You are on page 1of 13

TINJAUAN PUSTAKA

Kebutuhan Hara Dan Bahan Organik Tanaman Nilam

Tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.) sebagai salah satu tanaman

penghasil minyak atsiri yang berupa minyak nilam (patchouli oil), merupakan

tanaman bernilai ekonomi tinggi. Hasil yang diharapkan pada tanaman ini berupa

daun dengan kandungan kadar minyak yang tinggi, oleh karena itu pertumbuhan

vegetatif tanaman perlu diusahakan seoptimal mungkin. Disentra produksi tanaman

nilam (Sumatera Utara, Aceh dan Sumatera Barat), sebagian besar petani

membudidayakan tanaman ini dengan sistem budidaya berpindah (Herry et al., 1998).

Adanya penerapan budidaya berpindah tersebut permasalahan yang muncul

kemudian adalah produktivitas minyak yang rendah atau tidak stabil sebagai akibat

dari budidaya yang belum intensif dugaan ini diperkuat oleh hasil studi Sitorus (1993)

yang menyatakan hanya 20,8% petani yang melakukan pemupukan dimana tindakan

pemupukan ini sangat diperlukan karena selain untuk meningkatkan produktivitas

dan mutu tanaman, juga untuk mempertahankan/mengembalikan kesuburan tanah,

mengingat besarnya unsur hara tanah yang terangkut saat panen. Beberapa penelitian

membuktikan bahwa tanaman nilam sangat responsif terhadap pemupukan dan

tindakan pemupukan secara nyata meningkatkan produksi maupun minyak yang

dihasilkan. Pupuk anorganik yang biasa digunakan bagi tanaman ini adalah pupuk

urea (ZA), TSP dan KCl, disamping pupuk organik berupa pupuk

kandang/kompos/pupuk hijau (Herry et al., 1998).

Universitas Sumatera Utara


Media tanam yang digunakan untuk tanaman nilam adalah campuran antara

tanah dan pupuk organik. Banyaknya bahan organik yang diperlukan oleh tanaman

bergantung pada tanah, iklim dan kegiatan mikrobiologis dalam tanah. Jumlah unsur

hara yang tersedia di dalam tanah bagi pertumbuhan pada dasarnya harus berada

dalam keadaan cukup agar tingkat produksi yang diharapkan dapat tercapai dengan

baik (Intan et al., 2006).

Tanaman nilam sangat responsif terhadap pemupukan. Pupuk yang diperlukan

selain untuk meningkatkan produksi terna (produk daun) dan mutu minyak nilam,

juga untuk mempertahankan atau mengembalikan kesuburan tanah akibat besarnya

unsur hara yang terangkut saat panen. Beberapa hasil penelitian pemupukan tanaman

nilam menunjukkan bahwa penggunaan dosis pupuk dan terna yang dihasilkan

beragam menurut kondisi lingkungannya terutama kesuburan tanahnya. Untuk tanah

yang telah dipakai berulang-ulang kandungan haranya banyak terkuras, sehingga

diperlukan pemberian pupuk yang cukup (Djauli dan Trisilawati, 2004).

Pemupukan adalah salah satu teknik budidaya yang dilakukan untuk

meningkatkan hasil. Pupuk organik memiliki banyak peranan yang menguntungkan

bagi tanaman, antara lain untuk memperbaiki agregasi tanah, infiltrasi air, kandungan

lengas, drainase dan aerasi tanah. Bahan organik juga berpengaruh terhadap suhu

tanah maupun penetrasi akar serta kegiatan mikroba tanah (Intan et al., 2006).

Pertumbuhan nilam akan berlangsung baik jika didukung oleh kondisi tanah

yang subur, gembur, kaya akan bahan organik, kapasitas pertukaran kation besar

mampu menahan air (Tasma dan Wahid, 1988). Namun kondisi umum tanah ultisol

memiliki sifat fisik, kimia dan biologi yang kurang baik bagi pertumbuhan nilam.

Universitas Sumatera Utara


Tanah ini miskin unsur hara, kapasitas pertukaran kation rendah dan struktur tanah

kurang baik serta mempunyai ion-ion alumunium (Al) yang dapat meracuni tanaman

sekaligus mengikat kuat hara P tanah sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh

tanaman (Sastrosoedarjo,1984).

Limbah nilam yang berupa daundaunan dan batang dapat digunakan sebagai

pupuk kompos atau mulsa. Ampas nilam yang digunakan sebagai pupuk pada

tanaman lada mampu meningkatkan produksi lada (Mardiningsih, dkk, 1998).

Penggunaan limbah nilam sebagai pupuk kompos dapat menghemat

pemakaian pupuk Nitrogen sebesar 10 % dan disamping itu juga dapat meningkatkan

kesuburan tanah. Di Bengkulu limbah nilam disamping digunakan sebagai pupuk di

sawah, juga berfungsi sebagai penolak hama wereng. Kompos limbah sisa hasil

prosesing minyak nilam mempunyai kandungan hara yang cukup tinggi dan potensial

bagi sumber pupuk organik alternatif yang bermutuh tinggi (Djazuli, 2002).

Bahan organik mampu menjaga ketersediaan air di dalam tanah. Selain itu

bahan organik berperan dalam memperbaiki sifat kimia tanah terutama pH, Al-dd dan

Kapasitas Tukar Kation (Sastrosoedarjo, 1984) dan menghasilkan senyawa-senyawa

yang berfungsi sebagai “chelate” yang bersenyawa dengan Fe, Al, dan Mn (Hakim

dan Moersidi, 1985).

Pupuk organik merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik dan alami

daripada bahan pembenah tanah buatan atau sintetis. Secara umum pupuk organik

mencegah terjadinya erosi, pergerakan permukaan tanah (crusting) dan retakan tanah.

Defenisi yang dikemukakan oleh Internasional Organization For Standardization

(ISO) bahwa pupuk organik adalah bahan organik atau bahan karbon, pada umumnya

Universitas Sumatera Utara


berasal dari tumbuhan dan atau hewan, ditambahkan ke dalam tanah secara spesifik

sebagai sumber hara, pada umumnya mengandung nitrogen yang berasal dari

tumbuhan dan atau hewan (Rachman, 2002).

Pupuk TSP selain untuk menambah ketersediaan hara P juga menjadi sumber

energi bagi mikrobiologi tanah serta mengikat unsur hara seperti nitrogen. Menurut

Soepardi (1979) P berperan dalam metabolisme energetik dan proses biosintetik.

Dalam metabolisme energetik P berperan dalam pembentukan ATP. Energi ini

digunakan tanaman untuk mengangkut dan merombak senyawa-senyawa menjadi

komponen yang diperlukan seperti lemak, yang akan menunjang pembentukan

minyak nilam.

Syarat tumbuh yang optimal untuk tanaman nilam adalah suhu udara yang

panas dan lembab, curah hujan 2.500 – 3.000 mm/tahun merata sepanjang tahun dan

kesuburan tanah yang tinggi. Bila air terpenuhi, suhu udara optimum dan persediaan

nutrisi cukup, tanaman akan membentuk protein dan karbohidrat dalam jumlah yang

cukup besar sehingga pmbelahan dan pembesaran sel dapat dipercepat (Emmyzar et

al., 2000).

Botani Nilam

Tanaman nilam (Pogostemon sp.) berupa perdu, dengan ketinggian mencapai

satu meter dan dapat tumbuh dengan baik di dataran tinggi maupun dataran rendah.

Memiliki akar serabut, bentuk daun bulat dan lonjong, batang berkayu dengan

diameter 10-20 mm. sistem percabangan banyak dan bertingkat mengelilingi batang

antara 3-5 cabang per tingkat.

Universitas Sumatera Utara


Klasifikasi dari tanaman nilam adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Tubiflora
Familia : Labiatae
Genus : Pogostemon
Spesies : Pogostemon sp.

Di Indonesia terdapat tiga jenis nilam yaitu Pogostemon cablin Benth. (nilam

Aceh), Pogostemon hortensis Backer. (nilam Jawa), dan Pogostemon heyneanus

Benth. (nilam Kembang). Nilam Aceh berasal dari Philipina, mula-mula ditanam di

Jawa pada tahun 1895 dan mulai ditanam di Aceh pada tahun 1909. Nilam Kembang

berasal dari India, tumbuh liar di Sumatera dan Jawa. Nilam ini jarang

dibudidayakan, disebut ‘dilem kembang’ karena hanya jenis ini yang berbunga.

Nilam Jawa banyak tumbuh didaerah Serang (Guenther, 1952 ).

Syarat Tumbuh

Kabupaten Pakpak Bharat yang terletak pada garis 2015’00”-3032’00” lintang

utara dan 90000’ -98032’ bujur timur dengan luas wilayah yang dapat dimanfaatkan

untuk budidaya 77.893,39 ha dengan ketinggian bervariasi dari 700 -1500 m di atas

permukaan laut. Secara umum Kabupaten Pakpak Bharat beriklim sedang dengan

rata-rata suhu 280C dengan curah hujan sebesar 311 mm per tahun (Pakpak Bharat

dalam Angka 2008, 2008). Pemilihan lahan untuk mengembangkan salah satu tanaman,

Universitas Sumatera Utara


tidak terlepas dari kondisi agroklimat yang dikehendaki tiap tanaman demikian

halnya untuk tanaman nilam.

Tanaman nilam dapat tumbuh dari dataran rendah sampai pengunungan

dengan ketinggian 0 –1.500 m dpl. Tanaman nilam dapat tumbuh di berbagai jenis

tanah, tetapi akan lebih tumbuh baik pada tanah yang gembur dan banyak

mengandung humus, seperti tanah bekas perkebunan kopi dan tanaman tahunan.

Penggunaan tanah yang layak harus berdasarkan potensi atau kemampuan

sumberdaya lahan dan keadaan lingkungan atau iklimnya (Hidayat dan Moko, 1998).

Iklim yang dikehendaki oleh tanaman nilam adalah iklim sedang dengan

curah hujan rata-rata 3.000 mm/tahun dengan penyebaran merata sepanjang tahun

(Hidayat dan Moko, 1998). Bulan kering atau curah hujan < 60 mm/bulan tidak lebih

dari tiga bulan tiap tahun. Suhu yang dikehendaki sekitar 24 –28 0C dengan

kelembaban relatif lebih dari 75 % (Hidayat dan Moko, 1998). Penyinaran matahari

langsung berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Bila tanaman nilam ternaungi

maka pertumbuhannya terlihat lebih subur dengan daun-daun kelihatan lebat, lebih

tipis dengan warna daun hijau muda.

Pangkas

Pangkas dilakukan dengan tangan untuk mengurangi kemungkinan serangan

patogen melalui pisau maupun gunting. Pangkas ada 2 macam yaitu pangkas kasar

dan pangkas halus. Pinching kasar diterapkan pada batang yang telah mengayu dan

dapat digunakan untuk mengurangi ukuran tanaman khususnya dalam pot khususnya

bahan stek tidak sama tingginya. Pinching halus diterapkan pada jaringan batang

Universitas Sumatera Utara


yang sukulen dan tunas yang sedang tumbuh besar. Pinching ini diterapkan pada stek

beberapa saat setelah ditanam (Larson, 1992).

Pemupukan

Salah satu pengelolaan hara adalah pemupukan, yaitu memberikan unsur-

unsur hara ke dalam tanah dalam jumlah yang cukup sesuai dengan yang dibutuhkan

oleh tanaman. Dengan kata lain pemupukan bertujuan untuk meningkatkan daya

dukung tanah terhadap peningkatan terhadap peningkatan pertumbuhan dan produksi

tanaman. Oleh sebab itu pemupukan harus dilakukan dengan tepat yaitu dosis

(takaran), tepat cara, tepat waktu dan tepat jenis. Sistem pemupukan yang demikian

disebut “pemupukan empat tepat” (Intan et al., 2006).

Tanaman nilam sangat respontif terhadap pemupukan. Pupuk yang diperlukan

selain untuk meningkatkan produksi terna (produk daun) dan mutu minyak nilam,

juga untuk mempertahankan atau mengembalikan kesuburan tanah akibat besarnya

unsur hara yang terangkut pada saat panen. Beberapa hasil penelitian pemupukan

tanaman nilam menunjukkan bahwa penggunaan dosis pupuk dan terna yang

dihasilkan beragam menurut kondisi lingkungannya terutama kesuburan tanahnya.

Untuk tanah yang telah dipakai berulang-ulang kandungan haranya banyak terkuras,

sehingga diperlukan pemberian pupuk yang cukup (Djazuli dan Trisilawati, 2004).

Hasil analisis tanaman nilam, kadar hara dari batang dan daun menunjukkan bahwa

kadar N, P2O5, K20, CaO, dan MgO masing-masing mencapai 55,8; 4,9; 22,8; 5,3

dan 3,4 % (Dhalimi et al., 1998).

Universitas Sumatera Utara


Pemupukan merupakan salah satu cara agar tanaman nilam tumbuh subur,

berdaun banyak dan produksi tinggi. Pada tanaman nilam yang dipanen hasilnya

berupa daun, maka pembentukan dan peningkatan jumlah cabang sangat penting

artinya (Intan et al, 2006).

Bahan Tanam

Penanaman dapat dilakukan dengan menanam stek langsung di lapangan atau

bedengan dengan mempersiapkan bibit di polybag lebih dahulu bersamaan dengan

persipan lahan, setelah tumbuh baru dilakukan penanaman di lapangan satu bulan

setelah setek tumbuh di tanam, tunas-tunas baru mulai tumbuh.

Tasma (1991) mengemukakan bahwa ada tiga penanaman bibit nilam, yaitu :

1. Setek langsung tanam (biasa dilakukan oleh petani). Stek diambil dari cabang

yang telah mengayu, kemudian dipotong sepanjang 20-30 cm. Stek tersebut

langsung ditancapkan pada lubang tanam. Dengan cara ini kematian stek cukup

tinggi dan harus disulam beberapa kali serta pertumbuhan tidak merata.

2. Stek disemai terlebih dahulu, stek berukuran 20-30 cm disemai dipembibitan

selama 3 – 4 minggu. Setelah bertunas dan berakar stek di tanaman di lapangan.

Kematian tanaman di lapangan dapat di kurangi agar pertumbuhan lebih merata.

3. Stek pendek atau pucuk. Stek 1-2 buku di tanam di persemaian. Setelah berakar

di pindah ke polybag. Setelah kurang lebih dua bulan di pelihara di polybag,

kemudian dipindahkan ke lapangan. Pada stek pucuk, bagian ujung cabang atau

tunas di potong di bawah daun kelima dari pucuk, 2-3 daun pucuk dibuang,

Universitas Sumatera Utara


sehingga stek memiliki 2 buku. Sebagian daun stek dibuang, kemudian ditanam

dalam bak pasir atau polybag yang kondisinya dipertahankan dalam keadaan

lembab (RH > 90%). Cara ini dilakukan bila jumlah tanaman induk terbatas.

Komposisi dan Kegunaan Minyak Nilam

Komposisi minyak nilam secara umum adalah sebagai berikut :

β- patchoulene 2,90 – 3,80%, α-guaiene 13,10 – 15,20%, caryophyllene 3,30 –

3,90%, α-patchoulene 5,10 – 5,90%, seychellene 8,60 – 9,40%, α-bulnesene 14,70 –

16,80% dan norpatchoulenol 0,5%. Berdasarkan komposisi tersebut memperlihatkan

bahwa komponen utama minyak nilam adalah patchouli alkohol. Komponen utama

inilah yang pada umumnya digunakan sebagai bahan pengikat (fiksative) pada

industri parfum (Sufriadi dan Mustanir, 2004). Komponen utama dalam minyak

nilam adalah patchouli alkohol (PA), suatu senyawa kelompok seskuiterpen dengan

rumus molekul C15H26O dan rumus bangun sebagaimana disajikan pada Gambar 1.

Kadar PA yang tinggi dalam minyak nilam memberikan arti bahwa semakin baik

kualitas minyak tersebut. Rumus bangun patchouli alcohol minyak nilam dapat

dilihat pada Gambar 3 di bawah ini.

Universitas Sumatera Utara


Gambar 1. Rumus Bangun Kadar Minyak Nilam (Patchouli Alkohol).

Minyak nilam digunakan dalam industri parfum, kosmetik, antiseptik, dan insektisida

(Mardiningsih et al, 1995) dengan berkembangnya pengobatan tradisional, minyak

nilam juga banyak digunakan sebagai bahan terapi aromaterapi. Sifat khas minyak

nilam yang terpenting yaitu bersifat fixatif yaitu yang dapat mengikat minyak lainnya

sehingga harumnya dapat bertahan lama, disamping itu sampai sekarang belum dapat

dibuat sintetiknya.

Universitas Sumatera Utara


METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Pelaksanaan penelitian ini dimulai pada Maret 2010 s/d Agustus 2010.

Kegiatan penelitian dimulai dari persiapan lahan, penyiapan bibit, aplikasi perlakuan,

perawatan hingga panen. Penelitian dilaksanakan di areal kebun petani nilam di Desa

Kaban Tengah Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe Kabupaten Pakpak Bharat pada

ketinggian 700 m di atas permukaan laut dengan topografi agak miring/bergelombang

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan yaitu : bibit nilam varietas lokal yang berumur 1

bulan hasil stek cabang, limbah padat pengolahan nilam, pupuk fosfat yaitu SP-36,

pupuk urea, air, KCl, fungisida dan insektisida dan lain-lain.

Alat-alat yang digunakan adalah timbangan, bor tanah, ring, cangkul, pisau,

ember, gembor, kotak kayu, penggaris, meteran, oven, alat tulis menulis, label nama,

timbangan, pisau, ember, jangka sorong, penggaris, meteran kain, Leaf Area Meter,

kamera digital, laboratorium dan lain-lain.

Model Rancangan

Sebelum penelitian terlebih dahulu telah dilakukan Penilaian Karakteristik

Tanah yaitu untuk mendapatkan faktor pembatas utama pertumbuhan dan produksi

tanaman nilam yang dilakukan dengan pegambilan sampel tanah dan dilanjutkan

dengan analisis tanah dari lahan penanaman nilam yang ada dibagi atas lokasi

pertanaman secara visual terlihat pertumbuhan yang paling baik dan secara visual

Universitas Sumatera Utara


lahan pertanaman pertumbuhan tanaman nilam yang tidak baik. Sampel tanah diambil

dari masing-masing 3 (tiga) lokasi pertumbuhan nilam yang baik dan 3 (tiga) lokasi

pertumbuhan nilam yang tidak baik dan sampel tanah dari masing masing ketiga

lokasi tersebut dikomposit untuk dianalisis di laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

Pertanian Sumatera Utara.

Hasil analisis sampel tanah ini (Lampiran 1) dapat diketahui bahwa perbedaan

yang menyolok antara karakteristik tanah pada lahan nilam yang pertumbuhannya

baik dan lahan nilam yang pertumbuhannya tidak baik adalah pada kadar bahan

organik dan kandungan fosfat tanah. Berdasarkan perbedaan karakteristik tersebut

maka kadar bahan organik dan kandungan fosfat dijadikan sebagai faktor perlakuan

pada percobaan lapangan.

Pengujian Penggunaan Kompos Limbah Padat Pengolahan Minyak Nilam

Dan Pupuk fosfat Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Nilam merupakan percobaan

lapangan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan 2

faktor perlakuan yang terdiri atas :

Faktor pertama adalah dosis pengunaan kompos yaitu kompos yang berasal

dari limbah padat pengolahan minyak nilam (K) yang terdiri atas 4 taraf yaitu :

K0 = 0 ton.ha-1 (Tanpa pengomposan)

K1 = 10 ton.ha-1

K2 = 20 ton.ha-1

K3 = 30 ton.ha-1

Universitas Sumatera Utara


Penetapan dosis ini didasarkan pada perhitungan perbedaan kadar bahan organik

antara 2 kondisi pertumbuhan nilam yang diuraikan di atas dan menurut Arsyaad

(2006) yang menyatakan bahwa untuk mempertahankan kondisi tanah yang subur dan

tetap subur diperlukan pupuk kompos/pupuk kandang sebanyak 20 ton/ha/tahun.

Faktor kedua adalah dosis pemberian unsur hara fosfat yang menggunakan
pupuk SP-36 (P) terdiri dari 5 taraf yaitu :
P0 = 0 kg.ha-1 (Tanpa SP-36)
P1 = 50 kg.ha-1
P2 = 100 kg.ha-1
P3 = 150 kg.ha-1
P4 = 200 kg.ha-1

Dengan demikian diperoleh 20 faktor kombinasi yaitu :

No. Kombinasi No. Kombinasi

1. K0P0 11. K2P0


2. K0P1 12. K2P1
3. K0P2 13. K2P2
4. K0P3 14. K2P3
5. K0P4 15. K2P4
6. K1P0 16. K3P0
7. K1P1 17. K3P1
8. K1P2 18. K3P2
9. K1P3 19. K3P3
10. K1P4 20. K3P4
masing-masing kombinasi faktor diulang sebanyak 2 (dua) kali sehinggga didapat

perlakuan 20 x 2 = 40 satuan percobaan.

Universitas Sumatera Utara

You might also like