Professional Documents
Culture Documents
Laporan Akhir
Inventaris LH
KLHS
C. Pengendalian
Pencegahan Tata Ruang
Penanggulangan
D. Pemeliharaan Pemulihan Baku Mutu LH
Perizinan
Instrumen Ekonomi
Apa dan mengapa dibutuhkan KLHS
KRP PEMBANGUNAN
RTRW, BERPOTENSI
RPJP/RPJM DAMPAK/RISIKO
LINGKUNGAN
-Perubahan iklim
Untuk Wilayah adm -Kerusakan kehati
dan wilayah -Peningkatan intensitas dan cakupan banjir,
longsor, kekeringan. Kebakaran hutan.
fungsional, -Penurunan mutu dan kelimpahan sda.
RPJP/RPJM pusat -Peningkatan alih fungsi hutan/lahan.
dan daerah -Peningkatan jml pend miskin
-Peningkatan risiko kesehatan dan
- keselamatan manusia.
MEKANISME PELAKSANAAN PENYUSUNAN
KLHS
• PERUMUSAN ALTERNATIF
2 PENYEMPURNAAN KRP
Ps. 15 ayat 3
Kondisi Kawasan Pantura
• Wilayah Laut Kabupaten Tangerang termasuk Pantai
Utara Kabupaten Tangerang Provinsi Banten secara
geografis terletak pada 106020’-106043’ BT dan 6000’-
6008’ LS.
• Ditinjau dari potensi sumberdaya alam wilayah Laut
Kabupaten Tangerang memiliki potensi yang cukup
besar, terlihat dari luas wilayahnya yaitu kurang lebih
301.62 Km2 yang secara administratif meliputi 7
kecamatan dan 82 desa, dengan panjang pantai 51km.
Kondisi Kawasan Pantura
• Keadaan topografi Kabupaten Tangerang berdasarkan topografi Jawa
bagian Barat termasuk kedalam Zone I yaitu relative datar dengan
kemiringan yang kecil dan bagian Selatan menurun ke Utara menuju
Pantai Laut Jawa dengan ketinggian rata-rata 0-10 m dpl.
• Keadaan ini baik untuk budidaya maupun penangkapan. Keadaan
topografi wilayah pesisir terletak di dataran rendah rata-rata
seluruhnya berada pada ketinggian 0– 25 m dpl. Kemiringan tanah
wilayah laut rata-rata 0– 3% menurun ke Utara, dan kemiringan 0–
4% terdapat pada sebagian Kecamatan Teluknaga, Pakuhaji, dan
Kronjo.
• Sedangkan untuk wilayah pengelolaan laut Kabupaten Tangerang
hingga kedalaman laut dan pulau-pulau kecil serta beberapa gosong
memiliki kedalaman yang sangat beragam mulai dari 1,4 m, 2,5 m, 2,7
m, 3,2 m, 4,5 m, 5,7 m, 6,4 m sampai 8,7 m.
Kondisi Kawasan Pantura
• Wilayah Pantai Utara Kabupaten Tangerang merupakan daerah hilir yang secara otomatis semua
sungai-sungai besar mengalir dari arah Selatan ke Utara menuju wilayah laut. Sungai-sungai
besar tersebut yaitu Sungai Cidurian, Cimanceri, Cirarab, Cisadane dan Kali Angke, sedangkan
sungai-sungai lainnya relatif kecil. Wilayah Laut merupakan muara dari sungai-sungai tersebut
sekaligus merupakan zona pasang surut, dimana lebih kurang 5 km ke arah darat sudah
merasakan dampak dari pasang naik.
• Kondisi perairan laut di Wilayah Kab. Tengerang dipengaruhi oleh musim, karakter fisik
oceanografis dan pasokan air tawar dari sungai-sungai yang bermuara. Keadaan laut pada waktu
survey relatif moderat yaitu dengan tinggi gelombang berkisar antara ±0,2-1,0 m, arus dominan ke
arah tenggara dengan kecepatan sedang (15-30 cm/detik).
• Salinitas air berkisar antara 27-29 ppt di daerah pinggir dan semakin meningkat ke tengah hingga
33 ppt di titik terjauh dari perairan wilayah. Komponen pendukung kesuburan yaitu nitrat-N dan
fosfat cukup tinggi di daerah pinggir (29-40 ppm) dan semakin ke tengah menurun (7-25 ppm).
Demikian pula polanya untuk parameter-parameter kekeruhan dan COD; kekeruhan daerah
pinggir cukup tinggi (85-150 NTU) sebagai akibat dari keruhnya air sungai yang masuk ke laut dan
juga karena pengadukan air laut pada zona pecahnya ombak dan daerah surf-zone. Nilai-nilai
COD, salah satu komponen yang mengganggu kehidupan ikan, umumnya masih di bawah
ambang batas untuk semua kecamatan; yang perlu diwaspadai hanya di Kec. Kosambi dimana di
daerah pinggir sudah terlampaui.
Perpres No. 54/2008 tentang Penataan Ruang
Kawasan Jabodetabekpunjur
• Arahan zonasi di kawasan pantura Kab. Tangerang, meliputi:
– Kawasan Pesisir Pantai Pantura meliputi zona P1, P2, dan P 5
– Rencana Kawasan Pelabuhan International berada pada zona P2&P5.
– Pemanfaatan Zona P2 dilaksanakan melalui upaya
– Menjaga zona N1 dari segala bentuk tekanan dan gangguan yang berasal dari luar dan/atau
dari dalam zona, khususnya dalam mencegah abrasi, instrusi air laut, pencemaran dan
kerusakan dari laut yang dapat mengakibatkan perubahan keutuhan dan/atau perubahan
fungsi zona N1.
– Penyelenggaraan reklamasi, dengan KZB paling tinggi 40% dan jarak dari titik surut terendah
min. 200 (dua ratus) meter sampai garis yang menghubungkan titik-titik terluar yang
menunjukkan kedalaman laut 8 (delapan) meter serta harus mempertimbangkan karakteristik
lingkungan.
– Pemanfaatan Zona P 5 dilaksanakan melalui upaya:
• Menjaga fungsi zona B 6
• Penyelenggaraan reklamasi secara bertahap dengan :
• mempertahankan KZB maksimum 45%
• dengan jarak dari titik surut terendah sekurang-kurangnya 200 m sampai garis yang
menghubungkan titik-titik terluar yang menunjukkan kedalaman luat 8 m.
• harus mempertimbangkan karakteristik lingkungan.
Kepmen PU Nomor 40/PRT/M Tahun 2007 Tentang Pedoman
Perencanaan Tata Ruang Kawasan Reklamasi Pantai