Penggerek batang bergaris (Proceras cacchariphagus),

penggerek batang berkilat (Chilitrae auricilia),

penggerek batang abu-abu (Eucosma schismacaena),
penggerek batang kuning (Chilotraea infuscatella),
penggerek batang jambon (Sesmia inferens)
http://totonunsri.blogsome.com/category/serangga/
Biologi
The life cycle of the sugarcane borer includes four main stages of development - the egg,
larval, pupal and adult stages. Siklus hidup hama penggerek tebu mencakup empat tahap
utama pembangunan - telur, larva, tahapan pupa dan dewasa. The adult is nocturnal and
seldom seen. dewasa adalah di malam hari dan jarang terlihat. It is a straw-colored moth
with one inch wing span. Ini adalah ngengat berwarna jerami dengan satu bentang sayap
inci. The forewings are marked with black dots in a V-shaped design. Para forewings
ditandai dengan titik-titik hitam di desain berbentuk V. There are wide variations in
reports about how many eggs the females lay. Ada variasi yang luas dalam laporan
tentang berapa banyak telur betina berbaring. A good approximation is 200 to 300
creamy white eggs laid in clusters of 25 to 30 on the leaves. Sebuah pendekatan yang
baik adalah 200-300 telur putih krem diletakkan di dalam kelompok 25 sampai dengan 30
pada daun. Generally, the adult female moth deposits eggs ( Figure 1) on the underside of
a leaf in the upper half of the sugarcane plant canopy. Secara umum, ngengat betina
dewasa deposito telur ( Gambar 1) di sisi bawah daun pada bagian atas kanopi tanaman
tebu.

Figure 1. Gambar 1.

An adult female sugarcane borer moth and its eggs. Seorang perempuan dewasa ngengat
penggerek tebu dan telur-telurnya.

The larval stage is the most familiar and causes the damage to sugarcane ( Figure 2 ).
Tahap larva adalah yang paling akrab dan menyebabkan kerusakan pada tebu ( Gambar
2 ). Larva emerge from eggs as a yellowish-white, brown-spotted caterpillar only about
1/16 of an inch long. Larva keluar dari telur sebagai ulat, kekuningan-coklat-putih
melihat hanya sekitar 1 / 16 dari satu inci panjang. It migrates immediately into the tight
whorl, or spindle, of the plant or feeds its way into a midrib or leaf sheath. Ini segera
bermigrasi ke dalam lingkaran ketat, atau poros, tanaman atau feed jalan ke pelepah daun
atau selubung. The larvae molt 5 to 7 times depending upon climatic conditions during
their growth. The meranggas larva 5-7 kali tergantung pada kondisi iklim selama
pertumbuhan mereka. After undergoing its first molt, larvae in the whorl often tunnel
across the unfurled tender leaves of the whorl resulting in a pattern of small "pin-holes"
straight across the leaf when it unfurls ( Figure 3 ). Setelah menjalani meranggas
pertamanya, larva dalam lingkaran sering terowongan di tender membentangkan daun
whorl menghasilkan pola kecil "pin-hole" lurus melintasi daun ketika unfurls ( Gambar
3 ).

Figure 2. Gambar 2.

Larva of the sugarcane borer. Larva dari penggerek tebu.

Figure 3. Gambar 3.

Pin-hole damage by sugarcane borer larva. Pin-lubang kerusakan oleh larva penggerek
tebu.

Early instar larvae feed on the leaves, leaf sheaths or, briefly, on the outer surface of the
stalk. Pakan awal instar pada daun, bungkus daun atau, secara singkat, pada permukaan
luar puting. Later instar larvae tunnel in the internodes of the stalk. Kemudian instar
terowongan di ruas tangkai tersebut. Finally, after having reached a length of about an
inch, the larva molts into the inactive pupal stage within the stalk. Akhirnya, setelah
mencapai panjang sekitar inci, molts larva ke tahap pupa tidak aktif dalam puting. Over
the following five to seven days it metamorphosizes into an adult. Selama berikut lima
sampai tujuh hari itu metamorphosizes menjadi dewasa. The newly emerged adult leaves
the stalk through an exit hole, mating takes place, and the cycle is repeated. Orang
dewasa yang baru muncul tangkai daun melalui sebuah lubang keluar, kawin terjadi, dan
siklus diulang. There may be as many as six generations per year with the average
generation - egg to adult - requiring around 40 to 45 days in the summer. Mungkin ada
sebanyak enam generasi per tahun dengan rata-rata generasi - telur untuk dewasa -
membutuhkan sekitar 40 sampai 45 hari di musim panas. Generation time varies with
temperature, being shorter at higher temperatures. Generasi waktu bervariasi dengan
suhu, yang lebih pendek pada temperatur yang lebih tinggi.

Damage Kerusakan
Borer-infested stalks will be found in the vicinity of leaves with pin-hole damage.
Penggerek batang yang dipenuhi akan ditemukan di sekitar daun dengan kerusakan pin-
lubang. Infested stalks may have small larvae behind leaf-sheaths, or the larvae may have
already bored into stalks. tangkai mungkin penuh larva kecil di belakang daun-bungkus,
atau larva mungkin sudah bosan ke tangkai. A hole with fresh frass (light-brown fibrous
waste material) is a good indication of an infested stalk ( Figure 4 ). Sebuah lubang
dengan frass segar (cokelat berserat limbah bahan-cahaya) merupakan indikasi yang baik
dari tangkai penuh ( Gambar 4 ). The most important damage caused by the sugarcane
borer is the result of tunneling within the stalk ( Figure 5 & 6 ). Yang penting sebagian
besar kerusakan yang disebabkan oleh penggerek tebu adalah hasil dari tunneling dalam
puting ( Gambar 5 & 6 ). This can cause a significant loss of stalk weight (tonnage/acre)
and sucrose yield. Hal ini dapat menyebabkan kerugian yang signifikan dari berat tangkai
(tonase / Ha) dan menghasilkan sukrosa. Also, the borer's tunneling into the stalk allows
points of entry for secondary invaders including fungal, bacterial, and viral disease
organisms. Juga, penggerek's tunneling ke tangkai poin memungkinkan masuknya
penyusup sekunder termasuk organisme penyakit jamur, bakteri, dan virus. Plants with
bored internodes can produce 45% less sugar than undamaged ones. Tanaman dengan
ruas bosan dapat menghasilkan 45% lebih sedikit gula dari yang rusak. If the tunneling is
extensive, death of the terminal growing point of the plant ("dead-heart") may result. Jika
tunneling sangat luas, kematian terminal titik tumbuh tanaman ("mati hati") dapat hasil.
Also, weakened stalks are more subject to breaking and lodging. Juga, tangkai melemah
lebih tunduk pada pecah dan penginapan.

Figure 4. Gambar 4.

Signs of a stalk infested by a sugarcane borer larva. Tanda-tanda batang terserang oleh
larva penggerek tebu.
 Figure 5. Gambar 5.

Sugarcane stalk damaged by a tunneling sugarcane borer. Tangkai tebu rusak oleh hama
penggerek tebu tunneling.

Figure 6. Gambar 6.

Sugarcane stalks not damaged (left) and damaged by sugarcane borer (right). Tangkai
tebu tidak rusak (kiri) dan penggerek tebu rusak (kanan).

All varieties of sugarcane currently grown in Florida are susceptible to sugarcane borer
infestation, but they exhibit significant variation in damage and yield losses. Semua
varietas tebu ditanam di Florida saat ini rentan terhadap serangan hama penggerek tebu,
namun mereka menunjukkan variasi yang signifikan dalam kerusakan dan kehilangan
hasil. One study of five commercial varieties showed that an average of one bored
internode per stalk reduced sugar yield by an average of 5.6 lb/ton of sugarcane. Satu
penelitian dari lima varietas komersial menunjukkan bahwa rata-rata satu hasil bosan per
gula ruas tangkai dikurangi dengan rata-rata 5,6 pon / ton tebu. The range of loss was
from 2.3 lb/ton to 6.7 lb/ton for the different varieties examined. Kisaran kerugian adalah
dari 2,3 pon / ton menjadi 6,7 pon / ton untuk varietas yang berbeda diperiksa. One
interesting observation is that certain regions of the Everglades Agricultural Area, where
most of Florida's sugarcane is grown, seem to be considerably less prone to borer
infestations. Salah satu pengamatan yang menarik adalah bahwa daerah tertentu dari
Everglades Pertanian Daerah, di mana sebagian besar Florida tebu ditanam, tampaknya
jauh lebih rentan terhadap infestations penggerek. Environmental explanations are
presumed, but definite reasons are not clear. penjelasan Lingkungan diduga, tetapi pasti
alasan tidak jelas.

Scouting Kepanduan
An integrated pest management (IPM) program consisting of several well-balanced
components is recommended. Sebuah pengendalian hama terpadu (PHT) program yang
terdiri dari komponen beberapa seimbang dianjurkan. A good IPM program will provide
effective borer control and increase profits without harming the environment. Program
PHT yang baik akan memberikan kontrol hama penggerek efektif dan meningkatkan
keuntungan tanpa merugikan lingkungan. Several Florida sugarcane growers have been
using formal IPM programs for many years. Beberapa petani tebu Florida telah
menggunakan program PHT formal selama bertahun-tahun. The most important part of
an IPM program for sugarcane borers is regular scouting. Bagian paling penting dari
program PHT untuk penggerek tebu adalah biasa kepanduan. Scouting, in conjunction
with a reliable sampling plan, is necessary to detect infested fields and estimate the
infestation level within these fields. Kepanduan, dalam hubungannya dengan rencana
sampling yang handal, diperlukan untuk mendeteksi bidang penuh dan perkiraan tingkat
investasi dalam bidang ini. A regular scouting program will also increase the chances of
detecting other pests that may be damaging the crop. Sebuah program kepanduan reguler
juga akan meningkatkan peluang untuk mendeteksi hama lain yang mungkin merusak
tanaman. Fields should be scouted every two or three weeks from March through
November. Fields harus dibina setiap dua atau tiga minggu dari Maret sampai November.
One Florida sugarcane company scouts each 40 acre field in at least 4 locations. Salah
satu perusahaan Florida tebu masing-masing bidang Pramuka 40 hektar di minimal 4
lokasi. At each location, 5 stalks are randomly sampled from each of 5 stools spaced 10
feet apart (5 stalks/5 stools/location). Di tiap lokasi, 5 tangkai sampel secara acak dari
masing-masing 5 kursi terpisah jarak 10 kaki (5 batang / 5 kursi / lokasi). It is desirable to
detect borers before they tunnel in stalks, as control measures, if necessary, can then be
applied before any damage to stalks occurs. Sangat diharapkan untuk mendeteksi
penggerek sebelum terowongan di batang, sebagai langkah pengendalian, jika perlu,
kemudian dapat diterapkan sebelum terjadi kerusakan pada batang. Good signs that plants
are infested are pinholes in leaves, tiny holes into midribs, holes into stalks, and frass at
these holes. tanda-tanda yang baik bahwa tanaman yang terserang adalah lubang kecil di
daun, lubang-lubang kecil ke midribs, lubang ke dalam batang, dan frass di lubang ini.
An infestation of borers can not be positively identified until the sugarcane borers are
actually observed. Sebuah serangan penggerek positif tidak dapat diidentifikasi sampai
penggerek tebu yang benar-benar diamati. Examine leaves, the whorl, and behind leaf-
sheaths. Periksa daun, lingkaran, dan di belakang daun-selubung. Split stalks to detect
borers tunnelling inside stalks. Split penggerek batang untuk mendeteksi terowongan di
dalam batang. Detecting 2 to 3 live larvae per 100 sampled stalks is generally thought to
be enough to cause economic damage, a level called the economic threshold. Deteksi 2-3
larva hidup per 100 tangkai sampel umumnya dianggap cukup untuk menyebabkan
kerusakan ekonomi, tingkat yang disebut ambang ekonomi.

Biological Control Pengendalian Hayati

Alabagrus stigmatera and Cotesia flavipes are important wasp parasitoids of the
sugarcane borer larvae in Florida. Alabagrus is active all year long while Cotesia is
usually most active after July. Cotesia is the most important parasitoid. stigmatera
Alabagrus dan flavipes Cotesia adalah tawon parasitoid penting dari larva penggerek tebu
di Florida. Alabagrus aktif sepanjang tahun sementara Cotesia biasanya paling aktif
setelah bulan Juli. Cotesia adalah parasitoid yang paling penting. Eggs of these
endoparasites (parasites that grow within the host) are injected directly into the borer
larvae. Alabagrus stigmatera is a large, solitary (one per host) parasite, whereas Cotesia
flavipes is a small, gregarious (many per host) parasite. Telur ini endoparasit (parasit
yang tumbuh dalam host) yang disuntikkan langsung ke larva penggerek stigmatera
Alabagrus. Adalah besar, soliter (satu per host) parasit, sedangkan flavipes Cotesia
adalah suka berteman, (banyak per host) parasit kecil. Whenever the economic injury
threshold is approached, sugarcane borer larvae from a field should be dissected to
determine the level of parasitism. Setiap kali ambang luka ekonomi didekati, larva
penggerek tebu dari lapangan harus dibedah untuk menentukan tingkat parasitisme. If
50% or more of the sugarcane borer's larvae are parasitized, insecticides are not
recommended. Jika 50% atau lebih dari larva penggerek tebu adalah diparasiti,
insektisida tidak dianjurkan. Insecticide applications may harm the parasite population
without gaining additional control of the sugarcane borer. aplikasi insektisida dapat
membahayakan populasi parasit tanpa mendapatkan kontrol tambahan terhadap
penggerek tebu. Sugarcane borer larvae from a sampled field can be collected and later
dissected with a small knife and tweezers; borers parasitized by Cotesia will contain 20 to
30 or more white parasitoid larvae with a large bulb at the tip of their abdomen ( Figure 7
) while borers parasitized by Alabagrus will contain one large, more slender parasitoid
larva ( Figure 8 ). Larva penggerek tebu dari sampel lapangan dapat dikumpulkan dan
kemudian dibedah dengan pisau kecil dan pinset; penggerek diparasiti oleh Cotesia akan
berisi 20-30 atau lebih larva parasitoid putih dengan bola besar di ujung perut mereka (
Gambar 7 ) sedangkan penggerek diparasiti oleh Alabagrus akan berisi salah satu besar,
parasitoid larva lebih langsing ( Gambar 8 ). Borers parasitized by Cotesia die within two
weeks, at which time the parasitoid larvae exit the cadaver ( Figure 9 ) and form a mass
of pupae collectively resembling a cotton ball ( Figure 10 ). Penggerek diparasiti oleh
Cotesia mati dalam waktu dua minggu, pada waktu mana parasitoid larva keluar dari
mayat ( Gambar 9 ) dan membentuk pupa kolektif massa yang menyerupai bola kapas (
Gambar 10 ). Adult parasitoids emerge several days later and go out in search of more
borer larvae to parasitize. Dewasa parasitoid emerge beberapa hari kemudian dan pergi
mencari larva penggerek lebih parasitize. Augmentative releases of Cotesia parasitoids
has been shown to be highly effective for managing the sugarcane borer in sugarcane
within Florida, Brazil and Costa Rica. Augmentatif rilis parasitoid Cotesia telah terbukti
sangat efektif untuk mengelola penggerek tebu dalam tebu di Florida, Brasil dan Kosta
Rika.

Figure 7. Gambar 7.
Cotesia parasitoid larvae observed during dissection of a sugarcane borer larvae.
parasitoid larva Cotesia diamati selama diseksi dari larva penggerek tebu.

Figure 8. Gambar 8.

Alabagrus parasitoid larva observed during dissection of a sugarcane borer larvae.

parasitoid larva Alabagrus diamati selama diseksi dari larva penggerek tebu.

Figure 9. Gambar 9.

Dead borer larva and emerging Cotesia larvae. Dead penggerek larva dan larva Cotesia
muncul.

Figure 10. Gambar 10.

Cotton-like pupal mass formed by Cotesia. Kapas-seperti pupa massa yang dibentuk oleh
Cotesia.

Cultural Practices Praktik Budaya

It is economically advantageous to use varieties that exhibit resistance to infestation and
damage. Hal ini secara ekonomis menguntungkan untuk menggunakan varietas yang
menunjukkan perlawanan terhadap serangan dan kerusakan. Varieties highly susceptible
to the sugarcane borer are eliminated during the process of developing new varieties for
commercial release. Varietas yang sangat rentan terhadap hama penggerek tebu
dieliminasi selama proses pengembangan varietas baru untuk rilis komersial. Varieties
resistant to sugarcane borers were identified in joint projects between USDA plant
breeders and entomologists in Florida and Louisiana during the late 1970s. Varietas tahan
terhadap penggerek tebu diidentifikasi dalam proyek bersama antara peternak tanaman
USDA dan entomologists di Florida dan Louisiana pada akhir 1970-an. Subsequent
research by these two breeding programs have identified clones even more resistant to
borers. Penelitian selanjutnya oleh kedua program penangkaran telah mengidentifikasi
klon bahkan lebih tahan terhadap penggerek. While the resistance mechanism of these
clones is not known, one Florida researcher (O. Sosa) found that a clone with dense leaf
pubescence (leaf surface hairs) reduced adult borer egg laying and larval mobility, as well
as yellow sugarcane aphid reproduction. Meskipun mekanisme ketahanan klon ini tidak
diketahui, salah satu peneliti Florida (O. Sosa) menemukan bahwa sebuah klon dengan
pubertas daun padat (rambut permukaan daun) dikurangi peletakan telur penggerek
dewasa dan larva mobilitas, serta reproduksi aphid kuning tebu. To date, commercial
clones with leaf pubescence have not been made available for commercial release. Untuk
saat ini, klon komersial dengan daun pubertas belum dibuat tersedia untuk rilis komersial.

Besides growing varieties that show at least moderate resistance, the destruction of
infested cane trash and stubble in infested fields and the use of seed pieces free of borer
damage are important cultural control tactics. Selain tumbuh varietas yang menunjukkan
setidaknya moderat perlawanan, penghancuran sampah penuh dan tunggul tebu di bidang
penuh dan penggunaan benih bebas potongan kerusakan penggerek penting taktik kontrol
budaya.

Chemical Control Kontrol Kimia

In an IPM program, insecticides should be used as a supplement to other control methods.
Dalam program PHT, insektisida harus digunakan sebagai suplemen untuk metode
kontrol lainnya. Minimal use of insecticides will help preserve the parasites and predators
beneficial for biological control. Minimal menggunakan insektisida akan membantu
melestarikan parasit dan predator bermanfaat untuk kontrol biologis. Also, minimal use
of insecticides reduces the chance of the insect building up a resistance to the chemical.
Selain itu, penggunaan insektisida minimal mengurangi kesempatan serangga bangunan
sebuah ketahanan terhadap bahan kimia. Insecticides are most effective against borer
larvae before they feed their way into stalks. Insektisida yang paling efektif terhadap
penggerek batang larva sebelum mereka makan cara mereka ke dalam tangkai. Although
less effective against larvae after they are inside stalks, insecticide treatments may be
worthwhile if infestation levels are large and parasite activity is low. Meskipun kurang
efektif terhadap larva setelah mereka berada di dalam batang, perawatan insektisida
mungkin layak jika tingkat investasi yang besar dan aktivitas parasit rendah. Even non-
systemic insecticides may kill some borers inside the stalks since these larvae move
outside of stalks in the process of cleaning their tunnels. Bahkan insektisida non-sistemik
dapat membunuh beberapa penggerek dalam batang sejak larva ini bergerak di luar
batang dalam proses pembersihan terowongan mereka.
Table 1 lists the insecticides presently labeled for the control of the sugarcane borer in
Florida. Tabel 1 mencantumkan insektisida saat ini diberi label untuk pengendalian hama
penggerek tebu di Florida.

Table 1. Tabel 1.

Chemical control for sugarcane borers in Florida. Kimia kontrol untuk penggerek tebu di
Florida.

Commercial
Rate Per
Insecticide Active Ingredient (ai) Active
Acre Rate Comments Komentar
Komersial Ingredient (ai)
Per Acre
Insektisida

Wait ≥ 21 days till

5.8 -9 .6 oz
Asana XL Asana XL esfenvalerate esfenvalerate harvest Tunggu ≥ 21
5,8 -9 ,6 oz
hari sampai panen

Wait ≥ 15 days till

Bathroid 2 (2EC) 2.1 oz 2,1
cyfluthrin cyfluthrin harvest Tunggu ≥ 15
Bathroid 2 (2EC) oz
hari sampai panen

Wait ≥ 14 days till

Confirm 2F 6.0 - 8.0 oz
tebufenozide tebufenozide harvest Tunggu ≥ 14
Konfirmasi 2F 6,0-8,0 oz
hari sampai panen

Bacillus thuringiensis
subspecies kurstaki Bacillus 2 - 6 pints
Dipel ES Dipel ES
thuringiensis subspesies 2-6 pint
kurstaki

Wait ≥ 17 days till

Furadan 4F Furadan 1.5 pints
carbofuran karbofuran harvest Tunggu ≥ 17
4F 1,5 liter
hari sampai panen

1.6 - 2.56 Wait ≥ 21 days till

Karate with Zeon lambda-cyhalothrin lambda-
oz 1,6-2,56 harvest Tunggu ≥ 21
Karate dengan Zeon cyhalothrin
oz hari sampai panen

Wait ≥ 21 days till

Mustang Max zeta-cypermethrin zeta- 3 - 4 oz 3-4
harvest Tunggu ≥ 21
Mustang Max Sipermetrin oz
hari sampai panen
 3.2 - 5.12 Wait ≥ 21 days till
gamma-cyhalothrin gamma-
Proaxis Proaxis oz 3,2-5,12 harvest Tunggu ≥ 21
cyhalothrin
oz hari sampai panen

As with all agricultural chemicals the user must read and understand all the label
instructions prior to use. Seperti dengan semua bahan kimia pertanian pengguna harus
membaca dan memahami semua petunjuk label sebelum digunakan. Use all pesticides
only as directed by the label. Gunakan semua pestisida hanya sebagai diarahkan oleh label.
Insect populations and crop response to insecticide applications should be monitored
closely in order to develop the most efficient and effective insect pest control program for
each particular situation. populasi serangga dan respon tanaman terhadap aplikasi
insektisida harus diawasi dengan baik dalam rangka untuk mengembangkan program
pengendalian yang paling efisien dan efektif serangga hama untuk setiap situasi tertentu.

References Referensi
Hall, DG 1986. Hall, DG 1986. Sampling for the sugarcane borer (Lepidoptera:
Pyralidae) in sugarcane. Sampling untuk penggerek tebu (Lepidoptera: Pyralidae) dalam
tebu. J. Econ. J. Sosial Mode. Entomol. Entomol. 79: 813-816. 79: 813-816.

Ogunwolu, O. Ol, Reagan, TE, JL Flynn and SD Hensley. Ogunwolu, O. Ol, Reagan, TE,
Flynn JL dan Hensley SD. 1991. 1991. Effects of Diatraea saccharalis (F.) (Lepidoptera:
Pyralidae) damage and stalk rot fungi on sugarcane yield in Louisiana. Dampak
saccharalis Diatraea (F.) (Lepidoptera: Pyralidae) kerusakan dan busuk tangkai jamur
pada hasil tebu di Louisiana. Crop Prot. Tanaman Prot. 10: 57-61. 10: 57-61.

Rice, ER 1981. Beras, ER 1981. Biological-Chemical Control of Sugarcane Borers in

Florida. Biologi-Kimia Pengendalian penggerek tebu di Florida. Sugar J. 43: 9, 17-19.
Gula J. 43: 9, 17-19.

Roe, RM 1981. Roe, RM 1981. A Bibliography of the sugarcane borer, Diatraea

saccharalis (Fabricius), 1887-1980. Bibliografi dari penggerek tebu, saccharalis
Diatraea (Fabricius), 1887-1980. Agric. IPB. Res. Res. Serv., USDA; Houma, LA.
Server., USDA; Houma, LA. 101 p. 101 hal

Sosa, O., Jr. 1981. Sosa, O., Jr 1981. Sugarcane borer, Diatraea saccharalis in Florida: a
review, pp. Penggerek tebu, saccharalis Diatraea di Florida: tinjauan, hal. 145-151. 145-
151. Proc. Proc. Second Inter-American Sugar Cane Seminar. Kedua gula Inter-Amerika
Tebu Seminar. Miami, Fla. Miami, Florida

Sosa, O., Jr. 1988. Sosa, O., Jr 1988. Pubescence in sugarcane as a plant resistance
character affecting oviposition and mobility by the sugarcane borer (Lepidoptera:
Pyralidae). Pubertas dalam tebu sebagai karakter yang mempengaruhi ketahanan tanaman
oviposisi dan mobilitas oleh penggerek tebu (Lepidoptera: Pyralidae). J. Econ. J. Sosial
Mode. Entomol. Entomol. 81: 663-667. 81: 663-667.

Ulloa, M, MG Bell and JD Miller. Ulloa, M, MG Bell dan Miller JD. 1982. 1982. Losses
caused by Diatraea saccharalis in Florida. Kerugian yang disebabkan oleh saccharalis
Diatraea di Florida. J. Am. J. Am. Soc. Soc. Sugar Cane Technol. Tebu Technol. 1982:
7-10. 1982: 7-10.

White, WH, DM Burner, BL Legendre, and JD Miller. Putih, WH, Burner DM, Legendre
BL, dan Miller JD. 1998. 1998. Registration of 12 sugarcane germplasm clones resistant
to sugarcane borer: HoCP 92-678, HoCP 93-775, and HoCP 93-776, US 93-15 to US 93-
17, and US 96-1 to US 96-6. Pendaftaran 12 klon plasma nutfah tebu tahan terhadap
hama penggerek tebu: HoCP 92-678, 93-775 HoCP, dan HoCP 93-776, AS 93-15 93-17
US, dan AS US 96-6 96-1. Crop Sci. Sains Tanaman. 38: 1726-1727. 38: 1726-1727.

Footnotes Catatan kaki

1. 1.

This document is ENY-666 (SC011), one of a series of the Entomology and Nematology
Department, Florida Cooperative Extension Service, Institute of Food and Agricultural
Sciences, University of Florida. Dokumen ini adalah Eny-666 (SC011), salah satu seri
dari Departemen Entomologi dan Nematology, Florida Cooperative Extension Service,
Institut Ilmu Pangan dan Pertanian, Universitas Florida. First printed: October 1991.
Pertama dicetak: Oktober 1991. Revised: February 2007. Revisi: Februari 2007. This
publication is also a part of the Florida Sugarcane Handbook, an electronic publication of
the Agronomy Department. Publikasi ini juga merupakan bagian dari Buku Pegangan
Tebu Florida, publikasi elektronik dari Departemen Agronomi. For more information,
contact the editor of the Sugarcane Handbook, Ronald W. Rice (rwr@ufl.edu). Untuk
informasi lebih lanjut, hubungi editor dari Buku Pegangan Tebu, Ronald W. Beras
(rwr@ufl.edu). Please visit the EDIS Web site at http://EDIS.ifas.ufl.edu. Silakan
kunjungi situs Web di http://EDIS.ifas.ufl.edu EDIS.

2. 2.

DG Hall, Subtropical Insects Research Unit, US Horticultural Research Laboratory,

USDA-ARS, Fort Pierce, FL, GS Nuessly, associate professor, Entomology and
Nematology, and RA Gilbert, associate professor (ragilbert@ufl.edu), Agronomy,
Everglades Research and Education Center, Belle Glade, Cooperative Extension Service,
Institute of Food and Agricultural Sciences, University of Florida, Gainesville, 32611.
DG Hall, Subtropis Serangga Unit Penelitian, Laboratorium Penelitian Hortikultura US,
USDA-ARS, Fort Pierce, FL, GS Nuessly, profesor, Entomologi dan Nematology, dan
RA Gilbert, professor (ragilbert@ufl.edu), Agronomi, Everglades Penelitian Pusat
Pendidikan dan Glade, Belle, KCD Koperasi, Lembaga Ilmu Pangan dan Pertanian,
University of Florida, Gainesville, 32611.
The use of trade names in this publication is solely for the purpose of providing specific
information. Penggunaan nama dagang dalam publikasi ini adalah semata-mata untuk
tujuan memberikan informasi spesifik. UF/IFAS does not guarantee or warranty the
products named, and references to them in this publication does not signify our approval
to the exclusion of other products of suitable composition. UF / IFAS tidak menjamin
atau garansi produk bernama, dan referensi kepada mereka dalam publikasi ini tidak
menandakan persetujuan kami dengan mengesampingkan produk lain dari komposisi
yang cocok.

The Institute of Food and Agricultural Sciences (IFAS) is an Equal Opportunity

Institution authorized to provide research, educational information and other services
only to individuals and institutions that function with non-discrimination with respect to
race, creed, color, religion, age, disability, sex, sexual orientation, marital status, national
origin, political opinions or affiliations. For more information on obtaining other
extension publications, contact your county Cooperative Extension service. Institut Ilmu
Pangan dan Pertanian (IFAS) adalah Lembaga Equal Opportunity berwenang untuk
menyediakan penelitian, informasi pendidikan dan layanan lainnya hanya untuk individu
dan lembaga yang berfungsi dengan non-diskriminasi yang berkaitan dengan ras,
keyakinan, warna kulit, agama, usia, cacat , jenis kelamin, orientasi seksual, status
perkawinan, kebangsaan, pendapat politik atau layanan afiliasi. lebih Untuk informasi
mengenai ekstensi lain mendapatkan publikasi, Anda hubungi county Extension
Koperasi.

US Department of Agriculture, Cooperative Extension Service, University of Florida,

IFAS, Florida A. & M. University Cooperative Extension Program, and Boards of
County Commissioners Cooperating. Departemen Pertanian AS, Jasa Koperasi
Extension, University of Florida, IFAS, Florida A. & M. Program Ekstensi Koperasi
Universitas, dan Dewan Komisaris County Bekerjasama. Millie Ferrer-Chancy, Interim
Dean. Millie Ferrer-Chaney, Dean Interim.