You are on page 1of 3

Anotasi Perkara Peninjauan Kembali terhadap Kasus Pajak

No Reg PK Kasus Catatan


74/07 DJP vs. SMART Tbk DJP dalam kasus ini diwakili oleh
Ditolak. Direktur PPH, Kasubdit Keberatan dan
Banding Pajak.
DJP mempermasalahkan transaksi tidak
wajar antara SMART dan afiliasinya yang Dalam kasus ini, hakim PK tidak
dimasukkan sebagai beban pengurang merunut ratio legis dan ratio decidendi
penghasilan bruto sebesar hingga 442 milyar terhadap yang menjadi keberatan
rupiah – karena dianggap amortisasi termohon PK secara materiil.
depresiasi piutang.
Pemohon PK berargumen bahwa
Hakim Ketua: penggunaan pasal 6 (1) tidak sesuai
Widayatno Sastrohardjono, SH., M.Sc. aturan karena hakim sendiri mengakui
adanya kerugian negara akibat koreksi
negatif, meskipun demikian hakim
tidak menggunakan pasal 9, padahal
sebagaimana telah dijelaskan oleh
termohon PK koreksi negatif tersebut
akibat dari transaksi antar afiliasi yang
menyebabkan kerugian.

Tapi yang patut dicatat adalah Hakim


PK hanya merunutkan posita pemohon
banding, putusan banding, dan petitum
pemohon PK, akibatnya sulit untuk
menyimpulkan secara runtut apa ratio
decidendi dan ratio legis penolakan
hakim PK terhadap argumentasi
pemohon PK.

Secara materil yang patut menjadi


catatan adalah soal berbedanya
keterangan SKPLB yang menurut
SMART ditandatangani dengan
perintah kurang bayar yang keluar
setelah hasil pemeriksaan. Apakah ini
maksudnya kelalaian pemeriksa?

119/05 DJP vs. NMR Tidak jelas siapa yang mewakili DJP.
Ditolak. Kapasitasnya agak diragukan
mengingat meskipun tertulis dalam
DJP menolak restitusi 1 milyar yang diajukan putusan tersebut mewakili DJP, namun
PT NMR. Namun DJP dinilai undue procedure tidak dijelaskan mereka dalam
karena lalai untuk memintakan kelengkapan kapasitas sebagai apa sebelum
permohonan, sementara berbeda bentuk mewakili DJP. Berbeda dengan kasus
tanggapan TUN yang lain, diamnya DJP melawan PT SMART yang diwakili
dalam hal ini merupakan bentuk langsung oleh Dir. PPH.
persetujuan.
Dalam kasus ini, hakim PK merunut
Hakim Ketua: ratio legis dan ratio decidendi bahwa
Prof. Paulus E. Lotulung kesalahan ada di DJP karena lalai
memintakan kelengkapan permohonan
restitusi pada tenggat waktu 2 minggu
yang kemudian berakibat hukum
permohonan diterima.

11/06 JULOI COAL vs. DJP DJP diwakili oleh Direktur PPN,
Ditolak. Kasubdit dan Kasi Keberatan dan
Banding Pajak PPN.
Juloi Coal mempermasalahkan pengenaan
PPN atas batubara yang belum menjadi Dalam kasus ini hakim PK tidak
briket – terutama karena PP tidak mengatur merunut ratio legis dan ratio decidendi
demikian. ditolaknya permohonan PK.

Hakim Ketua:
Prof. Paulus E. Lotulung

84/06 KENDILO COAL vs. DJP Tidak jelas siapa yang mewakili DJP,
Ditolak. bahkan namanya sekalipun tidak ada.

Kendilo meminta haknya atas 2% bunga atas Dalam kasus ini hakim PK tidak
kelebihan pembayaran dengan menggugat merunut ratio legis dan ratio decidendi
penggunaan Ordonasi 1925 untuk mengatur ditolaknya permohonan PK.
persoalan Deviden, Bunga, dan Royalty
1970.

Hakim Ketua:
Widayatno Sastrohardjono, SH.

110/08 DJP vs. MAERSK INDONESIA Tidak jelas siapa yang mewakili DJP.
Ditolak. Kapasitasnya agak diragukan
mengingat meskipun tertulis dalam
DJP mempermasalahkan imbalan bunga 2% putusan tersebut mewakili DJP, namun
yang didasarkan pada gugatan atas bunga tidak dijelaskan mereka dalam
tersebut, yang berarti semakin mengulur kapasitas sebagai apa sebelum
waktu dan memperbesar imbalan yang harus mewakili DJP.
dibayarkan negara. Padahal DJP berpatokan
pada aturan yang menjelaskan bahwa bunga Dalam kasus ini hakim PK tidak
2% semaksimal mungkin adalah 24 bulan. merunut ratio legis dan ratio decidendi
ditolaknya permohonan PK. Tidak jelas
Hakim Ketua: apa yang menjadi dasar hakim PK
Widayatno Sastrohardjono, SH., M.Sc. menolak argumen termohon PK.
141/10 DJP vs. PT KPC DJP diwakili oleh Dir Keberantan dan
Ditolak. Banding, Kasub, dan Kasi Peninjauan
Kembali Pajak.
DJP mempermasalahkan surat perintah
pemeriksaan yang dibatalkan oleh hakim Hakim PK dengan sangat baik dan
Pengadilan Pajak. Sementara KPC runut menjelaskan ratio decidendi dan
mempermasalahkan prosedur pemeriksaan ratio legis atas putusannya.
yang sumir, karena berbagai alasan salah
satunya dua kali pemeriksaan pada satu
obyek pajak yang sama dalam satu masa
tahun pajak.

Hakim Ketua:
Prof. Paulus E. Lotulung

You might also like