You are on page 1of 7

Nama : Sarlina (0804015188)

Fanji septi widya (0804015)


Kelas : Vg
Makalah : aqidah (takdir)

TAKDIR

1. Pengertian Takdir

Takdir adalah ketentuan yang telah ditentukan oleh Allah kepada makhluknya
sebelum makhluk itu diciptakan, dan takdir ini pasti terjadi.

Takdir merupakan hal penting yang harus dipercayai oleh setiap muslim. Karena
sesesungguhnya takdir kita telah ditentukan oleh Allah jauh sebelum kita diciptakan oleh
Allah. Jadi mempercayai takdir dengan sepenuh hati merupakan cerminan keimanan
seseorang. Semakin tinggi iman seseorang semakin yakinlah bahwa segala yang diberikan
Allah kepadanya merupakan ketentuan yang telah ditentukan.

Dan jika imannya rendah maka dia akan menyesali setiap musibah yang ditimpakan
kepadanya. Perlu diingat bahwa, setiap hal yang telah ditentukan pasti terjadi. Dan takdir itu
ada yang bisa dirubah dengan berusaha, yaitu dengan do'a dan usaha. Jika kita berhasil maka
sesungguhnya Allahlah yang memindahkan kita dari takdir yang jelek ke takdir yang baik.

. Iman kepada Takdir adalah rukun iman yang keenam. Oleh karena itu orang yang
mengingkarinya termasuk ke dalam golongan orang kafir.

Dalil yang menunjukkan wajibnya iman kepada takdir terdapat dalam Al-Qur'an dan sunnah,
yaitu :

“ Tiada sesuatu bencana pun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (Al-Hadid:22)
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut qadar (ukuran).” (Al-Qamar:
49).

Adapun dari hadits adalah ketika malaikat Jibril bertanya kepada Nabi Muhammad
tentang iman, maka Nabi Muhammad bersabda, “Iman adalah beriman kepada Allah,
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan beriman kepada takdir baik
dan buruk." (Bukhari Muslim).

Abdullah bin Umar berkata: “Aku pernah mendengar Rasulullah bersabda:

“ Allah telah menulis (menentukan) takdir seluruh makhluk sebelum menciptakan langit dan
bumi lima puluh ribu tahun .” (HR. Muslim)

Iman kepada takdir mencakup keyakinan bahwa:


 Allah mengetahui segala sesatu sebelum terjadi. Karena tidak ada sesutu pun yang
luput dari pengetahuan Allah.
 Semua yang yang terjadi di alam semesta ini terjadi karena kehendak Allah yang
terlaksana dan tidak ada peran siapa pun di sana.
 Bahwa semua yang terdapat di alam semesta ini adalah ciptaan Allah dan karena
kehendak-Nya.
 Allah mencatat segala sesuatu sejak awal mula penciptaan dalam kitab-Nya (lauhul
Mahfuzh).

Takdir Allah itu mencakup:


 Tata aturan alam semesta, seperti peredaran planet, aliran air, hembusan angin,
susunan atom dan lain-lain.
 Yang terjadi pada kita dan kita tidak kemapuan untuk memilih dan ikhtiyar, seperti
dijadikan laki-laki atau perempuan, dilahirkan di Indonesia atau di Arab, di Eropa dan
lain-lain.
 Perbuatan-perbuatan yang berdasarkan pilihan, meliputi perbuatan mubah, ketaatan
dan perbuatan maksiat.

Banyak orang yang keliru dalam memahami takdir, mereka menyangka bahwa Allah
menakdirkan suatu akibat terpisah dari sebabnya, menakdirkan suatu hasil terpisah dari usaha
untuk mencapainya. Maka jika ada orang yang mengatakan tidak akan menikah dengan
alasan jika Allah telah menakdirkannya punya anak pasti dia punya anak walau tanpa
menikah. Atau dia tidak mau makan dengan alasan jika Allah menakdirkan dia kenyang, dia
pasti kenyang walau tanpa makan.

Maka orang yang ditakdirkan untuk masuk surga dia akan beramal shaleh. Dan jika
dia berbuat maksiat, maka dia akan ditakdirkan masuk neraka. Jadi Allah menakdirkan sebab
dan akibat secara bersama-sama. Artinya usaha dan sebab adalah bagian dari takdir Allah .
Inilah yang ditunjukkan oleh hadits Rasulullah dan pemahaman para sahabat.

Rasulullah pernah ditanya seseorang, “Wahai Rasulullah, apa pendapatmu tentang


obat-obatan yang kami pergunakan untuk berobat, bacaan-bacaan tertentu untuk penyakit
kami, dan perisai yang kami pakai untuk menangkis serangan musuh, apakah itu semua
dapat menolak takdir Allah?” beliau menjawab, “Itu semua juga adalah takdir Allah.”

Rasulullah bersabda, “Tidak ada yang dapat menolak takdir selain doa.” (Al-Hadits)

Suatu saat Abu Ubaidah memasuki wilayah yang sedang terjangkit wabah Tha'un,
maka Umar memerintahkannya untuk keluar dari wilayah tersebut. Abu Ubaidah menyangkal
dengan mengatakan, “Apakah kita akan lari dari takdir Allah.” Maka Umar menjawabnya,
“Ya kita lari dari takdir Allah kepada takdir Allah yang lain.”

Ibnu Qayyim berkata, “Orang yang pintar adalah orang yang menolak takdir dengan
takdir, dan melawan takdir dengan takdir. Bahkan sejatinya manusia tidak dapat hidup
kecuali dengan itu. Karena lapar, dahaga, takut adalah bagian dari takdir. Dan semua
makhluk senantiasa berusaha menolak takdir dengan takdir.”

Masalah takdir adalah masalah ghaib dan dirahasiakan Allah, kita tidak tahu apakah
akan selamat atau celaka, yang tampak di hadapan kita adalah syariat, maka kewajiban kita
adalah menjalankan syariat dan hasilnya akan sesuai dengan yang ditakdirkan oleh Allah.
2. Macam-macam Takdir

a. Takdir Azali (Takdir Umum)


Yaitu meliputi segala hal dalam lima puluh ribu tahun sebelum terciptanya langit dan
bumi, ketika Allah menciptakan al-qalam dan memerintahkannya menulis segala apa yang
ada sampai Hari Kiamat.

Sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :


“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi (tidak pula) pada dirimu sendiri,
melainkan telah tertulis dalam kitab (al-Lauhul Mahfuzh), sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yg demikian itu amat mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hadiid :22)

Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda :


“Allah telah mencatat seluruh takdir makhluk 50.000 tahun sebelum Alloh menciptakan
langit dan bumi.” 1)

“Yang pertama kali Allah ciptakan adalah Qalam (Pena), lalu Allah berfirman kepadanya :
‘Tulislah!' Ia menjawab :'Wahai Robb-ku apa yang harus aku tulis?' Allah berfirman :
‘Tulislah takdir segala sesuatu sampai terjadinya Kiamat.'” 2)

b. Takdir ‘Umuri
Yaitu takdir yang diberlakukan atas manusia pada awal penciptaannya, ketika
pembentukan sperma (blatokist) sampai pada masa sesudah itu, dan bersifat umum;
mencakup rizki, perbuatan, kebahagiaan dan kesengsaraan.

Sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam :


“Sesungguhnya salah seorang dari kamu dikumpulkan diperut ibunya selama 40 hari,
kemudian berbentuk ‘alaqoh (morula/segumpal darah) seperti itu (lamanya), kemudian
menjadi mudhghoh (embrio/segumpal daging) seperti itu (lamanya). Kemudian Alloh
mengutus seorang malaikat diperintah (menulis) empat perkara : rizkinya, ajalnya, sengsara
atau bahagia.
 HR. Muslim (no.2633(16)) dan at-Tirmidzi (no.2165), Ahmad (II/169), Abu Dawud ath-
Thayalisi (no.557), dari Shahabat ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash rodhiyalloohu'anhuma.
Lafadz ini milik Muslim HR.
 Abu Dawud (no.4700), Shahiih Abu Dawud (no.3933), at-Tirmidzi (no.2155, 3119), Ibnu
Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah (no.102), al-Ajurry dalam asy-Syari'ah (no.180), Ahmad
(V/317), Abu Dawud ath-Thoyalisi (no.577), dari Sahabat ‘Ubadah bin ash-Shamit
rodhiyalloohu'anhu, hadist ini shahih.

Demi Allah, sesungguhnya seorang dari kamu atau seorang laki-laki akan beramal
seperti amalnya ahli neraka sampai tidak ada jarak antara dia dan neraka melainkan satu
depa atau satu hasta, ternyata catatan takdir telah mendahuluinya, sehingga ia melakukan
amalnya ahli syurga maka ia pun memasukinya. Dan sesungguhnya seorang laki-laki akan
beramal seperti amalnya ahli syurga sampai tidak ada jarak antara dia dengan syurga
melainkan satu hasta atau dua hasta, ternyata tulisan takdir telah mendahuluinya, sehingga
ia mengamalkan amalnya ahli neraka, maka ia pun memasukinya.” 3)

Takdir ini lebih khusus dari yang ada di Lauhul Mahfudz.

3. Takdir Sanawi (Tahunan)


Yaitu yang dicatat pada malam Lailatul Qodar setiap tahun, seperti firman Alloh
Subhanahu wa Ta'ala :
“Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, (yaitu) urusan yang besar
dari sisi Kami, sesungguhnya Kamu adalah Yang mengutus rasul-rasul.” (QS. Ad-Dukhan :
4-5)

Pada malam itu ditulislah semua apa yang bakal terjadi dalam satu tahun : mulai dari
kebaikan, keburukan, rizki, ajal dan lain-lain, untuk memilah kejadian dan peristiwa dalam
satu tahun, yang kesemuanya itu telah dicatat sebelumnya dalam Lauhul Mahfudz, juga apa
yang ditetapkan dalam takdir ‘umuri yang berkaitan khusus dengan individu. Dan Allah
Maha Menjaga segala sesuatu.

4. Takdir Yaumi (Harian)


Yaitu dikhususkan untuk semua peristiwa yang telah ditakdirkan dalam satu hari,
mulai dari penciptaan, rizki, menghidupkan, mematikan, mengampuni dosa, menghilangkan
kesusahan dan lain sebagainya. Sebagaimana firman Alloh Subhanahu wa Ta'ala :

“Setiap waktu Dia dalam kesibukan.” (QS. Ar-Rohman : 29)


Maksudnya, apa yang menjadi urusan-Nya menyangkut makhluk-Nya. Takdir ini dan
kedua takdir sebelumnya (‘umuri dan sanawi) merupakan penjabaran dari taqdir azali.

3. HIKMAH BERIMAN KEPADA TAKDIR

Diantara hikmah beriman kepada takdir adalah :


 Dengan iman kapada takdir seseorang akan selalu dalam kebaikan. Bersyukur ketika
Allah SWT memberikan nikmat dan bersabar serta tawakal ketika Allah memberikan
musibah. Hal ini bertolak belakang dengan kebanyakan manusia pada umumnya,
sebagaimana firman-Nya, ''Dan apabila Kami memberikan nikmat kepada manusia, ia
berpaling dan menjauhkan diri, akan tetapi apabila ia ditimpa malapetaka maka ia banyak
berdoa.'' (QS Fushshilat [41]: 51).
 Dengan iman kepada takdir, seseorang akan senatiasa bekerja keras dan istikamah.
Karena, ia percaya dan mengimani bahwa Allah SWT tidak akan mengubah nasib
seseorang kecuali dengan usahanya sendiri. Allah SWT berfirman, ''Sesungguhnya Allah
SWT tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang
ada pada diri mereka sendiri." (QS Ar-Ra`du [13]: 11).
 Dengan iman kepada takdir berarti mengimani bahwa musibah dan bencana yang datang
bukan hanya merupakan kodrat Ilahi, namun juga dikarenakan kesalahan manusia sendiri.
Sehingga, akan senantiasa mawas diri, selalu berhati-hati, tidak menyombongkan diri dan
menghentikan segala perbuatan yang dapat mendatangkan kerusakan dan Adzab Allah
SWT. Sebagaimana firman-Nya, ''Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah nikmat dari
Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.''
(QS An-Nisaa [4]: 79).
DAFTAR PUSTAKA

- http://id.wikipedia.org/wiki/Takdir
- http://hitsuke.blogspot.com/2009/05/iman-kepada-takdir.html

You might also like