You are on page 1of 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DEPRESI
LAPORAN KASUS DAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN DEPRSI

1. Konsep Dasar Kasus


a. Pengertian
Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan
kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sehingga hilangnya
kegairahan hidup. (Hawari, 2001, hal.19)
Depresi adalah suatu mood sedih (disforia) yang berlangsung lebih dari
empat minggu, yang disertai prilaku seperti perubahan tidur, gangguan
konsentrasi, iritabilitas, sangat cemas, kurang bersemangat, sering menangis,
waspada berlebihan, pesimis, merasa tidak berharga, dan mengantisipasi
kegagalan. (DSM-IV-TR,2000 dalam Videbeck, 2008, hal.388)
Depresi adalah suatu gangguan alam perasaan yang ditandai dengan
perasaan sedih dan berduka yang berlebihan dan berkepanjangan. (Purwaningsih,
2009, hal. 130)
Depresi adalah keadaan emosional yang ditunjukkan dengan kesedihan,
berkecil hati, perasaan bersalah, penurunan harga diri, ketidakberdayaan dan
keputusasaan. (Isaacs, 2004, hal. 121)
Dari keempat pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa depresi adalah
gangguan alam perasaan yang disertai oleh komponen psikologik dan komponen
somatic yang terjadi akibat kesedihan yang panjang.

b. Rentang Respon Emosional

Respon adaptif Respon maladaptif

Reaksi
kehilangan
Responsif Reaksi
Supresi kehilangan yang Mania/Depresi
memanjang
yang wajar
Menurut Purwaningsih (2009) Reaksi Emosi dibagi menjadi dua yaitu:
1) Reaksi Emosi Adaptif
Merupakan reaksi emosi yang umum dari seseorang terhadap rangsangan yang
diterima dan berlangsung singkat. Ada 2 macam reaksi adaptif :
a) Respon emosi yang responsive
Keadaan individu yang terbuka dan sadar akan perasaannya. Pada rentang
ini individu dapat berpartisipasi dengan dunia eksternal dan internal.
b) Reaksi kehilangan yang wajar
Merupakan posisi rentang yang normal dialami oleh individu yang
mengalami kehilangan. Pada rentang ini individu menghadapi realita dari
kehilangan dan mengalami proses kehilangan, misalnya Bersedih, berhenti
kegiatan sehari – hari, takut pada diri sendiri, berlangsung tidak lama.
2) Reaksi Emosi Maladaptif
Merupakan reaksi emosi yang sudah merupakan gangguan, respon ini dapat
dibagi 3 tingkatan yaitu :
a) Supresi
Tahap awal respon emosional maladaptive, individu menyangkal,
menekan atau menginternalisasi semua aspek perasaannya terhadap
lingkungan.
b) Reaksi kehilangan yang memanjang
Supresi memanjang → mengganggu fungsi kehidupan individu
Gejala : bermusuhan, sedih berlebih, rendah diri.
c) Mania/ Depesi
Merupakan respon emosional yang berat dan dapat dikenal melalui
intensitas dan pengaruhnya terhadap fisik individu dan fungsi social.

c. Psikopatologi
Alam perasaan adalah kekuatan/ perasaan hati yang mempengaruhi
seseorang dalam jangka waktu yang lama setiap orang hendaknya berada dalam
afek yang tidak stabil tapi tidak berarti orang tersebut tidak pernah sedih, kecewa,
takut, cemas, marah dan saying emosi ini terjadi sebagai kasih sayang sesorang
terhadap rangsangan yang diterimanya dan lingkungannya baik internal maupun
eksternal. Reaksi ini bervariasi dalam rentang dari reaksi adaptif sampai
maladaptive.
1) Penyebab Terjadinya Depresi
Penyebab utama depresi pada umumnya adalah rasa kecewa dan kehilangan.
Tak ada orang yang mengalami depresi bila kenyataan hidupnya sesuai dengan
keinginan dan harapannya.
a) Kekecewaan
Karena adanya tekanan dan kelebihan fisik menyebabkan
seseorang menjadi jengkel tak dapat berfikir sehat atau kejam pada saat –
saat khusus jika cinta untuk diri sendiri lebih besar dan pada cinta pada
orang lain yang menghimpun kita, kita akan terluka, tidak senang dan
cepat kecewa, hal ini langkah pertama depresi jika luka itu direnungkan
terus – menerus akan menyebabkan kekesalan dan keputusasaan.
b) Kurang Rasa Harga Diri
Ciri - ciri universal yang lain dari orang depresi adalah kurangnya
rasa harga diri, sayangnya kekurangan ini cenderung untuk dilebih –
lebihkan menjadi estrim, karena harapan – harapan yang realistis membuat
dia tak mampu merestor dirinya sendiri, hal ini memang benar khususnya
pada individu yang ingin segalanya sempurna yang tak pernah puas
dengan prestasi yang dicapainya.

c) Perbandingan yang tidak adil


Setiap kali kita membandingkan diri dengan seseorang yang
mempunyai nilai lebih baik dari kita dimana kita merasa kurang dan tidak
bisa sebaik dia maka depresi mungkin terjadi.
d) Penyakit
Beberapa faktor yang dapat mencetuskan depresi adalah organic
contoh individu yang mempunyai penyakit kronis kanker payudara dapat
menyebabkan depresi.
e) Aktivitas mental yang berlebihan
Orang yang produktif dan aktif sering menyebabkan depresi.
f) Penolakan
Setiap manusia butuh akan rasa cinta, jika kebutuhan akan rasa
cinta itu tak terpenuhi maka terjadilah depresi. (Anonymous, 2004)
Menurut Nanda (2005-2006) adapun Faktor – faktor yang berhubungan
dengan sedih kronis adalah:
a) Kematian orang yang dicintai
b) Pengalaman sakit mental/ fisik kronis, cacat (retardasi mental, sklerosis
multiple, prematuritas, spina bifida, kelainan persalinan, sakit mental
kronis, infertilitas, kanker, sakit Parkinson)
c) Pengalaman satu atau lebih kejadian yang memicu (krisis dalam manajemen
penyakit, krisis berhubungan dengan stase perkembangan, kehilangan
kesempatan yang dapat meningkatkan perkembangan, norma social atau
personal)
d) Ketergantungan tak henti pada pelayanan kesehatan dengan mengingat
kehilangan.

2) Gejala Klinis Depresi


Menurut Hawari (2001) secara lengkap gejala klinis depresi adalah sebagai
berikut :
a) Afek disforik, yaitu perasaan murung, sedih, gairah hidup menurun, tidak
semangat, merasa tidak berdaya;
b) Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan;
c) Nafsu makan menurun;
d) Berat badan menurun;
e) Konsentrasi dan daya ingat menurun
f) Gangguan tidur: insomnia (sukar/tidak dapat tidur) atau sebaliknya
hipersomnia (terlalu banyak tidur). Gangguan ini sering kali disertai
dengan mimpi – mimpi yang tidak menyenangkan, misalnya mimpi orang
yang telah meninggal;
g) Agitasi atau retardasi psikomotor (gaduh gelisah atau lemah tak berdaya);
h) Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi melakukan
hobi, kreativitas menurun, produktivitas juga menurun;
i) Gangguan seksual (libido menurun);
j) Pikiran – pikiran tentang kematian, bunuh diri.
3) Tingkat Depresi
a) Depresi Ringan
Sementara, alamiah, adanya rasa pedih perubahan proses pikir komunikasi
social dan rasa tidak nyaman.
b) Depresi Sedang
(1) Afek : murung, cemas, kesal, marah, menangis
(2) Proses pikir : perasaan sempit, berfikir lambat, berkurang
komunikasi verbal, komunikasi non verbal meningkat.
(3) Pola komunikasi : bicara lambat, berkurang komunikasi verbal,
komunikasi non verbal meningkat.
(4) Partisipasi social : menarik diri tak mau bekerja/ sekolah, mudah
tersinggung.
c) Depresi Berat
(1) Gangguan Afek : pandangan kosong, perasaan hampa, murung,
inisiatif berkurang
(2) Gangguan proses pikir
(3) Sensasi somatic dan aktivitas motorik : diam dalam waktu lama, tiba
– tiba hiperaktif, kurang merawat diri, tak mau makan dan minum,
menarik diri, tidak peduli dengan lingkungan.
d. Penatalaksanaan Depresi
Menurut (Tomb, 2003, hal.61)
Semua pasien depresi harus mendapatkan psikoterapi, dan beberapa
memerlukan tambahan terapi fisik. Kebutuhan terapi khusus bergantung pada
diagnosis, berat penyakit, umur pasien, respon terhadap terapi sebelumnya.
1) Terapi Psikologik
Psikoterapi suportif selalu diindikasikan. Berikan kehangatan, empati,
pengertian dan optimistic. Bantu pasien mengidentifikasi dan
mengekspresikan hal – hal yang membuatnya prihatin dan melontarkannya.
Identifikasi factor pencetus dan bantulah untuk mengoreksinya. Bantulah
memecahkan problem eksternal (misal, pekerjaan, menyewa rumah), arahkan
pasien terutama selama periode akut dan bila pasien tidak aktif bergerak. Latih
pasien untuk mengenal tanda – tanda dekompensasi yang akan dating. Temui
pasien sesering mungkin (mula – mula 1 – 3 kali per minggu) dan secara
teratur, tetapi jangan sampai tidak berakhir atau untuk selamanya. Kenalilah
bahwa beberapa pasien depresi dapat memprovokasi kemarahan anda (melalui
kemarahan, hostilitas, dan tuntutan yang tak masuk akal, dll.). psikoterapi
berorientasi tilikan jangka panjang, dapat berguna pada pasien depresi minor
kronis tertentu dan beberapa pasien dengan depresi mayor yang mengalami
remisi tetapi mempunyai konflik.
Terapi Kognitif – Perilaku dapat sangat bermanfaat pada pasien
depresi sedang dan ringan. Diyakini oleh sebagian orang sebagai
“ketidakberdayaan yang dipelajari”, depresi diterapi dengan memberikan
pasien latihan keterampilan dan memberikan pengalaman – pengalaman
sukses. Dari perspektif kognitif, pasien dilatih untuk mengenal dan
menghilangkan pikiran – pikiran negative dan harapan – harapan negative.
Terapi ini mencegah kekambuhan.
Deprivasi tidur parsial (bangun mulai di pertengahan malam dan tetap
terjaga sampai malam berikutnya), dapat membantu mengurangi gejala –
gejala depresi mayor buat sementara. Latihan fisik (berlari, berenang) dapat
memperbaiki depresi, dengan mekanisme biologis yang belum dimengerti
dengan baik.
2) Terapi Fisik
Semua depresi mayor dan depresi kronis atau depresi minor yang tidak
membaik membutuhkan antidepresan (70 – 80 % pasien berespon terhadap
antidepresan), meskipun yang mencetuskan jelas terlihat atau dapat
diidentifikasi. Mulailah dengan SSRI atau salah satu antidepresan terbaru.
Apabila tidak berhasil, pertimbangkan antidepresan trisiklik, atau MAOI
(terutama pada depresi “atipikal”) atau kombinasi beberapa obat yang efektif
bila obat pertama tidak berhasil. Waspadalah terhadap efek samping dan
bahwa antidepresan “dapat” mencetuskan episode manik pada beberapa pasien
bipolar (10 % dengan TCA, dengan SSRI lebih rendah, tetapi semua koonsep
tentang “presipitasi manic” masih diperdebatkan). Setelah semuh dari episode
depresi pertama, obat dipertahankan untuk beberapa bulan, kemudian
diturunkan, meskipun demikian pada beberapa pasien setelah satu atau lebih
kekambuhan, membutuhkan obat rumatan untuk periode panjang.
Antidepresan saja (tunggal) tidak dapat mengobati depresi psikosis unipolar.
Litium efektif dalam membuat remisi gangguan bipolar, mania dan
mungkin bermanfaat dalam pengobatan depresi bipolar akut dan beberapa
depresi unipolar. Obat ini cukup efektif pada bipolar serta untuk
mempertahankan remisi dan begitu pula pada pasien unipolar. Antikonvulsan
tampaknya juga sama baik dengan litium untuk mengobati kondisi akut,
meskipun kurang efektif untuk rumatan. Antidepresan dan litium dapat
dimulai secara bersama – sama dan litium diteruskan setelah remisi. Psikotik,
paranoid atau pasien sangat agitasi membutuhkan antipsikotik, tunggal atau
bersama – sama dengan antidepresan, litium atau ECT – antidepresan antipikal
yang baru saja terlihat efektif.
ECT mungkin merupakan terapi terpilih :
a) Bila obat tidak berhasil setelah satu atau lebih dari 6 minggu pengobatan,
b) Bila kondisi pasien menuntut remisi segera (misal, bunuh diri yang akut),
c) Pada beberapa depresi psikotik,
d) Pada pasien yang tidak dapat mentoleransi obat (misal pasien tua yang
berpenyakit jantung). Lebih dari 90 % pasien memberikan respons.

2. Konsep Dasar Askep Dengan Gangguan Alam Perasaan


a. Pengkajian
1) Faktor Predisposisi
a) Faktor Genetik
Mengemukakan transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui
garis keturunan. Frekwensi gangguan alam perasaan meningkat pada
kembar monozigote dari dizigote.
b) Teori Agresi Berbalik pada Diri Sendiri
Mengemukakan bahwa depresi diakibatkan oleh perasaan marah yang
dialihkan pada diri sendiri.
Diawali dengan proses kehilangan → terjadi ambivalensi terhadap objek
yang hilang → tidak mampu mengekspresikan kemarahan → marah pada
diri sendiri.
c) Teori Kehilangan
Berhubungan dengan factor perkembangan : misalnya kehilangan orang
tua pada masa anak, perpisahan yang bersifat traumatis dengan orang yang
sangat dicintai. Individu tidak berdaya mengatasi kehilangan.
d) Teori kepribadian
Mengemukakan bahwa tipe kepribadian tertentu menyebabkan seseorang
mengalami depresi atau mania.
e) Teori Kognitif
Mengemukakan bahwa depresi merupakan masalah kognitif yang
dipengaruhi oleh penilaian negative terhadap diri sendiri, lingkungan dan
masa depan.
f) Teori Belajar Ketidakberdayaan
Mengemukakan bahwa depresi dimulai dari kehilangan kendali diri, lalu
menjadi pasif dan tidak mampu menghadapi masalah. Kemudian individu
timbul keyakinan akan ketidakmampuan mengendalikan kehidupan
sehingga ia tidak berupaya mengembangkan respon yang adaptif.
g) Model perilaku
Mengemukakan bahwa depresi terjadi karena kurangnya pujian
(reinforcement) positif selama berinteraksi dengan lingkungan.
h) Model Biologis
Mengemukakan bahwa pada keadaan depresi terjadi perubahan kimiawi,
yaitu defisiensi katekolamin, tidak berfungsi endokrin dan hipersekresi
kortisol.
2) Faktor Presipitasi
Stressor yang dapat menyebabkan gangguan alam perasaan meliputi factor
biologis, psikologis dan social budaya. Factor biologis meliputi perubahan
fisiologis yang disebabkan oleh obat – obatan atau berbagai penyakit fisik
seperti infeksi, neoplasma dan ketidakseimbangan metabolism. Factor
psikologis meliputi kehilangan kasih saying, termasuk kehilangan cinta,
seseorang, dan kehilangan harga diri. Factor social budaya meliputi
kehilangan peran, perceraian, kehilangan pekerjaan.
3) Perilaku dan Mekanisme koping
Perilaku yang berhubungan dengan depresi bervariasi. Pada keadaan depresi
kesedihan dan kelambanan dapat menonjol atau dapat terjadi agitasi.
Mekanisme koping yang digunakan pada reaksi kehilangan yang memanjang
adalah denial dan supresi, hal ini untuk menghindari tekanan yang hebat.
Depresi, yaitu perasaan berduka yang belum digunakan adalah represi, supresi,
denial dan disosiasi.
4) Adapun perilaku yang berhubungan dengan depresi menurut Purwaningsih
(2009) adalah :
a) Afektif : sedih, cemas, apatis, murung, kebencian, kekesalan, marah,
perasaan ditolak, perasaan bersalah, merasa tak berdaya, putus asa, merasa
sendirian, merasa rendah diri, merasa tak berharga.
b) Kognitif : ambivalen, bingung, ragu – ragu, tidak mampu berkonsentrasi,
hilang perhatian dan motivasi, menyalahkan diri sendiri,pikiran merusak
diri,rasa tidak menentu, pesimis.
c) Fisik : sakit perut, anoreksia, mual, muntah, gangguan pencernaan,
konstipasi, lemas, lesu, nyeri, kepala pusing, insomnia, nyeri dada, over
acting, perubaha berat badan, gangguan selera makan, gangguan
menstruasi, impotensi, tidak berespon terhadap seksual.
d) Tingkah laku : agresif, agitasi, tidak toleran, gangguan tingkat aktifitas,
kemunduran psikomotor, menarik diri, isolasi social, irritable (mudah
marah, menangis, tersinggung), berkesan menyedihkan, kurang spontan,
gangguan kebersihan.
b. Analisa Data
1) Data subjektif
Klien mengatakan sedih, klien mengatakan tidak bergairah untuk bekerja,
klien mengatakan menyesal, klien mengatakan merasa bersalah, klien merasa
ditolak, klien merasa tidak berdaya, merasa tidak berharga.
2) Data obyektif
Klien tampak sedih, murung, lambat, lemah, lesu, tidak bergairah, cemas,
marah.
c. Rumusan Masalah
1) Resiko tinggi terjadi kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri
2) Sedih kronis
3) Harga diri rendah kronis
4) Koping individu tak efektif
5) Koping keluarga tak efektif
d. Pohon Masalah
Resiko tinggi terjadi kekerasan
Yang diarahkan pada diri sendiri

Sedih kronis

Harga diri rendah kronis

Koping individu tak efektif

Koping keluarga tak efektif

e. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang umum muncul pada klien dengan gangguan alam
perasaan : depresi yaitu :
1) Resiko tinggi terjadi kekerasan yang diarahkan pada diri sendiri.
2) Sedih kronis.
3) Harga diri rendah kronis
4) Koping individu tak efektif

f. Rencana tindakan keperawatan


1) Sedih kronis.
Tujuan jangka panjang : klien tidak mengalami sedih kronis
Tujuan jangka pendek :
(a) Klien dapat membina hubungan saling percaya
(b) Klien mengungkapkan perasaannya
(c) Klien dapat menyebutkan cara- cara mengatasi depresi
(d) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada
(e) Klien mau minum obat sesuai aturan
Rencana tindakan :
(a) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik.
Rasional : Kejujuran, kesediaan, dan penerimaan meningkatkan
kepercayaan hubungan antara klien dan perawat.
(b) Dorong dan beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
Rasional : Mengurangi beban pikiran yang dirasakan oleh klien.
(c) Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
Rasional : Mengurangi beban pikiran yang dirasakan oleh klien.
(d) Bantu klien untuk mengidentifikasi cara yang tepat untuk mengatasi sedih kronis
Rasional : Mengidentifikasi cara atau koping yang tepat untuk mengatasi
sedih kronis
(e) Beri pujian atas kemampuan klien mengatasi sedih kronis
Rasional : Meningkatkan rasa percaya diri dan harga diri klien
(f) Beri pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang cara merawat klien dengan
depresi
Rasional : Diharapkan klien akan merasa diperhatikan
(g) Anjurkan, jelaskan dan awasi minum obat sesuai aturan.
Rasional : Diharapkan dapat mengefektifkan obat yang diminum oleh
klien.
(h) Delegatif dalam pemberian terapi obat
Rasional : Pemberian obat psikosis dapat mengontrol manifestasi dari
kelainan psikosis.

DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D. (2001). Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta: EGC.
Keliat, B.A. (1998). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Nanda. (2005-2006). Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika.
Purwaningsih, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta : Nuha Medika.
Suliswati, dkk. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
Tomb, David A. (2003). Buku Saku Psikiatri. (Ed. 6). Jakarta : EGC.
Videbeck, Sheila L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN DEPRESI

PERTEMUAN I

Pertemuan ke : I ( TUK I)

I. PROSES KEPERAWATAN
a. Kondisi klien :-
b. Diagnosa Keperawatan : -
c. Tujuan Khusus : Klien dapat membina
hubungan saling percaya dengan perawat
d. Tindakan Keperawatan :
1. Beri salam setiap berinteraksi
2. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berinteraksi
3. Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
4. Tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali
berinteraksi
5. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien
6. Buat kontrak interaksi yang jelas
7. Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien

II. PROSES TINDAKAN KEPERAWATAN


A. ORIENTASI
1. Salam Terapeutik :
”Selamat pagi pak, nama saya ....., panggil saja saya ...... Nama bapak siapa ?
senang dipanggil siapa ? Saya akan merawat bapak.”
2. Evaluasi : Bagaimana perasaan bapak hari ini?
3. Kontrak
Saya di sini setiap hari sabtu dan minggu, dari jam 07.00 sampai 14.00 WITA
untuk merawat Bapak. Bagaimana kalau sekarang Bapak bercerita kepada saya
tentang keadaan Bapak saat ini ? Untuk membicarakan hal tersebut,kita ngobrol
15 menit ya pak ? kita ngobrol di sini ya pak ?

B. KERJA
1. Sekarang bapak saya ajak ngobrol – ngobrol ya ! bapak
tidak usah malu kalau ngobrol, bapak ungkapkan saja
apa yang bapak rasakan saat ini.
2. Tadi bapak sudah menyebutkan nama lengkap dan
nama panggilan bapak, terus umur bapak berapa
sekarang ?
3. Bapak sudah berapa lama disini ?
4. Bapak berasal dari mana ?
5. Bapak ingat tidak, siapa yang membawa ke sini ?
Bagaimana perasaan saat dibawa ke sini ?
6. Menurut Bapak, dibawa kesini karena apa ?
7. Selama disini setiap hari apa saja yang Bapak lakukan ?
8. Bagaimana perasaan Bapak saat melakukan kegiatan
tersebut ?
9. Boleh saya tahu, hobi Bapak ? Bagaimana kalau
sekarang Bapak bercerita tentang hobi Bapak?
10. Wah…wah ternyata bagus sekali hobi Bapak, Menurut
bapak apakah hobi itu masih bisa dilakukan selama
Bapak dirawat disini ?
11. Kalau boleh saya tahu, apakah Bapak punya hobi yang
lain ? Bisa diceritakan ?
12. Wah… ternyata Bapak punya banyak hobi. Bagus sekali
itu !
C. TERMINASI
1. Evaluasi
Subyektif :”Bagaimana perasaan Bapak setelah kita bercakap – cakap ?”
Objektif : Klien mau menjawab pertanyaan perawat dan sesekali melihat
perawat.
2. Tindak lanjut
Nah.. ini sudah 15 menit, jadi kita cukupkan saja dulu pembicaraan kita. Sekarang
Bapak istirahat dulu. Kalau nanti ada yang mau diceritakan atau ditanyakan
kepada saya, Bapak bisa sampaikan sekarang.
3. Kontrak yang akan datang
Topik : Kita sebentar lagi membicarakan keluarga Bapak ya !
Waktu : sebentar kita bicara lagi
Tempat : Di ruang makan. Baiklah.
Pertemuan : II/ TUK 2

I. Proses Keperawatan
A. Kondisi Klien : -
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Alam Perasaan : Sedih Kronis
C. Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
2. Klien dapat mempertahankan kontak mata selama wawancara.
3. Klien dapat mengenal masalah yang dihadapi dan dapat mengungkapkan perasaannya.
D. Tindakan Keperawatan
1. BHSP ; Salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan, lingkungan yang
terapeutik, kontrak yang jelas.
2. Dorong dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya
3. Dengarkan ungkapan klien dengan empati.
4. Bantu klien mengidentifikasi perasaannya.
5. Beri reinforcement positifitas kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
II. Proses Pelaksanaan Tindakan
A. Orientasi
1. Salam terapeutik
Selamat siang, Pak. Apa kabar hari ini ?.
Masih ingat dengan saya ?. Bagus, Bapak masih ingat.
2. Evaluasi
“Bagaimana, Pak, apa yang Bapak rasakan saat ini ?.
3. Kontrak
(Topik) : Sesuai janji, kita akan melanjukan ngobrol-ngobrol lagi untuk lebih
saling mengenal dan bapak bisa mengungkapkan masalah bapak
(Waktu) : Janji kita tadi, kita akan ngobrol-ngobrol jam 11.00 WITA selama 15
menit lagi. Setuju ?
(Tempat) : Baiknya kita ngobrol dimana Pak ?
B. Kerja
1. Kalau boleh tahu apakah Bapak sedang menghadapi suatu masalah ?
2. Bagaimana hubungan Bapak dengan teman-teman atau keluarga Bapak ?
3. Apa yang biasa Bapak lakukan jika mempunyai masalah ?
4. Apakah Bapak pernah menceritakan tentang masalah yang Bapak hadapi kepada
seseorang ?
5. Waah..bagus, kalau Bapak pernah mencoba menceritakannya.
6. Kalau Bapak punya masalah memang sebaiknya Bapak ceritakan kepada orang yang
Bapak percaya, agar beban Bapak sedikit berkurang.
C. Terminasi
1. Evaluasi
(Subyektif) : Setelah kita ngobrol 15 menit tadi, bagaimana perasaan Bapak ?
(Obyektif) : Klien mau menjawab pertanyaan perawat dan tampak gelisah ?
2. Tindak lanjut
Nah...Bapak ini sudah 15 menit jadi kita cukupkan saja dulu pembicaraan kita.
Sekarang Bapak bisa istirahat dulu. Kalau ada yang mau diceritakan atau ditanyakan
kepada saya, Bapak bisa sampaikan sekarang. Bagaimana kalau sekarang kita
lanjutkan saja pembicaraannya dengan topic yang lain?.
3. Kontrak yang akan datang
Topik : Sekarang kita lanjutkan ya pak? kita ngobrol tentang bagaimana
caranya mengendalikan perasaan Bapak.
Waktu : Jam berapa Bapak mau ? Apakah sesudah makan siang ?
Tempat : Kita ngobrol dimana Pak ?

Pertemuan : III/ TUK 3

I. Proses Keperawatan
A. Kondisi Klien
Klien tampak bengong
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan alam perasaan : Sedih Kronis.
C. Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
2. Klien dapat mempertahankan kontak mata selama wawancara.
3. Klien mau belajar untuk mengontrol perasaannya.
D. Tindakan Keperawatan
1. BHSP ; Salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan tujuan, lingkungan yang
terapeutik, kontrak yang jelas.
2. Dorong dan beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.
3. Dengarkan ungkapan klien dengan empati.
4. Beri reinforcement positifitas kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.
5. Beri masukan-masukan kepada klien untuk belajar dan berusaha mengontrol
perasaannya
II. Proses Pelaksanaan Tindakan
A. Orientasi
1. Salam terapeutik
Selamat siang, Pak. Apa kabar hari ini ?.
Masih ingat dengan saya ?. Bagus, Bapak masih ingat.
2. Evaluasi
“Bagaimana, Pak, apa yang Bapak rasakan saat ini ?.
3. Kontrak
(Topik) : Sesuai janji, kita akan melanjukan ngobrol-ngobrol lagi untuk
mengontrol perasaan Bapak.
(Waktu) : Janji kita tadi, kita akan ngobrol-ngobrol jam 11.30 WITA selama 15
menit lagi.
(Tempat) : Baiknya kita ngobrol dimana Pak ?

B. Kerja
1. Apa yang biasa Bapak lakukan untuk mengontrol perasaan Bapak ?
2. Jika perasaan Bapak meningkat atau tertekan, cobalah untuk menceritakan perasaan
Bapak kepada orang yang Bapak percayai.
3. Bagus sekali kalau Bapak sudah mau bercerita seperti itu.
C. Terminasi
1. Evaluasi
(Subyektif) : Setelah kita ngobrol 15 menit tadi, bagaimana perasaan Bapak ?
(Obyektif) : Klien lebih tenang dari sebelumnya, klien kooperatif dan mau
mengikuti saran perawat.
2. Tindak lanjut
Nah...Bapak ini sudah 15 menit jadi kita cukupkan saja dulu pembicaraan kita.
Sekarang Bapak bisa istirahat dulu. Kalau ada yang mau diceritakan atau ditanyakan
kepada saya, Bapak bisa sampaikan sekarang.
3. Kontrak yang akan datang
Topik : Besok kita akan bertemu lagi membicarakan topic yang lain ya Pak!,
tapi Bapak harus ingat apa yang telah kita bicarakan. Semoga lekas
sembuh ya !

You might also like