You are on page 1of 11

.

Oleh: Ukhtiy Khadijah Natalie Arbee

(http://www.facebook.com/profile.php?id=737852416)

"A Voice Behind The Veil (Suara Di Balik Cadar)"

Aku seorang muslimah. Dan aku mengenakan niqob (cadar).

Aku adalah salah satu dari mereka yang terkena dampak undang-undang baru yang
berlaku di Prancis. Aku adalah salah satu dari mereka yang diperbincangkan oleh
para politisi, kelompok yang menamakan diri mereka penjunjung tinggi hak asasi
manusia, dan juga oleh media.

Aku adalah salah satu dari mereka yang banyak orang menganggap perlu untuk
dibebaskan.

Aku adalah salah satu dari mereka yang mungkin engkau sangka tertindas
hidupnya.

Aku adalah salah satu dari mereka yang kebanyakan engkau benci melihatnya...
Aku adalah salah satu dari mereka yang mungkin menurut engkau tidak terpelajar;
salah satu dari mereka yang menurut engkau tidak berhak menyuarakan sesuatu.

Tapi tidaklah demikian adanya. Karenanya aku akan berbicara.

Aku bukan orang Arab, Asia, atau bahkan Afrika. Aku adalah orang Australia.
Jangan salah sangka, aku bukan ‘generasi pertama’, ‘generasi kedua’, atau bahkan
imigran. Dari keluarga ibuku, aku adalah keturunan Prancis-Kanada, dan dari
keluarga ayahku, aku adalah keturunan Inggris. Aku tumbuh dalam sebuah keluarga
Kristen, dan aku pun kerap datang ke gereja. Dulu aku adalah anggota tim renang di
sekolah, dan tim bola voli wilayah. Saat musim panas tiba, aku berlibur dengan
keluargaku ke Gold Coast, dan ya... Aku berpendidikan. Aku memiliki gelar sarjana.

Saat usiaku mencapai 18 tahun, aku mulai mengenal agama Islam. Aku
mempelajarinya, dan aku menjadi pemeluknya satu setengah tahun kemudian. Saat
usiaku mencapai 20 tahun, aku pun mulai mengenakan kerudung, dan setelah aku
menikah, aku menyempurnakannya dengan cadar.

Karena suamiku kah aku bercadar? Tidak.

Suamiku bahkan tidak menginginkanku mengenakannya, meskipun ibu dan saudari


perempuannya mengenakannya, dan karena menghargai keinginannya maka aku
tidak mengenakan cadar selama dua tahun. Tapi aku menginginkannya, dan pada
akhirnya aku mengenakannya, dan mengetahui bahwa yang demikian itu
disyariatkan dalam agama kami, suamiku sadar bahwa ia tidak berhak melarangku,
dan kini ia sangat menghargai kesungguhanku.

Lalu, aku mengenakannya karena ayahku? Tidak. Ia beragama katolik.

Karena saudara laki-lakiku? Juga bukan, aku tidak punya saudara laki-laki.

Atau pamanku? Apalagi, ia adalah seorang ateis.

Lalu karena anak laki-lakiku? Anak laki-lakiku yang paling tua baru berumur 8 tahun.
Lalu mengapa??

Karena aku menginginkannya, itulah alasannya.

Dan memandang seolah cadarku menyakiti orang lain, maka itu cukup menjadi
alasan bagi engkau semua pemuja paham liberal dari sebuah masyarakat liberal;
Aku akan menuntaskan pembahasanku di sini. Sekali pun demikian halnya dengan
model pakaian lainnya, tapi tidak akan pernah cukup jika itu terjadi pada cadar.
Engkau menghendaki lebih, maka akan aku lanjutkan.

Lalu apa yang membuatku ingin mengenakannya? Dua hal: Iman dan pengalaman.

Iman? Ya, Iman. Iman kepada Penciptaku, iman kepada takdir-Nya, iman dalam
Islam. Suatu iman yang mendalam. Banyak yang bertanya-tanya tentang iman umat
Muslim, tentang keyakinan mereka dan komitmen mereka. Inilah iman, yang jika
engkau bukan Muslim, maka sulit untuk menjelaskan atau menguraikannya. Kitab
suci umat Islam, Al Qur’an, memiliki banyak keajaiban ilmiah di dalamnya, yang
telah memikat beberapa ilmuwan secara global, sehingga mendatangkan hidayah
kepada mereka untuk memeluk Islam. Terlebih lagi, Al Qur’an tidak berubah sedikit
pun dalam lebih dari seribu tahun, sejak pertama kali diturunkan; tidak satu huruf
pun berpindah dari tempatnya. Aku berani mengatakan, tidak ada satu pun kitab
agama lain yang menyerupainya, dan ini memberikan petunjuk pada akar dari iman
yang demikian. Di dalam Al Qur’an, Allah Ta’ala memerintahkan kita untuk berhijab,
‘Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka
tidak di ganggu.’ (lihat Al Ahzaab ayat 59 – Pent). Karenanya hijab kita adalah suatu
pelindung; sebuah kebebasan.

Perlindungan? Engkau bertanya. Kebebasan? Dari apa?

Di sini aku akan meneruskan alasan keduaku untuk mengenakan cadar. Seperti
yang aku katakana, aku tumbuh dalam masyarakat sekuler Barat, sebuah gaya
hidup sekuler Barat sejati. Aku mengenakan pakaian bergaya sekuler, berpola hidup
sekuler, dan menikmati semua ‘kebebasan’ dalam masyarakat yang seperti itu.
Apakah aku merasa merdeka, bebas? Singkat kata, kami diajarkan bahwa demikian
itulah kebebasan, jadi aku tidak pernah berpikir sebaliknya. Hingga aku memeluk
agama Islam, dan mulai berhijab, saat itulah aku benar-benar merasa bebas, dan
menyadari, bahwa sebelumnya bukan kebebasan hakiki yang aku rasakan. Tapi,
dari waktu ke waktu kami selalu mendengar celotehan bahwa wanita Muslim dipaksa
untuk berkerudung, mereka adalah orang-orang yang ditindas; diperlakukan oleh
para pria Muslim tidak lebih sebagai ‘objek.’ Dan bahwa cadar, burqa, hijab; apa pun
istilah yang Anda pakai, adalah suatu bentuk ‘penjara’.

Tapi bagaimana dengan penjara berupa kegelisahan dan depresi?

Bagaimana dengan penjara berupa anoreksia dan bulimia?

Bagaimana dengan penjara berupa rutinitas untuk mati-matian berolah raga?

Bagaimana dengan penjara berupa selalu merasakan kebutuhan untuk memiliki


penampilan seperti super-model di sampul majalah Cosmo, atau penyanyi pop
dalam video klip?

Bagaimana dengan perbudakan fesyen?

Bagaimana dengan jebakan berupa iri dengki?

Berapa banyak wanita yang membuang uang yang susah payah mereka peroleh,
merusak kesehatan fisik dan mental mereka, mengumbar tubuh mereka sehingga
rentan terhadap tindakan pelecehan dan penistaan agar… agar apa?
Agar mendapatkan pujian dan sanjungan. Pujian dan sanjungan siapa? Pria.

Dan ya, tampaknya pujian dan sanjungan dari wanita lain juga. Jadi tampaknya
wanita kafir tidak hanya menjadi budak bagi pria, tetapi juga budak bagi masyarakat
secara keseluruhan.

Sebelum engkau meneriakkan ketidaksetujuanmu, manakah dari kalian yang akan


bereaksi keras jika diberi tahu bahwa justru engkaulah yang tertindas, camkan.
Lihatlah di sekitarmu; renungkan masyarakat kita saat ini, beserta nilai-nilainya,
pemikirannya, tujuannya, arahnya, masa lalunya, hobinya…

Apa kebaikan yang didapat dengan membujuk para wanita untuk semakin
mengangkat pakaiannya?

Apa kebaikan yang didapat dengan memajang gambar-gambar wanita yang


mengumbar kemolekan tubuhnya di setiap papan reklame dan majalah, di TV, di
film, dan di internet?

Benarkah itu semua mendatangkan kebaikan bagi wanita?

Para wanita dalam gambar-gambar itu mungkin merasa bangga dengan dirinya
sendiri untuk saat ini, tetapi apa dampaknya bagi wanita lainnya?
Wanita yang memandang gambar-gambar itu cenderung menjadi gelisah, iri, tidak
percaya diri dan mencela dirinya sendiri. Banyak pria yang memandangnya dan
timbul birahi pada dirinya, atau bahkan merasa tidak senang, kurang puas dengan
istri mereka. Apa dampak dari semua ini?

Selingkuh, pencampakan, penyiksaan, dan bahkan pelecehan kepada wanita lain,


dan bahkan anak-anak, yang dilakukan oleh pria yang tidak memiliki pasangan yang
sah untuk memuaskan hasrat mereka.

Dan ya, aku bisa mendengar sebagian dari engkau akan berkata; ‘salah si pria itu
sendiri, seharusnya mereka bisa mengendalikan diri!’ Singkat kata, argument kalian
sia-sia belaka, karena sebagian besar pria, pada hakikatnya, hanya dapat bereaksi
demikian, seperti halnya seekor singa lapar yang bereaksi jika dilontarkan sepotong
daging segar kepadanya namun dilarang untuk memakannya….

Apakah para wanita pengumbar kemolekan tubuh dalam gambar-gambar dan


industri ini menyadari atau bahkan peduli bagaimana begitu banyak gadis muda
yang kelaparan, mencahar perutnya dan memaksa diri mereka agar memiliki
kemolekan yang sama? Sama sekali TIDAK.

Bahkan mereka merasakan kepuasan tersendiri sebab hal itu. Salah satu penyanyi
berpakaian minim bahkan dengan lantang dan keji baru-baru ini menyanyikan lagu
‘Don't you wish your girlfriend was hot like me’ (Tidakkah engkau menginginkan
pacarmu seksi seperti aku – pent).
Apa?!

Apa maksud perkataan wanita ini?

Apa yang tersirat di dalamnya?

Tidak sadarkah mereka dengan apa yang telah mereka perbuat kepada sesama
perempuan?

Karenanya begitu banyak gadis dungu yang menyakiti diri mereka sendiri secara
fisik maupun mental saat memandang dengan iri dan gelisah para penyanyi wanita
itu. Apakah hal yang sama juga terjadi pada para wanita penyanyi ini, para ‘idola’ ini;
jika pasangan mereka membandingkan mereka dengan wanita lain yang lebih seksi,
maka saksikan reaksi mereka! Dan saat anak-anak perempuan mereka diganggu
oleh lelaki, atau wanita seperti mereka, membangkitkan birahinya, akankah mereka
bercermin?

Akankah mereka bertindak?

Akankah masyarakat bertindak?

Ya, kita lihat reaksinya: larang pemakaian cadar!


Sungguh aku takjub melihat begitu banyak wanita khususnya, memandang hina
caraku berpakaian.

Tapi…

Mana yang ia pilih, sekretaris suaminya memakai pakaian seperti yang aku kenakan
atau pakaian minim?

Mana yang ia pilih, pelayan wanita yang menyajikan di meja saat makan malam
ulang tahun pernikahan mereka memakai pakaian seperti yang aku kenakan atau
pakaian minim?

Apakah aku dan saudari-saudariku membuat suami mereka berpaling? atau


membuat kekasih mereka tertarik?

Apakah aku dan saudari-saudariku menyebabkan anak-anak perempuan mereka


menderita anoreksia, atau anak-anak lelaki mereka menjadi candu pornografi?
Apakah aku dan saudari-saudariku yang wajah dan tubuhnya memikat perhatian
suami/kekasih mereka di setiap kesempatan?

Apakah aku dan saudari-saudariku yang membuat bangkit birahi para pria itu
sehingga mereka memperkosa atau melakukan pelecehan seksual?

Model ‘pakaian’ siapa yang benar-benar menindas dan membahayakan wanita lain?

Sekarang aku telah menyampaikan semuanya, dan meskipun aku sendiri, tapi aku
berbicara atas nama ratusan lainnya. Aku telah menjelaskan kepadamu bahwa
mayoritas kami telah memilih model pakaian ini, khususnya di Barat. Aku telah
memberi tahu engkau bahwa kami mencitai pakaian ini, kami menginginkannya, dan
aku telah mencontohkan kepadamu tentang kebaikan yang terkandung dalam
pakaian ini.

Jadi bagi kalian yang benar-benar peduli untuk ‘membebaskan’ aku, maka kalian
telah mendengarkan semua penjelasanku, maka bebaskan aku dan saudari-
saudariku untuk memakai pakaian ini.
Terjemahan bebas oleh: Ummu Hafidh Dewinta Bintu Najm

Tulisan asli: http://www.facebook.com/note.php?


note_id=10150295437040338&id=100000068294835

You might also like