You are on page 1of 6

“AEMA” SEBUAH PEMBUKTIAN PERAN NYATA

MAHASISWA DALAM PEMBANGUNAN


EKONOMI BANGSA
Kondisi ekonomi dalam negeri pada tahun 2009 hingga 2010 merupakan kondisi yang cukup kritis.
Pasalnya, perlambatan ekonomi global saat ini baru akan terasa dalam dua atau tiga kuartal
mendatang (BPS, 2009). Tanda-tanda perekonomian mulai mengalami penurunan adalah
ditahun 1997 dimana pada masa itulah awal terjadinya krisis. Saat itu pertumbuhan ekonomi
Indonesia hanya berkisar pada level 4,7 persen, sangat rendah dibandingkan tahun
sebelumnya yang 7,8 persen

Kondisi perekonomian Indonesia pada 2010 diperkirakan belum akan terlepas dari krisis global,
bahkan diperkirakan semakin berat jika dibandingkan dengan tahun ini. Menurut pengamat ekonomi
Martin Panggabean di Jakarta, Selasa kondisi tersebut disebabkan oleh belum membaiknya
perekonomian global, semakin mahalnya mencari dana dari pasar, serta pemutusan hubungan kerja
(PHK) besar-besaran. Ia mengatakan, pemerintah seharusnya tidak hanya membahas soal suku bunga.
Namun juga harus mengantisipasi bagaimana ekspansi kredit, menanggulani PHK dan bagaimana
pertumbuhan ekonomi 2010. Martin mencontohkan kondisi di Amerika Serikat. Probabilitas terjadinya
depresi di AS meningkat antara 20%-30% sehingga pertumbuhan ekonomi negara adidaya itu akan
minus 5% sampai 7%.

Dengan demikian akan banyak terjadi PHK, termasuk di Indonesia. Hal-hal seperti ini yang perlu
diantisipasi oleh pemerintah. Jika pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2010 hanya 1% hingga 2%,
tingkat PHK semakin banyak, katanya. Pada tahun ini, ujarnya, Indonesia bisa sedikit optimistis karena
pertumbuhan ekonomi ada pada angka 4% hingga 4,5%. Tetapi, masalah globalnya, di negara-negara
maju itu tidak ada tanda-tanda krisis akan berakhir pada 2009. Namun, ujarnya, bila terjadi resesi
berkepanjangan diikuti dengan deflasi, harga-harga aset dan harga komoditas dampaknya sudah pasti
membesar pada 2010 (BPS, 2009).

Menurut Budiyanto (2007) mahasiswa merupakan Agent of Community Enpowerment, harus terlibat
dalam pemecahan masalah pembangunan daerah dan nasional untuk kesejahteraan masyarakat dan
harus mendapatkan pengalaman empirik untuk mengelola pemecahan masalah pembangunan daerah
dan nasional untuk kesejahteraan masyarakat. Mahasiswa juga merupakan aset bangsa sehingga
dituntut untuk aspiratif, akomodatif, responsif, dan reaktif menjadi problem solver terhadap
permasalahan pembangunan. Selain itu, mahasiswa sebagai Agent Of Change sepatutnya memiliki
semangat bekerja dan cita-cita tinggi untuk sukses dalam berbisnis seperti para pengusaha bahkan
lebih. Di era globalisasi ini, mahasiswa lebih dituntut agar mampu mengembangkan potensinya
sehingga memiliki daya saing tinggi dalam masyarakat sebagai bentuk pengabdian ketika berada di
dunia masyarakat yang lebih kompleks daripada di kampus.

Oleh Karena itu, mahasiswa harus melaksanakan AEMA sebagai bukti eksistensi yang menunjukan
bahwa mahasiswa mempunyai peran yang sangat tinggi dalam pembangunan ekonomi bangsa. AEMA
merupakan peran-peran yang dilakukan oleh mahasiswa dalam membangun ekonomi bangsa yaitu
sebagai aktor, edukator, motivator, dan akselerator yang kesemuanya bertujuan dalam membangun
ekonomi bangsa dan menunjukan arti penting mahasiswa bagi bangsa.

Tantangan Mahasiswa Dalam dan Usaha Memajukan Ekonomi Bangsa

Pembangunan mahasiswa mempunyai peran strategis dalam mendukung peningkatan ekonomi


Indonesia yang berkualitas. mahasiswa merupakan generasi penerus, penanggung jawab dan pelaku
pembangunan masa depan. Kekuatan bangsa di masa mendatang tercermin dari kualitas sumber daya
mahasiswa saat ini. Untuk itu, mahasiswa harus disiapkan dan diberdayakan agar mampu memiliki
kualitas dan keunggulan daya saing guna menghadapi tuntutan, kebutuhan, serta tantangan dan
persaingan di era global terutama dalam bidang ekonomi. Permasalahan dan tantangan yang dihadapi
dalam pembangunan ekonomi adalah :

1. Masih rendahnya akses dan kesempatan mahasiswa untuk memperoleh pendidikan;


2. Masih rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja mahasiswa;
3. Belum serasinya kebijakan kepemudaan di tingkat nasional dan daerah;
4. Rendahnya kemampuan kewirausahaan di kalangan mahasiswa;
5. Tingginya tingkat pengangguran terbuka mahasiswa;
6. Maraknya masalah-masalah sosial di kalangan mahasiswa, seperti kriminalitas, premanisme,
NAPZA, dan HIV/AIDS;
7. Masih rendahnya pembinaan dan perhatian terhadap pemuda dan Organisasi Kemasyarakatan dan
Pemuda (OKP).

Semangat perjuangan sebenarnya sudah menjadi bagian penting dari mahasiswa Indonesia sejak dulu.
Dari sanalah semangat kepemudaan harus dipupuk dan dipertahankan. Semangat kemahasiswaan
seharusnya tak boleh hilang diterjang sebagai godaan dan tantangan. Seharusnya semakin banyak
tantangan, maka semangat kemahasiswaan itu semakin membaja, semakin kuat dan semakin terlatih.
Tantangan besar sesungguhnya yang dihadapi para mahasiswa dewasa ini adalah menghadapi
globalisasi beserta dampak dan pengaruhnya yang terbilang luar biasa.

Mahasiswa sekarang lebih bangga jika dapat berperilaku kebarat-baratan, mulai dari gaya pakaian,
makanan, bahkan sikap dan pandangan hidup. Stereotype gaya hidup hura-hura itu ditunjukkan secara
gamblang lewat stasiun televisi mulai dari gaya sinetron dengan pendekatan serba hedonis, hingga
acara kontes menyanyi seperti Indonesian Idol atau AFI (Akademi Fantasi Indosiar). mahasiswa
sekarang lebih semangat memacu diri lewat “jalan pintas” menjadi penyanyi terkenal, artis lalu banyak
penggemar dan kaya lewat profesi yang serba gemerlap. Cuma segelintir mahasiswa negeri ini yang
lebih keras berupaya dalam hal prestasi dengan kegemilangan pengetahuan, penelitian, atau memeras
otak dan keringat dari intelegensinya sehingga kelak bias membangun ekonomi bangsa. Kebanyakan
mahasiswa justru ternina bobo oleh angan-angan kosong yang ditawarkan sistem kapitalisme, tanpa
menyadari bahwa “perjuangan” mereka di jalur serba hedonis, hanya bisa dikategorikan dan menjadi
sebuah perjudian atau harapan fatamorgana (Syaefudin, 2003).

Kesadaran kolektif untuk menjadikan peran mahasiswa dalam pembangunan ekonomi di tengah
masyrakat lebih konkret lagi, perlu adanya kesadaran kolektif para pemuda pada perjuangan yang
sesungguhnya. Mahasiswa perlu diberikan stimulant besar untuk dapat kembali ke jalan kebenaran,
mempertahankan semangat perjuangan dan kepemudaan. Hal yang perlu pertama kali disikapi adalah
tujuan ideal yang akan dicapai oleh para mahasiswa itu, bukan hanya sekedar tujuan antara
“perjuangan” para mahasiswa dalam kontes menyanyi, mungkin dapat dikatakan sebagai upaya untuk
dapat mencari eksistensi diri. Namun perlu diingat bahwa “perjuangan” itu hanya sekilas, menjadi
eufora sesaat, tanpa ada makna yang lebih luas secara sosial dan bagi kemanusiaan. Mahasiswa perlu
mendefinisikan kembali tujuan dan visi hidupnya secara kolektif. Dari sini kemudian akan ada
kesadaran kolektif untuk melanjutkan peran yang diwariskan para mahasiswa sebelumnya. Sebab,
hanya dengan semangat, kolektivitas, dan tekad yang kuat, bangsa ini dapat kembali berjaya dan
bangkit dari keterpurukan. Jika dilihat berbagai catatan dan berbagai predikat yang disandang
Indonesia, maka anak yang baru lahir pun mungkin akan malu menjadi orang Indonesia. Bahkan ada
buku yang berjudul seperti itu: Aku Malu Menjadi Orang Indonesia. Berbagai “rekor” memang
ditorehkan negeri ini, dengan label buruk. Kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia saat ini
berada pada peringkat ke-109 dari 174 negara di dunia. Sementara itu, Singapura, Malaysia, Brunei,
dan Thailand masing-masing berada pada peringkat ke-41 sampai 44. Posisi negeri ini bahkan di bawah
Vietnam yang baru bangkit dari perang dengan Amerika. Jika diamati pula indeks pembangunan
manusia Indonesia, maka akan dilihat fakta yang terus menurun dalam lima tahun belakangan ini. Pada
tahun 1995, Indonesia menduduki peringkat ke 104 dunia, jauh di atas Vietnam yang saat itu berada di
peringkat 120 dunia. Ironisnya, dalam tahun 2005 ini peringkat Indonesia merosot ke urutan 110 dunia
sedangkan Vietnam naik menjadi peringkat 108 dunia. Utang luar negeri yang ditanggung Indonesia
kini mencapai Rp 1.300 triliun lebih yang bila dibagi rata untuk seluruh penduduk Indonesia, mencapai
rupiah 6,5 juta perorang. Transperancy Internasional yang bermarkas di Berlin pun mengumumkan
peringkat indeks korupsi tahun 2005, dan Indonesia menempati ranking ke 137 dari 159 negara di
dunia. “Luar Biasa”.

Indonesia mungkin dapat menjadi negara yang memaluka dalam berbagai hal, hingga saat ini. Namun
ini tentu tak boleh dibiarkan berlarut. Bagaimanapun, harga diri bangsa sudah eksis dan didengungkan
dari awal. Berkaca pada pepatah melayu lama, sekali layar terkembang, pantang surut kebelakang.
Maka tentunya perlu dibentuk kesadaran kolektif terhadap bangsa ini mengenai eksistensi, kemandirian
dan harga diri bangsa. Itu sebenarnya harus dimulai dari mahasiswa seperti halnya kemerdekaan
bangsa, kebangkitan bangsa sejak kelahiran Boedi Utomo 1908, Sumpah Pemuda 1928 dan proklamasi
kemerdekaan yang semuanya digerakkan oleh motor utama para pemuda dan mahasiswa. Tentunya
diperlukan pemuda-pemuda yang tangguh, bukan para pemuda yang cengeng, atau bermental hedonis.
Maka, “cita-cita ideal Bung Karno” mahasiswa pemuda tangguh Indonesia akan benar-benar mampu
mengguncang dunia, bukan hanya sekedar orasi dan lips service semata (Adi, 2002).

“AEMA” Sebagai Bukti Peran Mahasiswa dalam Pembangunan Ekonomi Bangsa

Mahasiswa Sebagai Aktor

Artinya, mahasiswa semestinya menjadi pionir-pionir dalam praktik ekonomi bangsa. Misalnya
menjadi calon entrepreneur muda yang tangguh di kalangan mahasiswa yang mampu membangun
usaha mandiri dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. Dengan bekal kemampuan
berwirausaha, di saat lulus nanti mahasiswa akan siap untuk terjun menghadapi dunia bisnis. Bukan
hanya semasa mahasiswa, selepas kuliah nanti peran sebagai pionir semestinya tetap dilakukan Dengan
adanya pionir-pionir ini yang seiring dengan waktu diharapkan semakin banyak, masyarakat yang
dapat disejahterakan dan ikut secara langsung berperan bagi ekonomi bangsa. Dalam mengembangkan
perannya sebagai actor dalam memajukan ekonomi bangsa, mahasiswa harus mengasah berbagai
kemampuan yang dimilikinya, diantaranya adalah:

Pemerintah pun tidak tinggal diam untuk mendorong peran mahasiswa untuk memajukan ekonomi
bangsa. Salah satunya adalah, dalam rangka untuk menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan dan
meningkatkan aktivitas kewirausahaan agar para lulusan perguruan tinggi lebih menjadi pencipta
lapangan kerja dari pada pencari kerja, maka diperlukan suatu usaha nyata. Departemen Pendidikan
Nasional telah mengembangkan berbagai kebijakan dan program untuk mendukung terciptanya lulusan
perguruan tinggi yang lebih siap bekerja dan menciptakan pekerjaan. Program Kreativitas Mahasiswa
(PKM) dan Cooperative Education (Co-op) telah banyak menghasilkan alumni yang terbukti lebih
kompetitif di dunia kerja, dan hasil-hasil karya invosi mahasiswa melalui PKM potensial untuk
ditindaklanjuti secara komersial menjadi sebuah embrio bisnis berbasis Ilmu Pengetahuan, Teknologi
dan Seni (Ipteks). Kebijakan dan program penguatan kelembagaan yang mendorong peningkatan
aktivitas berwirausaha dan percepatan pertumbuhan wirausaha–wirausaha baru dengan basis IPTEKS
sangat diperlukan.

Selain itu, dengan latar belakang tersebut di atas, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
mengembangkan sebuah Program Mahasiswa Wirausaha (Student Entrepreneur Program) yang
merupakan kelanjutan dari program-program sebelumnya (PKM, Co-op, KKU,…) untuk menjembatani
para mahasiswa memasuki dunia bisnis rill melalui fasilitasi start-up bussines. Program Mahasiswa
Wirausaha (PMW), sebagai bagian dari strategi pendidikan di Perguruan Tinggi, dimaksudkan untuk
memfasilitasi para mahasiswa yang mempunyai minat dan bakat kewirausahaan untuk memulai
berwirausaha dengan basis ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang sedang dipelajarinya. Fasilitas
yang diberikan meliputi pendidikan dan pelatihan kewirausahaan magang, penyusunan rencana bisnis,
dukungan permodalan dan pendampingan usaha. Program ini diharapkan mampu mendukung visi-misi
pemerintah dalam mewujudkan kemandirian bangsa melalui penciptaan lapangan kerja dan
pemberdayaan UKM.

Mahasiswa Sebagai Edukator

Sebagai kelompok masyarakat terdidik, mahasiswa secara relatif lebih cepat memahami dan memiliki
akses ke khasanah wacana ekonomi bangsa dan memahami lebih dalam permasalah yang ada pada
perekonomian bangsa ketimbang kelompok masyarakat lain. Karenanya, mahasiswa harus mampu
mengedukasi masyarakat agar pemahamannya tentang ekonomi bangsa bisa meningkat hingga praktik
untuk meningkatkan ekonomi bangsa di tengah masyarakat juga semakin berkembang. Tapi harus
disadari, untuk bisa menjadi pionir dan mengedukasi masyarakat tentu diperlukan kesediaan mahasiswa
untuk terus menerus mengkaji permasalahan ekonomi yang terjadi pada bangsa Indonesia (Gilbert,
2006).

Sebagai contoh, pertumbuhan ekonomi suatu negara pada dasarnya tidak terlepas dari meningkatnya
jumlah penduduk yang berjiwa wirausaha (entrepreneur). Kurangnya jumlah masyarakat yang memiliki
jiwa wirausaha di Indonesia, antara lain disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang
kewirausahaan, etos kerja yang kurang menghargai kerja keras, cepat puas dengan hasil kerja dan
pengaruh penjajahan yang terlalu lama serta kondisi ekonomi yang belum membaik. Tahun 2008 lebih
dari 10 juta orang tidak memiliki pekerjaan.

Berdasarkan data BPS (Biro Pusat Statistik), tercatat angka kemiskinan 15,4 persen, artinya 10.3 juta
jiwa dari jumlah penduduk Indonesia berada di bawah garis kemiskinan. Dalam hal ini, sikap mental
yang baik dalam mendukung pembangunan, khususnya pertumbuhan perekonomian, perlu ditanamkan
pada diri individu masing-masing masyarakat. Sesuai yang dikemukakan oleh Charles Scrciber
(Buchori Alma, 2001:15) berdasarkan hasil penelitian bahwa keberhasilan seseorang ditentukan oleh
pendidikan formal hanya sebesar 15 % dan selebihnya (85 %) ditentukan oleh sikap mental atau
kepribadian.

Selain itu, saat ini pengangguran tak hanya berstatus lulusan SD sampai SMA saja, tetapi banyak juga
sarjana. Perusahaan semakin selektif menerima karyawan baru sementara tingkat persaingan semakin
tinggi. Tidak ada jaminan seorang sarjana mudah memperoleh pekerjaan. Sebagai seorang mahasiswa
yang ingin mengembangkan jiwa wirausaha (entrepreneur student). harus mampu belajar merubah
sikap mental yang kurang baik dan perlu dimulai dengan kesadaran dan kemauan untuk mempelajari
ilmu kewirausahaan, kemudian menghayati dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari
(Suparlan, 1984). Disinilah peran mahasiswa edukator sangat diperlukan dalam pengembangan
ekonomi bangsa.

Mahasiswa Sebagai Motivator

Pembangunan ekonomi bangsa terutama di daerah-daerah sering menimbulkan rasa putus asa bagi
masyarakat, terutama masyarakat yang gagal dalam berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya.
Disinilah diperlukan motivasi terus menerus, terutama dari para mahasiswa untuk tidak mudah putus
asa dalam membangun ekonomi bangsa yang dimulai dari masyarakat kecil dahulu, seperti dalam
melakukan usaha-usaha kecil seperti UKM. Bila mahasiswa yang katanya cenderung idealistik saja
putus asa dalam membangun kemandirian ekonomi bangsa, apa lagi masyarakat yang cenderung lebih
pragmatis (Mc Celland, 1987).

Sebagai generasi intelektual dan sebagai motivator, mahasiswa diharapkan dapat berperan untuk
mendorong pembangunan perkenomian di pedesaan. Terutama, dengan disiplin ilmu yang dimiliki
selama kuliah di perguruan tinggi, mampu menjadi modal memotivasi masyarakat agar bekerja keras
membangun desa. mahasiswa merupakan motivator dan fasilitator pembangunan karena ilmu yang
dimiliki, harus diterapkan dalam kehidupan dalam masyarakat di desa. Mengingat mahasiswa adalah
generasi penerus bangsa yang mempunyai kualitas baik, maka dituntut untuk selalu bersikap kritis
dalam proses pembangunan ekonomi bangsa (Wacik, 2006).

Sebelum menjadi seorang motivator, pemahaman kewirausahaan juga harus dimiliki oleh mahasiswa
karena mahasiswa sebagai penerus bangsa diharapkan mampu menjadi tulang punggung negara.
Sehingga dengan hasil pendidikan yang dikuasainya mampu menciptakan lapangan kerja dan
memotivasi masyarakat untuk megikuti jejaknya, bukan menambah jumlah pengangguran setelah ia
lulus dari sebuah perguruan tinggi dan diharapkan mampu bekerja dengan baik, dilihat dari segi ilmu
maupun teknis lapangan. Jadi, sebisa mungkin seorang mahasiswa dituntut untuk berpikir secara kreatif
terhadap peluang bisnis yang ada di masyarakat dan berani mencoba untuk memulai usaha. Jangan
bersikap apatis, karena sulit mencari pekerjaan setelah melamar ke mana- mana dan hasilnya selalu
nihil. Mereka lupa bahwa sebenarnya bekerja tidak hanya di perusahaan ataupun menjadi pegawai
negeri, salah satunya menjadi seorang wirausaha dan mampu membuat wirausaha-wirausaha baru.

Jadi, yang harus dilakukan mahasiswa sebelum banar-benar terjun kepada masyarakat terutama
menjadi motivator adalah memiliki sejumlah kriteria, antara lain: kemampuan (ability), kapasitas
(capacity), keahlian/kecakapan (skill) dalam berkomunikasi, memotivasi, dan yang lainnya adalah;
pengetahuan/wawasan (knowledge); pengalaman (experience); kemampuan mengembangkan pengaruh
(influence); kemampuan menggalang solidaritas (Solidarity maker); serta kemampuan memecahkan
masalah (decision making) (Haris, 2001).

Memiliki integritas (integrity), yakni memiliki kepribadian yang utuh/berwibawa (kharisma); bijaksana
(wisdom); bersikap empatik; memiliki prinsip-prinsip yang utama dalam hidupnya; menjadi panutan
(kelompok referensi utama); serta, mampu mengutamakan kepentingan lebih besar, ketimbang
kepentingan kecil dan sempit (negarawan). Di atas semua itu, seorang pemimpin harus totalitas dalam
mengerahkan segenap potensi yang ada pada dirinya untuk kemajuan organisasi (prinsip totality) lebih
jauh dalam membangun daerah dengan potensi SDM dan SDA yang ada.

Mahasiswa Sebagai Akselerator

Mahasiswa tidak boleh puas sekadar melihat sebagian wajah ekonomi bangsa. Harus ada upaya terus
menerus dengan mendorong percepatan (akselerasi) penerapan dan kesadaran membangun ekonomi
bangsa hingga betul-betul terwujud di tengah masyarakat.

Mahasiswa Indonesia harus berani melakukan otokritik, sekaligus membenahi diri, meningkatkan
kualitas sumberdaya manusianya, dan siap berkiprah di tengah-tengah masyarakat, mewarnai di
berbagai lini kehidupan bangsa. Bangsa ini membutuhkan peran dan sumbangsih kalangan mahasiswa
secara nyata, sehingga tentu sesungguhnya tugas dan peran mahasiswa tidaklah ringan. Mahasiswa
Indonesia diharapkan mampu mengambil setiap peluang yang ada dan memanfaatkannya secara baik,
demi kemajuan bangsa. Masa depan bangsa ini terletak di tangan mahasiswa karena mahasiswa adalah
Agen Peubah (Agent of Change) dan Agen Analisis (Agent of Analysis), yang senantiasa
memprakarsai perubahan-perubahan untuk kemaslahatan dan menganalisis problematika bangsa salah
satunya dalam bidang ekonomi.

Konteks Peran Pemuda dalam Memanifestasikan Perubahan Bangsa, pemuda hendaknya tidak lagi
hanya terpaku pada persoalan-persoalan lokal dan nasional, tetapi tanpa menyadari konteks
internasional. Ajakan John Nesbit perlu dilakukan: yaitu “Think Globally, Act Locally” bahwa
walaupun kita bertindak lokal (nasioanal), tetapi cara berpikirnya adalah global. Bahwa pemuda hidup
di dalam komunitas internasional, yang sedkit banyak akan membawa pengaruh bagi dinamika aneka
kehidupan lokal dan nasional (Remi, 2002).

Sebagai akselerator, banyak orang mengatakannya sebagai agent perubahan, memiliki ide-ide
cemerlang dan kapasitas intelektual, pembangun peradaban, hingga kata-kata lainnya yang menunjukan
kepahlawanan mahasiswa. Disebutlah mahasiswa sebagai pengawal kemerdekaan republik Indonesia
tahun 45, meruntuhkan rezim orde lama tahun 65, hingga melahirkan reformasi dan meruntuhkan rezim
orde baru tahun 98. Semua itu, pada dasarnya adalah sebuah atribut yang melekat pada mahasiswa.
Sama halnya dengan kata mahasiswa itu sendiri yang hanyalah berarti sebuah atribut dalam difrensiasi
sosial yang terjadi di masyarakat. Mahasiswa pada dasarnya sama dengan kata pedagang, petani, atau
pemulung sampah (Firdaus, 2004).

Mahasiswa memang menjadi komunitas yang unik di mana dalam catatan sejarah perubahan selalu
menjadi garda terdepan dan motor penggerak perubahan. Mahasiswa di kenal dengan jiwa patriotnya
serta pengorbanan yang tulus tanpa pamrih. Oleh karena itu dalam hal pembanguna ekonomi bangsa
mahasiswa telah dan akan selalu menjadi garda terdepan dalam pembangunan ekonomi bangsa.

Mahasiswa Kunci Pembangunan Ekonomi Bangsa

Mahasiswa sebagai ujung tombak yang menjelma menjadi sebuah amunisi dari maju mundurnya
sebuah bangsa harus senantiasa siap untuk selalu berkiprah dan memberikan sumbangsihnya untuk
kemajuan Negara kita. Sebagai mana yang telah diharapkan oleh proklamator tanah negeri ini. Dengan
harapan mudah-mudahan semua mahasiswa dan generasi penerus harapan bangsa, dapat menjelma
menjadi Bil Gates-Bil Gates masa depan, yang senantiasa menjadi motor pergerakkan kemajuan
bangsa.

Untuk itulah, maka kita wajib bekerja keras membangun bangsa agar kita dapat memiliki kebanggaan
dan percaya diri. Kalau bangsa kita lemah, miskin, dan terbelakang, maka bangsa kita akan menjadi
bangsa yang diremehkan oleh bangsa-bangsa lain. Pada akhirnya, kita ingin menegaskan kembali
bahwa faham dan semangat kebangsaan masih tetap relevan dengan kehidupan kita sekarang. Namun,
kita harus memberikan makna baru kepada faham dan semangat kebangsaan kita. Kalau dulu, faham
dan semangat itu kita jadikan landasan untuk mengusir penjajah, sekarang harus kita jadikan sebagai
landasan untuk membangun bangsa, agar kita menjadi bangsa yang maju, terhormat, dan bermartabat.
Kalau dulu, pahlawan adalah yang gugur di medan pertempuran, kini pahlawan adalah yang mampu
membawa rakyat menuju kesejahteraan yang hakiki. Kita semua tentu berharap para mahasiswa berada
kembali di garis depan dalam menaklukkan dan memanfaatkan tantangan global

AEMA, merupakan sebuah bentuk nyata yang dapat diberikan oleh mahasiswa dalam upaya
membangun ekonomi bangsa yang terdiri dari peran sebagai aktor yang artinya, mahasiswa semestinya
menjadi pionir-pionir dalam praktik ekonomi bangsa. Sebagai edukator mahasiswa harus mampu
mengedukasi masyarakat agar pemahamannya tentang ekonomi bangsa bisa meningkat hingga praktik
untuk meningkatkan ekonomi bangsa di tengah masyarakat juga semakin berkembang. Sebagai
motivator mahasiswa harus member motivasi terus menerus, pada masyarakat untuk tidak mudah putus
asa dalam membangun ekonomi bangsa yang dimulai dari masyarakat kecil dahulu, seperti dalam
melakukan usaha-usaha kecil seperti UKM. Dan, sebagai akselerator mahasiswa tidak boleh puas
sekadar melihat sebagian wajah ekonomi bangsa. Harus ada upaya terus menerus dengan mendorong
percepatan (akselerasi) penerapan dan kesadaran membangun ekonomi bangsa hingga betul-betul
terwujud di tengah masyarakat.

Untuk mahasiswa, kesadara melakukan “AEMA” harus diaplikasikan langsung pada masyarakat, agar
benar-benar manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyaraat. Untu pemerintah agar semua usaha
mahasiswa seperti melakukan AEMA untuk memajukan ekonomi bangsa, harus diberikan apresiasi
yang lebih seperti dalam hal bantuan dana atau dalam berbagai hal yang mendukung pelaksanaan peran
AEMA yang dilakukan oleh mahasiswa.

You might also like