikeluarkan oleh serangga betina sehingga lalat buah (jantan) terpikat oleh metil
eugenol. Dari praktikum yang dilakukan, penggunaan atraktan ini hanya dapat
menangkap beberapa spesies dari Ordo Diptera dan Hymenoptera diantaranya
adalah :
a.Bactrocera umbrosus b.Bactrocera cucurbitae

c. Bactrocera carambolae d. Bactrocera reocognata

e. Bactrocera melastomatos f. Formicidae (famili)

Dari sejumlah spesies yang didapatkan dari perangkap dengan atraktan


Metil eugenol ini yang paling banyak ditemukan adalah spesies lalat buah
Bactrocera carambolae dari family Tephritidae ( Ordo : Diptera ). Hal ini
disebabkan karena spesies ini memiliki kisaran inang yang cukup luas sehingga
jenis spesies ini dapat kita temukan di setiap tanaman, seperti pohon bungur,
beringin, pepaya, cabai, nangka, dan belimbing.

Selain digunakan untuk memerangkap lalat buah atraktan Metil eugenol


ini dapat juga dimanfaatkan dalam industri parfum, penyedap, minyak atsiri,
farmasi, dan untuk memonitor dan sekaligus mengurangi populasi serangga.
Sedangkan pada perangkap dengan atraktan Cue lure ditemukan beberapa spesies
lalat buah sebagai berikut: Bactrocera albistrigata, Bactrocera spp., dan
Formicidae (famili). Atraktan ini hanya sedikit menarik lalat buah karena bersifat
lebih spesifik terhadap spesies tertentu saja.
KESIMPULAN

Perangkap yang dipakai dalam pengendalian lalat buah dengan


menggunakan atraktan berpengaruh terhadap keefektifan penangkapan lalat buah
jantan. Dari dua atraktan yang digunakan dalam praktikum ini yang paling efektif
dalam memonitoring lalat buah adalah atraktan Metil eugenol, dan spesies yang
paling banyak ditemukan dari penggunaan atraktan ini adalah Bactrocera
carambolae.
DAFTAR PUSTAKA

Drew, R.A.I. and D.L. Hancock.1994. The Bactrocera dorsalis complex of fruit

files (Diptera: Tephritidae: Dacinae) in Asia. Bulletin of Entomological

Research Supplement 2. 68p.

Siwi Sri Suharni, Hidayat Purnama. 2004. Taksonomi dan Bioekologi Lalat Buah
penting Bactrocera spp. (Diptera, Tephritidaae) di Indonesia. Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Bioekologi dan Sumberdaya Genetik
Pertanian.

Wahyu Prihandoyo. 2004. Keefektifan Beberapa Bentuk Perangkap Lalat Buah


Buatan pada Tanaman Buah- buahan di Bogor. Skripsi. Departemen
Proteksi Tanaman. Institut Pertanian Bogor.

http://www.tanindo.com/abdi8/hal2001.htm [17 Mei 2009]

http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.padil.gov.au [17 Mei 2009]

http://images.google.co.id/imgres?imgurl=http://www.padil.gov.au [17 Mei 2009]

http://images.google.co.id/imgres?
imgurl=http://www.ars.usda.gov/is/graphics/photos[17 Mei 2009]

www.popgen.unimaas.nl [17 Mei 2009]

www.salaswildthoughts.blogspot.com [17 Mei 2009]

www.aptaregional.sp.gov.br [17 Mei 2009]

You might also like