You are on page 1of 26

ALTERNATIF

PENYELESAIAN SENGKETA
Oleh
Dr. Muhammad Faiz Mufidi, SH., M. H
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2010 - 2011
PERISTILAHAN
Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) dalam
Bahasa Inggris disebut Alternative Dispute
Resolution (ADR).
Dengan istilah ADR dapat diartikan
Alternative to litigation (ATL) atau
Alternative to adjudication (ATA)
Dengan ATL, selain pengadilan adalah APS,
termasuk arbitrase.
Dengan ATA, maka arbitrase dan badan
penyelesain sengketa yang memutus tidak
termasuk APS
Pengertian ATL untuk Indonesia dapat mencakup :
1. Badan Penyelesaian Sengketa Pajak(UU No. 17 Th
1977)
2. Panitya Penyelesaian Perselisihan Perburuhan (UU
No. 22 Th 1957 jo UU Nomor 12 Th 1964) ;
3. Komite Pengawas Persaingan Usaha(UU No. 5 Th
1999)
4. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (UU No.
8 Th 1999)
5. Lembaga Penyedia Jasa Pelayanan Sengketa
Lingku-ngan Hidup di Luar Pengadilan (PP No. 54
Th 2000)
6. Alternatif Penyelesaian Sengketa (UU No. 30 Th
1999)
Istilah APS secara resmi dikenal dan digunakan
sejak diundangkannya UU No. 30 Tahun 1999,
pada Tanggal 12 Agustus 1999 tentang Arbitrase
dan APS. Sebelumnya berbagai istilah coba
diperkenalkan. Misalnya Pilihan Penyelesaian
Sengketa (UU No. 23 Tahun 1977 tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Mekanisme
Alternatif Penyelesaian Sengketa (MAPS) dalam
forum-forum ilmiah
Dengan UU No. 30 Th 1999, secara hukum positif
istilah APS menjadi teknis terminologis/Autentik
yaitu terbatas pada metoda-metoda sebagaimana
diatur dalam UU No 30 Th 1999 tidak termasuk
arbitrase
Alternatif berarti “pilihan di antara
dua atau beberapa kemungkinan”.
Dalam kontek APS pengertiannya
lebih ditujukan pada “jalan lain”
Dengan pengertian alternatif
menunjukkan ada yang lebih utama
Penyelesaian menunjuk pada
pengertian pengakhiran, pembubaran,
penutupan. Pada pokoknya sengketa
diakhiri dengan penyelesaian.
Sengketa menurut JG Merrils adalah
ketidak sepakatan secara khusus tentang
fakta, hukum kebijakan (Policy) ,di
dalamnya tuntutan atau pernyataan suatu
pihak ditolak, dituntut balik atau diingkari
oleh pihak lain.
PCIJ ketidaksepakatan tentang masalah
hukum atau fakta, suatu konflik tentang
sudut pandang hukum atau kepentingan di
antara dua pihak.
Ada perbedaan antara sengketa (dispute)
dengan konflik. Sengketa lebih tertuju
pada obyek hak-hak dan kepentingan-
kepentingan, sedangkan konflik lebih luas
lagi sampai mengarah pada permusuhan
bahkan meliputi peperangan
Suatu keadaan yang menempatkan suatu
pihak yang ingin memaksakan
kehendaknya kepada pihak lain yang
menentang kehendak tersebut dan
mengadakan perlawanan
Mengapa “Alternatif”
Utama adalah pengadilan :- lihat UU No. 48 Th 2009 ttg
Kekuasaan Kehakiman Pasal 1 :
Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan
negara yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan
Pancasila demi terselenggaranya Negara
Hukum Republik Indonesia (butir 1)
MA dan MK adalah penyelenggara kekuasaan
kehakiman (butir 2 dan butir 3)
Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa,
mengadili dan memutus suatu perkara yang
diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak ada atau
kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan
mengadilinya. {Pasal 10 ayat (1)}
Berurusan dengan pengadilan tidak disukai :
a. biaya yang tidak sedikit
b. waktu relatif lama
c. proses pemeriksaan terbuka
d. Putusan berujung kalah-menang
Kalangan dunis usaha mencari alternatif
UU No 30 Tahun 1999
tentang
Arbitrase dan Penyelesaian Sengketa
Melihat judul undang-undang, maka dengan jelas
undang-undang tidak memasukkan arbitrase sebagai
bagian dari Alternatif Penyelesaian Sengketa
APS dalam UU ini bukan saja ATA tapi sudah lebih
teknis lagi.
UU terdiri atas 82 pasal tetapi ketentuan yang mengatur
atau menyebut APS hanya 3 pasal dengan catatan yang
berkaitan langsung dengan APS hanya 2 pasal, yaitu
pasal 1 butir 10 dan Pasal 6. Sedangkan Pasal 52 lebih
berhubungan dengan fungsi lain dari arbitrase
PENGERTIAN
APS adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda
pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak,
yakni penyelesaian di luar pengadilan dengan cara
konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau pendapat
ahli <Pasal 1 butir 10>
Disepakati para pihak, dapat terjadi sebelum atau setelah
terjadi sengketa
UU tidak memberikan pengertian dari metoda-metoda tsb
Kritik : definisi di atas termasuk dalam Pasal 6 ayat (1)
kurang tepat karena hanya menyebut diluar pengadilan
(litigasi) harusnya di luar lembaga ajudikasi sehingga
arbitrse termasuk.
OBYEK SENGKETA
Pasal 6 ayat (1) : sengketa atau beda pendapat
perdata dapat diselesaikan oleh para pihak
melalui aps yang didasarkan pada itikad baik
dengan mengesampingkan penyelesaian secara
litigasi di pengadilan negeri
Lebih luas dibandingkan obyek sengketa yang
menjadi wilayah arbitrase yang membatasi pada
sengketa di bidang perdagangan dan mengenai
hak yang menurut hukum dan peraturaqn
perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh
para pihak
NEGOSIASI

Satu-satunya kaidah penunjuk untuk mengerti negosiasi


adalah ketentuan Pasal 6 ayat (2) yang menyatakan :
“Penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui APS
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diselesaikan
dalam pertemuan langsung para pihak………dst”
Negosiasi oleh UU ditempatkan sebagai metoda pertama
untuk penyelesaian sengketa, dalam kenyataannya juga
demikian karena merupakan cara termurah, tertua dan
paling dasar serta paling tertutup.
PCIJ menyatakan : this is the chief method by which
state settle their disputes
Dalam kontrak sering dicantumkan klausul yang
menyatakan :
“Segala sengketa yang terjadi sehubungan
dengan pelaksanaan perjanjian ini akan
diselesaikan secara musyawarah untuk mufakat”
Negosiasi pada dasarnya perundingan yang
dilakukan oleh para pihak. Negotiation usually
involves complete autonomy for the parties involved
without intervention of third parties” Pertanyaannya
: apakah boleh diwakilkan ? Mengingat kalimat
“pertemuan langsung para pihak”
Harus diartikan dapat diwakilkan mengingat :
1. Hampir semua hak keperdataan dapat diwakilkan
2. Untuk kepraktisan
3. Apabila ada pihak yang lemah
Untuk mengerti “pertemuan langsung para pihak” harus
memehami metoda yang lain yang pada dasarnya
melibatkan pihak ketiga yang netral. Jadi dalam negosiasi
tidak melibatkan pihak ketiga yang netral tapi langsung para
pihaknya, baik partai materiil maupun partai formil
Kelemahan negosiasi :

1. Manakala kedudukan para pihak tidak seimbang ;


2. Sering lambat dan membutuhkan waktu yang lama
3. Manakala terdapat pihak yang kaku
Pelaksanaan negosiasi merupakan kebebasan para
pihak jadi mekanisme dan prosedur tidak diatur.
Dalam hukum internasional negosiasi dibatasi :
1. Prinsip fundamental dalam HIprinsip larangan
penggunaan kekerasan dan kewajiban untuk
menjaga perdamaian, keamanan dan keadilan
2. Bila para pihaknya negara, para pihak harus tetap
menghormati prinsip kedaulatan dan larangan
intervensi terhadap urusan ekonomi dalam negeri
negara mitra
3. Para pihak harus tetap menjunjung itikad baik.
Baik dalam proses maupun pelaksanaan negosiasi
UNTUK APA
BERNEGOSIASI ?

Untuk mendapatkan apa yang


kita inginkan dari Mitra.

Komunikasi dua arah untuk


mencapai sebuah perjanjian, yang
sama-sama menginginkan
harapannya tercapai dengan
sudut pandang yang berbeda
KETRAMPILAN NEGOSIASI

- Kemampuan menentukan serangkain


tujuan.

- Kemampuan mencari kemungkinan.

- Kemungkinan dari pilihan yang banyak.

- Kemampuan untuk persiapan dengan baik.

- Kompetensi interaksi, yaitu mampu.


mendengarkan dan menanyakan.

- Kemampuan menentukan prioritas.


NEGOTIATION GUIDELINES

• Untuk menjadi seorang negosiator yang


baik, anda tidak perlu menjadi aggresif.
• Bernegosiasi tidak sama dengan berkelahi.
• Pada umumnya, orang memiliki kemampuan
alami untuk bernegosiasi.
• Untuk mendapatkan apa yang anda inginkan
dari suatu proses negosiasi, anda tidak
perlu mengorbankan etika anda.
• Untuk dapat bernegosiasi dengan efektif,
anda tidak perlu berada di posisi unggul.
• Negosiasi tidak selalu dalam proses formal.
• Antisipasilah pihak lawan akan meminta
lebih banyak keuntungan.
• Coba belajar untuk berkata “tidak”.
• Carilah solusi-solusi kreatif untuk mencapai
kesepatan kedua belah pihak.
PERSIAPAN NEGOSIASI

1. MENENTUKAN TUJUAN

- Menegaskan sasaran
- Menetukan prioritas

2. MEMPERSIAPKAN DIRI

- Mengisi waktu persiapan


- Menyusun data
- Mengantisipasi kemungkinan
yang terjadi
3. MENILAI PIHAK LAWAN

-Apakah Customer negotiator berpengalaman


- Adakah perbedaan pandangan dalam pihak
customer?
- Apakah customer punya informasi dan
pengetahuan untuk mencapai sasaran.
- Apakah customer punya wewenang
atau kekuasaan untuk mencapai
sasaran.
- Apakah customer terdesak
untuk menyelesaikan secepatnya.

4.MEMILIH STRATEGI
- Strategi adalah kebijakan umum yang
dirancang untuk mencapai tujuan tertentu.
- Taktik adalah rincian untuk melaksanakan
strategi.
.
5. MENGGUNAKAN AGENDA
- Merancang agenda

- Menyetujui agenda

6. MENANGGAPI SIASAT

-Memahami Siasat

- Mengenali Siasat

- Menangani Perilaku Mengganggu

- Menunda Negosiasi

- Menunda untuk diskusi informal


JANGKA WAKTU
Pasal 6 ayat Ayat (2) menyatakan
bahwa penyelesaian sengketa
melalui negosiasi harus selesai
dalam jangka waktu 14 hari.

Tidak tegas terhitung sejak kapan ?


Tidak ada sanksi
Mudah dimanipulasi
Apa urgensinya ?
KONSULTASI
Tidak ada bedanya antara konsultasi
dengan pendapat ahli
Kaedah penunjukPasal 6 ayat (3) :
“Dalam hal sengketa atau beda pendapat
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
tidak dapat diselesaikan, maka atas
kesepakatan tertulis para pihak, sengketa
atau beda pendapat, diselesaikan melalui
bantuan seorang atau beberapa
ahli….dst”
Dalam pengertian umum konsultasi dipahami
sebagai tindakan yang bersifat personal di antara
pihak-pihak tertentu yang disebut klien (consultee)
dengan konsultan yang memberikan pendapatnya
tentang suatu hal.
Black Law Dictionary Consultation :
1. The act of asking the advice or opinion of some
one (such as a lawyer) ;
2. a meeting in which parties consult or confer ;
3. The interactive methods by which states seek to
prevent or resolve dispute
Pengertian pertama sama dengan metoda
konsultasi dalam UU No. 30 Th 1999
Pengertian kedua dan ketiga lebih dekat dengan
pengertian konsultasi dalam sengketa internasional
yang disebut dalam Pasal 33 ayat (1) Piagam PBB.
Dalam sengketa internasional konsultasi
merupakan bagian dari negosiasi yang tidak saja
untuk menyelesaikan sengketa tetapi juga untuk
mencegah sengketa, dan menyamakan persepsi
tentang klausula perjanjian yang potensial dapat
menimbulkan sengketa
Dalam sengketa internasional konsultasi hanya
dilakukan para pihak tanpa menghadirkan pihak
ketiga
Konsultasi juga dapat diberikan oleh lembaga
arbitrase (Pasal 52 UU No 30 Tahun 1999

You might also like