You are on page 1of 15

TELEVISI,

INDUSTRI BUDAYA POPULAR


syaiful HALIM
@ 2011
MITOS TELEVISI
Dalam masyarakat industri, media massa
dipandang menampilkan FUNGSI MITOS
seperti masyarakat kesukuan.
Dalam konteks ini, teori Levi-Strauss
bahwa mitos merupakan transformasi lokal
atas struktur dalam konsep oposisi biner
bagi kebudayaan setempat bisa diterapkan
pada media massa kontemporer.
Maka, semua produk televisi dipandang
sebagai paroles dari struktur dalamnya
(langue).
Fiske, John. 2010. Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komprehensif, Hlm. 170-172. Yogyakarta:
Jalasutra.
KHALAYAK TELEVISI
Sekitar 3,5 milyar jam dihabiskan
warga Desa Global untuk menonton
televisi [Kubey dan Csikszentmihalyi
(1990:1)]
Warga Inggris rata-rata menggunakan
lebih dari sepertiga jam terjaganya
untuk menonton televisi.
Warga AS rata-rata dua kali lebih
banyak dibandingkan warga Ingris
untuk menonton televisi.
Warga Indonesia?
Storey, John. 2010. Penganar Komprehensif Teori dan Metode: Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop, Hlm. 11.
Yogyakarta: Jalasutra.
MODEL HUBUNGAN MEDIA
 “Orang cenderung menggunakan surat
KHAL
AYAK kabar, radio, dan televisi untuk
BUK menghubungkan diri mereka sendiri
U dengan masyarakat, namun
menggunakan buku dan film untuk
sejenak melarikan diri dari realitas
RAD (escape from reality). Orang yang
FILM berpendidikan lebih baik cenderung
IO
menggunakan media cetak; mereka yang
kurang berpendidikan cenderung ke
media elektronik dan visual. Buku
SURAT TELE
KABAR
merupakan medium yang paling banyak
VISI digunakan untuk memperbaiki
CYBE
R pemahaman seseorang tentang dirinya,”
jelas Katz, Gurevitch, dan Hass (1973)
tentang model hubungan medias [Katz,
Fiske, John. 2010. Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling
Gurevuitch, dan Hass (1973)].
Komprehensif, Hlm. 30-31. Yogyakarta: Jalasutra.
MODEL HUBUNGAN MEDIA
 “Beragam media—radio, film, televisi, musik,
KHAL
AYAK dan media cetak, seperti majalah, koran, dan
BUK buku komik—mengutamakan segi
U penglihatan maupun suara, atau mencampur
kedua indra tersebut, dan memainkan emosi,
perasaan, dan gagasan. Budaya media adalah
FIL RAD industri, diorganisasi atau model produksi
M IO massa dan diproduksi untuk massa audiens
berdasarkan tipe (genre), mengikuti rumus,
kode, dan aturan-aturan yang mapan. Karena
SURAT TELE itu, ia merupakan suatu bentuk budaya
KABAR VISI komersial, dan produknya adalah komoditas
CYB yang berusaha menarik laba pribadi yang
ER dihasilkan perusahaan-perusahaan raksasa
dengan kepentingan mengumpulkan modal,”
papar Douglas Kellner .
Kellner, Douglas. 2010. Budaya Media: Cultural Studies, Identitas dan Politik, Hlm. 1-2.
Yogyakarta: Jalasutra.
SEJARAH TELEVISI (1)
Cikal bakal televisi adalah piringan pemindai
yang ditemukan oleh insinyur
berkebangsaan Jerman bernama Paul
Nipkow (1860-1940). Peralatan Nipkow itu
dipakai dari 1923 sampai 1925 didalam sistem
televisi percobaan.
Pada 1926, ilmuwan Skotlandia bernama
John Logie Baird (1888-1946)
menyempurnakan metode pemindaian itu.
Pada 1923, insinyur kelahiran Rusia bernama
Vladimir Zworykin (1889-1982) dan warga
Amerika Serikat bernama Philo T.
Farnsworth (1906-1971) membangun sistem
pemindai elektronik yang menjadi protipe
kamera modern.
SEJARAH TELEVISI (2)
Pesawat televisi pertama yang bisa dipakai umum kali
pertama di Inggris pada 1923 dan di Amerika Serikat pada
1938. Setelah Perang Dunia II selesai, peningkatan
teknologi dan masyarakat yang semakin sejahtera
membuat permintaan televisi meningkat. Pesawat televisi
yang terjual mencapai satu juta unit.
Di Amerika Serikat, pada awalnya didirikan enam stasiun
televisi dan masing-masing hanya melakukan siaran
beberapa jam setiap harinya. Menjelang 1948, 34 stasiun
mengudara sepanjang hari di 21 kota besar. Sekitar akhir
1950-an jaringan televisi nasional didirikan di hampir
setiap negara industri.
Ketika abad ke-20 hampir berakhir, televisi memasuki
Galaksi Digital dengan munculnya televisi digital—televisi
yang dipancarkan dalam bentuk digital (berbasis
komputer). Dengan semakin bertambah banyaknya televisi
kabel pada 1960-an dan layanan Satelit Siaran Pancaran
Langsung (DBS) pada 1990-an, semakin banyak tersedia
saluran dan jenis siaran diseluruh dunia.
TELEVISI DI TANAH AIR (1)
Di Indonesia, kehadiran media televisi mulai dipikirkan
setelah Indonesia terpilih menjadi tuan rumah
penyelenggara Asian Games IV yang dibuka pada 24
Agustus 1962. Pada 1961, Menteri Penerangan pada masa
itu R. Maladi sebagai penggagas utama berharap, agar
kehadiran media televisi di pesta olahraga itu dapat
dipergunakan sebagai langkah awal dari pembangunan
media televisi nasional.
Usulan itu didukung Presiden Soekarno yang
memutuskan untuk memasukkannya dalam proyek
pembangunan sarana Asian Games IV di bawah
pimpinan Letnan Jendral TNI Suprayogi. Keputusan itu
diwujudkan melalui Surat Keputusan Menteri
Penerangan No. 20/SKM/1961 tentang pembentukan
Panitia Persiapan Televisi (P2T) pada 25 Juli 1961
TELEVISI DI TANAH AIR (2)
Setelah stasiun dan pemancar televisi selsai
dibangun pasa 22 Agustus 1962, media televisi
yang disebut sebagai Televisi Republik
Indonesia (TVRI) melakukan tugasnya untuk
menyiarkan Asian Games IV dari 24 Agustus
1962 sampai 4 September 1962.
Pada saat itu, siaran yang dilakukan terbatas
hanya untuk Kota Jakarta Raya dan sekitarnya.
Kepres No. 318/1962 tentang pengintegrasian
TVRI ke dalam Yayasan Gelora Bung Karno
menjadi langkah awal TVRI sebagai media
televisi nasional. Studio-1 TVRI diresmikan
pada 11 Oktober 1962 dengan Sus Salamun
sebagai penyiar “on air” wanita pertama
TELEVISI DI TANAH AIR (3)
Televisi swasta pertama, Rajawali Citra Televisi (RCTI)
milik Bambang Trihatmodjo, melakukan siaran secara
terbatas dengan menggunakan decoder mulai 24
Agustus 1989. Setahun kemudian, Surya Citra Televisi
(SCTV) milik Henry Pribadi (pengusaha yang dekat
dengan Soeharto) dan Sudwikatmono (adik tiri
Soeharto) bersiaran di Surabaya, Jawa Timur, mulai 24
Agustus 1990.
Dalam perkembangannya, Halimah Trihatmodjo
(menantu Soeharto) juga masuk dalam daftar
pemegang saham SCTV. TPI milik Siti Hardiyanti
Rukmana (putri Soeharto) beroperasi mulai Desember
2000 dengan fasilitas transmisi milik TVRI. Indosiar
Visual Mandiri (Indosiar) milik Salim Group mulai
beroperasi mulai 1995. Sedangkan Andalas Televisi
(ANTV) milik keluarga Bakrie bersiaran mulai 1993 di
Lampung.
TELEVISI DI TANAH AIR (4)
Sepanjang 2000-2001 lahir dan beroperasi
lima TV swasta nasional Metro TV, TV7,
Trans TV, Lativi, dan Global TV. Mereka
mencoba bersaing dengan lima TV swasta
yang sudah eksis terlebih dahulu.
Seiring dengan terbuka gerbang
reformasi, televisi swasta lokal juga
bermunculan di berbagai daerah. TVRI
pada perkembanganntya, setelah beralih
status menjadi perseroan terbatas, juga
mulai menerima iklan komersial.
TELEVISI DI TANAH AIR (5)
Apa yang terjadi pada dunia pertelevisian
kita pada 1995? Ada tiga hal yang menjadi
fokus pembahasan:
- hardware – fasilitas teknik
- software – program
- brainware – kreator

Dengan lima stasiun televisi – yang sama-


sama memproklamirkan saluran hiburan
dan informasi dengan “H” yang diperbesar
– terasa sekali, bagaimana perebutan
pemirsa potensial terjadi.
BISNIS TELEVISI
Sejak awal pemunculannya, pendirian stasiun
televisi merupakan keluarbiasaan teknologi,
usaha dengan modal besar, dan pelibatan sumber
daya manusia dalam jumlah besar. Pada masa itu,
kekuatan politik belum menjadi aspek yang
diperhitungkan—karena pemunculanya di alam
liberal. Karena itu, ”ideologi” ekonomi yang
menjadi pilar utama menjadi hal yang tak
terbantahkan hingga akan terus bermetamorfosis
(dari segi bentuk dan ambisi-ambisi), tapi tidak
akan pernah bergeser dengan motivasi dasar
sebagai upaya meraih keuntungan.
BISNIS TELEVISI
Kasus berbeda terjadi di Indonesia, seperti juga negara berkembang lain, yang
melibatkan pemerintah dalam pendirian stasiun televisi. ”Ideologi” politik sebagai
kekuatan utama di belakang media memang tak bisa dipungkiri, hingga stasiun
televisi menjadi alat propaganda pemerintah. Di sisi lain, pemikiran tentang
peraihan sumber-sumber pendanaan baru pun harus dilakukan untuk menunjang
kuantitas dan kualitas program. Sikap ”malu-malu kucing” ini terjadi dalam sejarah
perjalanan TVRI yang pernah memiliki slot khusus untuk menayangkan iklan. Dan
”regulasi” yang berhubungan dengan ”ideologi” ekonomi di balik media makin
terbuka lebar setelah stasiun televisi swasta muncul. Penjelasan ini mempertegas
benang merah ”ideologi” ekonomi tempo doeloe dan sekarang, bahkan negara maju
dan negara berkembang.
REFERENSI
Halim, Syaiful. 2009. Gado-gado Sang Jurnalis: Rundown Wartawan Ecek-ecek.
Jakarta: Gramata Publishing.

Fiske, John. 2010. Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling
Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.

Kellner, Douglas. 2010. Budaya Media: Cultural Studies, Identitas, dan Politik: Antara
Modern dan Postmodern. Yogyakarta: Jalasutra.

Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta: Jalasutra.


 
Storey, John. 2010. Cultural Studies dan Kajian Budaya Pop. Yogyakarta: Jalasutra.
 
Sudibyo, Agus. 2004. Ekonomi Politik Media Penyiaran. Yogyakarta: LKiS.

You might also like