You are on page 1of 57

Kajian Lingkungan Hidup Strategis

Kawasan Reklamasi Kota Baru


Tangerang International City (TIC)

Laporan Akhir

PT. TANGERANG INTERNATIONALCITY


Jakarta, 23 November 2010
Latar Belakang
1. Kota Baru Pantura sebagai daerah baru diperkirakan akan membawa
berbagai dampak pembangnan sehingga perlu ada upaya untuk menjawab
permasalahan lingkungan hidup yang ada di kawasan pantura.
2. Dibutuhkannya kegiatan analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif
untuk memastikan, prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar
yang terintegrasi dalam pembangunan Kawasan perkotaan Baru Pantura.
3. Mendukung kebijakan Pemerintah Kabupaten Tangerang dalam mewujudkan
kegiatan pembangunan yang berkelanjutan.
Tujuan Kegiatan
1. Merupakan panduan atau acuan dalam penyusunan kebijakan, rencana dan
program pembangunan.
2. Mengakomodasi kepentingan internal Kawasan Reklamasi Kota Baru
Tangerang International City (TIC).
3. Penelaahan dan evaluasi pengaruh rumusan kebijakan dan rencana
pembangunan Kawasan Reklamasi Kota Baru Tangerang International City
(TIC) terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan fungsi lingkungan hidup.
4. Pengintegrasian konsep-konsep pembangunan berkelanjutan ke dalam
dokumen RPJM maupun RPJP Kabupaten Tangerang.
5. Merupakan pra-syarat dalam pengajuan perizinan.
Manfaat Kegiatan
1. Tersusunnya laporan pelaksanaan KLHS Kawasan Reklamasi Kota
Baru Tangerang International City (TIC) yang memuat rekomendasi
mitigasi dampak negatif kebijakan dan atau rencana pembangunan
Kawasan Reklamasi Kota Baru Tangerang International City (TIC)
terhadap lingkungan hidup, dan rencana monitoring implementasi
Kawasan Reklamasi Kota Baru Tangerang International City (TIC).
2. Pembentukan unit kerja baru di dalam pemerintahan derah, atau
memfungsikan unit kerja yang sudah ada, guna mengemban urusan
penyelenggaraan dan monitoring rekomendasi KLHS.
3. Untuk meningkatkan kemampuan Tim KLHS Kabupaten Tangerang
agar dikemudian hari dapat melakukan KLHS secara mandiri.
Lokasi Kegiatan

• Lokasi kegiatan yaitu di Kawasan


Perkotaan Baru Pantua Kabupaten
Tangerang
Ruang Lingkup Kegiatan
1. Kapasitas daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup untuk pembangunan;
2. Perkiraan mengenai dampak dan risiko
lingkungan hidup;
3. Kinerja layanan/jasa ekosistem;
4. Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam;
5. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi
terhadap perubahan iklim;
6. Tingkat ketahanan dan potensi
keanekaragaman hayati.
Definisi KLHS
Dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PPLH) :
– KLHS merupakan pedoman (acuan) bagi pemerintah
dan pemerintah daerah baik dalam penentuan
kebijakan maupun rencana dan program (KRP)
pembangunan di setiap daerah. Pemerintah dan
Pemerintah Daerah wajib menyusun KLHS sebelum
memberikan izin pengelolaan lahan maupun hutan.
RUANG LINGKUP UU 32/2009

Inventaris LH

A. Perencanaan Penetapan Wilayah Ekoregion

B. Pemanfaatan Penyusunan RPPLH

KLHS
C. Pengendalian
Pencegahan Tata Ruang
Penanggulangan
D. Pemeliharaan Pemulihan Baku Mutu LH

Kriteria Baku Kerusakan LH


E. Pengawasan
AMDAL
F. Penegakan Hukum UKL-UPL

Perizinan

Instrumen Ekonomi
Apa dan mengapa dibutuhkan KLHS

Mengapa dibutuhkan KLHS ?


KLHS ● Mengintegrasikan pertimbangan
lingkungan hidup dan keberlanjutan
Adalah rangkaian analisis yang melalui penyusunan Kebijakan, Rencana,
sistematis, menyeluruh dan dan Program untuk meningkatkan manfaat
pembangunan
partisipatif untuk memastikan
bahwa prinsip pembangunan ● Memperkuat proses pengambilan
berkelanjutan telah menjadi keputusan atas KRP, mengurangi
dasar dan terintegrasi dalam kemungkinan kekeliruan dalam membuat
prakiraan/prediksi pada awal proses
pembangunan suatu wilayah dan perencanaan kebijakan, rencana, atau
atau kebijakan , rencana & program pembangunan.
program (KRP).
● Dampak negatif lingkungan di tingkat
proyek pembangunan semakin efektif
diatasi atau dicegah karena pertimbangan
lingkungan telah dikaji sejak tahap
formulasi kebijakan, rencana, atau
Definisi UU 32/2009 program pembangunan.
Mengapa dikatakan strategis

• KLHS berjalan paralel dan complementari


terhadap proses penyusunan
kebijakan/planning (policy/planning
process).

• Keberlanjutan merupakan alasan kunci


(Sustainability is a key driver).
KLHS dapat memperkuat proses perencanaan
melalui.....

• Identifikasi masalah-masalah lingkungan hidup dan kendala


pembangunan di wilayah studi.
• Menganalisis implikasi berbagai opsi perencanaan terhadap
lingkungan dan memberi rekomendasi untuk optimasi atau
pengembangan berbagai alternatif yang berkelanjutan.
• Merekomendasikan langkah untuk minimisasi risiko
lingkungan dan maksimalisasi manfaat, termasuk dhi:
– rekomendasi desain proyek dan studi AMDAL proyek
bersangkutan,
– penataan kelembagaan, dan
– inisiatif untuk mengendalikan dampak kumulatif.
KLHS memperbaiki mutu pengambilan keputusan
yang bersifat strategis

• Meningkatkan koherensi rencana pembangunan


ekonomi dengan rencana pengelolaan lingkungan
hidup
• Mendorong pemerintah untuk menetapkan secara
resmi tujuan dan sasaran lingkungan yang hendak
dicapai
• Mendorong pembangunan ekonomi berubah gradual
ke pembangunan berkelanjutan.
Mengapa KLHS penting?
• Pengambil keputusan harus semakin mempertimbangkan
dampak jangka panjang dan kumulatif dari berbagai
proyek.
• AMDAL tidak mampu untuk mengukur dampak kumulatif
secara sistematis.
• KLHS suatu KRP selain dapat menelaah secara efektif
dampak yang bersifat strategik, juga dapat memperkuat
dan mengefisienkan proses penyusunan AMDAL suatu
rencana kegiatan.
KRP
KLHS (Kebijakan, Rencana,
Program)

KRP PEMBANGUNAN
RTRW, BERPOTENSI
RPJP/RPJM DAMPAK/RISIKO
LINGKUNGAN

-Perubahan iklim
Untuk Wilayah adm -Kerusakan kehati
dan wilayah -Peningkatan intensitas dan cakupan banjir,
longsor, kekeringan. Kebakaran hutan.
fungsional, -Penurunan mutu dan kelimpahan sda.
RPJP/RPJM pusat -Peningkatan alih fungsi hutan/lahan.
dan daerah -Peningkatan jml pend miskin
-Peningkatan risiko kesehatan dan
- keselamatan manusia.
MEKANISME PELAKSANAAN PENYUSUNAN
KLHS

• PENGKAJIAN PENGARUH KRP


1 terhadap kondisi LH suatu wilayah

• PERUMUSAN ALTERNATIF
2 PENYEMPURNAAN KRP

• REKOMENDASI PERBAIKAN KRP


3 yang mengintegrasikan prinsip
pembangunan berkelanjutan

Ps. 15 ayat 3
Kondisi Kawasan Pantura
• Wilayah Laut Kabupaten Tangerang termasuk Pantai
Utara Kabupaten Tangerang Provinsi Banten secara
geografis terletak pada 106020’-106043’ BT dan 6000’-
6008’ LS.
• Ditinjau dari potensi sumberdaya alam wilayah Laut
Kabupaten Tangerang memiliki potensi yang cukup
besar, terlihat dari luas wilayahnya yaitu kurang lebih
301.62 Km2 yang secara administratif meliputi 7
kecamatan dan 82 desa, dengan panjang pantai  51km.
Kondisi Kawasan Pantura
• Keadaan topografi Kabupaten Tangerang berdasarkan topografi Jawa
bagian Barat termasuk kedalam Zone I yaitu relative datar dengan
kemiringan yang kecil dan bagian Selatan menurun ke Utara menuju
Pantai Laut Jawa dengan ketinggian rata-rata 0-10 m dpl.
• Keadaan ini baik untuk budidaya maupun penangkapan. Keadaan
topografi wilayah pesisir terletak di dataran rendah rata-rata
seluruhnya berada pada ketinggian 0– 25 m dpl. Kemiringan tanah
wilayah laut rata-rata 0– 3% menurun ke Utara, dan kemiringan 0–
4% terdapat pada sebagian Kecamatan Teluknaga, Pakuhaji, dan
Kronjo.
• Sedangkan untuk wilayah pengelolaan laut Kabupaten Tangerang
hingga kedalaman laut dan pulau-pulau kecil serta beberapa gosong
memiliki kedalaman yang sangat beragam mulai dari 1,4 m, 2,5 m, 2,7
m, 3,2 m, 4,5 m, 5,7 m, 6,4 m sampai 8,7 m.
Kondisi Kawasan Pantura
• Wilayah Pantai Utara Kabupaten Tangerang merupakan daerah hilir yang secara otomatis semua
sungai-sungai besar mengalir dari arah Selatan ke Utara menuju wilayah laut. Sungai-sungai
besar tersebut yaitu Sungai Cidurian, Cimanceri, Cirarab, Cisadane dan Kali Angke, sedangkan
sungai-sungai lainnya relatif kecil. Wilayah Laut merupakan muara dari sungai-sungai tersebut
sekaligus merupakan zona pasang surut, dimana lebih kurang 5 km ke arah darat sudah
merasakan dampak dari pasang naik.
• Kondisi perairan laut di Wilayah Kab. Tengerang dipengaruhi oleh musim, karakter fisik
oceanografis dan pasokan air tawar dari sungai-sungai yang bermuara. Keadaan laut pada waktu
survey relatif moderat yaitu dengan tinggi gelombang berkisar antara ±0,2-1,0 m, arus dominan ke
arah tenggara dengan kecepatan sedang (15-30 cm/detik).
• Salinitas air berkisar antara 27-29 ppt di daerah pinggir dan semakin meningkat ke tengah hingga
33 ppt di titik terjauh dari perairan wilayah. Komponen pendukung kesuburan yaitu nitrat-N dan
fosfat cukup tinggi di daerah pinggir (29-40 ppm) dan semakin ke tengah menurun (7-25 ppm).
Demikian pula polanya untuk parameter-parameter kekeruhan dan COD; kekeruhan daerah
pinggir cukup tinggi (85-150 NTU) sebagai akibat dari keruhnya air sungai yang masuk ke laut dan
juga karena pengadukan air laut pada zona pecahnya ombak dan daerah surf-zone. Nilai-nilai
COD, salah satu komponen yang mengganggu kehidupan ikan, umumnya masih di bawah
ambang batas untuk semua kecamatan; yang perlu diwaspadai hanya di Kec. Kosambi dimana di
daerah pinggir sudah terlampaui.
Perpres No. 54/2008 tentang Penataan Ruang
Kawasan Jabodetabekpunjur
• Arahan zonasi di kawasan pantura Kab. Tangerang, meliputi:
– Kawasan Pesisir Pantai Pantura meliputi zona P1, P2, dan P 5
– Rencana Kawasan Pelabuhan International berada pada zona P2&P5.
– Pemanfaatan Zona P2 dilaksanakan melalui upaya
– Menjaga zona N1 dari segala bentuk tekanan dan gangguan yang berasal dari luar dan/atau
dari dalam zona, khususnya dalam mencegah abrasi, instrusi air laut, pencemaran dan
kerusakan dari laut yang dapat mengakibatkan perubahan keutuhan dan/atau perubahan
fungsi zona N1.
– Penyelenggaraan reklamasi, dengan KZB paling tinggi 40% dan jarak dari titik surut terendah
min. 200 (dua ratus) meter sampai garis yang menghubungkan titik-titik terluar yang
menunjukkan kedalaman laut 8 (delapan) meter serta harus mempertimbangkan karakteristik
lingkungan.
– Pemanfaatan Zona P 5 dilaksanakan melalui upaya:
• Menjaga fungsi zona B 6
• Penyelenggaraan reklamasi secara bertahap dengan :
• mempertahankan KZB maksimum 45%
• dengan jarak dari titik surut terendah sekurang-kurangnya 200 m sampai garis yang
menghubungkan titik-titik terluar yang menunjukkan kedalaman luat 8 m.
• harus mempertimbangkan karakteristik lingkungan.
Kepmen PU Nomor 40/PRT/M Tahun 2007 Tentang Pedoman
Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai

• Dalam pasal 1 dan 2 Kepmen PU ini dijelaskan bahwa yang dimaksud


dengan Reklamasi Pantai adalah kegiatan ditepi pantai yang dilakukan
oleh orang dalam rangka meningkatkan manfaat sumber daya lahan
ditinjau dari sudut lingkungan dan social ekonomi dengan cara
pengurugan, pengeringan lahan, atau drainase. Sementara yang
dimaksud dengan Kawasan Reklamasi Pantai adalah kawasan hasil
pewrluasan daerah pesisir pantai melalui rekayasa teknis untuk
pengembangan kawasan baru.
• Pengaturan pedoman perencanaan tata ruang kawasan reklamasi
pantai dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi pemerintah daerah
dalam perencanaan tata ruang pada kawasan yang sudah dilakukan
reklamasi. Pengaturan pedoman perencanaan tata ruang kawasan
reklamasi pantai bertujuan untuk mewujudkan rencana tata ruang di
kawasan reklamasi pantai agar sesuai dengan RTRW Kabupaten/Kota.
Peraturan Daerah (Perda) Nomor 8 Tahun 2007
Tentang Penyelenggaraan Reklamasi Untuk Kawasan
Pengembangan Perkotaan Baru (KPPB)
1. Areal Reklamasi diukur mulai dari 200 meter tegak lurus sepanjang pantai ke
arah laut sampai titik terluar yang menunjukan kedalaman laut maksimal 8
meter dari tinggi air laut rata-rata.
2. Penyelenggaraan dan pemanfaatan hasil reklamasi dilaksanakan melalui
kerjasama antara Pemda, Masyarakat dan Swasta.
3. Reklamasi dilakukan dengan system Polder. Polder adalah suatu area dimana
ketinggian air dapat dikontrol pada suatu ketinggian tertentu, yang berbeda dari
ketinggian air disekitarnya (seperti ketinggian air laut atau ketinggian air sungai)
4. Bahan material reklamasi pantai merupakan bahan hasil sedimentasi yang
diambil dari lokasi yang memenuhi persyaratan teknis dan lingkungan.
5. Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Baru hasil reklamasi merupakan
bagian dari RTRW Kabupaten Tangerang.
6. Pembentukan tim teknis pengendalian dan pengawasan kawasan perkotaan
baru.
Permasalahan Utama Kawasan Pantura Kab. Tangerang

1. Karakteristik perairan kawasan pantai utara relatif dangkal


2. Abrasi dan akresi merupakan bagian kegiatan alam yang mengakibatkan perubahan garis pantai
3. Kegiatan yang berlangsung di wilayah perairan pantai utara mencakup pemukiman, perindustrian,
pariwisata, pertanian termasuk pertambakan dan perikanan tangkap sehingga dapat
mengakibatkan menurunnya kualitas perairan
4. Kondisi terumbu karang secara umum di lokasi sampling rusak bahkan tidak ada dengan substrat
yang terdiri dari :
- Pasir (Sand)
- Bebatuan (Rock)
- Patahan karang (Rubbel)
- Karang mati yang terselubungi alga
- Lumpur
5. Akibat tekanan dari berbagai aktivitas manusia  degradasi kondisi perairan  ekosistem
terumbu karang dan lamun menjadi rusak bahkan hilang
6. Terdapat koloni bulu babi dibeberapa lokasi  indikasi pencemaran organik pada perairan
7. Terjadi perubahan tata guna lahan dari hutan mangrove menjadi tambak (dari 400 Ha pada tahun
1997 menjadi hanya 5,58 Ha pada tahun 2002)* sehingga menyebabkan abrasi, akresi dan
sedimentasi
Permasalahan Utama Kawasan Pantura Kab. Tangerang

7. Terjadinya penurunan terhadap keaneka ragaman fauna pesisir, diantaranya


burung, biota intertidal dan larva ikan
8. Penurunan fungsi ekologis, ekonomi dan proteksi ekosistem mangrove
9. Terbatasnya ketersediaan prasarana dan sarana transportasi yang
menghubungkan antar kecamatan-kecamatan di wilayah utara
10. Lahan bekas tambak yang sudah tidak produktif
11. Pencemaran air di sekitar muara-muara sungai
12. Lahan bekas galian pasir yang terbengkalai dan mengakibatkan intrusi air laut
13. Terjadinya banjir di wilayah kecamatan yang dilewati DAS Cisadane yaitu
Kecamatan Teluknaga dan Pakuhaji.
14. Pemanasan Global (global warming), sebagai ancaman terhadap
kelangsungan ekosistem di wilayah pesisir utara Kabupaten Tangerang.
Tahapan Pembangunan

1. Tahap 1, Pulau 4 merupakan pulau pelabuhan – port yang mendukung


pelabuhan Tanjung Priuk. Pulau 4 ini memiliki luas area 12.631.983 m2
merupakan awal dari pembangunan pulau-pulau disekitarnya akan
direncanakan sebuah pelabuhan laut internasional.
2. Tahap 2, Pulau 5 merupakan pulau yang diperuntukan untuk kawasan
industry yang mendukung kawasan pelabuhan di pulau 4. Pulau 5 dengan
luas 13.948.088 m2, yang memiliki fasilitas berupa kapling 2.500 m2, 5.000
m2, 10.000 m2 dan 20.000 m2.
3. Tahap 3, Pulau 1 merupakan pulau budaya, wisata, olah raga dan hiburan.
Pulau ini mempunyai luas 7.349.583 m2.
4. Tahap 4, Pulau 2 merupakan pulau budaya, wisata, olah raga dan hiburan.
Pulau ini mempunyai luas 7.192.885 m2.
5. Tahap 5, Pulau 3 “Pulau Bisnis” mempunyai luas 12.277.467 m2 merupakan
pusat bisnis dan perdagangan dari keseluruhan pulau-pulau disekitarnya dan
merupakan penunjang dari aktifitas daerah pelabuhan dan perindustrian.
6. Tahap 6, Pulau 6 merupakan pulau hunian. Pulau ini memiliki luas area
15.628.671 m2.
Back
Back
Back
Back
Back
PROYEKSI PENDUDUK
KAWASAN PERKOTAAN BARU PANTURA
TAHUN 2009-2029

No. Kecamatan 2009 2014 2019 2024 2029


1 Mauk 82433 95622 110922 128669 149256
2 Kemiri 44666 51813 60103 69719 80874
3 Sukadiri 57856 67113 77851 90307 104757
4 Pakuhaji 107255 124416 144322 167414 194200
5 Teluknaga 133416 154762 179524 208248 241568
6 Kosambi 113377 131518 152561 176970 205285
Keberlanjutan Rencana Kegiatan/Proyek
1. Menyusun AMDAL diharapkan ada penyusunan dokumen AMDAL yang spesifik untuk
lokasi pengembangan Kota Baru Tangerang International City Kabupaten Tangerang
sehingga dapat mengantisipasi dampak-dampak penting yang mungkin terjadi dan
rencana pengelolaan dan penangananya. Hal ini penting karena keberadaan Kota Baru
Tangerang International City Kabupaten Tangerang telah merubah bentang alam dan
merubah kondisi flora dan fauna yang ada di kawasan tersebut. Perubahan bentan
alam, flora dan fauna inilah yang dikhawatirkan akan menurunan kualitas lingkungan jika
tidak ditangani lebih cepat dan kontinyu.
2. Air bersih diperkirakan akan menjadi isu utama dalam pengembangan Kota Baru
Tangerang International City Kabupaten Tangerang baik terhadap pemenuhan air bersih
di area reklamasi/kota baru maupun kawasan yang ada di pesisir Kabupaten Tangerang
(sedikitnya ada 6 kecamatan). Untuk itu maka diharapkan Pemerintah Kabupaten
Tangerang dapat menyusun sebuah masterplan air bersih yang cakupannya yaitu
kawasan reklamasi dan kecamatan di sepanjang pantai utara. Hal ini penting karena
ketersediaan air tanah di kawasan pantura relatif terbatas dan sebagian sudah terasa
payau. Dalam kajian ini diharapkan dapat dihasilkan sumber air baku untuk air bersih
yang tidak memanfaatkan air tanah tetapi lebih cenderung pada pemanfaatan sumber
air baku dari permukaan.
Keberlanjutan Rencana Kegiatan/Proyek
3. Menyusun masterplan drainase, drainase dan banjir diperkirakan akan menjadi isu utama dalam
pengembangan Kota Baru Tangerang International City Kabupaten Tangerang khususnya banjir di
pesisir Kabupaten Tangerang (sedikitnya ada 6 kecamatan). Untuk itu maka diharapkan Pemerintah
Kabupaten Tangerang dapat menyusun sebuah masterplan air drainase yang cakupannya yaitu
kawasan reklamasi dan kecamatan di sepanjang pantai utara. Hal ini penting karena ketersediaan
prasarana drainase dan pengendalian banjir di kawasan pantura relatif akan menjamin keamanan
dan kenyamanan masyarakat dan pelaku usaha di Kota Baru Tangerang International City
Kabupaten Tangerang. Dalam kajian ini diharapkan dapat dihasilkan beberapa alternative
penanganan banjir dan alur untuk pengembangan system drainase.
4. Menyusun Zoning Regulation, penyusunan zoning regulation di pesisir Kabupaten Tangerang
(sedikitnya ada 6 kecamatan) dan di area reklamasi menjadi penting sebab keberadaan Kota Baru
Tangerang International City Kabupaten Tangerang diperkirakan akan menjadi daya tarik
penduduk/migrasi masuk dan berbagai kegiatan pendukung/ikutan yang tumbuh disekitar Kota Baru
Tangerang International City Kabupaten Tangerang. Kondisi ini akan menyebabkan Kota Baru
Tangerang International City Kabupaten Tangerang dan kawasan pesisir Kabupaten Tangerang
menjadi kawasan pertumbuhan baru di wilayah Kabupaten Tangerang. Untuk mengatur
perkembangan fisik kawasan khususnya yang menyangkut pemanfaatan ruang di Kota Baru
Tangerang International City Kabupaten Tangerang dan kawasan pesisir Kabupaten Tangerang
(sedikitnya ada 6 kecamatan) dibutuhan zoning regulation.
Keberlanjutan Rencana Kegiatan/Proyek
4. Kajian pengembangan SDM, berdasarkan data yang ada maka tingkat
pendidikan dan kapasitas sumber daya manusia di kawasan pesisir Kabupaten
Tangerang masih tergolong rendah sehingga untuk menjaga kapasitas
kompetensi dan kualitas SDM tersebut dibutuhkan upaya pengembangan baik
melalui pendidikan formal ataupun non formal. Selain itu diperkirakan akan
adanya transformasi tenaga kerja dari sector nelayan dan petani ke sector lainnya
akan membutuhkan pembinaan yang lebih intensif agar mereka juga dapat
bekerja di sector lain yang lebih produktif dan berpenghasilan besar.
5. Secara legal, kebijakan pengembangan Kota Baru Pantura ini sudah termuat
dalam RTRW Kabupaten Tangerang dan juga dalam Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2008 Tentang Penataan Ruang Kawasan
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur namun dalam dalam
RTRW Provinsi Banten justeru sampai saat ini belum termuat sehingga
diharapkan ada upaya dari Pemerintah Kabupaten Tangerang untuk mendorong
keberadaan Kota Baru Pantura ini termuat dalam substansi Laporan RTRW
Provinsi Banten atau dalam Perda RTRW Provinsi Banten.
Kegiatan Meminimalisasi Potensi Dampak

1. Normalisasi Sungai, salah satu up aya untuk mengembangkan system


tata air yang baik di kawasan kota baru pantura adalah dengan
melakukan kegiatan normalisasi sungai. Hal ini penting sebab terjadinya
banjir terkadang disebabkan oleh alur sungai yang berkelok-kelok
sehingga menghambat arus air sungai dan akhirnya menimbulkan
banjir/genangan. Berdasarkan data tersebut dan untuk mengeliminir
banjir tersebut dilakukan perbaikan jaringan drainase alam dengan
menormalisasi sungai sungai di beberapa sungai di Kabupaten
Tangerang, yaitu :
– Normalisasi Sungai Cilontar;
– Normalisasi Sungai Cileules;
– Normalisasi Sungai Citus;
– Normalisasi Sungai Cisadane;
– Normalisasi Sungai Cirarap
Kegiatan Meminimalisasi Potensi Dampak
2. Pembangunan kembali kawasan hutan mangrove disepanjang pantai utara Kabupaten Tangerang. Pemerintah
Kabupaten Tangerang diharapkan dapat membangun hutan mangrove pada area hutan mangrove yang ada dan
pada sempadan pantai sejauh 100 meter dari muka air pasang tertinggi ke arah daratan. Hutan mangrove ini juga
diharapkan didesain untuk dapat menjadi tempat hidup yang nyaman bagi binatang/burung yang biasa hidup
selama ini di kawasan pantura. Keberadaan hutan mangrove yang terpelihara dengan baik dapat menjadi tindakan
yang efektif dalam meminimalisasi potensi dampak lingkungan.
3. Pengendalian banjir, kawasan Perkotaan Baru Pantura secara geografis berada di wilayah Kawasan Pantura
Kabupaten Tangerang, dimana kondisi tofografinya relatif datar dan berada di pesisir. Secara umum saat ini
kondisi sistem drainase di Kawasan Perkotaan Baru Pantura hanya merupakan pendukung untuk pemeliharaan
jalan agar jangan cepat rusak. Dengan demikian pada musim hujan masih ada beberapa genangan pada titik-titik
tertentu. Pada dasarnya, pengelolaan sistem jaringan drainase diaharapkan direncanakan dengan pemikiran
sebagai berikut :
– Rencana jaringan drainase di wilayah ini merupakan usaha penataan dan perluasan dari jaringan yang telah
ada.
– Sistem penyaluran air hujan ini merupakan sistem yang kontinue dan mengikuti kontur wilayah perencanaan.
– Seluruh jaringan direncanakan berdasarkan frekuensi intensitas rata-rata curah hujan tahunan
4. Berdasarkan data sebaran banjir dan genangan, banjir yang pernah terjadi di sekitar wilayah sungai Cidadap,
kecamatan Kemiri dan di bagian hilir aliran Sungai Cisadane (mengakibatkan banjir dan genangan di Kecamatan
Teluknaga dan Pakuhaji), dan ada empat titik genangan lainnya, diakibatkan oleh kurang optimalnya fungsi sungai
dan Situ di kawasan Pantura.
Kegiatan Meminimalisasi Potensi Dampak

5. Alternatif penanganan banjir secara umum


dapat dijabarkan sebagai berikut:
– Pembangunan tanggul penahan banjir;
– Perbaikan sungai;
– Pengelolaan daerah aliran sungai;
– Pengelolaan daerah rawan banjir;
– Pembuatan tandon air, terletak di kec. Mauk,
kec. Pakuhaji dan kec. Teluknaga.
Kegiatan Meminimalisasi Potensi Dampak

6. Meminimalisasi pemanfaatan air tanah sebagai sumber air baku industry


atau untuk air bersih masyarakat. Mengacu pada pengalaman pemanfaatan
air tanah yang dilakukan di Jakarta yang menimbulkan berbagai dampak
negative maka di kawasan pantura ini diharapkan ada pengendalian
pemanfaatan air tanah sehingga tidak menimbulkan dampak lingkungan
yang merugikan masyarakat dan dapat meminimalisasi potensi dampak.
7. Pengelolaan limbah baik limbah industri maupun limbah rumah tangga,
Pemerintah Kabupaten Tangerang dan Investor Kota Baru Pantura di
harapkan dapat menyediakan prasarana pengelolaan yang berkapasitas
besar dan berkualitas baik di area Kota Baru Pantura atau di kawasan pantai
utara Kabupaten Tangerang. Hal ini penting karena keberadaan pengelolaan
limbah akan memperkecil kerusakan lingkungan dan meminimalisasi potensi
dampak lingkungan.
Kegiatan Meminimalisasi Potensi Dampak
8. Pembangunan jaringan jalan yang memadai diperkirakan akan meminimalisasi
potensi dampak lingkungan pengembangan kota baru pantura khususnya
yang berkaitan dengan lalu-lintas sebab di kawasan kota baru pantura akan
berkembang kegiatan dengan intensitas tinggi sehingga akan membutuhkan
system transportasi yang maksimal. Kondisi ini akan menyebabkan volume
lalu-lintas yang tinggi dan pada akhirnya akan menimbulkan kemacetan lalu-
lintas. Untuk itu dibutuhkan ruas jalan yang memadai dengan lebar yang
sesuai dengan kebutuhan sehingga seluruh pergerakan di kawasan kota baru
akan tertampung dengan baik.
9. Kontrol kualitas lingkungan (air dan udara) secara rutin, Pemerintah melalui
SOPD yang terkait dan penanggungjawab bidang lingkungan di pengelola
kota Baru Pantura diharapkan dapat melakukan kotrol kualitas air dan udara
secara rutin di area kota baru maupun di wilayah pesisir. Hal ini penting untuk
menjaga kualitas lingkungan agar tetap baik dan sebagai upaya untuk
meminimalisasi potensi dampak lingkungan.
Langkah-langkah Perlindungan Lingkungan

1. Material untuk reklamasi yang aman untuk


lingkungan
2. Memperbanyak ruang terbuka hijau
3. Kawasan reklamasi yang dibangun
diupayakan sealami mungkin
4. Pemanfaatan bahan bangunan yang
ramah lingkungan
Langkah-langkah Perlindungan Lingkungan
5. Pengendalian banjir, berkaitan dengan pengelolaan banjir sebagai upaya untuk
memberikan perlindungan terhadap lingkungan dapat dilakukan dengan beberapa
alternatif penanggulangan masalah banjir, yaitu:
– Memperbaiki pengelolaan sampah/limbah padat
– Relokasi daerah di sepanjang kali sehingga memungkinkan dibebaskannya lahan
untuk sempadan sungai yaitu 5 m untuk sungai bertanggul dan 5 – 10 m untuk sungai
tidak bertanggul
– Memperbaiki saluran drainase antara lain dengan mengeruk saluran secara berkala
atau memperbesar dimensi saluran.
– Membangun jaringan-jaringan drainase baru dengan mengikuti pola jalan yang ada
dengan pola aliran sesuai dengan kemiringan lahan.
– Menentukan Koefisien Dasar Bangunan (KDB) agar terdapat lahan terbuka untuk
daerah resapan air sesuai dengan UU No. 2002 tentang Bangunan Gedung.
– Menentukan Koefisien Dasar Hijau (KDH) agar lahan terbuka yang telah dicanangkan
dipergunakan sebagai taman yang berisi pohon buah-buahan, perdu yang berguna
untuk menahan limpasan air dan menangkap polusi udara serta dipergunakan sebagai
sumur resapan air hujan.
Langkah-langkah Perlindungan Lingkungan

6. Pengelolaan limbah baik limbah industri


maupun limbah rumah tangga, Pemerintah
Kabupaten Tangerang dan Investor Kota
Baru Pantura di harapkan dapat
menyediakan prasarana pengelolaan yang
berkapasitas besar dan berkualitas baik di
area Kota Baru Pantura atau di kawasan
pantai utara Kabupaten Tangerang. Hal ini
penting karena keberadaan pengelolaan
limbah akan memperkecil kerusakan
lingkungan dan memberikan perlindungan
Kegiatan Pemeliharaan Potensi Sumberdaya Alam
dan Daya Dukung Lingkungan
1. Efisiensi pemanfaatan lahan untuk kawasan terbangun/permukiman
baik di kawasan pesisir Kabupaten Tangerang maupun di area
reklamasi. Kondisi ini akan sangat mendukung sekali terhadap
pelestarian lingkungan dan kawasan hijau di kawasan pantura
Kabupaten Tangerang.
2. Meminimalisasi pemanfaatan air tanah sebagai sumber air baku
industry atau untuk air bersih masyarakat. Mengacu pada
pengalaman pemanfaatan air tanah yang dilakukan di Jakarta yang
menimbulkan berbagai dampak negative maka di kawasan pantura
ini diharapkan ada pengendalian pemanfaatan air tanah sehingga
tidak menimbulkan dampak lingkungan yang merugikan masyarakat.
Kegiatan Pemeliharaan Potensi Sumberdaya Alam
dan Daya Dukung Lingkungan
3. Pembangunan kembali kawasan hutan mangrove disepanjang pantai
utara Kabupaten Tangerang. Pemerintah Kabupaten Tangerang
diharapkan dapat membangun hutan mangrove pada area hutan
mangrove yang ada dan pada sempadan pantai sejauh 100 meter dari
muka air pasang tertinggi ke arah daratan. Hutan mangrove ini juga
diharapkan didesain untuk dapat menjadi tempat hidup yang nyaman
bagi binatang/burung yang biasa hidup selama ini di kawasan pantura.
4. Pengelolaan limbah baik limbah industri maupun limbah rumah tangga,
Pemerintah Kabupaten Tangerang dan Investor Kota Baru Pantura di
harapkan dapat menyediakan prasarana pengelolaan yang berkapasitas
besar dan berkualitas baik di area Kota Baru Pantura atau di kawasan
pantai utara Kabupaten Tangerang. Hal ini penting karena keberadaan
pengelolaan limbah akan memperkecil kerusakan lingkungan dan
menjaga kelestarian potensi sumber daya alam dan daya dukung
lingkungan.
terimakasih

You might also like