Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Dalam suatu analisa farmasi, yang ditentukan bukan hanya untuk uji
kualitas, tetapi juga untuk uji kuantitasnya. Atau dengan kata lain
menentukan adanya suatu zat dalam seidaan dan menentukan seberapa besar
harus diketahui kadar dan mutunya secara pasti. Senyawa atau bahan kimia
obat harus esuai dengan yang tercantum dalam Farmakope dan buku-buku
resmi lainnya.
dapat mengetahui cara-cara penarikan zat aktif dari sediaan obat serta cara
ditentukan bahwa kadar suatu zat memenuhi syarat atau tidak. Dan
HCl. analisa kualitatif digunakan untuk menentukan ada tidaknya suatu zat
kuantitatif akan ditentukan kadar isoniazid dan piridoksin HCl dalam sediaan
Suprazid® Forte
kalarutan dan pemijaran yang dilanjutkan dengan uji reaksi kimia dengan
0,0949 N dengan indikator kanji dimana titik akhir titrasi ditandai dengan
TINJAUAN PUSTAKA
1. Golongan antibiotika
kimia yang dihasilkan organisme hidup terutama fungi dan bakteri tanah
(1)
kanamisin).
oksitetrasiklin).
Kloramfenikol (thiamfenikol).
spiromisin).
hendak dititrasi. Titik akhir tercapai bila semua bagian titran sudah
(K2CrO4) dan larutan baku AgNO3 sebagai titran. Pada titik akhir
kromat terikat oleh ion perak membentuk senyawa yang sukar larut
b. Cara Volhard
adalah besi (III) nitrat atau besi (III) amonium sulfat, sampai titik
ekivalen harus terjadi reaksi antara titran dan ion perak membentuk
endapan putih :
c. Cara Fajans
ekivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan
pH. Indikator ini adalah asam lemah atau basa lemah organik yang
dapat digunakan dalam titrasi ion klorida dalam suasanan netral (4).
2. Golongan vitamin.
yang esensial untuk untuk pertumbuhan dan fungsi biologis yang lain
yang larut dalam air itu sebuah amina yang sangat vital dan dari kata
dalam jumlah yang kecil dalam bahan makanan tetapi sangat penting
menjadi dua golongan, yaitu vitamin yang larut dalam air dan vitamin
yang larut dalam lemak. Jenis vitamin yang dapat larut dalam air ialah
Bagan reaksi :
Ox + 2 I- I2 + red
I2 + 2 S2O3= 2 I- + S4O6=
iodium yang berwarna khas dapat hilang pada titik akhir titrasi hingga
titik akhir tercapai. Tetapi pengamatan titik akhir titrasi akan lebih
mudah dengan penambahan larutan kanji sebagai indikator, karena
sangat jelas. Penambahan amilum harus pada saat mendekati titik akhir
biru sukar hilang, sehingga titik akhir titrasi tidak terlihat tajam. (7)
keadaan segar dan baru karena larutan kanji mudah terurai oleh bakteri
biasa digunakan adalah merkurium (II) iodida, asam borat atau asam
dan oleh beberapa bahan organik seperti metil dan etil alkohol. (8)
pada 25oC), namun sangat mudah larut dalam larutan yang mengandung
atau nertal karena dalam keadaan alkali akan terbentuk iodat yang
I2 + O 2 HI + IO-
3 IO- IO3- + 2 I-
menjadi ion sulfat sehingga titik kesetarannya tidak tepat lagi. Namun
pada proses iodometri juga perlu dihindari konsentrasi asam yang tinggi
S2O3= + 2 H+ H2S2O3
sehingga endapan mirip susu. Tetapi reaksi tersebut lambat dan tak
terjadi jika larutan dititrasikan ke dalam larutan iodium yang asam dan
I2 + 2 S2O3= 2 I- + S4O6=
Reaksi ini sangat cepat dan berlangsung sampai lengkap benar tanpa
reaksi samping. Dalam larutan netral atau sedikit sekali basa oksidasi ke
sulfat tidak terjadi terutama jika digunakan iodium sebagai titran. (3)
golongan yaitu :
atau subsitusi.
II.2 Uraian Bahan
1. Iodium (5,316)
Sinonim : Iodium
RM/BM : I2 / 126,91
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol
95 % P
kering.
3. Natrium tiosulfat (7)
Kelarutan : Larut dalam 0,5 bagian air, praktis tidak larut dalam
etanol 95 (%) P
1. Tan, H.T., Raharja K., (1978), “Obat-obat Penting”, Depkes RI, Jakarta.
2. Wilson G., (1982), “ Kimia Farmasi dan Medisinal Organik”, IKIP Semarang
Press, Semarang.
252,253,254,255
4. Harjadi, W., (1986), “Ilmu Kimia Analitik Dasar”, Gramedia, Jakarta, 176,
179, 181
5. Sudarmaji, S., (1996), Analisa Bahan Makanan dan Pertanian”, Liberty Press,
Yogyakarta.
6. Winarno, F.G., (1989), “ Kimia Pangan dan Gizi”, PT. Gramedia, Jakarta.
7. Wunas, J., Said, S., (1986), “Analisa Kimia Farmasi Kuantitatif”< UNHAS,
Makassar, 122-123
9. Ditjen POM., (1979), “Farmakope Indonesia”, Edisi III, Depkes RI, Jakarta,
Press, Yogyakarta, 25
11. Sie Kesejahteraan ITB., (1979), “Card System Dan Reaksi Warna”, ITB
Bandung, 56