Professional Documents
Culture Documents
SKENARIO
Adikku Sakit Amandel
STEP I
Amandel : Suatu tonsil di orofaring.
Antibiotik : Obat pembunuh bakteri
Resolusi : Pemulihan menjadi normal kembali baik secara
histologi maupun fisiologi.
STEP II
1. Apa yang menyebabkan Salsa mengalami amandel bengkak
dan merah?
2. Kenapa Salsa mengalami :
a. Nyeri kerongkongan
b. Demam
c. Badan Lemah
3. Kenapa obat penurun panas tidak efektif?
4. Apakah ada hubungan batuk-pilek dengan amandel?
5. Bagaimana proses penyembuhan dari peradangan itu sendiri?
STEP III
1. Pada peradangan jejas pada jaringan mengakibatkan
terlepasnya mediator-mediator kimia seperti histamin,
histamin ini mengakibatkan vasodilatasi dan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah lokal. Peningkatan
permeabilitas mengakibatkan kebocoran protein disertai
cairan ke interstisial, cairan tersebut akan menumpuk dan
terlihat sebagai jaringan yang bengkak (tumor).
1
Vasodilatasi tadi mengakibatkan peningkatan aliran darah
sehingga banyak darah yang membawa panas inti tubuh ke
kulit, yang suhunya lebih rendah dari suhu inti tubuh,
sehingga terasa panas (kalor). Aliran darah yang tinggi
mengandung banyak sel darah merah sehingga jaringan yang
meradang terlihat merah (rubor).
2. Penyebabnya :
a. Terdapat mediator-mediator kimia pada reaksi
peradangan yang merangsang ujung serat saraf nyeri,
seperti bradikinin dan prostaglandin. Selain itu
pembengkakan pd peradangan memberikan tekanan ke
jaringan sehingga tekanannya tinggi dan merangsang
ujung serat saraf nyeri.
b. Terdapat mediator kimia yang terlepas pada reaksi
peradangan yang merangsang pusat pengaturan suhu
tubuh di hipothalamus, yaitu endogen pirogen.
c. Tidak adanya napsu makan mengakibatkan
berkurangnya asupan energi. Selain itu demam
mengakibatkan badan lemah.
3. Karena penyebab panas tersebut adalah peradangan. Jadi, jika
penyebab peradangannya belum diatasi, suhu tubuh akan
tetap tinggi.
4. Ada, batuk-pilek merupakan pertahanan oleh mukosa sistem
pernapasan dari benda asing. Ketika pertahanan ini tidak
berhasil, berarti agen penyakit telah melewati mukosa sistem
pertahanan tersebut.
5. Antibiotik dan imunitas berperan dalam mengeliminasi
penyakit. Antiimflamasi berfungsi mempercepat
penyembuhan.
STEV IV
INFLAMASI
Penyebab Penyembuhan
Proses Gejala
Humoral Kalor
Vaskuler Rubor
Selular Tumor
Neurogenik Dolor 2
Functio Laesa
STEP V
1. Mengetahui Penyebab Inflamasi.
2. Mengetahui Proses dari Terjadinya Inflamasi.
3. Mengetahui Gejala Inflamasi.
4. Mengetahui proses regenerasi.
5. Mengetahui Proses Penyembuhan Primer dan Sekunder dari
Inflamasi.
6. Mengetahui faktor yang mempengaruhi inflamasi dan kualitas
penyembuhannya.
STEP VI
Pada step 6 ini, masing-masing anggota diskusi melakukan
belajar mandiri sehubungan dengan tujuan belajar yang telah
dirumuskan pada step 5 untuk mengetahui lebih dalam
mengenai materi yang akan dibahas pada diskusi kelompok kecil
(DKK) 2.
STEP VII
Penyebab inflamasi
• Virus dan bakteri : strep throat
Mekanisme neurogenik.
3
Pada reaksi radang terhadap jejas, mekanisme neurogenik
berperan. Yang dimana terdapat tahap singkat vasokontriksi
arteriol disusul oleh vasodilatasi arteriol yang menuju fokus radang.
Pandangan pada peristiwa tersebut di dapat dari respon Tripel Lewis
. Bila kulit digores kuat dengan benda tumpul, seperti ujung pensil
atau tepi penggaris , akan muncul :
a. suatu garis merah tua sebagai garis goresan, dalam waktu 1
menit
b. disusul oleh lingkaran merah cerah atau nyala, dapat
dihalangi dengan pemberian anastesi pendahuluan atau
pemotongan jalur saraf yang menuju ke daerah tersebut
c. peninggian atau pembengkakan edema sepanjang garis
goresan semula
Mediator Kimia
Bahan kimia yang berasal dari plasma maupun jaringan merupakan
rantai penting antara terjadinya jejas dengan timbulnya fenomena
yang disebut radang. Karena pola dasar radang akut sterotif , tidak
tergantung jenis jaringan maupun agen penyebab pada hakekatnya
menyertai mediator-mediator kimia yang sama yang tersebar luas
dalam tubuh , agaknya diikut sertakan dalam sebagian besar
bentuk radang. Beberapa mediator dapat bekerja sama, sehingga
memberi mekanisme biologi yang memperkuat kerja mediator.
Selain itu, seperti semua proses dalam tubuh, radang harus dapat
dikendalikan. Salah satu mekanisme kontrol adalah inaktivasi lokal
yang cepat mediator kimia oleh suatu enzim atau antagonis.
Ketidaksempurnaan sistem kontrol dapat menimbulkan akibat yang
gawat termasuk terjadinya penyakit, seperti misalnya defisiensi alfa
1-antitripsin dan angioedema herediter.
4
b. protease plasma : Sistem kinin, sistem komplemen dan sistem
koagulasi fibrinolitik
c. metabolit asam arakidonat ( AA ) : Prostaglandin dan
leukotrin
d. Produksi leukosit : enzim lisosom dan limfokin
e. Macam lainnya , seperti radikal bebas asal oksigen, faktor
yang mengaktifkan trombosit ( PAF –acether )
5
meningkatkan permeabilitas vaskular dan menyebabkan
vasodilatasi dengan dibebaskannya histamin dari
basofilia. C5a juga mengaktifkan jalur lipoksigenase dari
metabolisme asam arakidonat dalam netrofil dan
monosit, menyebabkan sintesis lebih lanjut dan
dibebaskannya mediator-mediator radang.
2. Kemotaksis. C5a menyebabkan adhesi neutrofil pada
endotel dan kemotaksis untuk monosit dan neutrofil.
3. Fagositosis. Bila C3b melekat pada dinding sel bakteri,
akan bekerja opsonin dan memudahkan fagositosis
neutrofil dan monosit yang mengandung receptor untuk
C3b pada permukaannya.
Mediator Vaskular
Pada awal inflamasi terjadi vasokontriksi sementara lalu terjadi
vasodilatasi arteriol dan aliran darah yang meningkatkan tekanan
hidrostatik intravascular dan pergerakan cairan dari kapiler menuju
ekstra vascular. Cairan ini dinamakan transudat,pada dasarnya
merupakan ultrafiltrat plasma darah yang mengandung protein.
6
Namun demikian, transudat akan segera menghilang dengan
adanya peningkatan permeabilias kapiler yang menyebabkan
adanya pergerakan cairan ke dalam cairan intertisium atau yang
disebut eksudat. Hasilnya menyebabkan mengalirnya ion dan air ke
dalam jaringan sehingga mengembung yang disebut oedema.
Mediator seluler
Saat terjadi ekstravasasi leukosit dari pembuluh ke ruang
ekstravaskular dan menuju ke jejas, ada beberapa hal yang terjadi :
(1) Marginasi dan rolling, (2) Adhesi dan Transmigrasi, (3)
kemotaksis dan aktivasi, (4) Fagositosis dan Degranulasi
7
Kemotaksis dan aktivasi
Kemotaksis merupakan proses dimana leukosit bermigrasi menuju
tempat jejas mendekati gradient kimiawi. Dalam proses kemotaksis
sel tersebut juga dapat menginduksi respon leukosit lainya yang
disebut aktivasi.
Mediator Humoral
Peningkatan permeabilitas kapiler menyebabkan adanya
perpindahan cairan atau extravasasi atau transudat. Setelah terjadi
transudat akan terjadi perpindahan cairan dari sel ke dalam
intertisium atau eksudat. Dan di intertisium ini akan terjadi proses
mediator- mediator yang lain. Lalu akan di lanjutkan ke pembuluh
limfe. Dan menuju ke proses resolusi apabila jejasnya sudah mati.
Gejala inflamasi
• Rubor (Kemerahan)
• Kalor (Panas)
8
Kalor atau panas, terjadi bersamaan dengan kemerahan
pada reaksi peradangan akut. Sebenarnya, panas secara khas
hanya merupakan reaksi peradangan yang terjadi pada
permukaan tubuh, yang secara normal lebih dingin dari 37 oC
yang merupakan suhu inti tubuh. Daerah peradangan di kulit
menjadi lebih hangat dari sekelilingnya karena lebih banyak
darah (pada suhu 37oC) dialirkan dari dalam tubuh ke permukaan
daerah yang normal. Fenomena hangat local ini tidak terlihat di
daerah meradang yang terletak jauh di dalam tubuh, karena
jaringan tersebut sudah memiliki suhu inti 37oC dan hyperemia
local tidak menimbulkan perbedaan.
• Dolor (Nyeri)
• Tumor (Pembengkakan)
Regenerasi Parenkim
9
Penggantian sel parenkim yang mati oleh proliferasi sel
cadangan, hanya dapat berlangsung bila sel-sel jaringan masih
mampu bertambah banyak. Faktor lain juga mempengaruhi
regenerasi, tetapi kita perlu meninjau dulu kemampuan sel untuk
membelah diri. Sel tubuh dibagi dalam 3 golongan berdasarkan
kemampuan untuk regenerasi yaitu : sel labil, sel stabil dan sel
permanen. Sel labil dan stabil dapat berpoliferasi sepanjang
hidupnya, sebaliknya sel permanen tidak.
10
akson yang akan melakukan regenerasi. Otot bercorak dan otot
ekstremitas dapat menunjukkan regenerasi, tetapi tidak penting
bagi pemulihan karena hilangnya otot selalu diganti jaringan parut.
Infark miokardium selalu disusul oleh jaringan parut dan tidak akan
dijumpai aktivitas pertumbuhan pada sel otot jantung yang masih
baik yang terdapat disekeliling daerah infark tersebut.
Penyembuhan primer
Dalam 24 jam, neutrofil akan uncul pada tepi insisi, dan bermigrasi
menuju bekuan fibrin. Sel basal pada tepi irisan epidermis mulai
menunjukan peningkatan proses mitosis. Dalam 24-48 jam, sel
epitel dari kedua tepi irisan mulai bermigrasi dan berproliferasi di
sepanjang dermis, dan mendepositkan komponen membran basalis
saat dalam perjalanannya. Sel tersebut bertemu di garis tengah di
bawah keropeng permukaan, menghasilkan suatu lapisan epitel tipis
yang tidak putus.
11
Dalam 5 hari, neovaskularisasi mencapai puncaknya karena jringan
granulasi mengisi ruang insisi. Serat kolagen menjadi lebih
berlimpah dan mulai menjembatan insisi. Epidermis mengembalikan
ketebalan normalnya karena differensiasi sel permukaan
menghasilkan arsitektur epidermis matur yang disertai kreatinisasi
permukaan.
Penyembuhan sekunder
12
sehinnga bila perlu cedera tersebut dapat diisi dengan jaringan
granulasi dan dilapisi sel epitel.
PENGARUH SISTEMIK
13
PENGARUH LOKAL
Imobilisasi luka, ialah suatu hal yg primer pada patah tulang. Ini
juga sangat berguna pada cedera jaringan lunaknya luas; dengan
demikian tidak terjadi pendarahan sekunder maupun dislokasi
jaringan oleh karena gerakan.
14