You are on page 1of 8

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Di dalam tanah, yang merupakan tempat hidup organisme yang
menyediakan segala nutrisi yang dibutuhkan oleh tanaman terdapat banyak sekali
hewan ataupun mikroorganisme serta organisme-organisme lain. Organisme
tersebut ada yang bersifat menguntungkan ataupun merugikan. Salah satu
organisme yang mengganggu tanaman adalah parasit. Parasitisme, baik yang
berupa hewan atau tumbuhan maupun mikroorganisme semuanya dapat
mengganggu tanaman, bahkan dapat mematikan tanaman itu sendiri.
Pada praktikum ini, akan diamati parasit pada akar tanaman. Dalam hal
tersebut ada banyak sekali parasitisme yang menyerang akar tanaman, diantaranya
adalah meloidogyne spp.
Nematoda ini terkadang disebut nematoda puru akar. meloidogyne spp
merupakan parasit yang umum pada berbagai tanamanpertanian dan tumbuhan
liar, khususnya di kawasan tropikadan daerah beriklim sedang.sampai saat ini
tercatat lebih dari 2000 jenis tumbuhan dapat menjadi inang dari meloidogyne
spp. Gejala yang ditimbulkan yang khas adalah adanya bintil-bintil pada akar,
yang agak mirip dengan bintil akar bakteri penambat nitrogen pada kacang-
kacangan. Puru tidak hanya terbatas pada akar tetapi juga pada umbi tanaman.

2. Tujuan
1. meloidogyne spp merupakan parasit yang cukup berbahaya bagi tanaman,
sehingga mempelajari siklus hidupnya adalah hal yang cukup membantu
dalam pengendalian parasit tersebut.
2. untuk mengetahui dan mempelajari fase pertumbuhan meloidogyne spp
dan cara-caranya memasuki akar tanaman.
3. untuk mempelajari morfologi meloidogyne spp pada fase-fase
juvenilenya.

1
BAB II
BAHAN DAN METODE

2.1 Bahan dan Alat


Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :
• Akar tanaman yang telah diwarnai dengan Acid Fuchsin

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah :


• Mikroskop cahaya
• Kaca preparat
• Cawan
• Jarum inokulasi

2.2 Metode
Metode untuk mengamati siklus hidup nematoda dari akar dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu metode membedah langsung jaringan dan
metode pewarnaan nematoda.

Pada praktikum kali ini, metode yang dilakukan adalah metode


pewarnaan nematoda yang menggunakan akar tanaman yang mengandung
nematoda dengan ciri akar terdapat bintil membentuk puru akar yang khas.
Akar tersebut dipotong-potong lalu diberi pewarna Acid Fuchsin untuk
mempermudah dalam pengamatan siklus hidup nematoda.

Pengamatan diawali dengan mengambil beberapa potong akar yang


telah diwarnai tersebut dari cawan dengan bantuan jarum inokulasi dan
meletakkannya di atas kaca preparat secara sejajar lalu ditutup dengan kaca
preparat tanpa ditekan. Kemudian preparat dapat langsung diamati di bawah
mikroskop.

2
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar siklus hidup Meloidogyne

http://www.ctahr.hawaii.edu/nelsons/coffee/nema-cycle1.jpg

http://ditlin.hortikultura.deptan.go.id/ Meloidogyne betina dewasa dan telur


makalah/gambar01.JPG (hasil pengamatan kelompok)

3
Meloidogyne J2, J3 Meloidogyne J2, J3

Nama Meloidogyne berasal dari dua kata (Yunani) yang berarti "apel-
berbentuk" dan "perempuan". Wanita memiliki 2 ovaries, prodelphic; dewasa
bengkak; telur deposit dalam matriks keras oleh enam kelenjar dubur, telur tidak
disimpan dalam tubuh perempuan. Tubuh betina tidak berupa kista, pergoresan
“S” di belakang betina membentuk sidik jari-pola seperti perineal. Sirip belakang
yang saling tumpang tindih disebut esophageal kelenjar. Sementara itu jantan
memiliki 1 testis, tapi kadang-kadang dua. Jantan tidak memiliki caudal alae;yang
memiliki karakteristik setengah-gerakan tubuh yang mewajibkan parasit tak
berpindah-pindah dari akar, biasanya membentuk galls. Keunggulan dari
parthenogenisis ini terkait dengan endoparasitisme, berbeda dengan semi-
endoparasites yang lebih umum dalam spesies dengan galls kecil; misalnya, M.
hapla. Meloidogyne layaknya nematoda pada umumnya, lebih berkembang
dengan baik pada kondisi lembab dan kadar air yang cukup.
Nematoda puru akar (Meloidogyne spp.) merupakan salah satu hama yang
dapat menjadi faktor pembatas dalam budidaya tanaman. Nematoda puru akar
merupakan nematoda endoparasit menetap (sedentary endoparasi) yang
menyerang akar dan membentuk puru akar. Di daerah tropis dapat merusak
pertanaman sepanjang tahun, dan kerugian yang di-sebabkan oleh nematoda
endoparasit sekitar 10 persen, 4 persen diantaranya disebabkan oleh Meloidogyne
spp. (Caldwell, 1973). Di Florida di-laporkan bahwa penurunan hasil tanaman
kedelai yang disebabkan oleh nematoda puru akar (M. incognita) berkisar antara
32 – 90%. Laporan penelitian tersebut mengingatkan bahwa nematoda puru akar
merupakan ancaman pada tanaman kedelai (Lim dan Castillo, 1978).
Pada pengamatan kali ini dapat diperhatikan adanya jumlah nematoda
yang cukup banyak pada akar yang diamati. J1, J2, J3 dan nematoda dewasa dapat
ditemukan. Hal ini merupakan suatu indikator bahwa di dalam lahan pertanian
daerah sekitar kita sudah terdapat benyak sekali meloidogyne. Dengan mengamati
bagian yang menyerap warna merah dari pewarna asam yang diberikan, maka kita
dapat mengamati Meloidogyne pada fase-fase yang berbeda. Dengan mengamati

4
maka kita dapat menganalisis bagaimana Meloidogyne merusak bagian akar
tanaman.
Tingkat populasi awal nematoda puru akar sangat menentukan terhadap
populasi nematoda yang terjadi. Semakin banyak jumlah nematoda yang
diinokulasikan mengakibatkan semakin tinggi populasi yang terjadi. Dalam hal
perkembangan populasi nematoda. Adapun tahapan perkembangan meloidogyne
dimulai dari telur yang berasal dari nematoda dewasa dan berada di luar akar atau
biasa disebut juvenil 1. kemudian telur menetas dan terbentuk juvenil 2 berbentuk
seperti cacing yang kemudian menetrasi masuk ke dalam jaringan akar melalui
ujung akar. Setelah itu juvenil 2 yang telah berada di dalam jaringan tanaman
mengalami pembengkakan sel yang disebut juvenil 3. Selanjutnya juvenil 3
berkembang menjadi nematoda dewasa dengan cirri-ciri ukuran tubuh yang besar
dan berbentuk bulat seperti buah pir.
Juvenil 1 atau telur mulanya teramati dengan kondisi yang berupa telur
dengan serat yang terlihat kasar. J1 berada di luar jaringan tanaman dan
berkembang menjadi J2.
J2 (juvenil 2) tertarik dengan ujung akar di zona pemanjangan. Mereka
juga tertarik pada bidang sisi timbul akar. Mereka terpancing ke ujung akar oleh
CO2, dan mungkin oleh molekul-molekul kecil yang tak terlihat, mungkin asam
amino atau zat lain. J2 menetrasi kedalam zona pemanjangan dengan sistem
mekanik (stilet) dan mungkin kimia (sellulase dan pectinase). Ia bergerak antara
kulit akar dan kayu akar daripada melalui cortical sel diantara ujung akar yaitu
bagian meristem, dan migrasi kembali ke vascular silinder di zona pemanjangan
dari sel. J2 bergerak melalui ujung akar langsung ke jaringan vascular. J2 yang
menetrasi ke dalam sel dengan stylet dan memulai pembengkakan sel dari potensi
vascular jaringan. Jadi kelenjar Subventral menonjol dua hari setelah tembus akar.
Subventral kelenjar adalah yang paling terlihat dan aktif dalam J2 bagian tubuh
mereka bersembunyi dan berkembang menjadi nematoda dewasa. Ada bukti kuat
bahwa mereka memproduksi enzim pembengkakan sel inisiasi walaupun struktur
sekresi mereka menunjukkan bahwa enzim tersebut akan dikeluarkan kembali ke
usus. Sebagai nematoda tumbuh dan molts, sirip belakang yang esophageal
kelenjar (DEG) menjadi lebih menonjol dan sekresi adalah untuk merangsang

5
pemikiran multinucleate raksasa sel. Oleh sebab itu, J2 banyak ditemukan di
dalam akar bagian ujung.
Pada perkembangan J3 meloidogyne, kurang lebih sama dengan J2, hanya
saja pada perkembanganya menuju J3, J2 berpindah lokasi dan pembengkakan
ukuran sel semakin besar. Meloidogyne dewasa akan mengeluarkan telur-telur
yang akan berkembang menjadi nematoda baru. Namun ada perbedaan yang
sangat besar antara meloidogyne jantan dan betina. Meloidogyne jantan setelah
dewasa hidupnya berada di luar jaringan tanaman, dia hanya hidup di dalam
jaringan tanaman hingga juvenil 3. Sementara itu, meloidogyne betina semenjak
juvenil dua mulai menetrasi kedalam jaringan tanaman melalui ujung akar dan
menghabiskan fase hidupnya di dalam jaringan tanaman. Karena siklus hidupnya
sebagian besar berada di dalam jaringan tanaman, maka meloidogyne disebut
sebagai endoparasit.

6
BAB IV
KESIMPULAN
Meloidogyne merupakan salah satu nematoda yang besifat endoparasit,
yang sebagian besar hidupnya di dalam jaringan tanaman sehingga sangat
merusak jaringan akar tanaman. Pembengkakan pada akar tanaman dapat merusak
jaringan dan mengganggu mekanisme pengangkutan nutrisi tanaman tersebut.
Pembengkakan ukuran sel meloidogyne dapat diamati dengan adanya bintil-bintil
akar seperti bintil akar bakteri penambat nitrogen pada kacang-kacangan.
Meloidogyne akan berwarna merah saat diberi pewarna asam.
Dari hasil pengamatan telah diperoleh bahwa betina dewasa berbentuk
bulat seperti buah pir, sedangkan jantan dewasa berbentuk seperti cacing. siklus
hidup nematoda Meloidogyne spp. diawali dari telur, empat stadia larva, dan
dewasa. Betina dewasa bertelur pada tanaman inang dan dilanjutkan fase juvenil
(J1-J2-J3-J4).

7
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

.
Dropkin V. H. 1998. Pengantar Nematologi Tumbuhan. Supratoyo, penerjemah.
Terjemahan dari : Introduction to Plant Nematology. Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
Supratoyo. 1977. Macam Spesies dan Peranan Nematoda Puru Akar
(Meloidogyne spp.) pada Pertanaman Tomat di DIY. Laporan Penelitian.
Lemlit UGM. Yogyakarta
http://www.ctahr.hawaii.edu/nelsons/coffee/nema-cycle1.jpg
http://ditlin.hortikultura.deptan.go.id/makalah/gambar01.JPG

You might also like