You are on page 1of 42

Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia

Nama : Adi Dzar Ghiffari


Kelas : 2 DB 17
NPM : 30108060

HAK DAN KEWAJIBAN BANGSA INDONESIA DALAM UUD 1945.


Kita dapat bedakan pengertian hak dan kewajiban yaitu:
Hak adalah: Sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung kepada kita
sendiri.
Contohnya: Hak mendapatkan pengajaran, hak bebas memberi suara pada Pemilu

Kewajiban adalah: Sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab.
Contohnya: Melaksanakan tata tertib di sekolah,di kampus dan membayar SPP atau
melaksanakan tugas yang diberikan guru/dosen dengan sebaik-baiknya dan sebagainya.

Sebagai warga negara yang baik kita wajib membina dan melaksanakan hak dan kewajiban kita
dengan tertib. Hak dan kewajiban warga negara diatur dalam UUD 1945 yang meliputi.
a. Hak dan kewajiban dalam bidang politik
• Pasal 27 ayat (1) menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemeritahan itu dengan tidak
ada kecualinya”. Pasal ini menyatakan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu:
1. Hak untuk diperlakukan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan.
2. Kewajiban menjunjung hukum dan pemerintahan.

• Pasal 28 menyatakan, bahwa “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran


dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. Arti pesannya
adalah:
1. Hak berserikat dan berkumpul.
2. Hak mengeluarkan pikiran (berpendapat).
3. Kewajiban untuk memiliki kemampuan beroganisasi dan melaksanakan aturan-aturan lainnya,
di antaranya: Semua organisasi harus berdasarkan Pancasila sebagai azasnya, semua media pers
dalam mengeluarkan pikiran (pembuatannya selain bebas harus pula bertanggung jawab dan
sebagainya)
b. Hak dan kewajiban dalam bidang sosial budaya
• Pasal 31 ayat (1) menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”.
• Pasal 31 ayat (2) menyatakan bahwa “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistim pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang”.
• Pasal 32 menyatakan bahwa “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia”.
Arti pesan yang terkandung adalah:
1. Hak memperoleh kesempatan pendidikan pada segala tingkat, baik umum maupun kejuruan.
2. Hak menikmati dan mengembangkan kebudayaan nasional dan daerah.
3. Kewajiban mematuhi peraturan-peraturan dalam bidang kependidikan.
4. Kewajiban memelihara alat-alat sekolah, kebersihan dan ketertibannya.
5. Kewajiban ikut menanggung biaya pendidikan.
6. Kewajiban memelihara kebudayaan nasional dan daerah.
Selain dinyatakan oleh pasal 31 dan 32, Hak dan Kewajiban warga negara tertuang pula pada
pasal 29 ayat (2) yang menyatakan bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu”. Arti pesannya adalah:
7. Hak untuk mengembangkan dan menyempurnakan hidup moral keagamaannya, sehingga di
samping kehidupan materiil juga kehidupan spiritualnya terpelihara dengan baik.
8. Kewajiban untuk percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
c. Hak dan kewajiban dalam bidang Hankam
• Pasal 30 menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan negara”. Arti pesannya:
o bahwa setiap warga negara berhak dan wajib dalam usaha pembelaan negara.
d Hak dan kewajiban dalam bidang Ekonomi
• Pasal 33 ayat (1), menyatakan, bahwa “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas azas kekeluargaan”.
• Pasal 33 ayat (2), menyatakan bahwa “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”.
• Pasal 33 ayat (3), menyatakan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
• Pasal 34 menyatakan bahwa “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”.
Arti pesannya adalah:
1. Hak memperoleh jaminan kesejahteraan ekonomi, misalnya dengan tersedianya barang dan
jasa keperluan hidup yang terjangkau oleh daya beli rakyat.
2. Hak dipelihara oleh negara untuk fakir miskin dan anak-anak terlantar.
3. Kewajiban bekerja keras dan terarah untuk menggali dan mengolah berbagai sumber daya
alam.
4. Kewajiban dalam mengembangkan kehidupan ekonomi yang berazaskan kekeluargaan, tidak
merugikan kepentingan orang lain.
5. Kewajiban membantu negara dalam pembangunan misalnya membayar pajak tepat waktu.

Itulah hak dan kewajiban bangsa Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945, dan Anda sebagai
warga negara wajib melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.
Makna Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945
Setiap warga negara berhak mendapatkan hak-hak azasinya yang meliputi hak azasi pribadi, hak
azasi ekonomi, hak azasi politik, hak azasi sosial dan kebudayaan, hak azasi mendapatkan
pengayoman dan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan serta hak azasi terhadap
perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan hukum. Keseluruhan hak azasi manusia di negara
kita tercantum di dalam UUD 1945.
Pada materi ini dijelaskan tentang makna yang terkandung pada alinea pembukaan UUD 1945.
Alinea pertama adalah suatu pengakuan hak azasi kebebasan atau kemerdekaan semua bangsa
dari segala bentuk penjajahan dan penindasan oleh bangsa lain. Contoh jika Anda sedang
berbicara dengan teman Anda berilah kesempatan kebebasan mereka untuk mengeluarkan
pendapat jangan Anda memaksa kehendak.
Alinea kedua adalah pengakuan hak azasi sosial yang berupa keadilan dan pengakuan azasi
ekonomi yang berupa kemakmuran dan kesejahteraan. Contoh lihatlah di lingkungan sekitar
Anda tentang hubungan antara majikan/tuannya atau pemilik kapal dengan nelayan/pekerja.
Alinea ketiga adalah hak kodrat yang dianugerahkan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada semua
bangsa. Contoh hak untuk memeluk agama, berbicara dan lain sebagainya.
Alinea keempat adalah memuat tujuan negara. Contoh polisi tidak boleh menangkap seseorang
tanpa alasan yang jelas, pemerintah harus memajukan kesejahteraan umum dan juga kita
hendaknya ikut mewujudkan ketertiban dunia dan lain sebagainya.

Pola Batang Tubuh UUD 1945


Di dalam batang tubuh UUD 1945 terdapat beberapa ketentuan yang mengatur persamaan derajat
manusia yang dicantumkan sebagai hak dan kewajiban warga negara, antara lain:
1. Segala warga negara bersamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan (pasal 27 ayat 1).
2. Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak (pasal 27 ayat 2).
3. Kebebasan berserikat, berpendapat dan berpolitik (pasal 28).
4. Kebebasan memeluk dan melaksanakan agama/kepercayaan (pasal 29 ayat 1).
5. Hak dan kewajiban membela negara (pasal 30).
6. Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran (pasal 31).
7. Dan amandemen kedua dicantumkan pada pasal 28a - 28 j.

Kesimpulannya setiap warga Negara memilik hak dan kewajibannya masing-masing dan harus
dilakukan dengan sebaik-baiknya, dan kita harus bisa membedakan mana yang hak dan
kewajiban kita sebagai warga negara yang baik. Jangan sampai kita menyalahgunakan hak kita
karna banyak sekali orang yang bisa seenaknya melakukan sesuatu yang hal yang bisa
merugikan orang lain. Begitu pula dengan orang yang selalu berusaha menghindar dari
kewajibannya sebagai warga Negara,contohnya membayar pajak, itu juga salah satu perilaku
yang bisa merugikan khususnya bagi pemerintah.
Maka dari itu diperlukan Keseimbangan dalam menjalankan Hak dan Kewajiban dan kita harus
bisa membedakan yang mana hak dan yang mana kewajiban agar tidak terjadi kesalahpahaman
yang bisa berbuntut kerugian bagi orang lain dan diri sendiri.
Tahapan amandemen pasal - pasal UUD 1945
  Pertama Kedua Ketiga KEEMPAT

( 19-10-1999 ) ( 18-08-2000 ) ( 10-11-2001 ) ( 10-08-2002 )


Psl. 5 ayat 1 Psl. 18 Psl. 1 ayat 2 dan 3 Psl. 2 ayat 1
Psl. 7 Psl. 18 A Psl. 3 ayat 1, ayat 3, ayat 4 Psl. 6 A ayat 4
Psl. 9 Psl. 18 B Psl. 6 ayat 1 dan ayat 2 Psl. 8 ayat 3
Psl. 13 ayat 2, 3 Psl. 19 Psl. 6 A ayat 1, 2, 3, dan 5 Psl. 23 B
Psl. 14 Psl. 20 ayat 5 Psl. 7 A Psl. 23 D
Psl. 15 Psl. 20 A Psl. 7Bayat 1,2,3,4,5,6,dan 7 Psl. 24 ayat 3
Psl. 17 ayat 2 Psl. 22 A Psl. 7 C Psl. 31 ayat 1,2,3,4, dan 5
Psl. 17 ayat 3 Psl. 22 B Psl. 8 ayat 1 dan 2 Psl. 32 ayat 1 dan 2
Psl. 20 Bab IX A Psl. 25 E Psl. 11 ayat 2 dan 3 Psl. 33 ayat 4 dan 5
Psl. 21 Bab X Psl. 26 ayat 2 dan 3 Psl. 17 ayat 4 Psl. 34 ayat 1,2,3, dan 4
  Psl. 27 ayat 3 Bab VII A Psl. 22 C ayat 1,2,3 Psl. 37 ayat 1,2,3,4, dan 5
dan 4
  Bab X a psl. 28 A,    28 B, Psl. 22 D ayat 1, 2, 3, dan 4 Aturan Peralihan
28 C, 28 D, 28 F, 28 G, 28
H, 28 I, 28 J Psl. 22 E ayat 1, 2, dan 3 Pasal I, II, dan III
  Bab XII Psl. 30 Psl. 23 ayat 1, 2, dan 3 Aturan Tambahan Pasal I dan
II
  Bab XV Psl. 36 A Psl. 23 A  
  Bab XV Psl. 36 B, 26 C Psl. 23 C  
    Bab VII A Psl. 23 B ayat 1, 2,  
dan 3
    Psl. 23 F ayat 1 dan 2  
    Psl. 23 G ayat 1 dan 2  
    Psl. 24 ayat 1 dan 2  
    Psl. 24 ayat 1,2,3,4, dan 5  
    Psl. 24 B ayat 1,2,3, dan 4  
    Psl. 24 B ayat 1,2,3,4,5, dan 6  
Hubungan negara dan warga negara serta HAM menurut UUD 1945 dilihat dari sejarah bangsa
Indonesia tentang kewarganegaraan pada Undang-Undang Dasar 1945 sebagai mana pasal 26
ayat  1  menentukan bahwa "Yang menjadi warga negara ialah orang-orang bangsa Indonesia
asli dan orang bangsa lain yang disahkan dengan Undang-Undang sebagai warga negara",
sedangkan ayat 2  menyebutkan bahwa "Syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan
dengan Undang- Undang". Mengacu pada pembahasan oleh Badan Penyelidik Usaha-Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia, masalah hak asasi manusia Indonesia menjadi perdebatan
sengit, ada yang mengusulkan agar hak asasi manusia dimasukkan kedalam ide tetapi ada juga
yang menolaknya. Pada akhirnya antara pro dan kontra tentang hak asasi manusia dimasukkan
dalam UUD dilengkapi suatu kesepakatan yaitu masuk kedalam pasal-pasal : 27, 28, 29, 30, 31,
32, 33, dan 34. Yang dimaksud kewajiban asasi adalah kewajiban setiap pribadi untuk berbuat
agar eksistensi negara atau masyarakat dapat dipertahankan, sebaliknya negara memiliki
kemampuan menjamin hak asasi warga negaranya. Mengenai hak asasi manusia merupakan
hak yang melekat pada diri manusia itu sejak lahir terlihat dari uraian diatas mengenai
hubungan antar negara dan warga negara masing-masing memiliki hak dan kewajiban.

amandemen keempat pada tanggal 10 Agustus 2002 sejumlah 10 pasal serta 3 pasal Aturan
Peralihan dan Aturan Tambahan 2 pasal, apabila dilihat dari jumlah pasal pada Undang -Undang
Dasar 1945 adalah berjumlah 37 pasal, akan tetapi setelah diamandemen jumlah pasalnya
melebihi 37 pasal, yaitu menjadi 39 pasal hal ini terjadi karena ada pasal-pasal yang
diamandemen ulang seperti pasal 6 A ayat 4, pasal 23 C.

HAK DAN KEWAJIBAN WARGANEGARA


Posted On 21/02/2010 22:20:08 by riska_yunita

NAMA    :  RISKA YUNITA


KELAS   :  2 EA 13
NPM        :  11208073
DOSEN  :  EMILIANSHAH BANOWO

Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi sering terjadi
pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Sangat jelas bahwa setiap warga negara
memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, akan tetapi pada
kenyataannya banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani
kehidupannya. Semua itu terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak
mendahulukan hak daripada kewajiban. Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya
memiliki pangkat akan tetapi mereka berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika
keadaannya seperti ini, maka tidak ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika
keseimbangan itu tidak ada akan terjadi kesenjangan sosial yang berkepanjangan. Untuk
mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui posisi diri kita
sendiri. Sebagai seorang warga negara harus tahu hak dan kewajibannya. Seorang pejabat atau
pemerintah pun harus tahu akan hak dan kewajibannya. Seperti yang sudah tercantum dalam
hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jika hak dan kewajiban seimbang dan terpenuhi, maka
kehidupan masyarakat akan aman sejahtera.

Hak dan kewajiban di Indonesia ini tidak akan pernah seimbang. Apabila masyarakat tidak
bergerak untuk merubahnya. Karena para pejabat tidak akan pernah merubahnya, walaupun
rakyat banyak menderita karena hal ini. Mereka lebih memikirkan bagaimana mendapatkan
materi daripada memikirkan rakyat, sampai saat ini masih banyak rakyat yang belum
mendapatkan haknya.

Olek karena itu, kita sebagai warga negara yang berdemokrasi harus bangun dari mimpi kita
yang buruk ini dan merubahnya untuk mendapatkan hak-hak dan tak lupa melaksanakan
kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia. Sebagaimana telah ditetapkan dalam UUD 1945 pada
pasal 28, yang menetapkan bahwa hak warga negara dan penduduk untuk berserikat dan
berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan, dan sebagainya, syarat-syarat
akan diatur dalam undang-undang. Pasal ini mencerminkan bahwa negara Indonesia bersifat
demokrasi.
Pada para pejabat dan pemerintah untuk bersiap-siap hidup setara dengan kita. Harus
menjunjung bangsa Indonesia ini kepada kehidupan yang lebih baik dan maju. Yaitu dengan
menjalankan hak-hak dan kewajiban dengan seimbang. Dengan memperhatikan rakyat-rakyat
kecil yang selama ini kurang mendapat kepedulian dan tidak mendapatkan hak-haknya.
Kewarganegaraan

Warga Negara adalah penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan, tempat
kelahiran, dan sebagainya, yang mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai warga negara itu.
memiliki domisili atau tempat tinggal tetap di suatu wilayah negara, yang dapat dibedakan
menjadi warga negara asli dan warga negara asing (WNA).

• Menurut pasal 26 ayat (2) UUD 1945,


Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia.
• Bukan Penduduk, adalah orang-orang asing yang tinggal dalam negara bersifat sementara
sesuai dengan visa
• Istilah Kewarganegaraan (citizenship) memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan hubungan
atau ikatan antara negara dengan warga negara, atau segala hal yang berhubungan dengan warga
negara.
• Pengertian kewarganegaraan dapat dibedakan dalam arti: 1) Yuridis dan Sosiologis, dan 2)
Formil dan Materiil.

Asas Kewarganegaraan di Indonesia :

• Asas kelahiran (Ius soli) adalah penentuan status kewarganegaraan berdasarkan tempat atau
daerah kelahiran seseorang.
• Asas keturunan (Ius sanguinis) adalah pedoman kewarganegaraan berdasarkan pertalian darah
atau keturunan.
• Asas Perkawinan : Status kewarganegaraan dapat dilihat dari sisi perkawinan yang memiliki
asas kesatuan hukum, yaitu paradigma suami isteri atau ikatan keluarga merupakan inti
masyarakat yang mendambakan suasana sejahtera, sehat dan bersatu.

Unsur Pewarganegaraan (Naturalisasi) :

• Bersifat aktif yaitu seseorang yang dapat menggunakan hak opsi untuk memilih atau
mengajukan kehendak untuk menjadi warga negara dari suatu negara.
• Bersifat Pasif, seseorang yang tidak mau diwarganegarakan oleh suatu negara atau tidak mau
diberi status warga negara suatu negara, maka yang bersangkutan menggunakan hak Repudiasi
yaitu hak untuk menolak pemberian kewarganegaraan tersebut.

Status Kewarganegaraan Indonesia :

• Apatride ( tanpa Kewarganegaraan ) adalah seseorang yang memiliki status kewarganegaraan


hal ini menurut peraturan kewarganegaraan suatu negara, seseorang tidak diakui sebagai warga
negara dari negara manapun.
• multipatride, yaitu seseorang (penduduk) yang tinggal di perbatasan antara dua negara.
• Bipatride ( dwi Kewarganegaraan ) adalah kewarganegaraan yang timbul apabila peraturan dari
dua negara terkait seseorang dianggap warganegara ke dua negara tersebut.

Hak Warga Negara Indonesia :

1. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak: “Tiap warga negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).
3. Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.” (pasal 28A).
4. Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah
(pasal 28B ayat 1).
5. Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
Berkembang”
6. Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan berhak
mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan
kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)
7. Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).
8. Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan
yang sama di depan hukum. (pasal 28D ayat 1).
9. Hak untuk mempunyai hak milik pribadi
10. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak
beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan
hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun. (pasal 28I ayat 1)

Kewajiban Warga Negara Indonesia :

1. Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi: “segala
warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
2. Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUd 1945 menyatakan :
“setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara”.
3. Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan: “Setiap orang
wajib menghormati hak asai manusi orang lain
4. Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J ayat 2
menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan makasud semata-mata untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk memenuhi
tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan
ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.”
5. Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945
menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.”

HAK DAN KEWAAJIBAN WARGA NEGARA

1. Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara


Wujud hubungan warga negara dan negara pada umumnya berupa peranan (role).
2. Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia
Hak kewajiban warga negara Indonesia tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD
1945.

HAK ASASI MANUSIA

Hak asasi manusia adalah sesuatu yang diberikan oleh Tuhan dari sejak lahir. Hak adalah sesuatu
yang layak di terima oleh setiap manusia. Seperti mendapat pekerjaan dan penghidupan yang
layak, hak memeluk agama, dan hak untuk mendapat pengajaran. Hak selalu beriringan dengan
kewajiban-kewajiban, ini merupakan sesuatu yang harus kita lakukan bagi bangsa, negara, dan
kehidupan sosial.

1. Macam Hak Asasi Manusia


a. Hak Asai Manusia tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi.
b. Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang.
c. Hak asasi manusia tidak boleh dilanggar.

HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA


1. Pengakuan Bangsa Indonesia akan HAM
Pengakuan HAM pada Pembukaan UUD 1945 Alenia 1 dan Alenia 4, batang
Tubuh UUD 1945, Ketetapan MPR, Peraturan Perundang-Undangan.
2. Penegakan HAM
Memberi jaminan perlindungan terhadap HAM, selain dibentuk peraturan hukum, juga dibentuk
kelembagaan yang menengani masalah yang berkaitan dengan penegakan HAM.
3. Konvensi Internasional tentang HAM
Konvensi Internasional terhadap HAM adalah wujud nyata kepedulian masyarakat internasional
akan pengakuan, perlindungan, penegakan HAM.
4. Keikutansertaan Indonesia dalam Konvensi Internasional
Tanggung jawab dan menghormati atas berbagai konvensi internasional tantang HAM tersebut
diwujudkan dengan keikutsertaan indonesia untuk merafisifikasi instrumen internasional.

Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28, dan 30, yaitu sebagai
berikut.

1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan
orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undangsebagai warga negara. Dan pada
ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.
2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
Pada ayat (2), taip-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
kemanusiaan.
3. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan, dan
sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan negara.
Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan undang-undang.

Pokok Pikiran Amandemen UUD 1945

Amandemen Ke-Empat

Amandemen keempat diarahkan untuk memperbaik penyelenggaran negara dan penekanan


perhatian pada pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. Pada amandemen keempat diubah hal-
hal sebagai berikut :

a. MPR pada Bab II pasal 2 menyebutkan bahwa anggota MPR terdiri dari anggota DPR dan
DPD yang dipilih melalui pemilu. Jadi anggota MPR tidak ada lagi yang berasal dari
penunjukkan.
b. Pemilu, proses pemilu pemilihan presiden dilakukan melalui putaran kedua apabila pada
putaran pertama gagal memperoleh pemenang. Perubahan ini menunjukkan bahwa proses
pemilihan presiden ditentukan oleh rakyat secara demokratis bukan lembaga-lembaga yang lain.
c. Pendidikan dan Kebudayaan diubah dalam Bab XIII, didalam bab tersebut pada intinya
menekankan kembali hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan yang baik, dengan
alokasi anggaran yang memadahi.
d. Perekonomian dan Kesejahteraan sosial diubah dalam Bab XIV, pada intinya menyatakan
bahwa perekonomian diusahakan pemerintah terdistribusi secara adil dan merata. Disamping itu
juga menekanankan kembali bahwa pemerintah berkewajiban untuk memelihara warga negara
yang hidup miskin serta mengembangkan jaminan sosial bagi seluruh warganya.
e. Perubahan UUD diatur dalam Bab XVI pasal 37 dalam pasal tersebut diatur ketentuan dan
syarat perubahan UUD kecuali negara kesatuan Republik Indonesia.

Permasalahan dalam UUD 1945 menjadi kendala dalam pencapaian tujuan berbangsa dan
bernegara.

UUD 1945 merupakan merupakan produk konstitusi yang melandasi dua rejim yaitu orde lama
dan orde baru, seperti yang sudah kita ketahui bahwa kedua rejim tersebut sarat dengan
kelemahan-kelemahan. Menurut Mahfud, didalam UUD 1945 terdapat lima kelemahan dasar
yaitu :
1. Konstitusi yang Sarat Eksekutif.Konstitusi UUD 1945 syarat dengan kekuasaan eksekutif
dimana presiden memegang kekuasaan eksekutif dan kekuasaan legislasi.
2. Kurangnya Sistem Check and Balances.Didalam UUD 1945 asli MPR dinyatakan sebagai
lembaga tertinggi negara namun didalam prakteknya MPR tidak dapat mengendalikan  presiden.
Di dalam UUD 1945 tersebut juga tidak secara jelas memisahkan kekuasaan eksekutif, legislatif
dan yudikatif sehingga tidak berhasil menciptakan mekanisme yang baik. kegagalan tersebut
menciptakan kekuasaan kekuasaan presiden yang dominan diatas
legislatif dan yudikatif.
3. Terlalu banyak Pendelegasian ke tingkat Undang-Undang.Pendelegasian UUD 1945 ketingkat
Undang-Undang menimbulkan problem ketika presiden sebagai kepala eksekutif diberikan
kukuasaan yang besar didalam pembuatan perundangan (legislasi). ketidakseimbangan
kekuasaan antara presiden dengan DPR (legislatif) menyebabkan presiden dapat membuat UU
sesuai dengan kondisi yang diharapkannya, sehingga dikhawatirkan muncul otoriterisme.
4. Masih Adanya Pasal-Pasal yang Multi Tafsir.Pasal-pasal yang mengandung multi tafsir atau
pasal-pasal karet ini yang dikemudian dimanfaatkan untuk melanggengkan kekuasaan atas nama
UU. Pasal-pasal tersebut memberikan keleluasaan bagi eksekutif untuk menafsirkan pasal
tersebut sesuai dengan kepentingannya.
5. Praktek UUD 1945 sangat tergantung Political Will dari pemerintah. ketidakjelasan pasal-
pasal tersebut ditas menyebabkan pelaksanaan UUD 1945 sangat tergantung dari kemamuan
pemerintah. Kekuasaan yang tak terkontrol dengan penyeimbang yang baik akan membuat
eksekutif menjadi pemerintah yang otoriter seperti yang terjadi pada orde lama dan orde
baru.Didalam perkembangannya pasal-pasal tersebut diperbaiki didalam amandemen UUD 1945
seperti yang sudah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya.

Namun, sampai saat ini masih banyak penyimpangan-penyimpangan yang terjadi baik pusat
maupun daerah. Kelemahan-kelemahan tersebut antara lain :

1. Tidak jelasnya sistem parlemen di Indonesia, parlemen di Indonesia terdiri dari DPR, DPD
dan MPR. Sedangkan MPR adalah lembaga tinggi negara yang mempunyai kekuasan sendiri
namun anggotanya adalah anggota dari DPR dan DPD.
2. Reformasi eksekutif sampai saat ini presiden masih belum terbebas dari cengkraman partai-
partai politik. Presiden yang diusulkan melalui partai politik cenderung melakukan politik balas
budi kepada partai yang mencalonkannya.
3. Reformasi legislatif pada amandemen UUD 1945 sudah dilkukan yaitu dengan menggeser
kekuasan eksekutif ke legiaslatif untuk menciptakan sistem Check and Balances yang baik.
Namun, dalam implementasinya perubahan ini membuat DPR/D seperti menjadi lembaga
superior karena kesalahan penafsiran UU bagi sebagian anggota DPR/D.
4. Pelaksanaan otonomi daerah banyak multi tafsir sehingga implementasi didaerah berbeda-
beda. Eforia otonomi menimbulkan banyak permasalahan terutama ego kedaerahan dan sulitnya
koordinasi antar daerah.
5. Masih tingginya kebocoran anggaran dan kesalahan pengelolaan SDA menyebabkan efisiensi
anggaran dan pendapatan negara yang baik belum tercapai. Kebocoran tersebut mengakibatkan
rendahnya pelayanan pemerintah di bidang pendidikan dan belum tercapainya
kesejahteraan masyarakat.

Konsep Hak dan Kewajiban dalam UUD 1945

Memasukkan hak-hak asasi manusia ke dalam pasal-pasal konstitusi merupakan salah satu ciri
konstitusi moderen. Setidaknya, dari 120an konstitusi di dunia, ada lebih dari 80 persen
diantaranya yang telah memasukkan pasal-pasal hak asasi manusia, utamanya pasal-pasal dalam
DUHAM. Perkembangan ini sesungguhnya merupakan konsekuensi tata pergaulan bangsa-
bangsa sebagai bagian dari komunitas internasional, utamanya melalui organ Perserikatan
Bangsa-Bangsa. Sejak dideklarasikannya sejumlah hak-hak asasi manusia dalam Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia atau biasa disebut DUHAM 1948 (Universal Declaration of
Human Rights), yang kemudian diikuti oleh sejumlah kovenan maupun konvensi internasional
tentang hak asasi manusia, maka secara bertahap diadopsi oleh negara-negara sebagai bentuk
pengakuan rezim normatif internasional yang dikonstruksi untuk menata hubungan internasional.

Dalam konteks sejarah dan secara konsepsional, Undang-Undang Dasar 1945 yang telah lahir
sebelum DUHAM memiliki perspektif hak asasi manusia yang cukup progresif, karena
sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, alinea 1 :
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.”

Sebagai warga negara yang baik kita wajib membina dan melaksanakan hak dan kewajiban kita
dengan tertib. Hak dan kewajiban warga negara diatur dalam UUD 1945 yang meliputi :

Hak dan kewajiban dalam bidang politik

• Pasal 27 ayat (1) menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara bersamaan kedudukannya di
dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemeritahan itu dengan tidak
ada kecualinya”. Pasal ini menyatakan adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu :

1. Hak untuk diperlakukan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan.


2. Kewajiban menjunjung hukum dan pemerintahan.

• Pasal 28 menyatakan, bahwa “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran


dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”. Arti pesannya :

1. Hak berserikat dan berkumpul.


2. Hak mengeluarkan pikiran (berpendapat).

Kewajiban untuk memiliki kemampuan beroganisasi dan melaksanakan aturan-aturan lainnya, di


antaranya: Semua organisasi harus berdasarkan Pancasila sebagai azasnya, semua media pers
dalam mengeluarkan pikiran

Hak dan kewajiban dalam bidang sosial budaya

• Pasal 31 ayat (1) menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran”.
Pasal 31 ayat (2) menyatakan bahwa “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang”.
• Pasal 32 menyatakan bahwa “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia”.
Arti pesan yang terkandung adalah :

1. Hak memperoleh kesempatan pendidikan pada segala tingkat, baik umum maupun kejuruan.
2. Hak menikmati dan mengembangkan kebudayaan nasional dan daerah.
3. Kewajiban mematuhi peraturan-peraturan dalam bidang kependidikan.
4. Kewajiban memelihara alat-alat sekolah, kebersihan dan ketertibannya.
5. Kewajiban ikut menanggung biaya pendidikan.
6. Kewajiban memelihara kebudayaan nasional dan daerah.

Selain dinyatakan oleh pasal 31 dan 32, Hak dan Kewajiban warga negara tertuang pula pada
pasal 29 ayat (2) yang menyatakan bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu”. Arti pesannya adalah :

7. Hak untuk mengembangkan dan menyempurnakan hidup moral keagamaannya, sehingga di


samping kehidupan materiil juga kehidupan spiritualnya terpelihara dengan baik.
8. Kewajiban untuk percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Hak dan kewajiban dalam bidang Hankam

• Pasal 30 menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pembelaan negara”. Arti pesannya : bahwa setiap warga negara berhak dan wajib dalam usaha
pembelaan negara.

Hak dan kewajiban dalam bidang Ekonomi

• Pasal 33 ayat (1), menyatakan, bahwa “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar
atas azas kekeluargaan”.
• Pasal 33 ayat (2), menyatakan bahwa “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan
yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”.
• Pasal 33 ayat (3), menyatakan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
• Pasal 34 menyatakan bahwa “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”.

Arti pesannya adalah :

1. Hak memperoleh jaminan kesejahteraan ekonomi, misalnya dengan tersedianya barang dan
jasa keperluan hidup yang terjangkau oleh daya beli rakyat.
2. Hak dipelihara oleh negara untuk fakir miskin dan anak-anak terlantar.
3. Kewajiban bekerja keras dan terarah untuk menggali dan mengolah berbagai sumber daya
alam.
4. Kewajiban dalam mengembangkan kehidupan ekonomi yang berazaskan kekeluargaan, tidak
merugikan kepentingan orang lain.
5. Kewajiban membantu negara dalam pembangunan
Hak dan Kewajiban Sebagai Warga Negara Indonesia

Berikut ini adalah beberapa contoh hak dan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia. Setiap
warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama satu sama lain tanpa terkecuali.
Persamaaan antara manusia selalu dijunjung tinggi untuk menghindari berbagai kecemburuan
sosial yang dapat memicu berbagai permasalahan di kemudian hari.
Namun biasanya bagi yang memiliki banyak uang atau tajir bisa memiliki tambahan hak dan
pengurangan kewajiban sebagai warga negara kesatuan republik Indonesia.

A. Contoh Hak Warga Negara Indonesia

1. Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum


2. Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
3. Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam
pemerintahan
4. Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan
kepercayaan masing-masing yang dipercayai
5. Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran
6. Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia atau
nkri dari serangan musuh
7. Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul
mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang yang berlaku

B. Contoh Kewajiban Warga Negara Indonesia

1. Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela,
mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh
2. Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda)
3. Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan
pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya
4. Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum yang
berlaku di wilayah negara indonesia
5. Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun bangsa
agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik.

Tata Negara Indonesia Pra & Pasca 2002

Pra 2002 diketahui keberadaan UUD 1945 per Lembaran Negara


Republik Indonesia No. 75, 1959 [RM A. B. Kusuma, Lahirnya UUD
1945, FHUI, ISBN 979-8972-28-9,{1}], yang sampai kini belum
pernah dinyatakan tidak diberlakukan, menganut pembagian kekuasaan
vertikal, mengenali 6 (enam) lembaga Negara yaitu (1) MPR - Majelis
Permusyawaratan Rakyat sebagai Lembaga Tertinggi Negara, dan
lain2nya Lembaga Tinggi Negara yaitu (2) DPR - Dewan Perwakilan
Rakyat, (3) Presiden, (4) MA - Mahkamah Agung, (5) BPK - Badan
Pemeriksa Keuangan, (6) DPA - Dewan Pertimbangan Agung [Prof DR
Jimli Asshiddiqie, SH, Format Kelembagaan Negara Dan Pergeseran
Kekuasaan Dalam UUD 1945, ISBN 979-98018-1-8, {2}].

Pasca 2002 diketahui keberadaan UUD 1945 per Risalah Rapat


Paripurna ke-5 Sidang Tahunan MPR Tahun 2002 Sebagai Naskah Perbantuan Dan Kompilasi
Tanpa Ada Opini, menganut pembagian kekuasaan horizontal, mengenali 7 (tujuh) lembaga
tinggi Negara yakni (1) MPR - Majelis Permusyawaratan Rakyat, (2) DPR - Dewan Perwakilan
Rakyat, (3) DPD - Dewan Perwakilan Daerah, (4) Presiden, (5) MA - Mahkamah Agung, (6) MK
- Mahkamah Konstitusi, (7) BPK - Badan Pemeriksa Keuangan [{2}].

MPR bersifat khas Indonesia, sedangkan DPR cetak biru dari Volksraad, begitu pula MA dari
Hogerechtschof atau Hogeraad atau Landraad dan Raad van Justitie, BPK dari Raad van
Rekenkamer, Presiden sebagai pengganti Gouvernuur Generaal, DPA dari Raad van
Nederlandsche Indie atau Raad van State [{2}].

MPR per UUD 1945 (1959) diposisikan sebagai penjelmaan Kedaulatan Rakyat, berkomposisi
anggota DPR (representasi politik prinsip demokrasi politik), Utusan Daerah (representasi
kepentingan daerah-daerah agar tidak terabaikan hanya karena orientasi pengutamaan
kepentingan nasional) dan Utusan Golongan (representasi fungsional prinsip demokrasi
ekonomi), yang bersifat kombinatif antara tradisi liberalisme barat dengan sosialisme timur dan
oleh karena mencerminkan seluruh lapisan dan golongan rakyat maka MPR berkedudukan
sebagai Lembaga Tertinggi Negara atau supreme/superbody [{2}].

MPR UUD 1945 (1959) berfungsi (1) menetapkan UUD per Pasal-3, (2) Perubahan UUD per
Pasal-37, (3) menetapkan garis-garis besar haluan Negara dalam arti luas per Pasal-3, (4) memilih
Presiden dan Wakil Presiden per Pasal-6 dan (5) meminta pertanggungjawaban Presiden di
tengah masa jabatannya karena dakwaan pelanggaran melalui persidangan istimewa per Pasal-8
juncto Penjelasan UUD 1945.

MPR per UUD 1945 (2002) direstrukturisasi menjadi dua kamar DPR dan DPD, dan diposisikan
sebagai Lembaga Tinggi Negara, berkerangka pemikiran Pemisahan Kekuasaan (separation of
power) bersifat horizontal demi kesederajatan dan saling lebih mengimbangi (checks and
balances) diantara ke-7 Lembaga-lembaga Tinggi Negara. Kini MPR versi UUD 1945 (2002) ini
dioperasikan sebagai Joint Session.

MPR UUD 1945 (2002) berwenang (1) mengubah dan menetapkan UUD, (2) melantik Presiden
dan/atau Wakil Presiden dan (3) memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa
jabatannya menurut UUD.

Adapun prinsip kesederajatan dan keseimbangan (checks and balances) per UUD 1945 (2002) ini
adalah buah antitesa Heavy Executive daripada UUD 1945 (1959), namun kini malahan semakin
terasa sebagai bandul bergoyang kearah Legislative Heavy, sehingga memunculkan berbagai
dugaan penyalahgunaan kewenangan berdampak maraknya dugaan tindakan penyimpangan
pidana, seirama saja dengan pepatah Lord Acton  “power tends to corrupt and absolute power
corrupts absolutely (kekuasaan cenderung untuk menjadi sewenang-wenang dan dalam kekuasaan
yang bersifat mutlak, kesewenang-wenangannya juga cenderung mutlak) mengikuti hukum besi
kekuasaan. Karena itu ada beberapa kelompok masyarakat peduli konstitusi Indonesia
berpendapat bahwa Reformasi 1998 berujung Amandemen UUD 1945 adalah kebabalasan.
Padahal tuntutan Reformasi 1998 tidaklah termasuk Amandemen UUD 1945, tepatnya Tuntutan
Gerakan Reformasi 1998 adalah (1) Bubarkan Orde Baru dan GolKar, (2) Hapuskan Dwifungsi
ABRI, (3) Hapuskan KKN, (4) Tegakkan Supremasi Hukum, HAM dan Demokrasi serta (5)
Ekonomi Kerakyatan [R Soeprapto, Kritisi Reformasi, {3}] Demikian pula kesepakatan pada
awal Sidang Umum MPR Tahun 1999 adalah (1) Mempertahankan Pembukaan UUD 1945, (2)
Mempertahankan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia, (3) Mempertahankan system
pemerintahan presidensiil, (4) Menegakkan prinsip check and balances, (5) Memindahkan
ketentuan-ketentuan normative dalam Penjelasan ke dalam pasal-pasal UUD 1945, (6) Perubahan
dilakukan dengan cara ADENDUM. (Faktanya perubahan dengan cara AMANDEMEN, Evaluasi
S.T.MPR 2002, Perubahan UUD 1945, Front Pembela Proklamasi 45, {4}).

Dalam konteks ke-Indonesia-an, sesungguhnya kunci legitimasi kekuasaan atau Pemegang


Kedaulatan (sovereignty) adalah prinsip Kedaulatan Tuhan (berdasarkan sila-1 Pancasila)
berketurunan Kedaulatan Hukum (dengan berprinsip rechsstaat, rule of law, supremasi hukum)
dan Kedaulatan Rakyat (bertumpu sila-4 Pancasila) sesuai cita kenegaraan (staatsidee)
Pembukaan UUD 1945 [{2}].

Kunci Pemegang Kedaulatan itu dalam Bangunan Kenegaraan Indonesia, bagaimanapun, sangat
terkait erat dengan akar peradaban bangsa Indonesia yang berdata pra Proklamasi Indonesia
Merdeka 17 Agustus 1945 seperti 240 kerajaan besar kecil (126 terdaftar sampai dengan abad-20)
[Sri Rosalinda, Pembangunan Masyarakat Nusantara Kerajaan dan NKRI dalam Revolusi
Pancasila, Lembaga Study Teritorial, {5}]. Artinya Nusantara juga berkarakter peradaban
Monarkhi yang terbaik sebagaimana pendapat filsuf Thomas Aquinas (1225 – 1274 M) [Ilmu
Negara, ISBN 979-499-229-1, {6}] dan De Civitate Des atau Kota Tuhan sesuai pendapat filsuf
Aurelius Agustinus (354 – 430) [Puja Pramana KA, Ilmu Negara, ISBN 978-979-756-556-5, {7}]
karena Raja2 Monarkhial Nusantara itu berkarakter keyakinan kepada Kedaulatan Tuhan demi
Kepentingan Umum.

Penulis meriwayatkan kelekatan Kedaulatan Tuhan dan Kedaulatan Hukum pada negara2
Monarkhi Nusantara dalam Tesis Magister Hukum tentang Politik Hukum Nusantara 20 Abad
pada tahun 2000, seperti dapat ditelisik pada Kerajaan Mataram Kuno (717 – 1222), Keprabuan
Majapahit (1293 - 1525), Keprabuan Pajajaran (1350 – 1579), Keprabon Cirebon (1445 – 1809),
Kesultanan Demak (1478 – 1575), Kesultanan Mataram (1575 – 1945), Kedatuan Sriwijaya (392
– 1406), Kesultanan Aceh Raya Darussalam (1205 – 1942), Kesultanan Banten (1525 – 1813),
Kesultanan Gowa Tallo (1200 – 1906), Kesultanan Palembang Darussalam, bahkan beberapa
dikenali sebagai Monarkhi Konstitusional.

Kedatuan Sriwijaya diketahui memiliki Prasasti Telaga Batu (683) yang oleh Prof MR HM
Yamin dikategorikan sebagai Naskah Konstitusi, Keprabuan Majapahit dikenali memiliki
perundang-undangan Kutara Manawadharmasastra sebagai hukum tertulis dan Kesultanan Aceh
menjalankan Qanun Alsyi (UUD) Adat Meukuta Alam (Adat Bersendi Syariat) bersumberkan Al
Qur’an, Al Hadist, Ijma Ulama dan Qias, sedangkan Monarkhi2 Nusantara lain dipastikan
memiliki Hukum Publik dalam mengelola kenegaraannya, termasuk Amana Gappa (Hukum
Dagang Laut) oleh Kesultanan Gowa Tallo.

Selanjutnya, patut disimak artikulasi para Founding Fathers Bung Karno, Bung Hatta dan Prof Mr
DR Supomo oleh Front Pembela Proklamasi 45 yang menggarisbawahi kelekatan peradaban
Indonesia dengan Kedaulatan Rakyat sebagai berikut :

Bahwa pada tahun 1932, Bung Karno menulis dalam harian Fikiran Ra’jat tentang demokrasi
adalah “pemerintahan rakyat”. Cara pemerintahan ini memberi hak kepada semua rakyat untuk
ikut memerintah. Demokrasi yang di-cita2kan haruslah sosio-demokrasi, yaitu demokrasi yang
berdiri kedua kakinya di dalam masyarakat. Sosio-demokrasi adalah demokrasi politik dan
demokrasi ekonomi. Tulisan beliau pada bulan Maret 1933 berjudul Mencapai Indonesia
Merdeka menyatakan bahwa demokrasi kita haruslah demokrasi baru, demokrasi sejati,
demokrasi yang sebenarnya pemerintahan rakyat. bukan “demokrasi” ala Eropa dan Amerika
tetapi suatu demokrasi politik dan demokrasi ekonomi. Pada tahun 1940 di Pandji Islam beliau
menyatakan bahwa kehendak asas demokrasi mengadakan suatu badan perwakilan rakyat yang
disitu duduk utusan-utusan dari seluruh rakyat, zonder mem-beda2kan keyakinan.

Bahwa pada tahun 1932, Bung Hatta dalam brosur Kearah Indonesia Merdeka menyatakan
tentang kita harus membangun demokrasi kita sendiri. Demokrasi barat tiada membawa
kemerdekaan rakyat yang sebenarnya, melainkan menimbulkan kekuasaan kapitalisme. Sebab itu
demokrasi politik saja tidak cukup untuk mencapai demokrasi yang sebenarnya. Haruslah ada
pula demokrasi ekonomi. Untuk itu Bung Hatta berpaling ke daerah pedesaan Indonesia dan
mengatakan bahwa kita harus mengangkat hakekat dan mengembangkan demokrasi yang berasal
dari masyarakat desa. Dasar-dasar demokrasi yang terdapat dalam pergaulan hidup asli di
Indonesia kita pakai sebagai sendi politik kita.

Bahwa Prof MR DR Supomo pada pidato penerimaannya sebagai Guru Besar dalam Hukum Adat
pada tahun 1941 di Rechts Hoge School (Sekolah Tinggi Hukum) di Jakarta mengatakan tentang
perbedaan dengan peradaban di Barat maka bagi bangsa Indonesia individu tidak dapat terlepas
dari masyarakatnya sehingga hak dan kewajiban yang dimilikinya berhubungan dengan fungsinya
dalam masyarakat. Jadi, hak2 warga tersebut diatas pada hakekatnya merupakan
gemeenschapsrechten (hak2 komunitas) karena dihubungkan dengan fungsi warga yang
bersangkutan dalam kehidupan masyarakatnya. Sebagaimana juga halnya dengan Bung Karno
dan Bung Hatta maka Supomo yakin betul bahwa kunci keberhasilan medirikan Negara Indonesia
Merdeka terletak pada Persatuan dan Kesatuan Bangsa tanpa menghilangkan eksistensi suku2
bangsa dan golongan2 yang ada dalam tubuh bangsa Indonesia. Supomo pada akhir pidatonya di
BPUPKI menyebut Panca Dharma yaitu asas2 dari Taman Siswa yakni (1) Kodrat alam, (2)
Kebudayaan, (3) Kemerdekaan, (4) Kebangsaan, (5) Kemanusiaan. Hal ini diperkuat dalam
Penjelasan UUD 1945 mengenai semangat kekeluargaan, kepemimpinan, kebudayaan.

Bahwa dalam pidatonya di BPUPKI itu, Supomo juga menyebut Kawolu Gusti yang lebih
menandakan pengaruh ajaran Ki Hadjar Dewantoro yang mengartikannya sebagai Persatuan Diri
Dengan Masyarakat yang dalam bahasa Jawa disebut Kawulo Lan Gusti. Dengan Gusti dimaksud
sebagai lambang Persatuan Rakyat yang merdeka yang terdapat dalam kehidupan kekeluargaan
dimana tidak ada aturan paksaan, penindasan, perampasan kebebasan, perlawanan seperti
lazimnya terlihat dalam alam yang tidak ada kemerdekaan. Dalam kehidupan kekeluargaan
terdapat aturan berdasarkan Cinta Kasih (yakni Gusti yang tidak terlihat) menuju Tertib dan
Damai buat Persatuan dan Selamat dan Bahagia buat masing2 anggotanya.

Bahwa kata “Keluarga” sebenarnya berasal dari perkataan “kawulo” dan “warga”. Kawulo berarti
“abdi” yang berkewajiban mengabdikan diri dan menyerahkan segala tenaganya kepada yang
olehnya dianggap “tuannya”. Warga berarti “anggota” yang berwenang ikut mengurus, ikut
memimpin dan menetapkan segala apa yang diperlukan. Jadi Kawulo Gusti menggambarkan
kedudukan yang ganda dalam diri seseorang yaitu sebagai “abdi” tetapi sekaligus juga sebagai
“tuan”. Suatu ciri kehidupan kekeluargaan adalah sikap toleransi. Selain itu masih ada unsur2
Persatuan yang tidak kalah pentingnya yaitu adanya Demokrasi dalam Kesejahteraan Bersama.
Demokrasi disini bukan hanya berarti “sama-rata” seperti pengertian Demokrasi Barat tetapi juga
“sama-rasa”. Istilah sama-rata dan sama-rasa mengandung pengertian Demokrasi yang
mengandung Keadilan Sosial. Suku2 bangsa Indonesia yang lain juga bersifat komunal seperti
masyarakat Jawa, maka hal2 yang diuraikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada hakekatnya berlaku
juga bagi suku2 bangsa lain.

Ternyata, Monarkhi Konstitusional bukanlah pilihan Founding Fathers, tetapi Republik


Konstitusional sebagaimana teori-teori klasik, yang menurut hemat penulis dapat masih relevan
bagi situasi dan kondisi Indonesia kini, seperti pendapat Aristoteles yakni bahwa Negara yang
pemerintahannya dipegang oleh rakyat dan sifat pemerintahannya adalah baik, karena
memperhatikan kepentingan umum (rakyat) [Prof Dr I Gde Pantja Astawa, SH, MH dan Dr
Suprin Na’a, SH, MH, Memahami Ilmu Negara & Teori Negara, ISBN 978-602-8650-08-3 {8}].

Baik UUD 1945 (1959) maupun UUD 1945 (2002) mencerminkan bentuk pemerintahan
Aristokrasi, bedanya kumpulan cendekiawan negarawan versi UUD 1945 (1959) berada pada
Lembaga Tertinggi Negara bernama MPR berkomposisi anggota2 DPR, UD dan UG, sedangkan
kumpulan cendekiawan negarawan versi UUD 1945 (2002) terserak di 7 (tujuh) Lembaga Tinggi
Negara berkomposisi kombinasi Pilihan Rakyat dan Pilihan DPR dan/atau Keputusan Presiden
yang berkedudukan hukum yang sederajat dan bisa saja berkinerja tidak harmonis satu sama lain
tanpa ada Lembaga Tinggi Negara lain yang mampu menengahinya kecuali Daulat Rakyat, dan
itu berarti at-all-cost.

Bilamana benar demikian, maka Indonesia pasca UUD 1945 (2002) sesungguhnya masih rawan
terhadap terjadinya Revolusi Aristoteles, demikian pula Siklus Polybios.

Apalagi, terindikasi paling tidak 22 titik lemah Indonesia terkini seperti tulisan Mengapa Kita
(Harus) Melawan Rezim Neolib Ini ? [M. Hatta Taliwang, Koordinator Grup Diskusi 77-78,
Lampiran-1], dengan catatan teridentifikasi 9 (Sembilan) aktor Revolusioner seperti tulisan
Mungkinkah Terjadi Perubahan di Indonesia dalam waktu dekat ? [M. Hatta Taliwang,
Koordinator Grup Diskusi 77-78, Lampiran-2].

Oleh karena itulah, penulis bersyukur telah menerima buku Negara Pancasila Jalan Kemaslatan
Berbangsa [As’ad Said Ali, ISBN 979-3330-82-1, {9}] pada tanggal 7 Juli 2010 ketika Dialog
Kebangsaan, yang membenarkan tentang aspirasi Maklumat Revolusi Pancasila 20 Juni 2010
oleh Tim-7 Garda Pancasila Indonesia, guna mengurangi potensi peristiwa hukum revolusi
berulang kali sebagaimana diduga Aristoteles dan Polybios {6}

Dan sesungguhnya restorasi MPR kembali sebagai Lembaga Tertinggi Negara adalah strategik
segera dilakukan mengingat antara lain karena lembaga Kekuasaan/Kedaulatan Tertinggi telah
mentradisi berabad di peradaban Indonesia, apalagi MPR kini diberlakukan quasi bi-kameral
yakni DPD hanya berperan sebagai penasehat bagi DPR, begitu juga masyarakat mayoritas dari
kalangan tani dan nelayan ternyata banyak yang tidak terwakilkan, serta beberapa kasus
kenegaraan yang sulit berujung solusi terbaik. Langkah strategik ini diyakini dapat mengurangi
potensi revolusi berkelanjutan berulang kali {6}.
Revolusi atau Perubahan kalau memang menjadi kebutuhan terkini maka diperlukan sinergi
diantara 9 (Sembilan) aktor Perubahan yaitu (1) Partai Politik, (2) Massa Islam, (3) Kampus dan
Mahasiswa, (4) Media Massa, (5) Aktifis Gerakan LSM, (6) Tentara, (7) Kelompok Pengusaha,
(8) Kelompok Penegak Hukum, (9) Bapak Bangsa [M. Hatta Taliwang, Mungkinkah Terjadi
Perubahan Di Indonesia Dalam Waktu Dekat, Koordinator Grup Diskusi 77-78].

Tradisi kemasyarakatan terorganisir di Nusantara berbentuk kenegaraan sendiri sesungguhnya


cukup berimbang dengan tradisi kenegaraan di belahan dunia lain, misalnya :

    * Istilah “Negara” berasal usul bahasa Sansekerta “nagari” (seperti digunakan di Sumatera
Barat) atau “nagara” (seperti digunakan di Bali) yang berarti “kota”. Akar pemahaman ini
seirama dengan istilah “kota” (city state) atau “polis” di zaman Yunani kuno. Secara sederhana,
“Negara” dapat diberi pengertian sebagai kekuasaan terorganisir yang mengatur masyarakat
hukum untuk mewujudkan tujuan-tujuan tertentu demi kesejahteraan bersama {8}
    * Trias Politika Trayaratna (Majapahit, 1365) lebih tua dari Trias Politika John Locke (1690)
dan Montesquieu (1748)
    * Seloka Bhinneka Tunggal Ika (Majapahit, abad-14) lebih tua dari seloka serupa, E Pluribus
Unum (Amerika Serikat, abad-18)
    * Konstitusi Telaga Batu (Sriwijaya, 638), Kitab Kutaramanawadharmasastra (Majapahit,
1365), UU Qanun Meukuta Alam Al Asyi (Aceh Raya Darussalam, 1607 – 1636), UU Surya
Alam (Mataram, 1613 – 1646), UUD Paji Sekaten & UU Beraja Nanti (Kutai Kertanegara, 1605
– 1945), UU Sembur Cahya & Sindang Mardika (Palembang, 1630 – 1825) lebih tua daripada
Konstitusi Amerika Serikat (1788) dan Grond Wet (The Netherland, 1848)
    * Kompilasi Hukum Pelayaran dan Perdagangan Amanna Gappa (Gowa-Tallo, 1626) sebaya
saja dengan praktek VOC (yang ber-Anggaran Dasar, 1602).
    * Naskah Siksa Kanda Karesian (Pajajaran, 1518) yang a.l. memuat ragam siasat tempur, lebih
tua daripada rekayasa tempur yang dipraktekkan rezim colonial baik Portugis maupun Spanyol
dan VOC di persada Nusantara.
    * Indonesia ternyata tempat lahir peradaban dunia [Prof Arysio Santos, Atlantis, The Lost
Continent Finally Found, ISBN 978-602-8224-62-8]

Kepustakaan

   1. RM A.B. Kusuma, Lahirnya UUD 1945, FHUI, ISBN 979-8972-28-7


   2. Prof DR Jimly Asshiddiqie, SH, Format Kelembagaan Negara Dan Pergeseran Kekuasaan
Dalam UUD 1945, ISBN 979-98018-1-8
   3. R. Soeprapto, Kritisi Reformasi, ISBN 979-96772-3-X
   4. Front Pembela Proklamasi 45, Perubahan UUD 1945
   5. Sri Rosalinda, Pembangunan  Masyarakat Nusantara,  Kerajaan Dan NKRI Dalam Revolusi
Pancasila, 1 Juli 2010
   6. Soehino, SH, Ilmu Negara, ISBN 979-499-229-1
   7. Puja Pramana KA, Ilmu Negara, ISBN 978-979-756-556-5
   8. Prof Dr I Gde Pantja Astawa, SH, MH dan Dr Suprin Na’a, SH, MH, Memahami Ilmu
Negara & Teori Negara, ISBN 978-602-8650-08-3
   9. As’ad Said Ali, Negara Pancasila Jalan Kemashalatan Berbangsa, ISBN 979-3330-82-1
  10. Sebagai tambahan, penulis telah menyusun Politika Adendum UUD 1945 seperti bisa
diunduh di situs www.jakarta45.wordpress.com

Partisipasi dalam Usaha Pembelaan Negara


PARTISIPASI DALAM USAHA PEMBELAAN NEGARA
Standar Kompetensi : Menampilkan partisipasi dalam usaha pembelaan
negara
Kompetensi Dasar : 1.1 Menjelaskan pentingnya usaha pembelaan negara
Hasil Belajar/Indikato :
a. Menguraikan unsur-unsur negara
b. Menentukan fungsi negara
c. Menemukan hak – hak dan kewajiban warga negara dalam pembelaan negara.
d. Memberikan contoh tindakan upaya bela negara.
1. Menjelaskan pentingnya usaha pembelaan negara
a. Unsur-unsur negara
Dalam rumusan Konvensi Montevideo tahun 1933 disebutkan bahwa suatu negara harus memiliki tiga
unsur penting, yaitu: rakyat, wilayah dan pemerintah. Sejalan dengan itu, Mac Iver merumuskan bahwa
suatu negara harus memenuhi tiga unsur pokok, yaitu pemerintah, komunitas atau rakyat, dan wilayah
tertentu.
1. Wilayah
Wilayah yang dimiliki oleh setiap negara meliputi daratan, lautan, udara, dan daerah ekstrateritorial.
“Wilayah suatu negara merupakan tempat berlindung bagi rakyat, sekaligus sebagai tempat bagi
pemerintah.
2. Rakyat
Rakyat merupakan sekumpulan manusia yan dipersatukan oleh suatu rasa persamaan dan bersama-
sama mendiami suatu wilayah tertentu.
3. Pemerintah
Pemerintah merupakan alat bagi negara dalam menyelenggarakan kepentingan rakyatnya, untuk
wewujudkan tujuan yang sudah ditetapkan.
4. Pemerintahan yang Berdaulat
Pemerintah adalah alat kelengkapan negara yang bertugas memimpin oganisasi negara untuk mencapai
tujuan negara. Oleh karenanya, pemerintah sering kali menjadi lambang kebenaran sebuah negara.
b. Fungsi negara
Adapun fungsi Negara kesatuan Republik Indonesia sebagai berikut:
1. Pertahanan dan keamamanan
Fungsi ini untuk menjaga kemungkinan adanya serangan dari luar maupun dari kelompok tertentu dari
dalam yang ingin memaksakan kehendaknya dengan cara-cara radikal atau yang ingin memecah belah
persatuan bangsa.
2. Menjaga ketertiban
Fungsi ini untuk mewujudkan keamamanan, kelancaran, dan ketentraman dalam masyarakat, serta
mencegah terjadinya tindakan kriminal yang meresahkan masyarakat, serta mencegah terjadinya
bentrok-bentrok antar kelompok atau antar individu.
3. Mengupayakan kesejahteraan dan kemakmuran
Fungsi untuk mencegah terjadinya kesenjangan sosial yang dapat mengakibatkan gejolak sosial.
4. Menegakan keadilan
Hal ini untuk memperlakukan setiap orang secara adil baik di bidang politik, ekonomi, sosial budaya
maupun hukum.
c. Hak dan kewajiban warga negara dalam pembelaan negara
Kewajiban warga negara untuk membela negara diatur dalam UUD 1945 pasal 27 Ayat 3 UUD 1945 yang
menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.”
Ikut serta dalam upaya pembelaan negara tersebut diwujudkan dalam kegiatan penyelenggaraan
pertahanan negara. Pertahanan adalah segala usaha untuk menegakan kedaulatan negara,
mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan segenap
bangsa dari ancaman militer serta ancaman bersenjata terhadap keutuhan bangsa dan negara. Dan UU
No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara yang menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak
dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan pertahanan
negara.” Hal ini mengandung makna bahwa partisipasi dalam melaksanakan fungsi pertahahan negara
merupakan wujud upaya bela negara.
d. Contoh tindakan upaya bela negara
Keikutsertaaan setiap warga negara dala upaya membela negara bukan hanya merupakan hak, tetapi
juga kewajiban yang harus dipenuhi. Tingkatan kewajiban tersebut bervariasi, sesuai dengan kedudukan
dan tugasnya masing-masing. Upaya membela negara yang paling nampak diperankan oleh TNI sejak
perang kemerdekaan sampai maa reformasi saat ini.
Contoh-contoh tindakan upaya membela negara yang dilakukan TNI, antara lain, dalam menghadapi
ancaman agresi Belanda pertama dan kedua, perjuangan untuk merebut Irian Barat ke pangkuan ibu
Pertiwi, maupu dalam menghadapi dan menumpas berbagai pemberontakan PKI di Madiun tahun 1948,
DI/TII, APRA, RMS, PRRI/PERMESTA, dan G 30S/PKI tahun 1965.
Polri juga telah melakukan upaya membela negara terutama berkaitan dengan acaman yang dapat
menggangu keamanan dan ketertiban masyarakat, seperti kerusuhan, perkelaian antar warga,
penyalahgunaan narkotika, dan konflik antar sesama. Jika dibiarkan, hal-hal tersebut dapat menggangu
keselamatan bangsa dan negara.
Upaya membela negara juga dapat dilakukan selain oleh TNI dan Polri, misalnya
1. Kelaskaran yang kemudian dikembengkan menjadi barisan cadangan pada periode perang
kemerdekaan pertama,
2. Pada periode perang kemerdekaan kedua, ada organisasi pasukan gerilya desa (pager desa) dan
mobilisasi pelajar (mobpel) sebagai bentuk perkembangan barisan cadangan,
3. Sebagai konsenkuensi dikeluarkannya UU No. 29 Tahun 1954 muncul Organisasi Keamanan Desa
(OKD), dan organisasi Perlawanan Rakyat (OPR) yang merupakan bentuk kelanjutan pager desa,
4. Pada tahun 1961 dibentuk pertahanan sipil (hansip), perlawanan rakyat (Wanra), dan keamanan
rakyat (kamra) sebagai bentuk penyempurnaan dari OKD dan OPR,
5. Pada tahun 1963 dibentuk perwira cadangan,
6. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 1982, muncul organisasi rakyat terlatih dan anggota perlindungan
masyarakat.

Kompetensi Dasar : 1.2. Mengidentifikasi bentuk-bentuk usaha


pembelaan negara
Hasil Belajar/Indikator :
Mengidentifikasi peraturan perundang-undangan tentang wajib bela negara
Menunjukan contoh tindakan yang menunjukan upaya membela negara
Peraturan perundang-undangan tentang wajib bela negara
 UUD 1945 pasal 27 Ayat 3 UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam upaya pembelaan negara.” Ikut serta dalam upaya pembelaan negara tersebut
diwujudkan dalam kegiatan penyelenggaraan pertahanan negara.
UU No. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara yang menyatakan bahwa “Setiap warga negara
berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diwujudkan dalam penyelenggaraan
pertahanan negara.”
Setiap warga negara diharapkan untuk berpartisipasi dalam membela negara. Bentuk-bentuk usaha bela
negara antara lain:
1. Mengikuti Pendidikan Kewarganegaraan
Dalam pendidikan kewarganegaraan, siswa berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif serta serta
menanggapi isu kewarganegaraan, bertindak secara bertanggung jawab dalam setiap kegiatan
masyarakat, berkembang sacara positif untuk membentuk kualitas masyarakat Indonesia agar dapat
hidup bersama dengan bangsa lain, dan berinteraksi dengan bangsa lain di dunia, baik langsung maupun
tidak langsung.
2. Pelatihan Dasar Militer
Pelatihan Dasar Militer adalah usaha untuk membantu TNI dan Polri dalam menjaga keamanan dan
ketertiban negara. Meskipun penjagaan dan ketertiban negara merupakan tugas utama TNI dan Plri.
Tetapi tugas menjaga keamanan dan ketertiban adalah tugas semua warga.
3. Mengabdikan Diri sebagai Prajurit TNI dan Polri
Sistem pertahanan negara kita adalah pertahanan dan keamanan rakyat semesta, yaitu TNI dan Polri
sebagai komponen utama dan rakyat sebagai komponen pendukung. Hal ini sesuai dengan sesuai
dengan UUD 1945 pasal 30 ayat 1-5. Didalam UUD tersebut, dikatakan bahwa TNI sebagai alat
pertahanan negara memiliki tugas mempertahankan kedaulatan negara dan keutuhan wilayah,
melindungi kehormatan dan keselamatan negara, melakukan operasi militer selain perang, dan ikut
serta aktif dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional. Sedangkan tugas polri
adalah sebagai alat negara yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, melidungi,
mengayomi, dan melayani masyarakat dan menegakan hukum.
4. Pengabdian sesuai dengan Profesi
Semua warga negara apapun profesinya mempunyai kewajiban untuk membela negara dengan cara
masing-masing. Misalnya tindakan seorang petani menanam pohon dipinggir jalan, untuk jalur hijau,
seorang pelajar yang menuntut ilmu, kejujuran seorang pedagang melalakukan transaksi dengan tidak
mengurangi takarn timbangan sudah termasuk dalam usaha membela negara.
Contoh tindakan usaha bela negara yang dilakukan oleh seseorang sebagai pelajar:
a. Lingkungan Keluarga
1) Saling menghormati sesama anggota keluarga
2) Mengembangkan sikap demokrasi dalam menghadapi permasalahan keluarga
3) Menjaga keutuha barang-barang milik keluarga
4) Menjalin silaturahmi antara sesama anggota keluarga
5) Menjadikan kelurga sebagai tempat menyelesaikan segala permasalahan keluarga
b. Lingkungan Sekolah
1) Mematuhi seluruh tata tertib sekolah secara ikhas dan bertanggung jawab
2) Mengikuti kegiatan belajar mengajar dan upacara sekolah dengan baik
3) Menjaga nama baik sekolah, baik didalam maupun diluar lingkungan sekolah
4) Menjalin hubungan dengan baik seluruh warga sekolah
5) Ikut menciptakan lingkungan sekolah yang tertib aman dan nyaman
c. Lingkungan Masyarakat
1) Rela berkorban demi kemajuan masyarakat
2) Melaksanakan tugas keamanan kampung secara ikhlas
3) Menciptakan lingkungan yang indah, baik, tertib, serta aman
4) Menjaga hubungan baik dengan tetangga
5) Menghormati tokoh-tokoh masyarakat
d. Lingkungan Berbangsa dan Bernegara
1) Menghormati jasa para pahlawan
2) Bangga memiliki dan menggunakan bahasa Indonesia
3) Menghormati simbol-simbol negara (bendera, bahasa, kepala negara dan sebagainya).
4) Menghormati tamu asing yang berkunjung ke Indonesia
5) Menghormati suku-suku lain.

Diposkan oleh Summary di 18.33 0 komentar

Nilai-Nilai Pancasila

NILAI-NILAI PANCASILA
Standar Kompetensi
1.Menampilkan Perilaku yang sesuai dengan Nilai-nilai Pancasila
Kompetensi Dasar
1.1 Menjelaskan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara
Indikator
o Menjelaskan pentingnya ideologi bagi suatu bangsa dan negara
o Menguraikan proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara
o Menunjukkan sikap setia pada Pancasila
A. Makna Pancasila sebagai Dasar Negara
Adapun makna Pancasila sebagai dasar negara sebagai berikut:
1. Sebagai dasar negara atau pedoman untuk menata negara merdeka Indonesia. Artinya negara
melanjutkan aktif dari pada sekedar bernegara.
2. Sebagai dasar untuk aktivitas negara. Diartikan bahwa aktivitas dan pembangunan yang dilaksanakan
negara berdasarkan peraturan perundangan yang merupakan yang merupakan penjabaran dari dan
sesuai dengan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945.
Bangsa Indonesia, dasar negara yang dianut adalah Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara
berkedudukan sebagai norma tertinggi dalam negara, serta sebagai sumber hukum dalam kehiudupan
ketatanegaraan di Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia digunakan sebagai
dasar untuk mengatur kehidupan bernegara Indonesia. Hal ini berati bahwa segala sesuatu mengenai
tata kehidupan bernegara harus didasarkan pada Pancasila.
Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum, maka seluruh kehidupan ketatanegaraan
negara Republik Indonesia harus didasarkan pada Pancasila.
B. Makna Pancasila sebagai ideologi negara
Isitilah ideologi terbentuk dari kata idea dan logos. Idea berasal dari kata Yunani ideos yang berarti
bentuk atau idein yang berarti melihat. Kata idea berarti gagasan, ide cita-cita atau konsep. Sedangkan
logos berarti ilmu. Jadi secara harfiah ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang ide-ide (the science of
ide). Sedangkan seraca luas, ideologi adalah seperangkat prinsip-prinsip yang dijadikan dasar untuk
memberikan arah dan tujuan yang ingin dicapai dalam melangsungkan dan mengembangkan kehidupan
nasional suatu bangsa dan negara.
Dalam kehidupan suatu bangsa adanya ideologi sangat diperlukan. Sebab dengan ideologi suatu bangsa
akan memperoleh manfaat sebagai berikut:
a. Segala persoalan-persoalan yang ada akan mampu dihadapi, dan dapat menentukan arah serta cara
bagaimana bangsa itu memecahkan persolan-persoalan yang dihadapi, sehingga tidak terombang-
ambing dalam menghadapi persoalan-persoalan besar baik yang berasal dari dalam masyarakat sendiri,
maupun dari luar.
b. Digunakan sebagai pegangan dan pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-masalah politik,
ekonomi, sosial, dan budaya.
c. Dijadikan pedoman bagaimana bangsa itu membangun dirinya.
C. Proses Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara
1. Pancasila digali dari nilai-nilai budaya bangsa Indonesia
Bukti bahwa nilai-nilai Pancasila sudah dihayati oleh bangsa Indonesia sejak dulu kala antara lain:
a. Adanya kehidupan bergotong-royong diberbagai daerah yang merupakan ciri khas
b. Masyarakat Indonesia untuk saling menolong demi kepentingan bersama.
c. Adanya kebiasaan musyawarah sebagai satu cara untuk menyelesaikan masalah. Hal tersebut tercatat
dalam buku Negara Kartagama karya Empu Prapanca.
d. Paham Bhineka Tunggal Ika (dari buku Sutasoma tulisan Empu Tantular) yang artinya meskipun
berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Pengertian ini kemudian diterjemahkan dalam perastuan Indonesia.
e. Sejak dulu leluhur kita mengenal adanya penguasa alam semesta yang akhirnya berkembang menjadi
kepercayaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
BPUPKI mengadakan sidang paripurna dua kali. Sidang paripurna pertama berlangsung pada tanggal 29
Mei sampai 1 Juni 1945. Dalam sidang ini dibahas rancangan dasar negara republik Indonesia. Sidang
paripurna kedua berlangsung pada tanggal 10 sampai 17 Juli 1945. Sidang paripurna kedua ini
membahas konsep rancangan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia.
3. Sidang I Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Berlangsung dari tanggal 29 Mei s/d 1 Juni 1945 di ketuai oleh Dr. Radjiman Widyodiningrat.
Tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin mengajukan konsep dasar negara Indonesia merdeka
sebagai berikut:
a. Peri Kebangsaan
b. Peri Kemanusiaan
c. Peri Ketuhanan
d. Peri Kerakyatan
e. Kesejahteraan rakyat
Sebagai kelengkapanya maka disampaikan secara tertulis oleh Mr. Muhammad Yamin tentang suatu
rancangan UUD negara Indonesia merdeka yang didalamnya memuat dasar negara Indonesia,
diantaranya:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kebangsaan, persatuan Indonesia
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia
Tanggal 31 Mei 1945 Mr. Supomo menyebutkan bahwa dasar negara Indonesia harus berdasarkan ciri-
ciri dan prinsip-prinsip berikut ini:
“Negara hendaknya tidak menyatu dengan bagian yang terbesar dari rakyat, juga tidak dengan
kelompok ekonomi terkuat, melainkan harus mengatasi semua golongan dan kelompok dari semua
Individu. Untuk menyatu dengan seluruh lapisan dari rakyat secara menyeluruh atau secara integral. Ini
disebut paham integralistik. Negara Indonesia harus menjadi sebuah negara nasional, negara kesatuan,
yang mencakup semua agama dengan watak dan ciri khasnya. Kalau kita mendirikan sebuah negara
Islam di Indonesia, maka itu berarti bahwa kita tidak mendirikan negara yang menyatu dengan seluruh
lapisan rakyat, melainkan sebuah negara yang menyatu dengan bagian yang terbesar dari rakyat
Indonesia, ialah umat Islam di Indonesia.
Tanggal 1 Juni 1945, Ir. Sukarno menyampaikan pidatonya di depan sidang BPUPKI. Dalam pidatonya itu
beliau menyampaikan kata-kata antara lain sebagai berikut.
“Kita hendak mendirikan suatu negara, semua buat semua, bukan buat satu orang, bukan buat satu
golongan bangsawan, maupun golongan yang kaya”. Dalam kesempatan itu Ir. Sukarno mengusulkan
dasar negara Indonesia merdeka adalah sebagai berikut:
a. Kebangsaan Indonesia
b. Internasionalisme atau perikemanusiaan
c. Mufakat atau demokrasi
d. Kesejahteraan sosial
e. Ketuhanan Yang Maha Esa.
Atas saran dari seorang ahli bahasa, kelima asas tersebut diberinama Pancasila.
3. Piagam Jakarta, 22 juni 1945
Adapun rumusan Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka yang tercantum dalam piagam
Jakarta itu sebagai berikut:
a. Ketuhanan, dengan berkewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
b. Kemanusian yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
4. Sidang II BPUPKI, 10 sampai 17 Juli 1945
Dalam sidang ini, BPUPKI merumuskan rancangan tentang konsep batang tubuh Undang-undang Dasar
Negara Indonesia merdeka.
5. Pembentukan Pantia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
Pada tanggal 17 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan oleh Jepang sebagai gantinya dibentuk Pantia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang beranggotakan 21 orang, dengan Ir. Sukanto sebagai
ketua dan Drs. Mohammad Hatta sebagai wakil ketua.
Jepang menyerah kalah kepada tentara Sekutu pada perang dunia II pada tanggal 14 Agustus 1945,
sementara tentara Sekutu belum masuk menduduki Indonesia, terjadilah kekosongan kekuasaan ini
dimanfaatkan oleh bangsa Indonesia lewat para pemimpinnya untuk memproklamasikan kemerdekaan
bangsa Indonesia.
6. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 dan Penetapan Konstitusi
Pada sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 itu berhasil ditetapkan hal-hal sebagai berikut:
a. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
b. Memilih Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta sebagai Presiden dan Wakil Presiden
c. Untuk sementara waktu pekerjaan Presiden sehari-hari dibantu oleh sebuah komite Nasional
Indonesia Pusat.
D. Sikap Setia Kepada Pancasila
1. Menerima Pancasila sebagai dasar dan ideologi yang tepat untuk bangsa Indonesia
2. Bersedia mempelajari Pancasila dalam rangka meningkatkan pemahaman dan keyakinan kita
terhadap dasar dan ideologi negara Indonesia tersebut
3. Menolak ideologi lain yang akan menggantikan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara Indonesia
4. Besedia mempelajari ideologi lain tetapi dalam rangka memperkuat pemahaman dan keyakinan
bangsa terhadap ideologi Pancasila
5. Menerima masuknya nilai-nilai lain yang dapat memperkaya Pancasila sebagai ideologi terbuka.
Kompetensi Dasar
1.2. Menguraikan nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar negara dan ideologi negara
Indikator
• Menemukan nilai -nilai Pancasila dalam buku Negara Kertagama
• Menunjukkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia
• Menguraikan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila Pancasila
Pancasila sebagai suatu sistem filsafah pada hakekatnya merupakan suatu nilai sehingga merupakan
sumber dari segala penjabaran norma.
Sebenarnya apakah nilai itu?
A. Pengertian nilai
Nilai atau value berarti harga, guna. Nilai pada hakekatnya merupakan sesuatu yang berharga, berguna.
Nilai dalam bidang filsafat menunjukan pada kata benda abstrak yang artinya keberhargaan dan
kebaikan.
Sifat-sifat nilai menurut Bambang Daroeso adalah:
a. Nilai itu suatu realitas abstrak. Nilai itu (riel) dalam kehidupan manusia. Tetapi nilai itu
abstrak (tidak dapat diindera), yang dapat diamati hanyalah obyek yang bernilai itu.
Sebagai contoh orang itu memiliki kejujuran.
b. Nilai memiliki sifat normatif artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, suatu
keharusan, sehingga nilai memiliki sifat idea (das sollen). Dicontohkan disini nilai
keadilan, semua orang berharap mendapatkan dan berperilaku yang mencerminkan
nilai keadilan.
c. Nilai berfungsi sebagai daya dorongan/motivator dan manusia adalah pendukung nilai.
Misalnya nilai ketakwaan adanya nilai ini menjadikan semua orang terdorong untuk
bisa mencapai derajat takwa.
Notonagoro menyebutkan ada 3 macam nilai yaitu:
a. Nilai materil, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau
kebutuhan ragawi manusia
b. Nilai Vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan
kegiatan atau aktivitas
c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai
kerohanian dapat dibedakan empat macam:
1. Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia
2. Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan (emotion) manusia
3. Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa, will) manusia
4. Nilai religius yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber pada
kepercayaan atau keyakinan manusia.
2. Nilai yang terkandung dalam Pancasila
Berdasarkan ketetapan MPR No. XVIII/MPR/1998 menyatakan bahwa Pancasila sebagai ideologi
nasional yang berarti nilai-nilai yang terkandung didalamnya merupakan tujuan dan cita-cita nasional.
Nilai-nilai Pancasila merupakan cita-cita bangsa yaitu kita mengingikan masyarakat Indonesia yang adil
dan makmur yang berdasarkan dan selaras dengan nilai-nilai Pancasila. Pancasila merupakan cita-cita
luhur bangsa sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan UUD 1945.
Pancasila sebagai ideologi terbuka terkandung nilai-nilai sebagai berikut:
a. Nilai dasar, yaitu merupakan esensi dari sila-sila Pancasila yang bersifat universal,
sehingga dalam nilai dasar ini terkandung cita-cita, tujuan serta nilai-nilai benar. Nilai
ini tertuang dalam pembukaan UUD 1945, yaitu nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan,
nilai persatuan, nilai kerakyatan dan nilai keadilan.
b. Nilai instrumental, merupakan eksploitasi penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai dasar
ideologi Pancasila. Misalnya dalam UUD 1945.
c. Nilai praktis, yaitu merupakan nilai-nilai instrumental dalam realisasi pengalaman
dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Nilai-nilai yang terkadung dalam sila Pancasila:
1. Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa
Mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuahan sebagai pencipta
semesta.
2. Nilai Kemanusia Yang Adil dan Beradab
Mengandung arti kesadaran sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup
bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hati sebagai mana mestinya.
3. Nilai Persatuan Indonesia
Mengadung makna usaha keras bersatu dalam kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisme
dalam negara kesatuan Republik Indonesia.
4. Nilai Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan
Mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat dengan cara
musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga perwakilan.
5. Nilai Keadilan Bagi seluruh Rakyat Indonesia
Mengandung makna sebagai sekaligus tujuan yaitu tercapainyamasyrakat Indonesia yang adil dan
makmur.
Kompetensi Dasar
1.3. Menunjukkan sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara
Indikator
Menjelaskan pentingnya sikap positif terhadap Pancasila
Menunjukkan sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa
Menunjukan sikap positif artinya menunjukan perilaku yang baik dalam kehidupan. Beberapa bentuk
sikap positif terhadap Pancasila antara lain sebagai berikut:
1. Menerima Pancasila sebagai dasar dan ideologi yang tepat untuk bangsa Indonesia
2. Bersedia mempelajari Pancasila dalam rangka meningkatkan pemahaman dan keyakinan kita
terhadap dasar dan ideologi negara Indonesia tersebut
3. Menolak ideologi lain yang akan menggantikan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara Indonesia
4. Bersedia mempelajari ideologi lain tetapi dalam rangka memperkuat pemahaman dan keyakinan
bangsa terhadap ideologi Pancasila
5. Menerima masuknya nilai-nilai lain yang dalam memperkaya Pancasila sebagai ideologi terbuka.
Berikut ini beberapa contoh berperilaku positif terhadap Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara
Indonesia antara lain:
1. Mempelajari dan mengkaji tentang Pancasila
2. Menyebarluaskan dan memasyarakatkan Pancasila ke masyarakat melalui berbagai kegiatan seminar,
debat, diskusi, permainan dan lain-lain
3. Mentaati norma-norma yang berlaku di masyarakat Indoensia
4. Menaati norma hukumu yang telah ditetapkan di Indonesia
Kompetensi Dasar
1.4. Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat
Indikator
Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan politik
Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan ekonomi
Menampilkan sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan social.
11. Di Lingkungan Kelurga
a. Mengembangkan perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan
b. Suka memberikan pertolongan kepada orang lain
c. Bersama-sama berusaha menjaga nama baik kelurga
d. Membiasakan musyawarah mufakat
e. Taat dan patuh pada kedua orang tua
2. Di Lingkungan Sekolah
a. Taat dan patuh pada tata tertib sekolah
b. Selalu menerapkan budaya musyawarah mufakat dan gotong royong dalam kehidupan sehari-hari
c. Selalu menghormati hak-hak orang lain
d. Mampu menjauhi diri dan meluruskan kekeliruan dan kesalahan
e. Selalu berbuat/bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku
3. Di Lingkungan Masyarakat
a. Menerapakan budaya musyawarah mufakat dan gotong royong
b. Saling menghargai sesama
c. Tidak melakukan perbuatan yang melanggar hukum
d. Menghargai orang yang lebih tua
e. Berfikir rasional dalam mengambil keputusan
Diposkan oleh Summary di 18.32 0 komentar

Norma dalm Kehidupan Masyarakat

NORMA DALAM KEHIDUPAN BERSAMA


Standar Kompetensi
1. Menunjukkan sikap positif terhadap norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan
bernegara
Kompetensi Dasar
1.1 Mendeskripsikan hakikat norma-norma, kebiasaan, adat istiadat, peraturan yang berlaku dalam
masyarakat
Indikator:
Menjelaskan hakekat norma
Menjelaskan pentingnya norma dalam kehidupan bermasyarakat
Menguraikan macam-macam norma
1. 1. Hakikat Norma, Kebiasaan, Adat Istiadat dan Peraturan yang berlaku dalam Masyarakat
1. Pengertian Norma
Menurut kamus besar bahasa Indonesia mempunyai dua arti:
a) Aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat dan dapat digunakan
sebagai panduan, tatanan, dan pengendali tingkah laku yang sesuai, dan diterima oleh masyarakat.
b) Aturan, ukuran, atau kaidah yang dipakai sebagai tolok ukur untuk menilai atau membandingkan
sesuatu.
Dari dua pengertian di atas dapat disimpilkan bahwa:
Norma adalah kaidah atau pedoman dalam mewujudkan suatu nilai. Kaidah atau pedoman tersebut
biasanya berwujud perintah atau larangan.
2. Tujuan Norma
Dengan adanya norma manusia akan mandapatkan jaminan perlindungan atas dirinya dan kepentingan
dalam berhubungan dengan sesamanya di masyarakat. Dengan demikian, akan terjalin hubungan yang
harmonis dalam masyarakat.
Dengan adanya jaminan perlindungan terhadap diri dan kepentingan dalam hidup masyarakat dapat
terbentuk. Keserasian hubungan diantara warga masyarakat dapat menciptakan keamanan dan
ketertiban. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tujuan norma adalah untuk menciptakan
keamanan dan ketertiban dalam hidup masyarakat.
3. Fungsi Norma
Norma berfungsi untuk mewujudkan keteraturan dan ketertiban dalam hidup bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
4. Macam-macam norma
Ada empat macam norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara:
A. Norma Agama
Norma agama adalah serangkaian peraturan hidup yang berisi perintah, larangan, dan ajaran-ajaran
yang berasal dari Tuhan.
Tujuan norma agama adalah agar ilmu yang diberikan Tuhan, manusia dapat mewujudkan tatanan
kehidupan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan serta dapat mewujudkan keimanannya dalam
kehidupan sehari-hari. Contoh-contoh norma agama:
1. Beribadah sesuai dengan agama dan keyakinan
2. Beramal saleh dan berbuat kebijakan
3. Mencegah, melarang, dan tidak melakukan perbuatan maksiat, keji, dan mungkar. Contoh perbuatan
maksiat, keji, dan mungkar ialah: berjudi, mabuk-mabukan, durhaka, berkhianat, menipu, berbohong,
dan sebagainya.
4. Pelanggar norma agama mendapatkan sanksi secara langsung, artinya pelanggarnya baru akan
menerima sanksinya nanti diakhirat berupa siksaan di neraka.
B. Norma Kesusilaan
Adalah aturan yang bersumber dari hati nurani manusia tentang baik buruknya suatu perbuatan. Contoh
norma-norma susila ialah:
1. Berlaku jujur
2. Bertindak adil
3. Menghargai orang lain
Sanksi bagi norma pelanggar norma kesusilaan tidak tegas, karena hanya diri sendiri yang
merasakannya, yakni merasa bersalah, menyesal, malu, dan sebagainya.
C. Norma Kesopanan
Adalah peraturan yang timbul dari hasil pergaulan sekelompok manusia didalam masyarakat dan
dianggap sebagai tuntutan pergaulan sehari-hari masyarakat itu. Norma kesopanan bersifat relatif,
artinya apa yang dianggap sebagai norma kesopanan berbeda-beda di berbagai tempat, lingkungan atau
waktu. Contoh-contoh norma kesopanan ialah:
1. Menghormati orang yang lebih tua
2. Menerima sesuatu selalu dengan tangan kanan
3. Tidak berkata-kata kotor, kasar dan sombong
4. Tidak meludah disembarang tempat.
Sanksi bagi pelanggar norma kesopanan tidak tegas, tetapi dapat diberikan oleh masyarakat berupa
cemoohan, celaan, hinaan, atau dikucilkan dan diasingkan dari pergaulan.
D. Norma Hukum
Adalah pedoman hidup yang dibuat oleh lembaga negara atau lembaga politik suatu masyarakat/
bangsa. Hukuman sebagai sistem norma berfungsi untuk menertibkan dan menstabilkan kehidupan
sosial. Tujuan utama norma hukum adalah menciptakan suasanan aman dan tentram dalam masyarakat.
Contoh-contoh norma hukum ialah:
1. Harus tertib
2. Harus sesuai prosedur
3. Dilarang mencuri, merampok, membunuh dan lain-lain.
Sanksi bagi pelanggar hukum tegas, nyata, mengikat, dan bersifat memaksa. Mereka yang melaggar
norma hukum akan ditindak tegas oleh aparat penegak hukum dan diproses melalui persidangan di
pengadilan.
5. Hubungan norma, kebiasaan, adat istiadat dan peraturan
Norma mengarahkan anggota masyarakat untuk berperilaku sesuai dengan ketentuan yang tercantum
didalamnya. Untuk memastikan anggota masyarakat berperilaku sesuai dengan norma, setiap
pelanggaran terhadap norma ada sanksinya, sebaliknya, berperilaku yang sesuai dengan norma-norma,
mendapat ganjaran. Contoh, siswa yang rajin belajar mendapat pujian, sebaliknya siswa yang ketahuan
mencontek dikenakan sanksi yang sesuai.
Kebiasaan berarti sesuatu yang bisa dikerjakan. Kebiasaan adalah perbuatan yang diulang-ulang dalam
bentuk yang sama karena banyak orang menyukai dan menganggapnya penting. Oleh karena disukai dan
dianggap penting, maka kebiasaan itu terus diperintahkan. Dengan demikian, kita dapat memahami
bahwa kebiasaan terus diperintahkan.
Adat Istiadat berarti tata kelakukan yang bersifat kekal dan turun temurun. Ia diteruskan dari satu
generasi kegenerasi lainnya berikutnya sebagai warisan sehingga kuat integrasinya dengan pola prilaku
masyarakat.
Peraturan berarti tatanan (petunjuk, kaidah, ketentuan) yang dibuat untuk mengatur. Dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara dikenal dengan istilah peraturan perundang-undangan. Peraturan perundang-
undangan adalah aturan yang telah dibuat oleh lembaga yang berwewenang untuk dipatuhi oleh
seluruh warga negara. Jika ditinjaui dari tingkatannya ada dua tingkatan peraturan, yaitu peraturan
tingkat pusat dan peraturan tingkat daerah. Dapat disimpulkan bahwa hubungan antara norma,
kebiasaan, adat isitiadat dan peraturan ialah sebagai peraturan dan tatanan didalam mengatur
tingkahlaku yang mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
6. Sumber-sumber norma
Setiap norma memiliki sumber-sumber yang berbeda. Norma agama bersumber pada firman Tuhan
yang terdapat dalam kitab suci agama, norma kesusilaan bersumber hati sanubari manusia, norma
kesopanaan bersumber pada pergaulan segolongan manusia, dan norma hukum bersumber pada
peraturan perundangan yang dibuat negara.
7. Norma-norma berdasarkan kekuatan mengikatnya
Berdasarkan kekuatan mengikatnya, norma-norma dibedakan atas empat, yaitu:
1. Cara (Usage)
Adalah jenis perbuatan yang bersifat perorangan. Penyimpangannya terhadap cara hukumannya tidak
berat, hanya berupa celaan. Contoh dari jenis perbuatan yang bersifat perorangan (cara) ialah cara
berpakaian, cara berdandan, cara makan, cara bertelepon, dan sebagainya.
2. Kebiasaan (Folkways)
Adalah perbuatan yang dilakukan berulang-ulang dengan pola yang sama dan tetap karena dianggap
baik. Contohnya, mengetuk pintu saat bertamu atau saat memasuki ruangan orang lain dan memberikan
sesuatu dengan tangan kanan adalah kebiasaan dengan baik dan sopan. Sanksi yang diberikan jika
melanggar kebiasaan umumnya masih tergolong ringan, yaitu berupa sindiran atau ejekan.
3. Tata kelakuan (Mores)
Adalah perilaku yang ditetapkan oleh masyarakat sebagai perilaku yang baik dan diterima sebagai norma
pengatur dan pengawas anggota-anggotanya. Tata kelakuan ini berwujud paksaan dan larangan
sehingga secara langsung menjadi alat agar anggota masyarakat menyesuiakan perbuatannya dengan
tata kelakuan tersebut. Saksi terhadap tata kelakuan ini tergolong berat, seperti dikucilkan secara diam-
diam dari pergaulan. Contohnya Larangan untuk berciuman, larangan kumpul kebo, larangan melakukan
hubungan seks diluar nikah, larangan membunuh atau juga dicontohkan dengan cotoh lain seperti:
Misalnya, seseorang pembantu rumah tangga melakukan perbuatan yang tidak pantas terhadap nyonya
atau majikannya. Oleh karena perbuatannya itu, saat itu juga mungkin langsung diberhentikan atau
dipecat oleh majikannya.
4. Adat-istiadat (Coustom)
Adalah pola-pola prilaku yang diakui sebagai hal yang baik dan dijadikan sebagai hukuman tidak tertulis
dengan sanksi yang berat. Yang memberikan sanksi orang yang mengerti seluk-beluk tentang adat,
seperti pimpinan adat, pemangku adat, atau kepala suku.
Misalnya, dalam masyarakat dikenal dengan istilah “tabu” atau pantangan. Sesuatu yang ditabukan
berarti sesuatu yang tidak boleh dilanggar. Seandainya tabu/ pantangan itu dilanggar, bencana akan
menimpa seluruh warga dan si pelaku akan dikenakan sanksi yang berat.

8. Sanksi norma
Sanksi norma dintaranya: norma agama sanksinya dosa dan bersifat tidak langsung, norma kesusilaan
sanksinya rasa menyesal, malu dan bersalah, norma kesopanan sanksinya teguran dan cemoohan dari
masyarakat, norma hukum sanksinya tegas dan memaksa, misalnya penjara.
Latihan
Berilah tanda silang pada jawaban yang paling benar!
1. Aturan atau ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat di pakai sebagai pedoman,
tatanan, dan pengendalian tingkah laku yang sesuai dan diterima, disebut..
A. Undang-undang dasar
B. Hukum
C. Adat-istiadat
D. Norma atau kaidah

2. Tujuan yang paling pokok adanya norma dalam masyarakat adalah untuk mewujudkan….
A. Kepastian hukum
B. Ketertiban dalam masyarakat
C. Keadilan sosial
D. Kebahagiaan bagi masyarakat

3. Berikut ini merupakan fungsi dari adanya norma dalam masyarakat....


A. Menegakkan keadilan
B. Menegakkan kebenaran
C. Menciptakan ketertiban
D. Mewujudkan kebersamaan

4. Norma agama memiliki keistimewaan yaitu sanksi yang akan diterima….


A. Manusia setelah dewasa
B. Atas kesadaran manusia
C. Di akhirat
D. Manusia yang memiliki akal sehat

5. Norma kesusilaan adalah aturan tentang baik dan buruk yang bersumber dari…
A. Nilai kehidupan manusia
B. Akal pikiran manusia
C. Hati nurani manusia
D. Hasil karya manusia

6. Norma yang memiliki sanksi yang berasal dari diri sendiri adalah norma…
A. Agama
B. Hukum
C. Kesopanan
D. Kesusilaan

7. Norma kesopanan adalah…


A. Norma yang berasal dari hati nurani
B. Norma yang sifatnya memaksa
C. Norma yang berasal dari pergaulan hidup masyarakat
D. Norma yang sifatnya memaksa dan apabila dilanggar menimbulkan sanksi

8. Sifat norma itu melengkapi dari norma yang lain, memaksa dan dapat dipaksakan adalah norma ….
A. Kesusilaan
B. Kesopanan
C. Hukum
D. Agama

9. Salah satu sikap yang mencerminkan perilaku patuh terhadap norma kesopanan adalah….
A. Jangan membunuh sesama
B. Jangan meludah di dalam kelas
C. Tidak melanggar rambu-rambu lalu lintas
D. Tidak boleh berbuat cabul

10. Salah satu unsur dari norma kesopanan yang berlaku dalam masyarakat adalah ...
A. Adanya perintah dan larangan yang dibuat oleh pemerintah
B. Tata krama dan etika pergaulan
C. Peraturan yang bersifat memaksa
D. Perintah dan larangan yang tertuang dalam kitab suci

11. Dikucilkan dari masyarakat, dicemooh, dihina merupakan sanksi dari norma….
A. Agama
B. Kesopanan
C. Kesusilaan
D. Hukum

12. Orang yang menghina dan memfitnah orang lain termasuk dalam kategori pelanggaran norma, yakni
melanggar...
A. Norma agama
B. Norma kesopanan
C. Norma kesusialaan
D. Norma hukum

13. Sikap menghargai dan menghormati perasaan orang lain sesuai dengan norma agama adalah…
A. Tengang rasa
B. Tepa selera
C. Pengendalian diri
D. Kesadaran

14. Kebiasaan di lingkungan keluarga yang mencerminkan ketaatan pada Tuhan adalah…
A. Selalu berdoa bila mau mengerjakan sesuatu
B. Selalu belajar demi masa depan
C. Bekerja terus menerus tanpa istirahat
D. Selalu diam waktu berdoa tanpa bergerak

15. Berikut ini perilaku yang sesuai dengan norma, kebiasaan, adat istiadat, peraturan di lingkungan
masyarakat adalah…
A. Tolong menolong dengan tetangga
B. Menyayangi orang tua, kakak, dan adik
C. Mengenakan pakaian seragam dengan rapi
D. Membantu orang tua sesuai dengan pembagian tugas

16. Menurut kodratnya, manusia adalah mahkluk sosial yaitu…


A. Hidup bersama dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah
B. Hidup bersama dengan teman yang memiliki kedudukan yang sama
C. Manusia hidup bersama dalam lingkungan masyarakat
D. Hidup berkelompok dengan seseorang yang satu profesi

17. Contoh bentuk norma di lingkungan keluarga adalah…


A. Aktif dalam kegiatan siskamling
B. Menjaga ketenangan dan ketertiban kelas
C. Menghormati orang yang lebih tua
D. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan sekitar

Jawabah Soal-soal di bawah ini dengan tepat!


1. Tuliskan dan jelaskan yang dimaksud dengan norma!
2. Tuliskan dan jelaskan fungsi dan tujuan norma!
3. Tuliskan macam-macam norma berdasarkan sifat, sanksi dan mengikat!

Kompetensi Dasar
1.2.Menjelaskan hakikat dan arti penting hukum bagi warga negara
Indikator
Menjelaskan pengertian hukum
Menjelaskan pembagian hukum menurut sifat, bentuk dan isinya
Pentingnya norma hukum dalam kehidupan bernegara
Menjelaskan tujuan dan fungsi ditetapkannya hukum dalam suatu negara
Menunjukkan kepatuhan terhadap hukum dalam kehidupan sehari-hari
1. Pengertian Hukum
Berikut ini beberapa pendapat para sarjana tentang pengertian hukum:
a) Immanuel Kant
Hukum adalah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas dari ornag yang satu dapat
menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari orang lain, menuruti peraturan hukum tentang
kemerdekaan
b) J. C. T. Simorangkir, S. H. dan Woerjono Sastropranoto, S. H.
Hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa yang menetukan tingkah laku manusia
dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana
terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan, yaitu dengan hukum tertentu.
Dapat disimpulkan hukum adalahaturan mengenai tingkah laku manusia yang dibuat oleh Negara,
bersifat memaksa dan tegas
Unsur-unsur hukum:
1) Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.
2) Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwewenang.
3) Peraturan itu bersifat memaksa.
4) Peraturan itu memuat sanksi yang tegas bagi siapa saja yang melanggar peraturan tersebut.
Sifat-sifat hukum:
• Mengatur: Karena di dalam hukum itu memuat peraturan-peraturan tentang perintah dan larangan
yang mengatur tingkah laku manusia dalam tata pergaulan hidup bermasyarakat demi terciptanya
keamanan dan ketertiban dalam masyarakat.
• Memaksa: Karena hukum merupakan peraturan-peraturan hidup kemasyarakatan yang dapat
memaksa orang supaya menaati tata tertib dalam masyarakat dan memberikan sanksi yang tegas
(berupa hukuman) terhadap siapa yang tidak mau patuh/menaati.
Ciri-ciri hukum: yang menonjol dari hukum adalah adanya perintah atau larangan. Perintah atau
larangan itu harus ditaati oleh setiap orang.
Berdasarkan UUD 1945 pasal 1 ayat 3 dan penjelasan UUD 1945 yang menyatakan bahwa negara
Indonesia adalah negara hukum.
Ciri negara hukum:
a. Adanya pengakuan dan jaminan hak asasi manusia
b. Adanya asas legalitas
c. Adanya suatu peradilan yang bebas dan tidak memihak.
2. Pembagian hukum menurut sifatnya
Menurut sifatnya, hukum dapat dibagi menjadi 2, yaitu:
a). Hukum yang memaksa yaitu hukum yang dalam keadaan bagaimana pun juga harus dan mempunyai
paksaan mutlak. Contohnya dlam perkara pidana.
b). Hukum yang mangatur (hukum pelengkap) yaitu hukum yang dapat dikesampingkan apabila pihak-
pihak yang bersangkutan telah membuat peraturannya sendiri dalam suatu perjanjian, biasaanya dalam
perkara-pekara keperdataan.
Contoh kongkret pasal 1366 BW, yang menyebutkan: “Tiap perbuatan melanggar hukum, yang
membawa kerugian kepada orang seorang lain, mewajibkan orang yang karenanya salahnya
menerbitkan kerugian itu, menggantikan kerugian tersebut.
3. Pembagian hukum menurut bentuknya
a). Hukum Tertulis
adalah hukum yang dirumuskan dalam peraturan tertulis.
(1). Hukum tertulis yang telah dikodifikasikan. Contoh: Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KHUPd).
(2). Hukum tertulis yang belum dikodifikasikan. Contoh: Hukum Perkoperasian.
b). Hukum tidak Tertulis, merupakan peraturan yang tidak tertulis tetapi ditaati oleh masyarakat.
Contoh: Hukum Adat, Hukum Kebiasaan, dan Konvensi.
4. Pembagian hukum menurut isinya
a). Hukum Publik, adalah hukum yang mengatur hubungan antarwarga negara, antar alat kelengkapan
negara, serta antar warga negara dan negara yang menitikberatkan pada kepetingan umum, Hukum
Publik, disebut juga hukum negara. Contoh: Kasus
Korupsi. Hukum Publik terdiri dari:
1. Hukum Pidana
Yaitu hukum yang mengatur perbuatan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh dilakukan, barang
siapa melanggarnya diancam dengan hukuman pidana. Dalam hukum pidana diatur berbagai masalah
tentang kejahatan, pelanggaran, dan sanksi pidananya.
2. Hukum Tata Negara
Yaitu hukum yang mengatur tentang bentuk dan susunan alat-alat kelengkapan negara serta hubungan
antar lembaga negara.
3. Hukum Tata Pemerintahan/ Hukum Administrasi Negara
Yaitu hukum yang mengatur tentang bagaimana tata cara atau prosedur para pejabat negara dalam
dalam menjalankan tugas penyelenggara negara.
4. Hukum Internasional
Yaitu hukum yang mengatur hubungan antarwarga dalam pergaulan internasional, misalnya tata cara
penempatan perwakilan diplomatik, perjanjian antarnegara, dan sengketa antarwarga.
b). Hukum Privat adalah hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan yang lain
menitikberatkan kepentingan perorangan hukum privat disebut juga hukum sipil, yang terdiri dari:
1. Hukum Perdata
Yaitu rangkaian peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum antara individu yang satu
dengan individu yang lain, dengan menitikberatkan kepada kepentingan perindividu.
2. Hukum Dagang
Adalah hukum yang mengatur hubungan antara manusia dan badan hukum yang satu dengan yang
lainnya dalam lapangan dan perdagangan atau perniagaan.
3. Hukum Waris
Adalah hukum yang mengatur tentang benda atau kekayaan seseorang jika ia meninggal dunia
(mengatur akibat-akibat dan hubungan keluarga terhadap peninggalan seseorang).
4. Hukum Perorangan
Adalah hukum yang memuat himpunan peraturan-peraturan manusia sebagai subjek hukum dan
tentang kecakapan untuk memiliki hak-hak serta untuk bertindak sendiri dalam melaksanakan hak-
haknya itu.
5. Hukum Keluarga
Adalah hukum yang memuat rangkaian peraturan yang timbul dan pergaulan hidup dalam keluarga.
Hukum keluarga mencakup perkawinan beserta hubungan dalam hukum harta kekayaan antar
suami/isteri , hubungan antara orang tua dan anak-anaknya (kekuasaan orang tua), perwalian dan
pengampunan.
6. Hukum Harta Kekayaan
Adalah hukum yang mengatur tentang hubungan-hubungan hukum yang dapat dinilai dengan uang.
Hukum harta kekayaan meliputi hak mutlak, yaitu hak-hak yang berlaku terhadap tiap orang dan dan
hak perorangan, yaitu hak-hak yang berlaku terhadap seseorang atas satu pihak tertentu saja.
5. Pentingnya norma hukum dalam kehidupan bernegara
Dalam menegakkan kebenaran dan keadilan, hukum mempunyai peranan yang sangat penting, yang
pada gilirannya nanti bisa memberikan suasana aman, tentram, harmonis, dan sejahtera bagi setiap
warga dalam lingkungannya.
Peran hukum dalam masyarakat adalah :
a. Mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyatnya
b. Untuk mencapai keadilan dan ketertiban
c. Mengatur pergaulan hidup manusia secara damai
d. Memberikan petunjuk bagi orang-orang dalam pergaulan masyarakat.
6. Tujuan dan fungsi ditetapkannya hukum bagi suatu negara
Hukum bertujuan mengatur tingkah laku manusia dalam masyarakat agar tercipta ketertiban, keadilan,
kedamaian, dan kesejahteraan.
Hukum berfungsi untuk melindungi hak-hak setiap orang agar tidak dilanggar oleh orang lain atau
sebagai penjamin kepastian hukum, penjamin keadilan sosial, dan pengayom.
Hukum sangat penting dalam menegakan kebenaran, yang pada gilirannya memberikan suasana aman,
tenteram, harmonis, dan sejahtera bagai warga negara. Hal ini bisa terwujud bila hukum benar-benar
dilaksanakan. Jika ada yang melanggar, maka sanksi harus dikenakan, sebab kalau tidak, akan timbul
kekacauan dalam masyarakat.
7. Contoh perilaku patuh terhadap hukum dalam kehidupan sehari-hari
Berikut ini merupakan contoh perilaku patuh terhadap hukum dalam kehidupan sehari-hari:
a. Di lingkungan keluarga
1. Mengikuti dan menaati kehendak orang tua untuk mewujudkan kehormonisan
2. Menjaga nama baik keluarga dengan bertindak jujur dan sopan
3. Saling membantu dalam menyelesaikan pekerjaan rumah sesuai dengan kemampuannya.
b. Di lingkungan sekolah
a. Guru dan siswa bersikap disiplin terhadap waktu serta tata tertib sekolah
b. Siswa menjaga nama baik sekolah dengan bersikap jujur dan menempatkan diri sebagai pelajar yang
baik
c. Menciptakan susana belajar yang tenang, aman dan tertib
c. Di lingkungan masyarakat
a. Warga menghormati dan melaksanakan aturan yang berlaku
b. Warga mendukung program pembangunan dan partisipasi sesuai dengan kemampuaannya
c. Warga ikut serta dalam usaha menciptakan ketertiban dan kesejahteraan bersama
d. Di lingkungan negara
1. Bersikap yang mencerminkan kepatuhan terhadap apatur pemerintah dan negara
2. Tidak melakukan perbuatan yang melanggar hukum dan tidak benrtindak main hakim sendiri
3. Menjunjung musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama

Diposkan oleh Summary di 18.30 0 komentar

Minggu, 21 Maret 2010

Perkembangan Emosi dan Proses Pembalajaran

Perkembangan Emosi dan Proses Pembelajaran

A. Definisi Emosi
Menurut Drever (1986) mengartikan emosi sebagai suatu keadaan yang kompleks dari organisme yang
menyangkut perubahan jasmani yang luas sifatnya (dalam pernafasan, denyut, sekresi kelenjar, dan
sebagainya) dan pada sisi kejiwaan, suatu keadaan terangsang yang ditandai oleh perasaan yang kuat
dan biasanya merupakan suatu dorongan ke arah suatu bentuk tingkah laku tertentu.
Menurut Chaplin (1989) dalam “Dictionary of Psychology” emosi sebagai suatu keadaan yang teransang
dari organisme mencakup perubahan yang disadari, yang mendalam sifatnya dari perubahan perilaku.
Menurut Daniel Goleman (1995) dalam mendefinisikan emosi merujuk kepada makna yang paling
harfiah yang diambil dari “Oxford English Dictionary” yang memaknai emosi sebagai suatu kegiatan atau
pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang hebat dan meluap-luap. Lebih lanjut
Daniel Goleman (1995) mengatakan bahwa emosi merujuk kepada suatu perasaan pikiran-pikiran yang
khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa emosi adalah perubahan tingkah laku yang
merujuk kepada suatu perasaan pikiran-pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan
serangkaian kecenderungan untuk bertindak.
B. Bentuk-bentuk Emosi
Menurut Daniel Goleman (1995) ada delapan kelompok emosi:
1. Amarah
Meliputi beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa pahit, berang,
tersinggung, bermusuhan, tindak kekerasan, dan kebencian patologis.
2. Kesedihan
Meliputi pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, ditoal, putus asan dan
despresi.
3. Rasa takut
Meliputi cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, sedih, waspada, tidak tenang,
ngeri, kecut, panik, dan pabia.
4. Kenikmatan
Meliputi kebahagian, gembira, ringan paus, riang, senag, terhibur, bangga, kenikatan indrawi, takjub,
terpesona, puas, rasa terpenuhi, girang, senang sekali, dan mania.
5. Cinta
Meliputi penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasmaran,
dan kasih saying.
6. Terkejut
Meliputi terkesiap, takjub, dan terpana.
7. Jengkel
Meliputi hina, jijik, muak, mual, benci, tidak suka, dan mau muntah.
8. Malu
Meliputi rasa berslah, malu hati, kesal hati, menyesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.
Dari deretan daftar emosi tersebut, berdasarkan temuan penelitian Paul Ekman dari Unversity of
California di San Fransico, ternyata ada bahasa emosi yang dikenal oleh bangsa-bangsa seluruh dunia,
yakni emosi yang diwujudkan dalam bentuk ekspresi wajah yang dilamnya mengandung emosi takut,
marah, sedih dan senang.
C. Hubungan Emosi dengan Tingkah Laku
Melalui teori “kecerdasaan emosional”yang dikemukakan oleh Daniel Golmen (1995) mengemukakan
sejumlah cirri utama pikiran emosional sebagai bukti bahwa emosi memainkan peran penting dalam
pola berpikir maupun tingkah laku individu.
Adapun cirri utama pikiran emosional tersebut adalah sebagai berikut:
1. Respon yang cepat tapi ceroboh
Dikatakan bahwa pikiran yang emosional itu ternya jauh lebih cepat daripada pikiran yang rasional
karena pikiran emosional sesungguhnya langsung melompat bertindak tanpa mempertimbangkan apa
pun yang akan dilakukanny, karena kecepatan itu sehingga sikap hati-hati dan proses analitis dalam
berpikir dikesampingkan begitu saja sehingga tidak jarang menjadi ceroboh.
2. Mendahulukan perasaan baru kemudian berpikir
Pada dasarnya, pikiran rasional sesungguhnya membutuhkan waktu sedikit lama disbanding dengan
pikiran emosional sehingga dorongang yang lebih dahulu muncul adalah dorongan hati atau emosi, baru
kemusian dorongan pikiran. Dalam urutan respon yang cepat, perasaan mendahului atau minimal
berjalan serempak dengan pikiran.
3. Memperlakukan realita sebagai realitas simbolik
Logika pikiran emosional, yang disebut juga sebagai logika hati, itu bersifat asosiatif. Artinya
memandang unsur-unsur yang melambagkan suatu realitas itu sama dengan realitas itu sendiri.
4. Masa lampau diposisikan sebagai masa sekarang
Dari sudut pandang ini, apabila sejumlah cirri suatu peristiwa tamapk serupa dengan kenangan masa
lampau yang mengandung muatan emosi, maka pikiran emosional akan menanggapinya dengan memicu
perasaan-perasaan yang berkaitan dengan peristiwa yang diingat itu.
5. Realitas ditentukan keadaan
Pikiran emosional pada diri individu itu dala bekerjanya sebenarnya banya ditentukan oleh keadaan dan
ditekan perasaan tertentu yang sedang menonjol pada saat itu. Cara seseorang berpikir dan bertindak
pada saat meras senang dan romantik dan sangat berbeda dengan perilaku ketika sedang dalam
keadaan sedih, marah atau cemas. Dalam mekanisme emosi itu ada repertoar pikiran reaksi, bahkan
ingatannya sendiri-sendiri. Repertoar itu menjadi sangat menonjol pada saat yang disertai dengan
intensitas emosi yang tinggi.
Selain teori kecerdasan mosional yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan atau pengaruh
emosi terhadap tingkah laku, ada juga sejumlah teori-teori emosi yang lain yang juga menjelaskannya.
Ada pun teori-teori tersebut adalah:
1. Teori Sentral
Teori ini dikemukan oleh Walter B. Canon, merupakan teori ini gejala kejasmanian termasuk tingkah laku
yang merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu.
2. Teori Peripheral
Teori ini dikemukakan oleh James dan Lange. Menurut teori ini dikatakan bahwa gejala-gejala
kejasmanian atau tingkah laku seorang bukanlah merupakan akibat dari emosi, melainkan emosi yang
dialami oleh individu itu sebagai akibat dari gejala-gejala kejasmanian.
3. Teori Kepribadian
Menurut teori ini emosi merupakan suatu aktivitas pribadi yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
4. Teori Kedaruratan Emosi
Teori ini dikemukakan oleh Cannon. Menurut teori ini reaksi yang mendalam dari kecepatan jantung
yang semakin bertambah akan menambah cepatnya aliran darah menuju ke urat-uratnya, hambatan-
hambatan pada pencernaan, pengembangan atau pemuaian kantong-kantong di dalam paru-paru dan
proses lainya yang mencirikan secara khas keadaan emosional seseorang, keudian menyiapkan organism
untuk melarikan diri dari atau untuk berkelahi, sesuai dengan penilaian terhadap situasinya yang ada
oleh kulit otak.
D. Karakteristik Perkembangan Emosi Subjek Didik
Adapun karakteristik untk setiap periode adalah sebagai mana dipaparkan sebagai berikut:
1. Periode Pra-remaja
Selama periode ini terjadi gejala-gejala yang hampir sama antara remaja pria maupun wanita.
Perubahan fisik belum begitu tampal jelas, tetapi pada remaja putrid biasanya memperlihatkan
penambahan berat badan yang cepat sehingga mereka merasa kegemukan. Gerakan-gerakan mereka
mulai menjadi kaku. Perubahan ini disertai sifat kepekaan terhadap ransangan dari lua, responya bisa
melebihi sehingga mereka mudah tersinggung dan cengeng, tetapi juga cepat merasa senang atau
bahkan meledak-ledak.
2. Periode Remaja Awal
Selama perkembangan ini gejala fisik yang semakin tampak jelas adalah pertumbuhan fungsi alat-alat
kelamin. Karena perubahan alat-alat kelamin serta perubahan fisik yang semakin nyata ini, remaja sering
kali mengalami kesulitan dalam menyesuiakan diri dengan perubahan-perubahan itu. Akibatnya, tidak
jarang mereka cenderung menyendiri sehingga tidak jarang pula merasa terasing, kurang perhatian dari
orang lain, atau bahkan merasa tidak ada orang yang memperdulikannya. Kontrol terhadap dirinya
bertambah sulit dan mereka merasa cepat marah dengan cara-cara yang kurang wajar untuk
meyakinkan dunia sekitarnya. Perilaku seperti ini sesungguhnya terjadi karena adanya kecemassan
terhadap dirinya sendiri sehingga muncul dala reaksi yang kadang-kadang tidak wajar.
3. Periode Remaja Tengah
Karena tuntutan peningkatan tanggung jawab ini tidak hanya datang dari oramg tua atau anggota
keluarga lainya melainkan juga dari masyarakat sekitarnya maka tidak jarang masyarakat terbawa-bawa
menjadi masalah bagi remaja. Melihat fenomena yang sering terjadi dalam masyarakat yang sering kali
juga menunjukan kontradiksi dengan nilai-nilai moral yang mereka ketahui, maka tidak jarang juga
remaja mulai meragukan tentang apa yang disebut baik atau buruk.
4. Periode Remaja Akhir
Selama periode ini remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa dan mulai mampu
menunjukan pemikiran, sikap, dan perilaku yang semakin dewasa. Oleh sebbab itu, orang tua dan
masyarakat mulai memberikan kepercayaan yang selayaknya kepada mereka. Interaksi dengan orang
tua juga mulai menjadi semakin lebih bagus dan lancer karena mereka sudah semakin memiliki
kebebasan yang relative terkendali serta emosinya mulai stabil. Pilihan arahan hidup semakin jelas dan
mulai mampu mengambil pilihan serta keputusan tentang arah hidupnya secra lebih bijaksana bwlum
bisa secara penuh. Mereka juga mulai memilih cara-cara hidup yang dapat dipertanggung jawabkan
terhadap dirinya sendiri, orang tua dan masyarakat.
E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Emosi Subyek Didik
Berikut ini merupakan factor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja sebagai subyek didik:
1. Perubahan Jasmani
Perubahan jasmani yang ditunjukan dengan adanya pertumbuhan yang sangat cepat dari anggota tubuh
memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan emosi remaja. Pada taraf ini permulaan,
pertumbuhan ini hanya terbats pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh
menjadi tidak seimbang. Ketidak seimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tidak terduga
pada perkembangan emosi remaja. Tidak setiap remaja dapat menerima perubahan kondisi tubuh
seperti itu, lebih-lebih jika perubahan tersebut menyangkut perubahan kulit yang kasar dan penuh
jerawat. Hormon-hormon tertentu mulai berfungsi sejalan dengan perkembanagan alat kelaminya
sehingga dapat menyebabkan rangsangan di dalam tubuh remaja seringkali menimbulkan masalah
dalam perkembangan remaja.

2. Perubahan Pola Interaksi dengan Orang Tua


Pola interaksi oramg tua dengan anak, termasuk remaja, sangat bervarisai Ada yang pola interaksinya
menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat memaksa
kehendak, mamanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang penuh dengan cinta kasih. Perbedaan
pola interaksi orang tua seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi
remaja. Cara memberikan hukuman, misalnya ketika dulu masih anak-anak, orang tua bisa memukul jika
anak berbuat nakal, tetapi pada saat remaja cara-cara semacam itu justru dapat menimbulkan
ketegangan yang lebih berat antara remaja dengan orang tuanya. Dalam konteks ini Gardner (1992)
mengibaratkan dengan kalimat ”Too Big To Spank” yang maknanya bahwa remaja itu sudah terlalu besar
untuk dipukuli.
3. Perubahan Interaksi dengan Teman Sebaya
Remaja sering kali membangun interaksi sesame teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul
untuk melakukan aktivitas bersama dan membentuk semacam “gang”. Interaksi antar anggota dalam
suatu kelompok “gang” biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat
tinggi. Pembentukan kelompok dalam bentuk “gang” seperti ini sebainya di usahakan terjadi pada masa
awal remaja saja karena biasanya bertujuan positif, yaitu untuk memenuhi minat mereka bersama.
Faktor yang sering mendatangkan masalah emosi pada masa remaja adalah hubungan cinta denga
teman lawan jenis. Pada masa remaja tengah biasanya remaja benar-benar mulai jatuh cinta dengan
lawan jenisnya. Gejala ini sebenarnya sehat bagi remaja, tetapi juga tidak jarang menimbulkan konflik
atau gangguan emosi pada remaja jika tidak diikuti dengan bimbingan dari orang tua atau orang yang
lebih dewasa. Oleh sebab itu, tidak jarang orang tua justru merasa tidak gembira atau bahkan cemas
ketika anak mereka jatuh cinta. Gangguan emosional yang mendalam dapat terjadi ketika cinta rejama
tidak terjawab, ditolak, atau karena pemutusan hubungan cinta sepihak sehingga banyak mendatangkan
kecemasan bagi orang tua dan bagi remajaitu sendiri.
4. Perubahan Pandangan Luar
Faktor penting yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi remaja selain perubahan-perubahan
yang terjadi dalam diri remaja itu sendiri adalah pandangan dunia luar dirinya. Ada sejumlah perubahan
pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik-konflik emosional dalam diri remaja, yaitu
sebagai berikut:
Sikap dunia terhadap remaja sering tidak konsisten. Kadang-kadang mereka dianggap sudah dewasa,
tetapi mereka tidaka mendapat kebebasan penuh atau peran wajar sebagaimana orang dewasa.
Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki dan
perempuan. Kalau remaja laki-laki memiliki teman banyak perempuan, mereka mendapat predikat
“popular” dan mendatangkan kebangaan. Sebaiknya, apabila remaja putrid mempunyai banyak
temanlaki-laki sering dianggap tidak baik atau bahkan mendapat predikat yang kurang baik juga.
Penerapan nilai yang berbeda semacam ini jika tidak disertai dengan pemberian pengertian bijaksana
dapat menyebabkan remaja brtingah laku emosional.
Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab yaitu dengan
cara melibatkan remaja tersebut ke dalam kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan melanggar nilai-
nilai moral seperti: penyalahgunaan obat terlarang, minum-minuman keras, atau tindak kriminal dan
kekerasan. Prilaku dunia laur semacam ini akan
5. Perubahan Interaksi dengan Sekolah
Pada anak-anak, sebelum menginjaki masa remaja, sekolah merupakan suatu tempat pendidikan yang
amat diidealkan oleh mereka. Para guru merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan
mereka karena selain tokoh intelektual, guru juga merupakan okoh otoritas bagi para peserta
didiknya.Oleh karena itu, tiak jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh, bahkan lebih takut kepada
gurunya ketimbang kepada orang tuanya. Posisi guru semacam ini sangat strategis bila digunakan untuk
pengembangan emosi anak melalui penyampaian nilai-nilai luhur, positif dan konstruktif.
Dalam menuju pembaharuan para remaja sering terbentur pada nilai-nilai yang tidak dapat mereka
terima atau yang sama sekali bertentangan dengan nilai-nilai yang menarik bagi mereka. Pada saat itu
timbulah idelisme untuk mengubah lingkungannya. Idealisme seperti ini tentunya tidah boleh
diremehkan dengan anggapan bahwa semuanya akan muncul kalau mereka nanti sudah dewasa. Sebab,
idealisme yang dikecewakan dapat berkembang menjadi tingkah laku emosional yang destruktif.
Sebaliknya kalau remaja berhasil diberikan penyaluran yang positif untuk mengembangkan idealismenya
akan sangat bemanfaat bagi pengembangan lebih lanjut samapi mereka memasuki masa dewasa.
F. Perbedaan Individual dalam Perkembangan Emosi
Proses kematangan perkembangan emosi mempunyai hubungan yang erat dengan pertumbuhan dan
perkembangan. Sejak lahir sampai kira-kira berumur 15 bulan, kebutuhan utama mereka adalah
mendapatkan kepercayaan dan kepastian bahwa dirinya diterima oleh lingkungannya. Penerimaan
lingkungan pada fase ini sangat menentukan bagi perkembngan hidup selanjutnya. Kepercayaan yang
diperoleh dari penerimaan lingkungan ini dapat menjadi dasar bagi kepercayaan terhadap dirinya sendiri
dan kesehatan terhadap perkembangan emosionalnya. Apabila kondisi orang tua saat ini dapat
melakukan hubungan yang penuh cita kasih atau secara naluriah memberikan kepercayaan bahwa
kehadiran bayinya tersebut sangat diinginkan dan dikasihai mereka maka akan diharapkan akan dapat
hidup dalam lingkungankasih saying. Sebaliknya jika kehadiran bayi berikutnya, orang tua bersikap
kurang dapat menerima, acuh tak acuh, apalagi penuh kebencian, dan sebgainya, tentu kehidupan
emosionalnya terganggu. Dengan demikian secara individual, kedua anak tersebut akan mengalami
perbedaan perkembangan emosi pada masa-masaselanjutnya.
Disiplin yang tegas tetapi disertai kasih saying akan membantu anak dalam perkembangan emosinya.
Sebaliknya jika disiplin dilakukan dengan kaku dan tanpa kasih sayang akan menibulkan sikap karagu-
raguan pada diri anak dan bahkan akan kehilangan kepercayaan pada dirinya. Apabila ini terjadi pada
anak dalam satu kelurga ( seayah/seibu) secara individual perkembangan emosinya akan jelas bisa
dibedakan.
Namun, kenyataan sebagimana telah diuraikan terdahulu, bahwa manusia berbeda satu sama lain dalam
berbagai aspek, baik dalam bakat, minat, keadaan jasmani, keadaan sosial, intelegensinya maupun
kepribadiannya. Berdasarkan faktor-faktor pengaruh tersebut, perubahan individual dalam
perkembangan emosi sangat dimungkinkan terjadi.
G. Proses Pembelajaran untuk Membantu Perkembangan Emosi Subjek Didik
Intervensi pendidikan untuk mengembangkan emosi remaja agar dapat berkembang kearah memiliki
kecerdasan emosional, salah satu diantaranya menggunakan intervensi yang dikemukakan oleh W.T.
Grant Consortium tentang “Unsur-unsur AktifProgram Pencegahan” yaitu sebagi berikut:
1. Pengembangn Keterampilan Emosional
Cara yang dapat dilakukana untuk mengembangkan keterampilan emosional adalah:
a. Mengidentifikasi dan memberikan nama-nama atau label-label perasaan
b. Mengungkapkan perasaan
c. Menilai intensitas perasaan
d. Mengelola perasaan
e. Menunda pemuasan
f. Mengendalikan dorongan hati
g. Menggurangi stress
h. Memahami perbedaan antara perasaan dan tindakan
2. Pengembangann Keterampilan Kognitif
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan kognitif individu adalah:
a. Belajarlah melakukan dialog batin sebagai cara untuk menghadapi dan mengatasi suatu masalah atau
memperkuat perilaku diri sendiri
b. Belajarlah membaca dan menafsirkan isyarat-isyarat sosial; misalnya: mengenali pengaruh sosial
terhadap perilaku dan emlihat diri sendiri dalam perspektif masyarakat yang lebih luas
c. Belajarlah menggunakan langkah-langkah penyeesaian masalah dan mengambil keputusan; misalnya:
mengedalikan dorongan hati, menetukan sasaran, mengidentifikasi tindakan-tindakan alternatif, dan
memperthitungkan akibat-akibat yang mungkin timbul
d. Belajarlah memahami sudut pandang orang lain (empati)
e. Belajarlah memahami sopan satun, yakni perilaku mana yang dapat diterima dan mana yang tidak
f. Belajarlah bersikap positif terhadap kehidupan
g. Belajarlah mengembagkan kesadaran diri; misalnya mengembangkan harapan-harapan yang realistis
tentang diri sendiri
3. Pengembangan Keterampilan Perilaku
Cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan keterampilan perlaku individual dalah:
a. Belajar keterampilan komunikasi non-verbal; misalnya: berkomunukasi melalui hubungan pandangan
mata, ekspresi wajah, gerak-gerik, posisi tubuh dan sejenisnya.
b. Belajar keterampilan komunikasi verba; misalnya mengajukan permintaan-permintaan denga jelas,
mendeskripsikan sesuatu kepda orang lain dengan jelas, menanggapi kritik secara efektif, menolak
pengaruh negatif, mendengarkan orang lain, ikut serta dalam kelompok-kelompok kegiatan positif yang
banyak menggunakan komunikasi verbal, dan sejenisnya.
Cara lain yang dapat digunakan sebagai intervensi edukatif untuk mengembangkan emosi remaja agar
dapat berkembang kearah memiliki kecerdsan emosional adalah dengan mengembangkan kegiatan-
kegiatan yang di dalamnya mengandung materi yang dikembangkan oleh Daniel Goleman (1995) yang
kemudian diberinama “Self-science Curiculum”, yaitu sebagai mana dipaparkan berikut ini:
1. Belajarlah mengembangkan kesadaran diri
2. Belajarlah mengabil keputusan pribadi
3. Belajarlah mengelola keputusan
4. Belajarlah menangani stress
5. Belajar berempati
6. Belajarlah berkomunikasi
7. Belajarlah membuka diri
8. Belajarlah mengembangkan pemahaman
9. Belajarlah menerima diri sendiri
10. Belajarlah mengembangkan tanggung jawab pribadi
11. Belajarlah mengembangkan ketegasan
12. Belajarlah dinamika-dinamika kelompok
13. Belajarlah menyelesaikan konflik

HAK DAN KEWAJIBAN WARGANEGARA


NAMA    :  RISKA YUNITA
KELAS   :   2 EA 13
NPM       :  11208073
DOSEN  :  EMILIANSHAH BANOWO

Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan tetapi terjadi
pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa setiap warga negara memiliki
hak dan kewajiban untuk mendapatkan penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya
banyak warga negara yang belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya.
Semua itu terjadi karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak
daripada kewajiban. Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki pangkat
akan tetapi mereka berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika keadaannya seperti ini,
maka tidak ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Jika keseimbangan itu tidak ada akan
terjadi kesenjangan sosial yang berkepanjangan. Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan
kewajiban, yaitu dengan cara mengetahui posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga negara
harus tahu hak dan kewajibannya. Seorang pejabat atau pemerintah pun harus tahu akan hak dan
kewajibannya. Seperti yang sudah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan yang berlaku. Jika
hak dan kewajiban seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan masyarakat akan aman sejahtera.
Hak dan kewajiban di Indonesia ini tidak akan pernah seimbang. Apabila masyarakat tidak
bergerak untuk merubahnya. Karena para pejabat tidak akan pernah merubahnya, walaupun
rakyat banyak menderita karena hal ini. Mereka lebih memikirkan bagaimana mendapatkan
materi daripada memikirkan rakyat, sampai saat ini masih banyak rakyat yang belum
mendapatkan haknya. Oleh karena itu, kita sebagai warga negara yang berdemokrasi harus
bangun dari mimpi kita yang buruk ini dan merubahnya untuk mendapatkan hak-hak dan tak
lupa melaksanakan kewajiban kita sebagai rakyat Indonesia. Sebagaimana telah ditetapkan
dalam UUD 1945 pada pasal 28, yang menetapkan bahwa hak warga negara dan penduduk untuk
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan maupun tulisan, dan sebagainya,
syarat-syarat akan diatur dalam undang-undang. Pasal ini mencerminkan bahwa negara
Indonesia bersifat demokrasi. Pada para pejabat dan pemerintah untuk bersiap-siap hidup setara
dengan kita. Harus menjunjung bangsa Indonesia ini kepada kehidupan yang lebih baik dan
maju. Yaitu dengan menjalankan hak-hak dan kewajiban dengan seimbang. Dengan
memperhatikan rakyat-rakyat kecil yang selama ini kurang mendapat kepedulian dan tidak
mendapatkan hak-haknya.

Kewarganegaraan

Warga Negara adalah penduduk sebuah negara atau bangsa berdasarkan keturunan, tempat
kelahiran, dan sebagainya, yang mempunyai kewajiban dan hak penuh sebagai warga negara itu.
memiliki domisili atau tempat tinggal tetap di suatu wilayah negara, yang dapat dibedakan
menjadi warga negara asli dan warga negara asing (WNA).

•  Menurut pasal 26 ayat (2) UUD 1945,


    Penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di 
    Indonesia.
•  Bukan Penduduk, adalah orang-orang asing yang tinggal dalam negara bersifat
    sementara sesuai dengan visa
•  Istilah Kewarganegaraan (citizenship) memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan
    hubungan atau ikatan antara negara dengan warga negara, atau segala hal yang
    berhubungan dengan warga negara. Pengertian kewarganegaraan dapat dibedakan
    dalam arti  : 1) Yuridis dan Sosiologis, dan 2) Formil dan Materiil.

Asas Kewarganegaraan di Indonesia :

•  Asas kelahiran (Ius soli) adalah penentuan status kewarganegaraan berdasarkan


    tempat atau daerah kelahiran seseorang.
•  Asas keturunan (Ius sanguinis) adalah pedoman kewarganegaraan berdasarkan
    pertalian darah atau keturunan.
•  Asas Perkawinan : Status kewarganegaraan dapat dilihat dari sisi perkawinan yang
    memiliki asas kesatuan hukum, yaitu paradigma suami isteri atau ikatan keluarga
    merupakan inti masyarakat yang mendambakan suasana sejahtera, sehat dan bersatu.
Unsur Pewarganegaraan (Naturalisasi)  :

•  Bersifat aktif yaitu seseorang yang dapat menggunakan hak opsi untuk memilih atau
    mengajukan kehendak untuk menjadi warga negara dari suatu negara.
•  Bersifat Pasif, seseorang yang tidak mau diwarganegarakan oleh suatu negara atau tidak
    mau diberi status warga negara suatu negara, maka yang bersangkutan menggunakan hak
    Repudiasi yaitu hak untuk menolak pemberian kewarganegaraan tersebut.

Status Kewarganegaraan Indonesia :

•  Apatride ( tanpa Kewarganegaraan ) adalah seseorang yang memiliki status


    kewarganegaraan hal ini menurut peraturan kewarganegaraan suatu negara, seseorang
    tidak diakui sebagai warga negara dari negara manapun.
•  Multipatride, yaitu seseorang (penduduk) yang tinggal di perbatasan antara dua negara.
•  Bipatride ( dwi Kewarganegaraan ) adalah kewarganegaraan yang timbul apabila peraturan
    dari dua negara terkait seseorang dianggap warganegara ke dua negara tersebut.

Hak Warga Negara Indonesia :

-   Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara berhak atas
     pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).
-   Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak untuk hidup
     serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(pasal 28A).
-   Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah
     (pasal 28B ayat 1).
-   Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
     Berkembang”
-   Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan berhak
     mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi
     meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)
-   Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
     membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).
-   Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
     perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
-   Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
     kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak,
     hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas
     dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi
     dalam keadaan apapun. (pasal 28I ayat 1).

Kewajiban Warga Negara Indonesia  :

-   Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi :
     segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan
     dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
-   Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 
     menyatakan  : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya 
     pembelaan negara”.
-   Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan : 
     Setiap orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain
-   Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J
     ayat 2 menyatakan : "Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib 
     tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud
     untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan
     untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
     keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis."
-   Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD 
     1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha 
     pertahanan dan keamanan negara.”

HAK DAN KEWAAJIBAN WARGA NEGARA :


1.  Wujud Hubungan Warga Negara dengan Negara Wujud hubungan warga negara dan
       negara pada umumnya berupa peranan (role).
2.  Hak dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Hak kewajiban warga negara Indonesia
      tercantum dalam pasal 27 sampai dengan pasal 34 UUD 1945.

HAK ASASI MANUSIA

Hak asasi manusia adalah sesuatu yang diberikan oleh Tuhan dari sejak lahir. Hak adalah sesuatu
yang layak di terima oleh setiap manusia. Seperti mendapat pekerjaan dan penghidupan yang
layak, hak memeluk agama, dan hak untuk mendapat pengajaran. Hak selalu beriringan dengan
kewajiban-kewajiban, ini merupakan sesuatu yang harus kita lakukan bagi bangsa, negara, dan
kehidupan sosial.

Macam Hak Asasi Manusia

a.  Hak Asai Manusia tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi.
b.  Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa memandang.
c.  Hak asasi manusia tidak boleh dilanggar.

HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

1.  Pengakuan Bangsa Indonesia akan HAM


      Pengakuan HAM pada Pembukaan UUD 1945 Alenia 1 dan Alenia 4, batang Tubuh UUD
      1945,  Ketetapan MPR, Peraturan Perundang-Undangan.
2.  Penegakan HAM
      Memberi jaminan perlindungan terhadap HAM, selain dibentuk peraturan hukum, juga di
      bentuk kelembagaan yang menangani masalah yang berkaitan dengan penegakan HAM.
3.  Konvensi Internasional tentang HAM
      Konvensi Internasional terhadap HAM adalah wujud nyata kepedulian masyarakat
      internasional akan pengakuan, perlindungan, penegakan HAM.
4.  Keikutansertaan Indonesia dalam Konvensi Internasional
      Tanggung jawab dan menghormati atas berbagai konvensi internasional tantang HAM
      tersebut diwujudkan dengan keikutsertaan indonesia untuk instrumen internasional.

Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD 1945 pasal 26, 27, 28, dan 30, yaitu :

1.  Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia
      asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga
      negara. Dan pada ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan
      undang-undang.
2.  Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam
      hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu. Pada ayat
      (2), taip-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
      kemanusiaan.
3.  Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan,
      dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
4.  Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan
      negara. Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan undang-undang.

Pokok Pikiran Amandemen UUD 1945 Amandemen Ke-Empat

Amandemen keempat diarahkan untuk memperbaik penyelenggaran negara dan penekanan


perhatian pada pendidikan dan kesejahteraan masyarakat. Pada amandemen keempat diubah hal-
hal sebagai berikut :

a.  MPR pada Bab II pasal 2 menyebutkan bahwa anggota MPR terdiri dari anggota DPR dan
      DPD yang dipilih melalui pemilu. Jadi anggota MPR tidak ada lagi yang berasal dari
      penunjukkan.
b.  Pemilu, proses pemilu pemilihan presiden dilakukan melalui putaran kedua apabila pada
      putaran pertama gagal memperoleh pemenang. Perubahan ini menunjukkan bahwa
      proses pemilihan presiden ditentukan oleh rakyat secara demokratis bukan lembaga-l
      lembaga lain.
c.  Pendidikan dan Kebudayaan diubah dalam Bab XIII, didalam bab tersebut pada intinya
      hak setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan yang baik, dengan alokasi
      anggaran yang memadahi.
d.  Perekonomian dan Kesejahteraan sosial diubah dalam Bab XIV, pada intinya menyatakan
      bahwa perekonomian diusahakan pemerintah terdistribusi secara adil dan merata.
      Disamping itu juga menekanankan kembali bahwa pemerintah berkewajiban untuk
      memelihara warga negara yang hidup miskin serta mengembangkan jaminan sosial bagi
      seluruh warganya.
e.  Perubahan UUD diatur dalam Bab XVI pasal 37 dalam pasal tersebut diatur ketentuan
     dan syarat perubahan UUD kecuali negara kesatuan Republik Indonesia.

Konsep Hak dan Kewajiban dalam UUD 1945

Memasukkan hak-hak asasi manusia ke dalam pasal-pasal konstitusi merupakan salah satu ciri
konstitusi moderen. Setidaknya, dari 120an konstitusi di dunia, ada lebih dari 80 persen
diantaranya yang telah memasukkan pasal-pasal hak asasi manusia, utamanya pasal-pasal dalam
DUHAM. Perkembangan ini sesungguhnya merupakan konsekuensi tata pergaulan bangsa-
bangsa sebagai bagian dari komunitas internasional, utamanya melalui organ Perserikatan
Bangsa-Bangsa. Sejak dideklarasikannya sejumlah hak-hak asasi manusia dalam Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia atau biasa disebut DUHAM 1948 (Universal Declaration of
Human Rights), yang kemudian diikuti oleh sejumlah kovenan maupun konvensi internasional
tentang hak asasi manusia, maka secara bertahap diadopsi oleh negara-negara sebagai bentuk
pengakuan rezim normatif internasional yang dikonstruksi untuk menata hubungan internasional.

Dalam konteks sejarah dan secara konsepsional, Undang-Undang Dasar 1945 yang telah lahir
sebelum DUHAM memiliki perspektif hak asasi manusia yang cukup progresif, karena
sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, alinea 1 :

“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.”

Sebagai warga negara yang baik kita wajib membina dan melaksanakan hak dan kewajiban kita
dengan tertib. Hak dan kewajiban warga negara diatur dalam UUD 1945 yang meliputi :

Hak dan kewajiban dalam bidang politik

•  Pasal 27 ayat (1) menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara bersamaan kedudukannya di
    dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemeritahan itu
    dengan tidak ada kecualinya”. Pasal ini menyatakan adanya keseimbangan antara hak dan
    kewajiban, yaitu :

     1.  Hak untuk diperlakukan yang sama di dalam hukum dan pemerintahan.
     2.  Kewajiban menjunjung hukum dan pemerintahan.

•  Pasal 28 menyatakan, bahwa “Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan


    pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang”.
    Arti pesannya :

     1.  Hak berserikat dan berkumpul.


     2.  Hak mengeluarkan pikiran (berpendapat).

Kewajiban untuk memiliki kemampuan beroganisasi dan melaksanakan aturan-aturan lainnya, di


antaranya: Semua organisasi harus berdasarkan Pancasila sebagai azasnya, semua media pers
dalam mengeluarkan pikiran

Hak dan kewajiban dalam bidang sosial budaya

•  Pasal 31 ayat (1) menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat
    pengajaran”. Pasal 31 ayat (2) menyatakan bahwa “Pemerintah mengusahakan dan
    menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan
    undang-undang”.
•  Pasal 32 menyatakan bahwa “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia”.
    Arti pesan yang terkandung adalah :

     1. Hak memperoleh kesempatan pendidikan pada segala tingkat, baik umum maupun
         kejuruan.
     2. Hak menikmati dan mengembangkan kebudayaan nasional dan daerah.
     3. Kewajiban mematuhi peraturan-peraturan dalam bidang kependidikan.
     4. Kewajiban memelihara alat-alat sekolah, kebersihan dan ketertibannya.
     5. Kewajiban ikut menanggung biaya pendidikan.
     6. Kewajiban memelihara kebudayaan nasional dan daerah.

Selain dinyatakan oleh pasal 31 dan 32, Hak dan Kewajiban warga negara tertuang pula pada
pasal 29 ayat (2) yang menyatakan bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu”. Arti pesannya adalah :

    7. Hak untuk mengembangkan dan menyempurnakan hidup moral keagamaannya,


        sehingga di samping kehidupan materiil juga kehidupan spiritualnya terpelihara
        dengan baik.
    8. Kewajiban untuk percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Hak dan kewajiban dalam bidang Hankam

•  Pasal 30 menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam
    usaha pembelaan negara”. Arti pesannya : bahwa setiap warga negara berhak dan
    wajib dalam usaha pembelaan negara.

Hak dan kewajiban dalam bidang Ekonomi

•  Pasal 33 ayat (1), menyatakan, bahwa “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
    berdasar atas azas kekeluargaan”.
•  Pasal 33 ayat (2), menyatakan bahwa “Cabang-cabang produksi yang penting bagi
    negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara”.
•  Pasal 33 ayat (3), menyatakan bahwa “Bumi dan air dan kekayaan alam yang
    terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-
    besarnya kemakmuran rakyat”.
•  Pasal 34 menyatakan bahwa “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh
    negara”.

Arti pesannya adalah :

1. Hak memperoleh jaminan kesejahteraan ekonomi, misalnya dengan tersedianya barang


    dan jasa keperluan hidup yang terjangkau oleh daya beli rakyat.
2. Hak dipelihara oleh negara untuk fakir miskin dan anak-anak terlantar.
3. Kewajiban bekerja keras dan terarah untuk menggali dan mengolah berbagai sumber
    daya alam.
4. Kewajiban dalam mengembangkan kehidupan ekonomi yang berazaskan kekeluargaan,
     tidak merugikan kepentingan orang lain.
5. Kewajiban membantu negara dalam pembangunan.

You might also like