Professional Documents
Culture Documents
Big bang jilid dua? Ya itulah suatu keniscayaan yang akan terjadi, bagi keyakinan kita
sebagai orang yang mengaku beriman. Sebenarnya yang saya maksud dengan big bang
jilid dua tidak lain adalah kejadian alam akhirat yang baru setelah alam dunia yaitu yang
diawali hari kehancuran dan kebangkitan―yang kita kenal hari kiamat―tapi dengan
menawarkan suatu perspektif pemahaman yang agak berbeda dengan pemahaman
umum masyarakat tentang kiamat. Saya akan coba
menguraikan seperti apa gambaran tentang big bang
jilid dua.
Pertamatama mari kenali tentang big bang―atau
dentuman besar dalam bahasa Indonesia. Big bang
adalah sebuah peristiwa permulaan awal semesta yang
diyakini dan telah dibuktikan secara ilmiah oleh para
ilmuwan fisika dan astronomi. Disebut big bang karena
alam semesta yang ada sekarang terjadi akibat sebuah
ledakan yang sangat besar namun hanya berasal dari sebuah singularitas. Singularitas
artinya adalah sebuah titik yang memiliki kerapatan massa tak terhingga, atau sebuah
titik tunggal mikro yang menyimpan seluruh massa alam semesta sekarang. Dalam arti
lain dari tiada menjadi ada.
Peristiwa big bang adalah sebuah keajaiban penciptaan yang maha dahsyat di mana
sebuah titik tak berarti bisa berubah (berevolusi) menjadi alam semesta yang sangat luas
dan berlaku hukumhukum yang dikenal dalam fisika seperti sekarang ini. Bahkan
informasi ini telah tertulis dalam AlQur’an:
Dan apakah orangorang kafir tidak mengetahui bahwa langitlangit dan bumi itu
dulunya adalah bertautan, lalu Kami belah keduanya?...(AlAnbiya/21:30)
Ayat tersebut mengabarkan bahwa bumi yang ada sekarang beserta seluruh dimensi
ruang waktu alam semesta muncul yang berawal dari satu bagian (singularitas). Dan di
ayat yang lain juga mengabarkan tentang pengembangan (meluasnya) alam semesta
yang masih terus terjadi, mulai dari peristiwa big bang sampai sekarang―yang telah
terbukti ilmiah oleh kecanggihan teknologi modern.
Dan langit Kami bangun dengan kekuatan, dan sesungguhnya Kami benarbenar
meluaskannya. (AdzDzariyat:47)
Lalu bagaimana istilah “big bang jilid dua” saya pakai untuk menjelaskan peristiwa
kiamat? Semua itu akan saya jabarkan dalam paragraf berikutnya. Pertamatama saya
akan menjelaskan tentang “kasus” penciptaan nabi Adam AS, barulah tentang hari
kehancuran dan kebangkitan termasuk surga dan neraka.
Dalam paragraf ini saya menjelaskan mengenai sejarah nabi Adam AS yang berkaitan
tentang surga. Menurut sebagian pendapat ulama, terutama juga masyarakat
umum―adalah bahwa nabi Adam dikeluarkan dari surga akibat godaan Iblis saat berada
di surga. Namun saya menggunakan pandangan lain—mengutip dari penjelasan
beberapa ustadz dan ulama—bahwa sesungguhnya kata arab “jannah” yang diartikan
surga―yang ditinggali Adam―bukanlah jannah akhirat (surga sebenarnya). Kata
jannah dilihat arti secara bahasa adalah yang tersembunyi (asalnya janana) atau juga
bermakna kebun yang dipenuhi tanaman. Sedangkan kata “surga” dalam bahasa
Indonesia, yang saya tahu diambil dari bahasa sansekerta yang berarti kenikmatan.
Dengan alasan tersebut berarti bahwa surganya nabi Adam adalah sebuah kebun di
bumi, alasan ini berdasar bahwa Adam memang telah dipersiapkan sebagai khalifah di
bumi.
Dan (ingatlah) ketika Rabbmu telah berkata kepada malaikatmalaikat:
“Sesungguhnya Aku akan menjadikan khalifah di bumi...(AlBaqarah: 30)
Dan Allah mengajarkan namanama kepada Adam, kemudian dinyatakannya kepada
malaikatmalaikat…(AlBaqarah: 31)
Alasan kedua adalah bahwa di surga (jannah akhirat) hanya ada kedamaian, tiada
dendam dan permusuhan seperti yang terjadi dalam kisah nabi Adam ketika
dijerumuskan Iblis.
Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang
mereka merasa bersaudara duduk berhadaphadapan di atas ranjangranjang. (Al
Hijr: 47)
Kesimpulannya adalah bahwa semenjak awal Adam diciptakan, adalah Adam telah
berada di bumi bukan di surga (sebenarnya). Sedangkan surga dan neraka ada pada saat
terjadinya “big bang jilid dua”.
Selanjutnya saya akan coba jelaskan tentang perubahan materi kosmos (alam
semesta) yang membentuk alam dunia menuju alam akhirat. Menurut saya setelah
adanya big bang pertama yang membentuk alam semesta sekarang beserta sifatsifat dan
hukumhukum yang berlaku padanya (contohnya sifat dan hukum materi yang membuat
segala benda selalu berubah menjadi tua lalu musnah menjadi bentuk lain), maka akan
ada big bang jilid dua yang merubah watak yang berlaku pada materi kosmos. Artinya
bahwa padang mahsyar, surga dan neraka tempatnya berada di alam semesta yang kita
tempati ini, namun telah berubah struktur, sifat dan hukum yang berlaku padanya. Allah
telah menginformasikannya dari ayat berikut:
(Yaitu) pada hari (ketika) bumi ini diganti dengan bumi lain dan (demikian pula)
langit, dan mereka semuanya (di padang mahsyar) berkumpul menghadap kepada
Allah Yang Maha Esa (lagi) Maha Perkasa (Ibrahim: 48).
Dalam AlQu’ran mari kita ambil dua buah kata untuk menjelaskan peristiwa hari
akhir, yaitu hari alsa’ah dan hari alqiyamat, karena dua kata tersebut berkaitan dengan
peniupan sangkakala (tanda dimulainya hari akhir). Jadi peristiwa big bang jilid dua ini
berlangsung melalui dua tahap yaitu alsa’ah dan alqiyamat, dimana arti secara bahasa
alsa’ah berarti kehancuran sedangkan alqiyamat berarti kebangkitan. Salah satu ayat
alqur’an terjemahnya berbunyi:
Dan ditiuplah sangkakala (alshur), maka binasalah siapasiapa yang ada di langit
dan di bumi, kecuali siapasiapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiuplah
(sangkakala) sekali lagi, maka tibatiba mereka berdiri (bangkit dari mati)
menunggu. Dan terangbenderanglah bumi (Padang Mahsyar) dengan cahaya
(keadilan) Rabbnya. Dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing
masing) dan didatangkanlah para nabi dan para saksi dan diberi keputusan di
antara mereka dengan adil, dan mereka tidak dirugikan. (AzZumar: 6869)
Kata alshur diterjemahkan ‘sangkakala’ atau juga ‘terompet’ menurut kamus bahasa
Indonesia. Terompet atau alshur menurut M. Syahrur―dalam buku “Dialektika
kosmos dan manusia―adalah menggambarkan lompatan yang tibatiba atau arti secara
bahasa adalah “tempat kembali”. Nakh (peniupan) dalam bahasa Arab makna dasarnya
“naik” atau tinggi”. Peniupan terompet maksudnya adalah proses secara cepat dalam
perubahan kejadian yang merupakan proses akhir, inilah yang dimaksud dengan
lompatan (lebih jelasnya baca buku karya M. Syahrur yang disebut di atas―pen.). Dari
penjelasan di atas tersebut bisa diambil pandangan bahwa alsa’ah atau kehancuran
terjadi akibat ditiupnya terompet kali pertama atau ledakan kosmos (alam semesta) yang
merupakan perubahan materi alam dunia menuju materi alam akhirat (surga dan neraka)
yang memiliki watak dan hukum berbeda―dengan dunia―yang berlaku pada materi,
sebagaimana penciptaan alam semesta pertama dalam beberapa masa (waktu).
Tiupan terompet atau ledakan kosmos ini menyebabkan kepunahan manusia―peristiwa
ini bisa kita analogikan dengan kepunahan dinosaurus yang menurut para ahli arkeologi
berlangsung dalam kurun waktu yang sama (sekitar 65 juta tahun lalu, dengan kualitas
kehancuran yang berbeda tentunya). Sedangkan alqiyamat atau kebangkitan terjadi
akibat ditiupnya terompet kali kedua berupa sebuah “ledakan” penciptaan (kebangkitan)
manusia sebagaimana penciptaan makhluk hidup pertama―dikenal dengan sebutan
“ledakan kambrium” (kemunculan serentak hewanhewan bumi pertama di laut yang
sangat kompleks struktur tubuhnya dalam masa yang sama) oleh para ahli
arkeologi―juga penciptaan hewan lain sesudahnya dan nabi Adam AS. Semua itu
adalah mudah bagi Allah seperti disebutkan dalam ayatayat tentang mukjizat
penciptaan atau kebangkitan.
Sesungguhnya misal kejadian ‘Isa di sisi Allah adalah sama seperti kejadian Adam.
Ia menjadikan dia dari tanah, kemudian berkata kepadanya “kun (jadi), maka
jadilah”. (Ali Imran: 59).
(Ingatlah) ketika Allah berkata: “Hai ‘Isa putra Maryam! Ingatlah nikmatKu
atasmu dan atas ibumu diwaktu Aku menguatkanmu dengan Ruh Qudus (Jibril).
Kamu dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan sesudah
dewasa. Dan (ingatlah) ketika Aku mengajarmu menulis Kitab, Hikmah, Taurat, dan
Injil. Dan (ingatlah pula) ketika kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang
berupa burung dengan izinKu, kemudian kamu meniup padanya, lalu bentuk itu
menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizinKu…” (AlMaidah: 110)
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “(Ya) Rabbku, perlihatkanlah padaku
bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.” (Allah) berkata: “Apakah kamu
belum yakin?” (Ibrahim) menjawab: “Aku telah meyakininya, tetapi agar hatiku
mantap.” (Allah) berkata: “Maka ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah
semuanya olehmu. Lalu letakkanlah di atas tiaptiap satu bukit satu bagian dari
bagianbagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu
dengan segera.” Dan ketahuilah sesungguhnya Allah Mahaperkasa (lagi)
Mahabijaksana.
(AlBaqarah: 260)
Sesudah manusia dibangkitkan dari bumi saat peniupan terompet kali kedua, maka
manusia telah berada dalam alam materi yang sama sekali berbeda dengan sebelumnya
karena alam materi saat itu telah berubah menjadi alam akhirat yang memiliki dua
tempat―surga dan neraka―yang memiliki watak berbeda namun keduanya abadi (tidak
seperti sifat materi alam dunia yang fana―lahir, berubah tua dan binasa).
Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli)
pada waktu yang lain,
(yaitu) di Sidratil Muntaha.
Di dekatnya ada surga tempat tinggal,
(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang
meliputinya.
Penglihatannya (muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak
(pula) melampauinya.
Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tandatanda (kekuasaan) Tuhannya
yang paling besar.
(AnNajm: 1318)
Dari sanalah penulis mengakui kekeliruan selama ini, bahwa surga dan neraka belum
ada, maka saya meralat bahwa keberadaan keduanya sudah ada saat ini namun belumlah
saatnya Allah perlihatkan. Maka dengan ini penulis berharap semoga Allah
mengampuni dan mema'afkan kesalahan saya dan semoga pembaca bisa mendapat
hikmah dari semua, memahami dan memaklumi kesalahan. Sesungguhnya yang haq dari
Allah dan yang salah dari saya seorang hamba yang lemah. Wallahu'alam.