You are on page 1of 3

Abstrak

Dermatitis seboroik adalah penyakit kulit yang terutama ditandai adanya eritema dan skuama.
Predileksi di tempat-tempat seboroik atau yang banyak mengandung kelenjar sebasea. Penyebab
diduga karena aktivitas kelenjar sebasea yang meningkat. Faktor yang mempengaruhi timbulnya
penyakit dermatitis seboroik antara lain : umur, jenis kelamin, makanan, iklim, stress emosional, dan
lingkungan. Pasien berumur 13 tahun dengan keluhan kulit kepala bagian belakang seperti ada luka
berwarna putih dan gatal, Status Dermatologi Makula Eritematosa numular batas tidak tegas dengan
skuama kasar berwarna putih regional pada kulit kepala bagian belakang. Pasien mendapat terapi
steroid sistemik,antihistamin, steroid krim, dan sampo selsun.

Kata kunci : dermatitis seboroik, kelenjar sebacea

Kasus

Seorang anak laki-laki berumur 13 tahun mengeluh kulit kepala bagian belakang seperti ada
luka berwarna putih dan kadang-kadang gatal sejak 1 tahun yang lalu. Pasien sering meggaruk-garuk
jika gatal. Gatal terutama dirasakan pada saat beraktivitas atau berkeringat. Kemudian mulai timbul
seperti luka berwarna putih yang semakin meluas pada kulit kepala. Pasien berkeramas dengan
shampoo setiap 1-2 hari sekali, tetapi masih tetap gatal. Pasien belum pernah berobat sebelumnya.
Pasien punya riwayat penyakit kulit yang lain, kaki penderita sering gatal-gatal sejak kecil.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan Keadaan Umum baik, kesadaran composmentis. Pemeriksaan fisik
secara umum dalam batas normal. Status Dermatologi Makula Eritematosa numular batas tidak tegas
dengan skuama kasar berwarna putih regional pada kulit kepala bagian belakang.

Diagnosis

Dermatitis Seboroik

Terapi

Pasien mendapat terapi antihistamin berupa Interhistin tablet 50 mg 2 kali sehari, kortikosteroid
sistemik yaitu Metilprednisolon 4 mg 3 kali sehari, Krim kortikosteroid, dan Cuci rambut dengan
Selenium Sulfida. Pengobatan diberikan untuk 5 hari, kemudian pasien disarankan untuk control
setelah obat habis atau jika keluhan bertambah. Pasien juga diberikan edukasi agar rajin
membersihkan rambut, mencegah stress emosional, dan jangan menggaruk-garuk jika gatal karena hal
tersebut dapat menambah derajat keparahan penyakit dan mengganggu proses penyembuhan.

Diskusi

Istilah dermatitis seboroik dipakai untuk segolongan kelainan kulit yang didasari oleh faktor
konstitusi dan bertempat predileksi di tempat-tempat seboroik atau yang banyak mengandung kelenjar
sebasea. Berhubungan erat dengan keaktifan glandula sebasea. Pasien pada kasus ini adalah seorang
anak laki-laki yang berusia 13 tahun, jadi hal tersebut sesuai dengan pernyataan bahwa lebih sering
terjadi pada laki-laki dan terjadi setelah umur 12 tahun yaitu ketika glandula sebacea menjadi aktif
lagi.

Faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit antara lain : Umur (orang dewasa), Jenis Kelamin
Lebih sering pada pria, makanan (konsumsi lemak dan minum alcohol), Iklim (musim dingin),
kondisi fisik dan psikis (status imun, stress emosional), dan lingkungan yang menyebabkan kulit
menjadi lembab.

Dermatitis seboroik yang ringan hanya mengenai kulit kepala berupa skuama yang halus, mulai
sebagai bercak kecil yang kemudian mengenai seluruh kulit kepala dengan skuama yang halus dan
kasar. Pada bentuk yang lebih berat, seluruh kepala tertutup oleh krusta yang kotor, dan berbau tidak
sedap. Sering meluas ke dahi, glabela, telinga posaurikuler, leher, liang telinga luar, lipatan
nasolabial, daerah sternal, areola mamae, lipatan dibawah mamae pada wanita, interskapular,
umbilicus, lipat paha, dan daerah anogenital.

Status Dermatologi pada pasien ini didapatkan Makula Eritematosa numular batas tidak tegas dengan
skuama kasar berwarna putih regional pada kulit kepala bagian belakang. Hal ini sesuai untuk
efloresensi dari dermatitis seboroik, tampak macula eritematosa yang ditutupi oleh papula-papula
miliar berbatas tidak tegas, dan skuama halus putih berminyak atau skuama kasar. Kadang ditemukan
erosi dengan krusta yang sudah mongering berwarna kekuningan

Diagnosis Banding pada pasien ini adalah dermatitis seboroik, psoriasis, tinea kapitis, pityriasis rosea,
dan sifilis stadium II. Meskipun tidak dilakukan pemeriksaan penunjang untuk menegakkan
diagnosis, tetapi dengn pemeriksaan fisik yang cermat diagnosis dermatitis seboroik dapat diegakkan.
Untuk menyingkirkan diagnosis banding yang lain dapat dilihat dari gambaran klinis yang khas pada
dermatitis seboroik adalah skuama yang berminyak dan kekuningan berlokasi di daerah atau tempat-
tempat seboroik. Sedangkan Psoriasis berbeda dengan dermatitis seboroik karena terdapat skuama
yang berlapis-lapis dan kasar, disertai dengan tanda tetesan lilin dan Auspitz, tempat predileksinya
juga berbeda, gambaran histopatologi dapat membedakannya.Tinea barbae, berbeda dengan dermatitis
seboroik dari lokasinya biasa pada daerah jenggot, Tinea kapitis biasanya tampak bercak-bercak botak
dengan abses yang dalam, rambut putus-putus dan mudah dilepas, pemeriksaan KOH 10% akan
memberikan hasil positif. Pityriasis rosea, berupa makula eritematosa anular dan solitary
bentuk lonjong dengan skuama halus, mengikuti arah lipatan kulit dan kadang menyerupai gambaran
pohon cemara.terdapat herald patch. Sifilis stadium II, biasanya berupa eritema ditutupi oleh skuama
berwarna coklat tembaga, tes serologi positif.

Jika di rumah sakit terdapat fasilitas pemeriksaan penunjang yang lengkap, maka dapat
dilakukan pemeriksaan kerokan untuk mengetahui gambaran histopatologi, pemeriksaan mikroflora
dari kulit kepala untuk melihat Pityrosporum Ovale, menentukan indeks mitosis pada kulit kepala
yang berketombe. Kemudian untuk menyingkirkan diagnosis yang lain dapat dilakukan pemeriksaan
KOH 10%, tes serologi sifilis.

Pengobatan pada pasien diberikan secara sistemik dan topical. Pengobatan Sistemik
menggunakan kortikosteroid berupa metilprednisolon 4 mg diberikan 3 kali sehari, jika telah ada
perbaikan, dosis diturunkan perlahan-lahan. Pasien juga mendapat antihistamine berupa interhistin
untuk mengurangi rasa gatal dan derajat keparahan penyakit.

Selain itu dapat diberikan Isotetrinoin pada kasus yang rekalsitran. Efeknya mengurangi
aktivitas kelenjar sebasea. Ukuran kelenjar tersebut dapat dikurangi sampai 90%, akibatnya terjadi
pengurangan produksi sebum. Dosisnya 0,1-0,3 mg per kg berat badan per hari, perbaikan tampak
setelah 4 minggu. Kalau disertai infeksi sekunder diberi antibiotic (penisilin, eritromisin). Bila
terdapat P.Ovale yang banyak dapat diberikan ketokonazol, dosisnya 200 mg per hari.

Pengobatan Topikal, diberikan sampo selsun dan krim kortikosteroid. Selenium sulfide
(selsun) digunakan seminggu 2-3 kali scalp dikeramasi selama 5-15 menit, Obat lain yang dapat
digunakan untuk dermatitis seboroik adalah Ter (likuor karbonas detergens 2-5%), Resorsin1-3%,
Sulfur praesipitatum 4-20% dapat digabung dengan asam salisilat 3-6%, Kortikosteroid, misalnya
krim hidrokortison 2 ½ %. Pada kasus dengan inflamasi yang berat dapat dipakai kortikosteroid yang
lebih kuat, misalnya betametason valerat.

Kesimpulan

Dermatitis seboroik mempunyai gambaran klinis dan tempat predileksi yang khas, sehingga
untuk menegakkan diagnosis dapat hanya dengan pemeriksaan fisik, tetapi untuk kasus yang berat
dengan fasilitas pelayanan yang memadai dapat dilakukan pemeriksaan penunjang. Pengobatan
diberikan secara sistemik dengan kortikosteroid dan antihistamin, secara topical dengan krim dan
sampo. selain itu diberikan edukasi untuk mencegah faktor pencetus dan mengurangi derajat
keparahan penyakit.

Referensi

1. Djuanda, A. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin ed.5. Jakarta: Penerbit FK UI

2. Siregar, R.S. 2005. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit ed.2. Jakarta: EGC

3. Graham-Brown, R., Burns, T. 2005. Lecture Notes Dermatologi ed.8. Jakarta: Erlangga.

4. Harahap, M. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates.

Penulis

Andy Kurniawan, bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Temanggung

You might also like