Professional Documents
Culture Documents
FOTOSINTESIS
Oleh :
Dra. Rini Pramesti, MSi
dan sumber karbonnya. Karbon ini merupakan bahan yang sangat penting yang
Kita ketahui bahwa energi yang ada di alam terdapat dalam beberapa bentuk
energi, namun hanya ada dua bentuk energi yang dapat digunakan sebagai sumber energi
bagi organisme hidup. Energi tersebut yaitu energi cahaya dan energi kimia. Organisme
yang dapat menggunakan energi cahaya untuk mensintesis keperluan organiknya disebut
organiknya dari energi kimia disebut kemotrof atau kemotrofik. Ciri karakteristik dari
fototrof yaitu adanya pigmen hijau daun atau klorofil. Adapun fungsi dari klorofil ini
sebagai penyerap energi cahaya menjadi energi kimia. Istilah lain untuk fototrofisme
yaitu fotosintesis. Pada umumnya fotosintesis terjadi di daun walaupun klorofil dapat
yaitu karbondioksida (CO2) organismenya disebut autotrof atau autotrofik dan sumber
Secara langsung maupun secara tidak langsung, semua kehidupan di bumi ini
pembentukan bahan organik dari bahan anorganik (CO2, H2O, H2S) dengan bantuan
cahaya dan klorofil. Reaksi secara umum dari fotosintesis ini adalah :
Energi cahaya
n CO2 + n H2O -------------------------------------------- › (CH2O)n + n O2
klorofil
C. STRUKTUR KLOROPLAS
Kloroplas terbungkus oleh sistem membran rangkap, yang sifat dari membrane
tersebut diferensial permeabel. Didalam cairan kloroplas (yang disebut matriks) terdapat
lembaran –lembaran rangkap yang dikenal dengan tilakoid. Tilakoid ini membentuk
stroma (lihat gambar 1). Reaksi cahaya (penangkapan energi cahaya dan mengubahnya
menjadi energi kimia) berlangsung di grana dan fiksasi CO2 berlangsung di stroma.
Didalam kloroplas terdapat pigmen-pigmen yang diperlukan pada fotosintesis dan enzim-
dewasa. Proplastida adalah organela yang tidak berwarna, lebih kecil dari kloroplas dan
pembelahan sel-sel mesofil. Proses pembentukan membran stroma dan grana ini diawali
dengan terbentuknya badan prolamelar. Apabila badan prolamelar ini terkena cahaya
Pigmen yang paling banyak dalam kloroplas adalah klorofil. Struktur molekul
klorofil, tediri atas porfirin yang sama strukturnya dengan porfirin heme yang
- rantai samping hidrokarbon yang panjang, yaitu rantai fitol (lihat gambar 2)
- Ada bermacam-macam klorofil dan jenis klorofil tergantung pada rantai simpang
yang mengikat inti porfirinnya (klorofil a, b, c, d dan e). Tetapi yang berperan
dalam fotosintesis yaitu klorofil a dan klorofil b. Perbedaan kecil antara kedua
klorofil itu tampak pada (Gambar 2). Pada sel tumbuhan keduanya terikat pada
protein.
pada spektrum kasat mata (visible) (Gambar 3). Cahaya putih / tampak merupakan
Elektron yang tereksitasi umumnya adalah elektron yang mobil yang berasosiasi dengan
ikatan rangkap yang tidak jenuh, misalnya adalah klorofil. Molekul ini mempunyai
tingkat ketidakjenuhan yang tinggi dan mengabsorpsi cahaya dengan efisien, terutama
Cahaya mempunyai dua sifat yaitu sifat gelombang dan sifat partikel. Sifat
partikel cahaya umumya dinyatakan dalam foton atau kuanta, yaitu suatu paket energi
gelombang tertentu. Energi dalam tiap foton berbanding terbalik dengan panjang
gelombang. Jadi panjang gelombang ungu dan biru mempunyai energi foton yang lebih
Prinsip mendasar dari absorpsi cahaya adalah setiap molekul hanya dapat
menyerap satu foton, dan foton ini meyebabkan tereksitasinya hanya satu electron.
Elektron yang dalam keadaan dasar (ground state) stabil pada suatu orbit biasanya
tereksitasi, dipindahkan menjauhi keadaan dasarnya (orbit tersebut) dengan jarak (ke
orbit lain) sesuai dengan energi foton yang diabsorpsinya. Jika yang menyerap energi
foton itu adalah molekul klorofil atau pigmen yang lain, maka molekul itu akan berada
dalam keadaan tereksitasi, dan energi eksitasi inilah yang digunakan dalam proses
fotosintesis. Klorofil atau pigmen yang lain itu akan tetap dalam keadaan eksitasi dalam
waktu yang singkat, biasanya 10-9 detik atau malahan kurang dari itu. Energi eksitasi akan
hilang pada waktu elektron kembali ke orbitnya semula. Energi eksitasi yang diinduksi
dalam suatu molekul atau atom oleh satu foton dapat hilang dengan tiga cara yaitu :
- energi dapat hilang sebagai panas / kalor
- energi hilang sebagai panas dan sisanya sebagai cahaya tampak dengan panjang
gelombang lebih panjang dari panjang gelombang yang diabsorpsi, dan ini
merah jika suatu larutan pigmen yang pekat disinari dengan cahaya biru atau
ultraviolet. Fuoresensi klorofil dalam daun tidak mudah terlihat, karena sebagian
- Energi dapat digunakan untuk melakukan suatu reaksi kimia. Fotosintesis adalah
Senyawa kimia yang penting dalam mengubah energi cahaya menjadi energi
.Melalui pigmen inilah cahaya memulai proses fotosintsis. Pada sel tumbuhan selain
banyak dijumpai adalah santofil dan karoten. Adapun fungsi karotenoid ini adalah :
Sedangkan pada tumbuhan tingkat rendah terutama pada beberapa jenis makroalga bentik
(seaweed) selain klorofil juga diketemukan pigmen assesoris atau pigmen tambahan yaitu
fukosianin pada algae coklat dan fikoeritrin yang terdapat pada algae merah.
pigmen pengumpul energi, yaitu ke satu pusat reaksi yang mana dalam proses fotosintesis
ini terdapat 2 (dua) macam pusat reaksi dalam tilakoid yang keduanya terdiri dari
molekul klorofil a. Energi dalam pigmen yang tereksitasi dapat dipindahkan ke pigmen
disebelahnya dan dari sana ke pigmen yang lain lagi dan seterusnya secara resonansi
Pada tahun 1950, Emerson meneliti sebab tidak efektifnya cahaya merah dengan
gelombang yang lebih panjang dari 680 nm dalam melaksanakan fotosintesis, walaupun
sebagian besar panjang gelombang tersebut diabsorpsi oleh klorofil in vitro. Emerson dan
kawan-kawan menemukan bahwa jika cahaya dengan panjang gelombang yang lebih
pendek ditambahkan pada saat yang sama dengan panjang gelombang merah yang lebih
panjang, fotosintesis akan berlangsung lebih cepat dari yang diperkirakan, yaitu lebih
besar dari hasil penjumlahan laju fotosintesis yang diperoleh jika masing-masing warna
digunakan secara terpisah. Sinergisme atau peningkatan ini disebut pengaruh peningkatan
Emerson.
dinamakan fotosistem. Tiap kloroplas selalu mempunyai dua macam fotosistem yang
dengan pusat penangkap P 680 nm. Elektron yang terlepas dari molekul klorofil pusat
penangkap energi (P 700 atau P 680) akan menyebabkan terjadinya transport elektron.
Dalam perjalanannya ke keadaan semula (ground state) elektron ini melalui sejumlah
senyawa dan pada waktu itu dibebaskan energi yang digunakan untuk membentuk ATP
atau NADPH + H+. Proses ini dinamakan fosforilasi fotosintetik, sedangkan ATP dan
Dinamakan juga transport elektron non siklik karena terjadi arus elektron
bersamaan di dalam tilakoid yaitu pada fotosistem II, fotosistem I dan fotolisis air
sehingga dihasilkan ATP dan NADPH2 (lihat gambar 4). Lebih jelasnya pada
Artinya kelebihan energi electron hasil absorpsi foton digunakan untuk sintesis ikatan
fosfat bernergi tinggi. Kemungkinan sintesis ATP adalah antara sitokrom B6 dan
sitokrom f. Elektron dari H2O diangkut satu arah ke feridoksin dan akhirnya digunakan
untuk mereduksi NADP. Elektron tidak didaurkan tetapi digunakan oleh reaksi fiksasi
CO2. Jadi sintesis ATP yang terjadi menurut cara aliran elektron ini disebut
fotofosforilasi non-siklik.
2. Fotofosforilasi siklik
Jika kloroplas menerima cahaya dengan panjang gelombang diatas 680 nm, maka
yang diaktifkan hanya fotosistem I. Elektron tidak terbentuk dari penguraian H2O
sehingga pada reaksi ini tidak terjadi O2. NADP juga tidak mampu menyerap elektron
sehingga elektron itu diteruskan ke sitokrom b6 dan selanjutnya lewat plastoquinon (PQ),
sitokrom f dan plastosianin dan kembali ke P 700 (dari fotosistem I). Pada transport
elektron ini hanya dihasilkan ATP. Untuk mendapatkan gambaran yang tlebih jelas
tentang transport ini dapat dilihat pada skema Z (lihat gambar 4).
3. Fotofosforilasi pseudosiklik
Umumnya dianggap bahwa Oksigen direduksi oleh Fotosistem II menjadi
hydrogen peroksida, tetapi electron dapat juga melalui Feridoxin yang dalam hal ini tidak
terbentuk NADPH dan Oksigen diserap. Penyerapan ini terjadi karena pada reaksi
fotolisis air (reaksi Hill) hanya dihasilkan ½ O2, padahal untuk membentuk hydrogen
peroksida diperlukan O2
E. KARBOKSILASI FOTOSINTETIK
Setelah tenaga asimilasi (ATP dan NADPH) diperoleh dari reaksi cahaya, tenaga
ini digunakan untuk mengubah CO2 menjadi karbohidrat. Untuk mengetahui tahap –
tahap reaksi kimia ini digunakan cara autoradiografi dan kromatografi 2 dimensi. Dengan
cahaya dan pematian, kemudian senyawa yang diperoleh dianalisis dengan kromatografi
Dari data percobaan pada berbagai jenis tumbuhan diketahui fotosintesis melalui
reaksi ini terlihat bahwa satu molekul triosa (fosfogliseraldehida, PGAL) dibentuk dari
fiksasi tiga molekul CO2. Karena senyawa pertama yang dihasilkan adalah senyawa
berkarbon – tiga (asam fosfogliserat, APG) maka daur reaksi disebut daur C-3, dan
Pada jalur ini dapat dilihat bahwa reaksi pertamanya merupakan reaksi antara CO2
dan selanjutnya sebagian APG diubah menjadi karbohidrat. Pada saat yang sama
mungkin RuBP tidak bereaksi dengan CO2 tetapi dengan O2. Karena berlangsung secara
Pada beberapa jenis tumbuhan diketahui bahwa senyawa pertama yang dihasilkan
bukan PGA tetapi asam dikarboksilat dengan rantai C - 4. Diketemukan bahwa CO2
diikat oleh fosfo enol piruvat (PEP) menjadi asam oksaloasetat. Tumbuhan yang
melakukan karboksilasi jalur C – 4 ini mempunyai struktur anatomi daun yang khusus
disebut tipe Kranz, yaitu berkas pengangkut pada daun dibungkus oleh selubung berkas
pengangkut yang terdiri dari sel – sel parenkhim besar yang berisi kloroplas. Reaksi
karboksilasi berlangsung di dua bagian yaitu di kloroplas mesofil dan di kloroplas sel
cairan selnya pada malam hari. Tumbuhan kelompok ini stomatanya membuka pada
waktu gelap dan menutup waktu terang, sehingga penambatan CO2 berlangsung pada
karboksilasi fotosintetik dengan cara Crassulacean Acid Metabolism (CAM). Nama ini
diberikan karena sebagian besar metabolisme ini dilakukan oleh tumbuhan anggota
gelap.
- Penyerapan CO2 dalam gelap, pH turun dalam gelap.
Pada dasarnya jalur CAM serupa dengan C - 4. Bagan berikut menunjukkan jalur
F. KEMOSINTESIS
karbondioksida sebagai sumber karbon tetapi memperoleh energi dari reaksi kimia dan
bukan dari cahaya. Energi diperoleh dari hasil oksidasi metabolit anorganik yang diserap
dari lingkungan seperti hidrogen, hidrogen sulfide, sulfur (belerang), besi, ammonia dan
nitrit. Metabolit anorganik tersebut bergabung dengan oksigen di dalam sel dan
dihasilkan energi dan berbagai bahan anorganik sebagai hasil sampingan. Energi yang
dihasilkan digunakan untuk pembentukkan makanan dan sebagai bahan baku anorganik
oksigen
Metabolit anorganik ----------------------------- hasil samping anorganik
↓
E
↓ O2
H2O --------------------
H2
CO2 ------------------- karbohidrat
karbohidrat dengan menggunakan energi yang berasal dari reaksi oksidasi. Diantara
bakteri itu adalah bakteri sulfur tidak berpigmen yang mengoksidasi sulfida menjadi
nitrofikasi yaitu Nitrosomonas dan Nitrobacter mengoksidasi ammonia menjadi nitrit dan
Seperti halnya proses metabolisme yang lain, maka fotosintesis juga dipengaruhi
oleh berbagai faktor baik faktor dalam maupun dari faktor luar yang sulit dipisahkan
dengan tegas.
- Faktor dalam
1. Kandungan klorofil, karena pigmen ini langsung berperan pada penangkapan energi,
2. Morfologi daun, termasuk kerapatan tulang daun, permukaan daun (mengkilat atau
tidak)
karena dapat mempengaruhi kecepatan difusi CO2 dan lewatnya cahaya pada mesofil
daun.
4. Faktor protoplasma, suatu tumbuhan jika dipindahkan dari gelap ke terang tidak
segera mampu mengadakan fotosintesis. Hal ini disebabkan perlu waktu untuk persiapan.
Faktor ini tidak jelas, mungkin untuk sintesis enzim-enzim yang diperlukan pada
fotosintesis.
5. Akumulasi fotosintat, jika translokasi fotosintesis dari daun terhambat (misalnya
- Faktor luar
pantulan dan lain - lain. Secara tidak langsung mempengaruhi membuka dan menutupnya
3. Air, walaupun air merupakan bahan dasar untuk fotosintesis tetapi pengaruhnya tidak
4. Oksigen, oksigen merupakan hasil tambahan fotosintesis dan jika berada dalam jumlah
5. Zat hara mineral, berbagai unsur hara diperlukan untuk sintesis klorofil, koenzim dan
jumlah besar akan menyebabkan kecepatan fotosintesis berkurang karena kadar CO2 yang
tinggi akan menurunkan kecepatan fotosintesis berkurang karena kadar CO2 tinggi akan
a. klorofil
c. fotofosforilasi siklik
kecepatan fotosintesis
Jawab :
1.a. Klorofil adalah pigmen hijau daun yang berfungsi sebagai penyerap cahaya
b. Fotofosforilase non siklik yaitu pada fotosistem II akan dihasilkan ATP dan
NADPH sedangkan pada fotosistem I hanya dihasilkan ATP saja yang mana energi
yang dihasilkan akan lebih besar pada fotosistem II tetapi kedua fotosistem ini harus
c. Fotofosforilase siklik atau fotosistem I hanya akan dihasilkan ATP saja, yang
mana energi ini tidak dapat mengikat CO2, sehingga energi akan dibalikkan ke
2. Fotosintesis, yaitu proses pembentukan bahan organik dari bahan anorganik yang
Kemosintesis, yaitu proses pembentukan bahan organic dari bahan anorganik dengan
menggunakan reaksi kimia sebagai sumber energinya bukan dari sinar matahari.
3. Karena pada suatu saat fotosintensis tidak menggunakan sinar matahari sebagai
sumber energinya yaitu pada reaksi gelap yang mana pada saat ini sinar matahari
tetap ada tetapi tidak digunakan untuk proses fotosintesis. Selain itu dengan
adalah berupa protein / enzim yang mudah rusak dengan temperatur yang tinggi.
RESPIRASI SEL DAN FERMENTASI
Pada proses fotosintesis, energi cahaya akan diubah menjadi energi kimia dan
disimpan dalam ikatan-ikatan molekul organik kompleks, seperti pati dan glukose.
Pelemahan atau pemutusan ikatan karbon dari senyawa tersebut akan melepaskan
sejumlah energi yang digunakan oleh tumbuhan. Jumlah total energi yang terkandung
dalam senyawa tidak dibebaskan sekaligus tetapi dalam serangkaian reaksi yang
bertahap yang dikendalikan oleh enzim. Serangkaian reaksi dalam sel yang mengarah
metabolisme.
energi yang digunakan untuk aktivitas sel dan kehidupan tumbuhan dalam bentuk
ATP atau senyawa ber energi tinggi lainnya. Oksidasi adalah proses pengambilan
elektron dari suatu senyawa, yang didalam sel biasanya diikuti dengan pengambilan
kepada suatu senyawa yang didalam sel diikuti dengan penambahan hidrogen.
pengguna energi. Energi yang tersimpan (potensial) dari suatu senyawa (misalnya
glukosa (dibebaskan dan digunakan menurut cara yang sangat efisien, untuk
tersimpan dalam senyawa yang baru disintesis yang selanjutnya tersedia bagi reaksi-
reaksi lain.
Pada berbagai keadaan, di dalam sel reaksi penghasil energi berlangsung tanpa
adanya reaksi pengguna energi. Energi yang dibebaskan dalam keadaan seperti itu
akan hilang sebagai panas / kalor. Tetapi sel mempunyai cara untuk menyimpan
energi yang sementara itu dalam bentuk ATP (Adenosin Tri Phosphat). Energi yang
dibebaskan pada oksidasi suatu senyawa seperti karbohidrat, lipida, protein dan lain-
lain segera digunakan dalam sintesis ATP dari ADP (Adenosin Di Phosphat). Dan iP
dilepaskan ADP dan iP. Ikatan yang menghubungkan gugus fosfat terakhir ke ATP
disebut ikatan berenergi tinggi. Jadi ATP sebagai senyawa perantara mampu
menerima energi dari suatu reaksi dan memindahkan energi itu untuk menggerakkan
reaksi lain. Hal ini sangat menguntungkan sistem hidup, karena ATP dapat dibentuk
pada oksidasi sejumlah senyawa dan dapat digunakan untuk menggerakkan sintesis
sejumlah senyawa. Di dalam mesin buatan manusia, bahan bakar yang dibakar
melepaskan sejumlah energi yang akan hilang dalam bentuk panas / kalor; sedangkan
pada proses oksidasi bahan-bahan dalam sel, hilangnya energi relatif kecil. Hal ini
efisien. Energi yang terdapat di dalam senyawa biologi dapat dipindahkan berulang-
ulang. Jadi dalam suatu sistem yang dinamis seperti sel hidup, energi tersimpan dalam
glukosa pada suatu waktu terdapat dalam bentuk ATP dan pada waktu yang lain
Adapun proses utama dari respirasi adalah mobilisasi senyawa organik dan
Proses respirasi selain dapat menghasilkan ATP dan senyawa berenergi tinggi lain
juga menghasilkan senyawa antara yang berguna sebagai bahan sintesis berbagai
senyawa lain. Hasil akhir dari respirasi adalah CO2 yang berperan pada keseimbangan
karbon di alam. Proses respirasi dapat berlangsung siang malam karena cahaya
tidak lengkap. Respirasi semacam ini jarang terjadi, hanya dalam keadaan khusus.
Aerob : Anaerob :
meracun
- hasil akhir berupa CO2 & H2O - berupa alkohol & CO2
1. Glikolisis
Reaksi ini disebut juga jalur EMBDEN – MYERHOF – PARNAS. Reaksi ini
merupakan rangkaian reaksi perubahan satu molekul glukose menjadi dua molekul asam
piruvat. Jalur ini merupakan dasar dari respirasi anaerobik atau fermentasi (Lihat gambar
1).
Asam piruvat yaitu suatu senyawa 3C diubah menjadi senyawa 2C (asetil – CoA)
dinamakan Daur Asam Sitrat karena senyawa C6 yang pertama kali dibentuk dalam daur
ini adalah asam sitrat,. Daur ini juga dikenal dengan Daur Krebs, menurut Sir Hana Krebs
bersama teman-temannya menguraikan jalur ini. Nama lain dari daur ini adalah Daur
Asam Trikarboksilat, karena dalam daur ini ikut serta asam-asam dengan tiga gugus
karboksil.
Hidrogen yang dihasilkan oleh substrat pada tahap (1) sampai (3) akhirnya
bersatu dengan oksigen membentuk air. Agar hal tersebut tetap berlangsung, terjadi suatu
angkutan hidrogen sepanjang suatu rantai sistem redoks, yaitu melalui sistem angkutan /
transport elektron. Energi yang dibebaskan dalam sistem elektron ini digunakan untuk
pembentukkan ATP. Selain jalur Glikolisis yaitu penguraian glukosa ada proses
diperlukan 2 ATP
ATP. Hasil bersih glikolisis untuk tiap 1 molekul glukose adalah 2 ATP. Asam
piruvat yang terjadi dari proses ini mengalami beberapa proses yang sangat
2. DAUR KREBS
Daur ini juga disebut dengan Daur Asam Trikarboksilat yaitu pengubahan
asetil CoA menjadi CO2, H2O dan energi. Urutan reaksinya adalah sebagai berikut :
bentuk NADH ataupun FADH. Untuk mnghasilkan ATP diperlukan sistem transport
Dari bagan ini terlihat bahwa 1 molekul NADH dapat menghasilkan 3 ATP dan 1
konformasional.
Perubahan glukose menjadi asam piruvat dapat pula terjadi lewat jalur lain,
a. Substrat
persediaan pati, fruktan dan gula yang rendah, laju respirasi juga rendah. Tumbuhan
yang kekurangan gula jika diberi gula sering dengan nyata menunjukkan kenaikan
laju respirasi. Daun yang terlindung dan terdapat pada bagian bawah, umumnya
respirasi juga rendah daripada daun bagian atas yang terpapar cahaya matahari.
b. Temperatur
Karena respirasi merupakan deretan reaksi kimia, sehingga sangat peka terhadap
suhu. Pada suhu 0oC kecepatan reaksi sangat rendah. Kenaikkan temperatur sampai
350C – 400C akan mencapai maksimum, kemudian turun lagi pada temperatur yang
lebih tinggi. Perlakuan temperatur ini berkaitan dengan lamanya perlakuan, artinya
pada suhu 25oC – 30oC mula-mula kecepatan reaksi naik tetapi kalau berlangsung
c. Oksigen (O2)
Karena oksigen berfungsi sebagai terminal penerima elektron pada daur Krebs,
maka apabila konsentrasinya rendah maka respirasi aerob dan anaerob dapat
berlangsung bersamaan. Jika kadar oksigen dinaikkan maka respirasi aerob akan
berjalan lebih cepat dan respirasi anaerob terhambat. Peristiwa ini disebut Efek
Pasteur.
d. Karbondioksida (CO2)
Kadar CO2 yang tinggi akan menghambat respirasi, selain langsung berpengaruh
terhadap reaksinya, kemungkinan lain yang tidak langsung misalnya pada daun
dengan kadar CO2 tinggi akan menyebabkan stomata tertutup, sehingga difusi CO2
Respirasi jaringan muda lebih kuat daripada jaringan tua, jaringan yang
berkembang melakukan respirasi lebih tinggi dari jaringan yang matang. Ini
merupakan kenyataan bahwa respirasi adalah proses yang melepaskan energi untuk
Substrat respirasi berubah jika jaringan matang, dan proses keseluruhan serta
efisiensi respirasi berubah sesuai dengan perkembangan jaringan. Misal, laju respirasi
Perubahan respirasi juga terjadi pada perkembangan buah. Pada semua buah, pada
waktu masih muda laju respirasi tinggi, saat sel cepat membelah dan tumbuh.
f. Luka
bertambahnya substrat atau lebih besarnya difusi O2 yang masuk jaringan luka.
I. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Rumput laut atau seeweed sangat popular dalam dunia perdagangan karena
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Tumbuhan ini sudah lama dimanfaatkan orang
sejak kekaisaran Shen Nung sekitar 2700 SM sebagai obat-obatan dan bahan makanan
(Soegiarto dkk, 1978). Literatur China (Tseng & Chang, 1984) mencacat sekitar 32 jenis
rumput laut yang tumbuh di perairan Cina dan digunakan sebagai obat.
Heyne (Soegiarto dkk, 1978) melaporkan bahwa jenis rumput laut yang tumbuh di
perairan Indonesia ada 22 jenis dan telah dimanfaatkan secara tradisional sebagai bahan
makanan. Hasil penelitian ini kemudian diperluas oleh Zaneveld (Soegiarto dkk., 1978)
memperoleh 61 jenis. Jumlah tersebut didominasi oleh 38 jenis dari kelas Rhodophyceae,
Meskipun keragaman jenis yang tumbuh di perairan Indonesia cukup tinggi, namun
perdagangannya sampai saat ini umumnya didominasi oleh sejumlah marga tertentu
sebagai penghasil agar (agarophytes) yaitu Gracilaria sp., Gelidium sp., Gelidiella sp.
dan Gelidiopsis sp. serta penghasil karagen (carraginophytes) yaitu Eucheuma sp. dan
Hypnea sp. Hal ini disebabkan karena rumput laut rentan terhadap perubahan atau
tekanan ekologi yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, kondisi lingkungan seperti
substrat dan kualitas air di tempat pertumbuhannya perlu dijaga dan dipelihara jangan
menimbulkan kerusakan dan bahkan kepunahan jenis. Diduga informasi mengenai jenis –
jenis rumput laut dan struktur komunitas rumput laut yang ada di Perairan Pulau Panjang
3. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat memberikan informasi mengenai jenis-
jenis rumput laut dan lokasi yang dapat dimungkinkan untuk budidaya rumput laut.
1. Morfologi
Morfologi dari rumput laut ini tidak mempunyai perbedaan antara akar, batang
dan daun. Keseluruhan dari tumbuhan ini dikenal dengan thallus. Bentuk thalus
bermacam-macam, ada yang berbentuk bulat seperti tabung, pipih, gepeng, bulat seperti
kantong, seperti rambut dan lain – lain. Susunan thallus ada yang terusun dari satu sel
terus menerus), pinnate (dua-dua berlawanan sepanjang thalus utama), pectinate (berderet
searah pada satu sisi thalus utama), verticillate (berpusat melingkari aksis atau batang
utama) dan ada juga yang tidak bercabang (lihat gambar 1).
Sifat substansi thallus beraneka ragam, ada yang lunak seperti gelatin
(gelatinous), keras diliputi atau mengandung zat kapur (calcareous), lunak bagaikan
Pigmen yang terkandung dapat digunakan untuk menentukan rumput laut masuk
assesoris / pigmen yang dominan berupa fikoerithrin dan fikosianin, Chlorophyta atau
fukosantin. Tetapi secara penampakan sulit untuk untuk membedakan rumput laut dalam
berwarna coklat kekuningan atau bahkan coklat kehitaman. Hal ini disebabkan karena
faktor lingkungan yang berubah dan kejadian ini merupakan proses modifikasi yaitu
perubahan bentuk dan sifat luar (fenotif) yang tidak kekal sebagai akibat dari pengaruh
lingkungan antara lain iklim, dan oseanografi yang cukup besar (Soegiarto dkk, 1978).
Untuk mengetahui bahwa algae itu merah indikasinya adalah kalau algae tersebut
mengalami kekeringan maka warnanya akan berubah menjadi merah atau keungu-
unguan.
2. Taksonomi
Rumput laut atau seaweed dalam klasifikasinya termasuk dalam divisi tersendiri
yaitu Thallophyta (tumbuhan berthalus) yaitu suatu tumbuhan yang mempunyai struktur
kerangka tubuh yang tidak berakar, tidak berdaun, dan tidak berbatang atau keseluruhan
tubuhnya berbentuk thalus. Dengan perkembangan dan kemajuan alat, maka rumput laut
dibagi berdasarkan komposisi pigmen yang dominan, komposisi dinding sel, siklus
hidup, ada tidaknya flagella dan persediaan karbohidratnya atau cadangan makanan.
3. Tempat tumbuh
Rumput laut dapat tumbuh hampir disebagian besar hidrosfir sampai batas
kedalaman kurang lebih 200m, yang mana batas-batas untuk syarat hidupnya masih
memungkinkan.
pada substrat lumpur, pasir, karang, pecahan karang mati, kulit kerang, batu ataupun
kayu.
abiotik seperti cahaya, salinitas, temperatur, gerakan air dan ketersediaan zat hara.
Sedangkan faktor biotik berupa organisme laut. Pertumbuhan rumput laut yang terkait
diantaranya adalah :
- Cahaya.
Cahaya merupakan syarat mutlak bagi kehidupan rumput laut (Adey &
Lovellankd, 1991; Lalli & Parson, 1993). Cahaya yang berfungsi untuk pertumbuhan
dalam bentuk intensitas cahaya, panjang gelombang dan lama penyinaran (Lobban &
Harrison, 1997).
- Salinitas.
Salinitas merupakan salah satu faktor lingkungan abiotik yang berpengaruh pada
pertumbuhan rumput laut. Salinitas adalah jumlah garam (dalam gram) yang terlarut
dalam satu liter larutan (Lalli & Parson, 1993). Sifat osmotik air laut berasal dari seluruh
garam yang terlarut di dalamnya. Semakin besar garam yang terlarut di dalam air, tingkat
salinitas akan semakin tinggi (Adey & Lovelland, 1991). Dinyatakan juga bahwa ion
yang dominan akan menentukan posensial osmotik air laut adalah Natrium (Na+) dan
Chlorida (Cl-) masing-masing sebesar 30,61% dan 55,04 % dari seluruh ion terlarut.
Zat hara terutama nitrat dan fosfat merupakan faktor penting bagi pertumbuhan
rumput laut. Nitrogen diserap dalam bentuk NO3- (Zottoli & Mc. Connaughey, 1983).
Pada algae merah kekurangan unsur nitrat akan menghambat pertumbuhan. Hal ini
karena nitrogen merupakan unsur utama penyusun asam amino, asam nukleat, protein
dan hormon (Braga & Yoneshigue – Valentine, 1994). Sousa – Pinto et al. (1996)
menyatakan bahwa nitrogen berperan pada kandungan agar algae merah. Apabila nitrat
Unsur fosfor diserap dalam bentuk H2PO4 (Zottoli & Mc. Connaughey, 1983).
Fosfor yang diserap alga, berfungsi sebagai penyusun membran plasma, asam nukleat
dan senyawa berenergi tinggi (Adenosin Tri Fosfat – ATP). Pada alga merah
pertumbuhan akan lebih baik jika dipupuk dengan fosfat (Colina, 1976). Sedangkan
Chopin et al. (Sousa – Pinto et al., 1996) menyatakan bahwa fosfat berperan pada
Vitamin merupakan senyawa organik yang digunakan dalam jumlah kecil (Boney,
1976). Dinyatakan juga bahwa tumbuhan akan tumbuh lebih cepat dan memberi hasil
lebih banyak jika diberi tambahan vitamin, khususnya vitamin B yang berfungsi sebagai
biokatalisator / koenzim.
Materi
Materi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah jenis-jenis rumput laut
yang diperoleh di Perairan Pulau Panjang – Jepara dan diidentifikasi dengan duku
identifikasi (Naoki, 1988; Mitsuo, 1990; Atmadja et al, 1996; Sedangkan parameter
perairan.
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode deskriptif eksploratif.
keadaan sesuatu.
sample yaitu jika populasinya tidak homogen dan tiap-tiap sub populasi akan diwakili
Penentuan lokasi dilakukan pada 4 stasiun yang berada di Perairan Pulau Panjang
– Jepara yang terbagi atas bagian utara, selatan, barat dan timur. Setiap stasiun dibagi
menjadi 3 sub stasiun yang mana tiap-tiap sub stasiun terbagi menjadi 3 titik berdasarkan
kedalamannya yaitu 50cm, 100cm dan 150 cm. Pelaksanaan sampling dilakukan setiap 3
minggu sekali.
Data yang diperlukan untuk mengetahui struktur komunitas rumput laut adalah
transek. Nilai kerapatan relatif didapatkan dengan menggunakan rumus (English et al,
1997) :
KR = 100 % (ni / N)
Jika H’ < 2,303 artinya rendah, 2,303 – 6,906 artinya sedang dan jika H ’ > 6,908 berarti
H’
’
J = -------
LnS
S = Jumlah spesies
dimana :
Indeks ini menunjukkan jika C mendekati 0, dalam komunitas tersebut tidak ada
yang dominant artinya komunitas dalam keadaan stabil dan jika nilai C mendekati 1,
maka ada dominasi dari spesioes tertentu dan komunitas dalam keadaan labil dan terjadi
Tabel 1. Jenis – jenis rumput laut yang diketemukan di perairan Pulau Panjang -
Jepara
Keterangan :
+ : diketemukan
- : tidak diketemukan
Pada tabel 1 terlihat bahwa jenis rumput laut yang diketemukan di perairan Pulau
Panjang ada 14 jenis. Dari ke 14 jenis ini dari kelas Phaeophyceae diketemukan paling
banyak yaitu 7 jenis kemudian dususul kelas Chlorophyceae dengan jumlah 5 jenis dan
Tabel 2. kelimpahan relative (KR) Rumput Laut di perairan Pulau Panjang – Jepara
No Nama jenis Sts A Sts B Sts C Sts D
Chlorophyceae
1 Caulerpa racemosa 3,699 0 0 0
2 Caulerpa serrulata 3,470 0 0 0
3 Codium decorticatum 0 0 1,098 0
4 Halimeda macroloba 5.342 6,555 0 8,813
5 Halimeda macrophysa 8,274 4,997 0 10,665
Rhodophyceae
6 Callophylis adhaerens 0 14,633 0 0
7 Jania 3,017 0 0 0
Phaeophyta
8 Hydroclathrus clatratus 0,763 0 0,808 0
9 Padina crassa 2,113 0,436 1,414 13,222
10 Padina minor 2,309 0,218 0,808 10,907
11 Sargassum cinereum 0,825 1,672 6,808 0
12 Sargassum gigantifolium 1,252 2,017 71,142 0
13 Sargassum polycystum 1,330 2,805 10,953 0
14 Turbinaria ornate 1,030 0 4,303 1,069
Tabel 2. Nilai parameter lingkungan yang terukur di Perairan Pulau Panjang – Jepara
Pada tabel 2 menunjukkan bahwa secara umum nilai suhu, salinitas dan
temperatur menunjukkan nilai yang hampir sama / tidak menyolok. Hanya ada sedikit
dari seluruh jenis rumput laut yang diketemukan di perairan Pulau Panjang – Jepara.
Tetapi pada lampiran 3 yaitu kelimpahan rata-rata jenis rumput lautnya, walaupun
didapatkan 5 jenis tetapi nilai dari kelimpahan menunjukkan bahwa kelas Chlorophyceae
mempunyai nilai yang paling besar dibanding dengan kelas lainnya. Hal ini juga
disebabkan karena walaupun jumlah spesies Chlorophyta ada 5500 jenis spesies yang ada
tetapi dari jenis ini tidak semuanya hidup di laut, sebagian besar hidup di air tawar.
Hanya 10% dari jumlah tersebut, yang hidupnya di laut (Dawes, 1981). Selain itu pada
jumlah yang semakin besar. Semakin dalam suatu perairan kelas Chlorophyceae
didapatkan jumlah yang semakin sedikit. Hal ini sesuai dengan pendapat Lobban &
Harrison (1997) yang menyatakan bahwa pada suatu perairan dengan kedalaman rendah
akan didapatkan jumlah dan jenis Chlorophyceae semakin banyak, semakin kedalam atau
dalamnya suatu perairan jumlahnya semakin berkurang. Pada kedalaman sedang akan
diketemukan jenis dari kelas Phaeophyceae dan semakin kedalam perairan, banyak
Halimeda yaitu Halimeda macroloba dan Halimeda macrophysa. Dua jenis Caulerpa
memang banyak dijumpai pada perairan dengan substrat pasir atau batu. Hal ini sesuai
dengan pendapat (Atmadja, 1997). Demikian juga dengan stasiun – stasiun lain akan
didapatkan jenis – jenis yang tidak jauh berbeda. Hal ini terlihat juga pada jenis substrat
pada tiap – tiap stasiun hampir sama yaitu pasir, batu dan pecahan karang.
yang hanya didapatkan 5 jenis dari 14 jenis tetapi jika dilihat pada lampiran 2 tentang
Chlorophyceae masih menunjukkan nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas
Phaeophyceae.
Kelas Rhodophyceae hanya diketemukan 2 jenis yaitu Jania sp. dan Callophylis
adhaerens (lihat tabel 1) yaitu pada stasiun A dan stasiun B di semua kedalaman. Diduga
dengan hanya diketemukan 2 jenis ini kedalaman dari tiap – tiap stasiun yang digunakan
dalam penelitian ini masih rendah. Karena pada Rhodophyceae umumnya diketemukan
pada kedalaman paling dalam asalkan sinar matahari masih dapat ditangkapnya.
memungkinkan untuk tumbuhnya beberapa jenis rumput laut. Hal ini sesuai dengan
pendapat Ilalqisny & Widyartini (2000) yaitu pada salinitas 34‰, suhu 20 – 30 OC dan
pH 7,5 – 8,5. Selain itu disemua stasiun menunjukkan kecerahan sampai dasar perairan,
sehingga intensitas masih dapat diterima oleh rumput laut untuk melakukan proses
fotosintesisnya.
Kelimpahan rata - rata pada tiap – tiap stasiun menunjukkan bahwa yang tertinggi
terdapat pada stasiun A kedalaman 50 cm dan total 36,67 serta jenis Halimeda
macrophysa. Hal ini sesuai dengan Atmadja dkk (1996) yang menyatakan bahwa genus
Halimeda dapat tumbuh dengan baik pada substrat batu karang, pasir atau pecahan
karang. Selain itu pada stasiun A, mempunyai kecepatan arus yang tidak besar seperti
pada stasiun lainnya B, C dan D sehingga masih dimungkinkannya holdfast rumput laut
dapat melekat pada substratnya. Pada stasiun B, C dan D pada semua stasiun sedikit
dijumpai rumput laut kelas Chlorophyceae. Hal ini diduga dengan adanya kecepatan arus
yang cukup tinggi di stasiun tersebut sehingga holdfast rumput laut dapat terlepas dari
substratnya. Tetapi sayangnya data parameter lingkungan mengenai kecepatan arus tidak
didapatkan.
Nilai indeks keanekaragaman (H’) pada stasiun A yaitu 2,9 – 3,16. stasiun B yaitu
0,54 – 1,51, C yaitu 2,34 – 2,63 dan D yaitu 0,98 – 1,14. Hal ini menunjukkan bahwa
stasiun A paling tinggi dibanding dengan stasiun lainnya. Menurut Wilhm & Dorris
Nilai indeks keseragaman (E) pada stasiun A yaitu 0,85 – 0,89 ; stasiun B yaitu
0,49 – 0,54; stasiun C yaitu 0,83 – 0,87 dan stasiun D yaitu 0,72 – 0,99. Sehingga dapat
dikatakan bahwa peraiaran Pulau Panjang masih mempunyai nilai keseragaman rumput
laut yang masih tinggi. Karena menurut (Krebs, 1985) keseragaman tinggi mempunyai
0,78; stasiun C yaitu 0,19 – 0,22 dan stasiun D yaitu 0,47 – 0,51. Hal ini menunjukkan
didalam komunitas tidak ada yang dominan karena nilai C mendekati 0. Hal ini berarti
V. KESIMPULAN
1. Spesies rumput laut yang didapatkan di perairan Pulau Panjang – Jepara ada 14
tidak ada yang dominan karena nilai C mendekati 0, sehingga komunitas terebut
DAFTAR PUSTAKA
Atmadja, W.S. ; Sulistijo; Kadi A; Satari R. 1996. Pengenalan Jenis Rumput Laut di
Indonesia. P3O LIPI, Jakarta.
Soegiarto, A; Sulistijo; Atmadja W.S; Mubarak H. 1978. Rumput Laut (Algae) : Manfaat,
Potensi dan Usaha Budidayanya. LON - LIPI. Jakarta
Intisari
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas jenis-jenis rumput
laut yang ada di perairan Pulau Panjang – Jepara.
Metode pengambilan sample yang digunakan yaitu proposional sample.
Sedangkan penentuan lokasi dilakukan dengan membagi Perairan menjadi 4 stasiun yaitu
barat, timur, utara dan selatan. Masing –masing stasiun terbagi menjadi 3 sub stasiun
yang mana tiap – tiap sub stasiun tersebut masih terbagi menjadi 3 titik berdasarkan
kedalamannya yaitu 50 cm, 100 cm dan 150 cm. Pelasksanaan sampling dilakukan setiap
3 minggu sekali.
Hasil penelitian menunjukkan ada 14 jenis rumput laut yang didapatkan yaitu
kelas Chlorophyceae ada 5 spesies yaitu : Halimeda macroloba, H. macrophysa,
Caulerpa serrulata, C. racemosa dan Codium decorticatum. Kelas Phaeophyceae yaitu
Hydrochlatrus clatratus, Padina crassa, P. minor, Turbinaria ornate, Sargassum
cinereum, S. polycystum dan S. gigantifolium. Sedangkan kelas Rhodophyceae yaitu :
Jania sp dan Callophylis adhaerens. Parameter lingkungan di tiap – tiap stasiun yaitu
salinitas 34 - 35‰, suhu 27 – 29oC, pH 7 – 8 . Nilai indeks keanekagaman termasuk
dalam katagori sedang. Nilai keseragaman termasuk dalam katagori tinggi dan didalam
komunitas tidak ada yang dominan karena nilai C mendekati 0, sehingga komunitas
tersebut dalam keadaan stabil.
M. ORGANISASI PELAKSANA :
1. Ketua Pelaksana :
a. N a m a : Dra. Rini Pramesti MSi
b. Pangkat/Gol/NIP : Penata / IIIc / 131 885 301
c. Jabatan fungsional : Staf Pengajar Jur. Ilmu Kelautan UNDIP
d. Bidang Keahlian : Botani Laut
e. Fak./Prog.Studi/Pusat : Fak. Perikanan dan Ilmu Kelautan
f. Waktu tersedia : 15 jam/ minggu
2. Anggota Pelaksana I :
3. Anggota Pelaksana II :
Nama lengkap dan gelar akademik : Dra. Wilis Ari Setyati, MSi
Tempat dan tanggal lahir : Klaten, 10 November 1965
Jenis kelamin : Perempuan
Fakultas / Jurusan : FPIK / Ilmu Kelautan
Pangkat/ Gol/ NIP : Penata Muda Tingkat I / IIIb / 132 046 690
Alamat kantor : Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan UNDIP Tembalang,
Semarang
024 7474698
Kepada Yth :
Bpk. Kepala Pendaftaran Penduduk dan
Catatan Sipil Kota Semarang
Di
Semarang
Nama : RM Ari Sabarianto (suami) dan Rini Pramesti (istri), memohon untuk
1. Raden Ayu Tatyana Putri Ariningrum (anak), berubah menjadi Tatyana Putri
Ariningrum
Mohon kiranya agar permohonan kami ini dapat dikabulkan dan atas perhatiannya
diucapkan terimakasih.
SEMESTER : I (SATU)
Penutup :
Mahasiswa diberikan beberapa tugas selama mengikuti perkuliahan
1. Praktikum dan membuat laporan praktikum mingguan
2. Pre test praktikum dan response praktikum
3. Membuat kertas kerja atau tes kecil sesuai dengan materi yang diberikan
4. Tes obyektif, mid semester dan ujian semester
Daftar Pustaka :
Bold,H.C and M.J.Wynne. 1985. Introduction to the Algae Structure and Reproduction
2ed, Prentice Hall,Inc,Englewood Cliffs
Kimball,J.W. 1994. Biologi I (Siti Soetarmi T dan Nawangsari S. alih bahasa) PT.
Erlangga, Jakarta. 333 hal
Margaret, N.C and Robert J.K. 1990. Biology of Marine Plants. Longmans Cheshire Pty.
Ltd. Melbourne
Mengetahui :
KPS. Ilmu Kelautan Koordinator MK. Biologi I
NB : Bagi Dosen Pengampu yang berhalangan hadir pada jadual tersebut di atas
dimohon dapat memberitahukan sebelumnya kepada Koordinator dan mahasiswa
ybs serta mengganti pada hari yang lain bukan pada hari yang telah terjadual.
TERM OF REFERENCE
Latar belakang
Rumput laut tumbuh hampir diseluruh bagian hidrosfir sampai batas kedalaman
sinar matahari dapat mencapainya. Beberapa jenis rumput laut hidup secara
kosmopolitan. Rumput laut hidup sebagai fitobentos dengan menancapkan atau
melekatkan dirinya pada substrat lumpur, pasir, karang, fragmen karang mati, batu, kayu
dan benda keras lainnya. Adapula yang menempel pada tumbuhan lain secara epifitik.
Rumput laut mengandung beberapa zat penting dan mempunyai nilai ekonomis.
Rumput laut merah (Rodhophyta) menghasilkan floridean starch, mannoglyserate dan
floridosida. Lebih spesifik lagi dikenal dengan polisakarida berupa agar dan karagenan.
Gracilaria sp merupakan salah satu jenis penghasil agar dan Eucheuma sp. sebagai
penghasil karagenan. Sedangkan pada jenis yang coklat menghasilkan alginat dengan
contoh Sargassum sp. Selain rumput laut, ada jenis tumbuhan lain yang hidupnya di
dalam laut yaitu lamun. Adapun salah satu fungsi dari padang lamun ini yaitu sebagai :
akar dan rizome lamun mengikat dan menstabilkan permukaan sedimen sehingga
melindungi garis pantai terhadap erosi atau menghalangi penimbunan sedimen terhadap
terumbu karang saat badai. Dan yang terpenting sebagai daerah asuhan berbagai
invertebrate dan ikan dengan menyediakan makanan dan tempat perlindungan.
Mangrove merupakan kelompok tumbuhan yang berbeda tetapi mempunyai
persamaan terhadap adaptasi morfologi dan fisiologi terhadap habitat yang dipengaruhi
pasang surut. Dilihat dari segi potensinya mangrove mempunyai 2 peranan yaitu : ekologi
dan ekonomi. Dari segi ekonomi yaitu mampu menyediakan produk dari hutan mangrove
yang ekonomi potensial dapat langsung diambil yaitu hasil hutan dan produksi perikanan.
Sedangkan dari aspek ekologi yaitu berperan sebagai penahan ombak, penahan angin,
pengendali banjir, perangkap sedimen dan penahan intrusi air asin.
Tujuan
Tujuan dari pelatihan ini yaitu meningkatkan kemampuan keahlian, menambah
khasanah keilmuan pada mata kuliah yang diampu, memberikan tambahan skill terhadap
cara-cara penanganan specimen dan menciptakan jaringan kerjasama antar
laboratorium/institusi
Materi Pelatihan
Materi pelatihan mencakup :
- penanganan dan pengelolaan rumput laut, lamun dan mangrove
- cara koleksi dan penyimpanan
- mengenal koleksi rumput laut, lamun dan mangrove
Pembiayaan
Biaya pelatihan terdiri atas penjelasan tentang botani laut (rumput laut, lamun dan
mangrove) yang disampaikan dalam bentuk ceramah dan diskusi, bahan-bahan (buku),
transportasi dan akomodasi selama penelitian sebesar Rp 6.000.000,- (enam juta rupiah).
Mengetahui,
Dekan FPK UNDIP
Kepada Yth :
Bpk Kartam (BPKB Custodian)
PT ACC
Jl. MH Thamrin no. 150
Semarang
Selaku debitur di PT ACC Semarang, Jl. MH. Thamrin no. 150 Semarang ingin agar
untuk mobil kami dengan keterangan sebagai berikut :
BPKB Nomor : 0987171
No polisi : B 8015 ZS
Merk / Type : KIA Carnival
Jenis / model : Micro / Mini bus
Tahun : 2001
Nomor Chasis : KNAUP7523Y6145411
Nomor Mesin : K5021287
a/n Pemilik lama (BPKB) : Janti
Berhubung keinginan untuk mutasi atas nama saya karena program pemerintah tentang
pemutihan maka kami mohon agar bisa dibantu BALIKNAMA atas nama saya.
Surat ini kami buat karena posisi saya saat ini sedang bekerja di Balikpapan sehingga
kami wakilkan ke istri,
Nama : Dra. Rini Pramesti, MSi
Alamat : Gombel Permai XII/ 240 Semarang
Demikian, dan atas perhatian dan bantuannya kami mengucapkan terima kasih.
Deskripsi :
Ir. Irwani, MPhill. Dra. Rini Pramesti, MSi Dra. Nirwani S, MSi
NIP. 131 964 516 NIP. 131 885 301 NIP.131 918 669
STUDI PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT
Kappaphycus alvarezii var Sacol (Doty) Doty
DENGAN METODE BUDIDAYA LEPAS DASAR BERTINGKAT
DI PANTAI GEGER, NUSA DUA – BALI
Abstrak
Kata kunci : Kappaphycus alvarezii var Sakol, karagenan, metode lepas dasar bertingkat.
Abstract
Pendahuluan
Rumput laut merupakan salah satu komoditas budidaya laut yang mempunyai
nilai ekonomi penting. Dari kelompok tanaman ini jenis algae merah banyak
dikembangkan karena sebagai penghasil agar dari Gracilaria dan karagenan dari
Kappaphycus. Agar dan karagenan ini banyak digunakan dalam berbagai bidang industri.
Kappaphycus alvarezii (Doty) merupakan nama yang telah diperbaharui dari
Eucheuma alvarezii (Doty). Nama Kappaphycus diberikan karena kandungan kimianya
adalah kappa karagenan, sedangkan Kappaphycus alvarezii merupakan nama komersil
dalam dunia perdagangan (Sulistijo, 2002). Atmadja dkk (1996) menjelaskan ciri umum
dari K. alvarezii adalah thallus berbentuk silindris, permukaan licin, berwarna hijau, hijau
kekuningan, keabu-abuan hingga merah dan memiliki duri yang tumbuh pada thallus
dengan interval yang bervariasi. Percabangan keberbagai arah dengan batang utama keluar
saling berdekatan di daerah pangkal. Cabang pertama dan kedua tumbuh membentuk
rumpun yang rimbun dengan ciri khusus mengarah kearah datangnya sinar matahari.
Cabang tersebut memanjang atau melengkung seperti tanduk
K. alvarezii var Sacol yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Pulau
Sacol, Zamboanga, Philiphina dan mempunyai ciri morfologi yang hampir sama dengan K
alvarezii, tetapi mempunyai perbedaan antara lain : percabangan thalus lebih pendek, duri
yang tumbuh pada thallus lebih banyak, diameter lebih besar dan menggerombol bundar
seperti bola. Daya tahan terhadap penyakit dan hama / predator lebih tinggi, tidak mudah
patah karena talus besar dan kaku (Anonim, 2003) dan yang paling menguntungkan bagi
petani adalah hasil panen lebih banyak karena beratnya. Ditambahkan oleh Aguilan et al
(2003) menambahkan bahwa varietas ini mempunyai kelebihan yaitu mempunyai tingkat
ketahanan terhadap penyakit yang biasa menyerang jenis K alvarezii yaitu ice-ice dan laju
pertumbuhan yang lebih tinggi. Ciri khusus lainnnya adalah predator yang umum
menyerang seperti ikan beronang (Siganus sp.) tidak menyukai jenis rumput laut ini
(komunikasi pribadi dengan Simbik, 2004). Hasil ekstraksinya berupa 3-ß-D-
galaktopiranosil-4-sulfat berselang-seling berikatan dengan 3-6-anhidro- α- D
galaktopiranosil (kappa karagenan) yang merupakan kandungan terbanyak. Varietas ini
juga mengandung anhidrogalaktopiranosil – 2- sulfat (iota karagenan) dan 6-O-
metilgalaktopiranosil-4-sulfat dalam jumlah sedikit.
Pulau Bali merupakan salah satu daerah di Indonesia yang mempunyai
keanekaragaman yang tinggi, selain itu merupakan wilayah yang potensial untuk
pengembangan budidaya rumput laut. Kegiatan budidaya di pulau ini terutama didaerah
Badung saat ini menimbulkan persoalan dengan kegiatan pariwisata yang banyak
berorientasi di daerah pantai. Pemerintah Daerah Bali semakin membatasi luas lahan pantai
yang digunakan untuk kegiatan budidaya, hal ini dilakukan oleh kelompok petani rumput
laut yang dipandang cenderung mengotori wilayah pantai.
Kondisi semakin sempitnya lahan telah dirasakan oleh petani yang biasanya dapat
menghasilkan panen sekitar 1,2 ton / bulan sekarang menjadi 500 kg / bln dan
kemungkinan besar pada tahun mendatang akan semakin berkurang. Hal ini sebagai akibat
dari pembagian lahan dengan petani lain. Kondisi semakin sempitnya lahan mengharuskan
pencarian metode alternatif, sehingga dengan lahan yang tidak begitu luas dapat
menghasilkan produksi yang besar.
Dari keterangan tersebut diatas, penelitian ini mencoba memberikan alternative
metode budidaya dengan lahan yang terbatas yaitu dengan metode lepas dasar bertingkat.
Pada prinsipnya yaitu menambah satu unit metode yang diletakkan pada bagian atas dari
metode lepas dasar tunggal yang umum digunakan petani.
SGR = ln Wt - ln Wo
----------------- 100%
t
dimana :
SGR = laju pertumbuhan harian (% / hari)
Wt = berat setelah t hari (gr)
Wo = berat awal (gr)
T = waktu penanaman (hari)
Tabel 1. Berat Rerata K. alvarezii var Sacol dengan Metode Lepas Dasar Bertingkat (Atas
& Bawah) serta Metode Tunggal (Kontrol) di Pantai Geger, Nusa Dua - Bali
Tabel 2. Nilai Rerata Pertambahan berat (gr) K. alvarezii var Sacol dengan Metode Lepas
Dasar Bertingkat (Atas & Bawah) serta Metode Tunggal (Kontrol) di Pantai
Geger, Nusa Dua – Bali
Pada tabel 2 menunjukkan bahwa pada bagian atas nilai rerata tertinggi terjadi
pada minggu ke 2 sebesar 109,44 gr dan terendah pada minggu ke tiga yaitu 33,89 gr. Pada
bagian bawah rerata tertinggi terjadi pada minggu ke 5 sebesar 60,00 gr dan terendah pada
minggu ke 3 sebesar 3,33 gr. Sedangkan pada kontrol, nilai tertinggi terjadi pada minggu
ke 5 sebesar 87,22 gr dan terendah pada minggu ke 3 sebesar 10,00 gr.
Tabel 3. Laju Pertumbuhan Harian (SGR) K.alvarezii var Sacol dengan Metode dasar
Bertingkat dan metode Tunggal di Pantai Geger, Nusa Dua – Bali
Pada table 3 terlihat bahwa pada bagian atas nilai SGR tertinggi terjadi pada
minggu ke 2 dengan rerata 7,95 %/hr dan terendah pada minggu 3 sebesar 1,96 %/hr. Pada
bagian bawah tertinggi terjadi pada minggu ke 2 sebesar 5,44 %/hr dan terendah pada
minggu ke 3 sebesar 0,91 %/hr. sedangkan pada kontrol, nilai tertinggi pada minggu ke 2
sebesar 7,54 dan terendah pada minggu ke 3 sebesar 1,7 % / hari.
Tabel 4. Laju Pertumbuhan Mutlak K. alvarezii var Sacol Dengan Metode Dasar
Bertingkat dan Metode Tunggal di Pantai Geger, Nusa Dua - Bali
Perlakuan Wo Ln Wo Wt Ln Wt SGR
Atas Rerata 100 4,61 511,78 6,24 3,90
± SD 0 0 183,60 0.30 0,72
Bawah Rerata 100 4,61 330,56 5,84 2,95
± SD 0 0 119,76 0,24 0,57
Kontrol Rerata 100 4,61 472,22 6,20 3,179
± SD 0 0 175,18 0,25 0,62
Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai SGR tertinggi dicapai pada metode atas
sebesara 3,90 bagian bawah 2,95 dan kontrol 3,179.
Tabel 5. Parameter Fisika Kimia Lingkungan Budidaya K. alvarezii var Sacol dengan
Metode Dasar Bertingkat dan Metode Tunggal di Pantai Geger, Nusa Dua – Bali
Pembahasan
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa hasil akhir berat rerata, laju pertumbuhan,
laju pertumbuhan mutlak pada perlakuan atas memberikan nilai yang tertinggi dibanding
dengan perlakuan lain. Hal ini karena perlakuan Atas (A) lebih dekat dengan permukaan ,
maka cahaya yang diterima akan lebih banyak juga. Karena cahaya merupakan syarat
mutlak bagi kehidupan rumput laut (Adey & Loveland, 1991; Lalli & Parson, 1993)
Cahaya yang berfungsi untuk pertumbuhan dalam bentuk intensitas cahaya, panjang
gelombang dan lama penyinaran (Lobban & Harrison, 1997). Fungsi cahaya dalam proses
fotosintesis adalah mengangkut elektron dari H2O untuk mereduksi NADP+ menjadi
NADPH. Fungsi lainnya yaitu menyediakan energi untuk membentuk ATP dari ADP dan
Pi (Zse, 1993; Lobban & Harrison, 1997). Disamping itu cahaya berfungsi dalam membran.
Pada peristiwa ini pigmen yang berfungsi sebagai penerima yaitu kriptokrom dan fitokrom
(van den Hoek et al., 1995). Kedua pigmen ini terdapat di membran sehingga pengaruh
yang jelas pada membran yaitu adanya pacuan transport ion yang melewati membran.
Dengan adanya transport ini terjadi transport hara, penyerapan hara, sintesis hormon,
sintesis enzim dan sintesis lain yang mengarah pada pertumbuhan dan perkembangan
(Santosa, 1990). Sehingga perlakuan atas hasilnya lebih baik dibanding perlakuan lain.
Kemungkinan lain yaitu adanya transport ion berlangsung secara cepat dengan jumlah yang
tepat dapat segera digunakan untuk mensintesis senyawa yang diperlukan untuk
pertumbuhan. Kemungkinan lain diduga terjadinya hambatan metabolisme sehingga
pertumbuhan juga akan rendah. Hal ini terjadi di perlakuan bawah dan kontrol.
Pertumbuhan yang dimiliki semua perlakuan pada tiap minggunya bervariasi.
Pada tabel 2 dan tabel 3 menunjukkan bahwa pada minggu ke dua mengalami peningkatan
dibandingkan minggu sebelum dan sesudahnya. Hal ini diduga adanya ketersediaan nutrien
yaitu nitrat pada minggu ke dua ini lebih tinggi dibanding minggu sebelum (lihat tabel 6).
Ditegaskan oleh (Braga & Yoneshigue – Valentine, 1994) menyatakan bahwa nitrogen
merupakan unsur utama penyusun asam amino, asam nukleat, protein dan hormon. Dan
pada algae merah kekurangan unsur nitrat akan menghambat pertumbuhan yang pada
proses selanjutnya jika tersedia dalam jumlah sedikit akan menyebabkan terjadinya
penurunan agar pada Gracilaria sp.
Pada minggu ke tiga, baik pada laju pertumbuhan maupun pertambahan berat
terjadi penurunan. Hal ini terjadi karena kecepatan arus yang tinggi sehingga menyebabkan
kerontokan talus, terlihat pada kontrol dari 45 ikatan bibit, sebanyak 3 ikat hilang. Bagian
atas dua ikat hilang dan bagian bawah hilang 3 ikat. Selain terjadi kehilangan bibit, juga
terjadi pelukaan talus karena terkena substrat dasar. Ketinggian air yang terukur pada
minggu ini paling rendah 85 cm dan tertinggi 308 cm dengan rerata 162,4 cm.
Pada minggu ke tiga ini selain kecepatan arus, salinitas juga lebih tinggi yaitu 35 %o.
Dengan salinitas yang tinggi dan sifat tanaman ini yang eurihaline (hidup pada kisaran
yang sempit) akan terjadi perubahan tekanan osmotik yang cukup besar. Pada salinitas
diatas normal (30 %o) untuk hidup tumbuhan ini terjadi potensial air di luar rendah
sehingga air akan berdifusi ke luar. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kekurangan air di
dalam sel dan sebaliknya terjadi pengambilan ion. Jika air terlalu banyak yang keluar,
konsentrasi garam di dalam sel akan meningkat. Pada peristiwa ini akan terjadi kerusakan
membran, organella, enzim, kenaikan turgor dan pengaturan osmotik. Sebaliknya pada
salinitas rendah, air akan berdifusi ke dalam sehingga volume dan tekanan turgor
meningkat. Peningkatan ini juga akan menyebabkan respon yang sama seperti halnya pada
salinitas yang tinggi (Russel dalam Lobban & Harrison, 1997). Sehingga dalam budidaya
rumput laut diperlukan kondisi salinitas yang optimum, dengan kondisi seperti ini maka
energi / tenaga akan digunakan sepenuhnya untuk pertumbuhan.
Pada minggu ke empat dan ke lima mengalami peningkatan pertambahan
berat. Parameter lingkungan pada minggu ini berubah seperti minggu ke dua, kecepatan
arusjg demikian. Selain itu kandungan nutrien juga optimal sehingga pertumbuhan rumput
laut di minggu ini terjadi peningkatan.
Pada minggu ke enam, terjadi penurunan pertambahan berat. Unsur nitrat
menurun sampai 3,89 ppm. Hal ini akan menyebabkan pertumbuhan menurun, karena
peran pentingnya nitrat sebagai penyusun asam amino, protein dan enzim.Adapun peran
senyawa protein ini salah satunya mampu mempengaruhi berbagai proses metabolisme
yang selanjutnya nampak dalam pertumbuhan (Fosket, 1994).
Pencapaian berat akhir total metode lepas dasar bertingkat masing masing
45 ikan bagian atas dan 45 ikat bagian bawah, menghasilakan berat total 37,905 gr.
Sedangkan pada metode tunggal mencapai berat total 21,25 gr. Jika dibandingkan dengan,
hasil pencapaian berat basah dengan metode bertingkat adalah 1,78 kali dibandingkan
metode tunggal. Sedangkan untuk perhitungan biaya produksi menunjukkan pada metode
dasar lepas bertingkat terjadi peningkatan 72,7 % dari biaya metode lepas dasar tunggal.
Untuk hasil keuntungan sebesar 112,3%.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Selama 6 minggu masa penanaman dengan metode lepas dasar bertingkat (atas dan
bawah) dapat menghasilkan berat akhir yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode
lepas dasar tunggal (kontrol).
2. Laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada perlakuan metode lepas dasar bertingkat (atas)
dan terendah pada perlakuan metode lepas dasar bertingkat (bawah).
Daftar Pustaka
Atmadja, W.S; Sulistijo; Kadi. A; Satari. R. 1996. Pengenalan Jenis Rumput Laut di
Sze, P. 1993. A Biology Of The Algae. 2 nd. Wm. C. Brown Publ. Melbourne.
van den Hoek, C; Mann, D. G; Jahns, H. .M. 1995. Algae. An Introduction to Phycology.
Cambridge Univ Press, Cambridge. UK
Womersley, H. B. S. 1996. The Marine Benthic Flora of Southern Australia. Part III B
Flora of Australia. Suppley Series. No. 5. Aust. Biol. Resources Study, Canberra.
PERAN PENTING LAUT :
- SUMBER PANGAN
Meningkatnya jumlah penduduk disertai peningkatan
permintaan pangan.
Potensi sumber dayahayati laut di Indonesia masih rendah
- SUMBER MINERAL
Hanya NaCL (garam dapur) yang diekstraksi dari air laut
Dasar laut terdapat kandungan Ni, Co, Cu, penambangan
timah, minyak
Pemanfaatan air tawar dari air laut
KEUNTUNGAN :
Terdiri :
1. Mintakat Supralitoral
Yaitu bagian daratan yang masih terkena percikan ombak pada waktu air
pasang
3. Mintakat Sublitoral
Yaitu dasar laut antara lokasi permukaan air laut pada waktu air surut
sampai dasar laut terdapat pada kedalaman ± 200m
4. Mintakat Bathial
Yaitu dasar laut antara lokasi dimana dasar laut terletak ± 200m dan ±
4000m di bawah permukaan laut
5. Mintakat Abisal
Yaitu dasar laut antara lokasi dimana dasar laut terletak ± 4000 m dan ±
6000 m di bawah permukaan laut
6. Mintakat Hadal
Yaitu dasar laut yang terletak lebih dari ± 6000 m di bawah permukaan
laut
1. Produser, terbagi
- renik, mengapung di permukaan air atau hanyut melayang ke dalam
air, terbawa arus (plankton)
Phyton = tumbuhan
Zoion = hewan
- benthos (bathys = dalam)
Epifauna = zoobenthos yg hdp di perm perairan
Infauna = zoobenthos yg hdp di dasar perairan
SUHU
CAHAYA
Pengaruhnya :
- sumber energi untuk fotosintesis
- perpindahan populasi hewan terutama plankton
SALINITAS
Merupakan ukuran dari berbagai macam zat padat yang larut dalam satuan
volume air , dinyatakan dalam promil (%o).
Jumlah seluruh zat yang larut dalam 1kg air laut dengan anggapan bahwa
seluruh karbonat telah dirubah menjadi okside, semua bromide,dan iodide
diganti dengan kloride & semua organic telah mengalami oksidasi sempurna
0 - 0,5 Tawar
0,5 -3 Payau oligohaline
3,0 - 10 Payau mesohaline
10 - 17 Payau polihaline
17 - 30 laut oligohaline
30 - 34 Laut mesohaline
34 - 38 Laut polihaline
> 38 Hipersaline
Ekstrim:
- hewan / tumbuhan bermodifikasi agar dpt hidup terapung kr memiliki
Umumnya kadar garam dalam sel bahari cenderung sama dengan air laut
(ISOTONIK), Jika berbeda terdapat mekanisme pengatur osmose.
Mencegah keluarnya air pd ikan kelas Osteichthyes (mamalia & burung laut)
(hipotonik terhadap air laut) :
LEMBAR PENGESAHAN
Babelan- Bekasi
Pembimbing Seminar
4. Mintakat Timbunan
- berupa tumpukan kayu dermaga, galangan kapal, bangunan
buatan
- lingkungan terpisah, krn menunjang kehidupan yg tidak
terdapat di lingkungan lain (tiram pengebor, teredo)
- menegak susunannya, memudahkan penentuan pemintakatan
pasut
LINGKUNGAN BENTIK
Terbagi 2 :
1. Mintakat Litoral / Mintakat pasut : bentangan pantai yang terletak
antara paras air tertinggi dari pasut
MINTAKAT ABISAL
SAP. MATA KULIAH KULTUR JARINGAN
PS. ILMU KELAUTAN SEMESTER GASAL 2006/2007
Hari : Senin, Jam : 08.40 – 10.20 (TB 301)
Dosen Pengampu :
1. DR. Ita Widowati, DEA (IW) (Koordinator)
2. Dra. Nirwani S, MSi (NS)
3. Dra. Rini Pramesti, MSi (RP)
4. Ir. Gunawan Widi Santosa (GW)
Isi perkuliahan :
Memberikan pengetahuan, pengertian, dan kemampuan menganalisa kepada
mahasiswa mengenal cara dan untuk mempelajari (sel hewan dan tumbuhan) dengan cara
mengkultur atau membiakkan secara invitro dari suatu jaringan.
DESKRIPSI :
Mata kuliah ini berisikan prinsip dasar dari ciri-ciri organisme hidup, struktur organisasi
dan materi kehidupan, sel, struktur,fungsi dan metabolisme tumbuhan, struktur, fungsi dan
metabolisme hewan, Perkembangan dan pertumbuhan serta klasifikasi
Dosen Pengampu
1. Dra. Rini Pramesti, MSi
2. Dra. Ken Suwartimah
3. Dra. Nirwani, MSi