You are on page 1of 13

GLUKONEOGENESIS, GLIKOGENOLISIS,

GLIKOGENESIS

DISUSUN OLEH:

Kelompok 2

Alfi Wakhianto 05.48873.00274.09


Dody Safari 02.34861.00054.09
Lutfi Jauhari 05.48832.00233.09
Restu Rante P. 04.45426.00216.09
Rini Setya Ningrum 06.55366.00309.09
Siti Wulandari 05.48853.00254.09

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN UMUM


UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2007
GLUKONEOGENESIS

Pengertian dan Peranan Glukoneogenesis


Yang dimaksud dengan glukoneogenesis adala reaksi yang merubah senyawa
bukan karbohidrat menjadi karbohidrat (glukosa). Jalur ini merupakan salah satu jalur
yang merupakan sumber glukosa endogen. Peranan fisiologis dari jalur ini adalah untuk
mempertahankan kadar glukosa darah pada saat masukan glukosa darah rendah, misalnya
pada saat puasa, atau apabila tubuh dalam keadaan stress, agar glukosa darah tidak
kurang dari batas minimal. Kadar glukosa darah harus dipertahankan di atas batas
minimal mengingat ada jaringan tubuh yaitu otak, sel darah merah, dan sel limfoit serta
makrofag yang untuk fungsi fisiologisnya mutlak membutuhkan glukosa.
Glukoneogenesis, proses sintesis glukosa dari precursor bahan karbohidrat, terjadi
terutama di hati pada keadaan puasa. Pada keadaan kelaparan yang ekstrem, korteks
ginjal juga dapat membentuk glukosa. Sebagian besar glukosa yang dihasilkan oleh
korteks ginjal digunakan oleh medula ginjal, tetapi sebagian glukosa dapat masuk ke
dalam aliran darah.
Diawali dengan piruvat, sebagian besar langkah pada glukoneogenesis adalah
kebalikan dari reaksi pada glikolisis. Sebenarnya, jalur-jalur ini berbeda hanya di 3 titik.
Enzim yang berperan dalam mengkatalisis reaksi ini diatur sedemikian rupa sehingga
yang utama adalah glikolisis atau glukoneogenesis, tergantung pada keadaan fisiologis.
Sebagian besar langkah glukoneogenesis menggunakan enzim yang sama dengan
enzim yang mengkatalisis proses glokolisis. Aliran karbon, tentu saja, adalah dalam arah
yang berlawanan. Terdapat tiga urutan reaksi pada glukoneogenesis yang berbeda dengan
langkah padanan pada glikolisis. Ketiganya melibatkan perubahan piruvat menjadi
fosfoenolpiruvat ( PEP ) dan reaksi yang mengeluarkan fosfat dari fruktosa 1,6 bifosfat
untuk membentuk fruktosa 6- fosfat dan dari glukosa 6- fosfat untuk membentuk glukosa.
Selama glukoneogenesis, perubahan piruvat menjadi fosfoenolpiruvat dikatalisis oleh
serangkaian enzim dan bukan 1 enzim seperti yang digunakan pada glikolisis. Reaksi
yang mengeluarkan fosfat dari fruktosa 1.6 bifosfat dan dari glukosa 6 fosfat masing-
masing menggunakan enzim yang berbeda dengan enzim padanan pada glikolisis.
Walaupun selama glikolisis terjadi penambahan fosfat oleh kinase, yang menggunakan
ATP, selama glukoneogenesis fosfat dikeluarkan oleh fosfatase yangmemebebaskan Pi.
Dengan demikian, langkah glukoneogenik ini secara energetislebihmudh terjadi daripada
apabilapaa reaksi-reaksi tersebut dihasilkan ATP.

Prekursor Pada Glukoneogenesis


Pada manusia, tiga sumber karbon yang utama untuk glukoneogenesis adalah
laktat,gliserol,dan asam amino, terutama alanin. Laktat dihasilkan oleh glikolisis
anaerobik dijaringan misalnya otot yang sedang bekerja atau sel darah merah, gliserol
dibebaskan dari simpanan triasilgliserol diajringanadiposa dan asaam amino terutama
berasal dari simpanan asam amino di otot yang mungkin berasal daripenguraian protein
otot. Alanin, asam amino glukoneogenik utama, dibentuk di otot dari asam amino lain
dan dari glukosa.

Jalur Glukoneogenesis
Glukoneogenesis berlangsung melalui suatu jalur yangmerupkan kebalikandari
banyak, ttapitidaksemua langkah glikolisis.
1. Perubahan piruvat menjadi fosfoenolpiruvat
Pada glikolisi, fosfoenolpiruvat diubah menjadi piruvat oleh piruvat kinase. Pada
glukoneogenesis, diperlukan serangkaian langkah untuk menyelesaikan kebalikan dari
reaksi ini. Piruvat mengalami karboksilasi oleh piruvat karboksilase untuk membentuk
oksaloasetat. Enzim ini yang memerlukan biotin, adalah katalisator reaksi anaplerotik
pada siklus asam trikarboksilat. Pada glukoneogenesis, reaksiini melengkapi lagi
oksaloasetat yang digunakan untuk sintesis glukosa.
CO2 yang ditambahkan ke piruvat untukmembentuk oksaloasetat dibebaskan oleh
fosfoenolpiruvat karboksikinse(PEPCK) dan dihasilkan fosfoenolpiruvat. Untuk reaksi
ini, GTP merupakan sumber energi serta sumber gugus fosfat fosfoenolpiruvat. Enzim-
enzim ini mengkatalisis kedua langkah ini terletak di dua kompartemen subselyang
berbeda. Piruvat karboksilase dijumpai di mitokondria.Padaberbagi spesies,
fosfoenolpiruvat karbokilse karboksikinse terletakdi sitosol atau mitokondria, atau
tersebar di keduakompartemenini. Pada manusia, enzim ini trsebar hampir sama banyak
dimasing-masing kompartemen.
Oksaloasetat yang dihasilkan dari piruvat oleh piruvat karboksilse atau dari sam
amino yangmembentuk zat antara pada siklus asam trikarboksilat, tidak mudah
menembus membran mitokondria. Oksaloasetat mengalami dekarboksilasi menjadi
fosfoenolpiruvat karboksikinase mitokondria, ata u di ubah manjadi malat atau aspartat.
Perubahanoksaloasetat menjadimalat memerlukan NADH. Fosfoenolpiruvat, malat,
aspartat dapat dipindahkan ke dalam sitosol.Setelah menmbus membranmitokondria dan
masuk kedalam sitosol,malat dan asprtat diubah kembalimejadioksalosetat oleh kebalikan
dari reaksi yang dijelaskan.Perubahan malat menjadi oksaloasetat menghasilkan NADH.
Apakah oksaloasetat dipindahkan menembus membranmitokondria sebagaimalat atau
aspartat tergantung pada kebutuhan akan ekuivalen reduksi di sitosol. NADH diperlukan
untuk mereduksi1,3-bisfosfogliserat menjadi gliseraldehida3-fosfat selama
glukoneogenesis.

2. Perubahan Fosfoenolpiruvat menjadiFruktosa 1,6-bisfosfat


Langkah glukoneogenesis selanjtnya berlangsung di dalamsitosol.
Fosfoenolpiruvat membalikkan langkah pada glikolisis untukmembentuk gliserildehida3-
fosfat yang terbentuk, 1 diuabah menjdi dihidroksiseton fosfat(DHAP). Kedua triosa
fosfatni, DHAP dan gliserildehida3-fosfat, berkondenssi membentuk fruktosa1,6-
bisfosfatmelaluikebailkan dari reaksi aldolase.Karena membentuk DHAP,gliserol masuk
ke dalam jalur glukoneogeneis pada tahap ini.

3.Perubahan Fruktosa1,6-bisfosfat menjdi fruktosa6-fosfat


Enim fruktosa1,6-bisfosfatase membebaskan fosfat inorganik dari fruktosa 1,6
bisfosfatuntukmembentuk fruktosa6-fosfat. Enzim glikolitik, fosfofruktokinase-1 tidak
mengkatalisi reaksiini melainkan suatu reaksi yangmelibatkan ATP. Dalam reaksi
glukoneogenik berikutnya, fruktosa 6-fosfat di ubah menjadi gluksa 6-fosfat
olehisomerase yang sama dengan isomerase yang digunakn pada glikolisis.

4.Perubahan Glukosa 6-Fosfat menjadi Glukosa


Glukosa 6-Fosfatase memutuskan Pi dari glukosa 6-fosfat dan membebaskan
glukosa bebasuntukmasukke dalam darah. Enzim glikolitik glukokinase, yang
mengkatalisi reaksisebaliknya memerlukanATP. Glukosa 6-fosfatase terletak dimembran
retikulum endoplasma. Glukosa 6-fosfat digunakan tidak saja pada glukoneogenesis,
tetapi juga untuk menghasilkan glukosadarah dai pemecahan glikogen hati.

PENGATURAN GLUKONEOGENESIS
Walaupun glukoneogenesis berlangsung selama puasa, glukoneogenesis juga di
rangsang selama olahraga yang lama,diet tinggi protein dan keadaan stress. Faktor
yangmendorong secara keseluruhan aliran karbondari piruvat ke glukosa meliputi
ketersediaan subtrat dan perubahn aktivitas atau jumlah enzim tertentupada glikolisis dan
glukoneogenesis. Ketersediaa substrat, Glukosa dirangsang oleh aliran subtrat utamanya
dari jaringan perifr ke hati. Gliseroldibebaskan dari jaringan adiposa apabilakar
insulinmenurundankadar glukagon atau hormon stress epinefrin dan kortisol(suatu
glukokortikoid) meningkat di dalamdarah.Laktat di hasilkan dari ototselama olahraga dan
oleh sel darah merah. Asam amino juga tersedia untuk glukoneogenesis apabila asupan
makanan tinggi protein dan asupan rendah karbohidrat.

Aktivitas atau Jumlah Enzim Kunci


Tiga langkah dalam jalur glukoneogenesis yang diatur:
1. Piruvat  fofsfoenolpiruvat
2. Fruktosa 1,6-bifosfat  fruktosa 6-fosfat
3. Glukosa 6-fosfat  glukosa

Langkah-langkah ini sesuai dengan langkah yang terjadi pada glikolisis yang
dikatalisis oleh enzim pengatur. Aliran netto karbon, apakah dari glukosa ke piruvat
(glikolisis) atau dari piruvat ke glukosa (glukoneogenesis), bergantung pada aktivitas
relatif atau jumlah enzim glikolitik atau glukoneogenik.

PERUBAHAN PIRUVAT MENJADI FOSFOENOLPIRUVAT


Piruvat merupakan substrat kunci untuk glukoneogenesis yang berasal dari laktat
dan asam amino, terutama alanin. Pada kondisi menguntungkan glukoneogenesis, piruvat
tidak diubah menjadi asetil KoA karena piruvat dehidrogenase relatif tidak aktif. Malahan
piruvat diubah menjadi oksaloasetat oleh piruvat karboksilase. Kemudian oksaloasetat
dibah menjadi fosfoenolpiruvat karboksikinase. Karena piruvat kinase diinaktifkan oleh
fosforilasi dan oleh alanin, fosfoenolpiruvat tidak diubah kembali menjadi piruvat, suatu
keadaan yang dapat mendorong timbulnya siklus substrat nonproduktif (siklus yang sia-
sia). Namun fosfoenolpiruvat membalikkan langkah pada glikolisis dan akhirnya
membentuk glukosa.

Piruvat dehidrogenase tidak aktif.


Pada keadaan puasa, kadar insulin rendah, dan kadar glukagon meningkat.
Akibatnya, asam lemak dan gliserol dibebaskan dari simpanan triasilgliserol di jaringan
adiposa. Asam lemak berpindah ke hati tempat asam lemak mengalami oksidasi-β dan
menghasilkan asetil KoA, NADH, dan ATP. Akibatnya, konsentrasi ADP berkurang.
Perubahan ini menyebabkan fosforilasi piruvat kinase menjadi bentuk tidak aktif. Oleh
karena itu, piruvat tidak diubah menjadi asetil KoA.

Piruvat karboksilase tidak aktif. Asetil KoA, yang dihasilkan melalui oksidasi
asam lemak, mengaktifkan piruvat karboksilase. Oleh karena itu, piruvat yang berasal
dari alanin atau laktat, diubah menjadi oksaloasetat.
Fosfoenolpiruvat karboksikinase terinduksi. Oksaloasetat menghasilkan
fosfoenolpiruvat dalam suatu reaksi yang dikatalisis ooleh fosfoenolpiruvat
karboksikinase. Fosfoeolpiruvat karboksinkinase sitosol merupakan ezm yang dapat
diinduksi, yang berarti bahwa jumlah enzim tersebut didalam sel meningkat karena
terjadi peningkatan transkripsi gen dan peningkatan translasi mRNA. Peninduksi utama
adalah cAMP yang kadarnya ditingkatkan oleh hormon yang mengaktifkan adenilat
siklase. Adlenilat siklase menghasilkan cAMP dari ATP. Glukagon adalah hormon yang
menyebabkan peningkatan cAMP selama puasa, sementara efinefrin bekerja selama
olahraga atau stress. cAMP mengaktifkan protein kinase A yang melakukan fosforilasi
terhadap protein yang merangsang transkripsi gen fosfoenolpiruvat karboksikinase.
Peningkatan sintesis mRNA untuk fosfoenolpiruvat karboksikinase menyebabkan
peningkatan sintesis enzim tersebut. Kortisol, glukokortokoid utama pada manusia, juga
menginduksi fosfoenolpiruvat karboksikinase.
Piruvat kinase tidak aktif. Apabila kadar glukagon meningkat, piruvat kinase
mengalami fosforilasi dan menjadi tidak aktif oleh mekanisme yang melibatkan cAMP
dan protein kinase A. Oleh karena itu tidak terjadi perubahan kembali fosfoenolpiruvat
menjadi piruvat. Fosfoenolpiruvat terus mengikuti jalur glukoneogenesis. Apabila
fosfoenol piruvat di ubah kembali menjadi pirvat, substrat ini hanya akan membentuk
siklus, menimblkan hilangnya energi tanpa menghasilkan produk yang bermanfaat.
Inaktivasi piruvat kinase mencagah terbentuknya pendauran yang sia-sia seperti itu dan
mendorong terbentuknya glukosa.

PERUBAHAN FRUKTOSA 1,6-BIFOSFAT MENJADI FRUKTOSA 6-FOSFAT.


Karbon pada fosfoenolpiruvat membalikkan langkah glikolisis, membentuk
fruktosa 1,6-bifosfat. Fruktosa 1,6-bifosfatase bekerja pada bifosfat ini untuk
mengeluarkan fosfat inorganik dan menghasilkan fruktosa 6-fosfat. Pada langkah ini daur
substrat yang sia-sia di cegah karena pada kondisi yang menguntungkan
glukoneogenesis, konsentrasi senyawa yang mengaktifkan enzim glikolitik
fosfofruktokinase-1 adalah rendah. Senyawa yang sama ini, fruktosa 2,6-bifosfatase.
Apabila konsentrasi efektor alosterik ini rendah, fosfofruktokinase-1 menjadi kurang
aktif, fruktosa 1,6-bifosfatase lebih aktif , dan aliran karbon adalah menuju fruktosa 6-
fosfat dan dengan demikian menuju glukosa. Fruktosa 1,6-bifosfatase juga terinduksi
selama puasa.

PERUBAHAN GLUKOSA 6-FOSFAT MENJADI GLUKOSA.


Glukosa 6-fosfatase mengkatalisis perubahan glukosa 6-fosfat menjadi glukosa,
yang kemudian dikeluarkan dari sel hati. Enzim glikolitik glukokinase yang
mengkatalisis reaksi sebaliknya, relatif tidak aktif selama glukoneogenesis. Glukokinase
yang memiliki S0,5 (Km) yang tinggi untuk glukosa, sangat tidak aktif selama puasa
karena kadar glukosa darah rendah (sekitar 5mM).
Glukokinase juga merupakan enzim yang dapat di induksi. Konsentrasi enzim
meningkat pada keadaan kenyang saat kadar glukosa dan insulin darah meningkat
konsentrasi enzim menurun pada keadaan puasa saat kadar glukosa dan insulin rendah .
GLIKOGENESIS

Glikogen adalah bentuk polimer dari glukosa, merupakan polisakarida glukosa


yang menjadi cadangan karbohidrat dalam tubuh. Pada mamalia (termasuk manusia)
glikogen terbanyak didapatkan di hepar. 5-6 % dari berat hepar berupa glikogen, bahkan
pada pemakan tinggi karbohidrat kadar glikogen di dalam heparnya dapat dicapai 10-
15% dari berat hepar. Cadangan glikogen di dalam hepar ini akan habis setelah 12-18 jam
pasca absorbsi. Artinya setelah 12-18 jam dari saat makan dan tidak ada masukan glukosa
atau karbohidrat dari luar, glikogen yang berada di dalam hepar akan habis terpakai oleh
tubuh. Di samping hepar, glikogen juga terdapat di dalam otot skelet dan sel ginjal, serta
sedikit di jaringan lain.
Besarny atimbunan glikogen merupakan selisih antara proses glikogenesis dan
proses sebaliknya yaitu glikogenolisis, yang pengendaliannya berlangsung secara
serentak tetapi saling berlawanan. Dalam arti kalu glikogenesis dipakai pada saat yang
sama glikogenolisis dihambat, sebaliknya bila glikogenolisis yang dipacu glikogenesis
akan dihambat pada waktu yang bersamaan.

GLIKOGENESIS TERUTAMA TERJADI DI OTOT DAN HATI


Lintasan Biosintesis Glikogen Melibatkan Glukosa Nukleotida yang Khusus
Glukosa akan mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat, yaitu reaksi yang
lazim terjadi sebagai reaksi pertama pada lintasan glikolisis dari glukosa. Reaksi
fosforilasi ini dikatalisis oleh enzim heksokinase di otot dan glukokinase di hati. Glukosa
6-fosfat diubah menjadi glukosa 1-fosfat di dalam suatu reaksi yang dikatalisis oleh
enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri mengalami fosforilasi, dan gugus fosfo- akan
mengambil bagian di dalam reaksi reversibel yang intermediatnya adalah glukosa 1,6-
bifosfat.
Enz-P + Glukosa 6-fosfat Enz + Glukosa 1,6-bifosfat Enz-P +
Glukosa 1-fosfat

Selanjutnya, senyawa glukosa 1-fosfat bereaksi dengan uridin trifosfat (UTP) untuk
membentuk nukleotida aktif uridin difosfat glukosa (UDPGlc).
Reaksi antara glukosa 1-fosfat dan uridin trifosfat dikatalisis oleh enzim UDPGlc
pirofosforilase.
UTP + Glukosa 1-fosfat UDPGlc + Ppi
Hidrolisis pirofosfat inorganik berikutnya oleh enzim pirofosfatase inorganik akan
menarik reaksi ke arah kanan persamaan reaksi.
Dengan kerja enzim glikogen sintase, atom C1 pada glukosa yang diaktifkan
UDPGlc membentuk ikatan glikosidik dengan C4 pada residu glukosa terminal glikogen,
sehingga membebaskan uridin difosfat (UDP). Molekul glikogen yang sudah ada
sebelumnya atau ”glikogen primer”, harus ada untuk memulai reaksi ini. Glikogen primer
selanjutnya dapat terbentuk pada primer protein yang dikenal glikogenin.
UDPGlc + (C6)n UDP + (C6)n+1
Glikogen Glukogen

Glikogenin adalah protein dengan 37 kDa yang menjadi terglikosilasi pada residu
tirosin spesifik oleh UDPGlc. Residu glikosa yang lebih lanjut melekat pada posisi 1-4
untuk membentuk rantai pendek yang diaktifkan oleh glikogen sintase. Pada otot rangka,
glikogenin tetap melekat di bagian pusat molekul glikogen, sedangkan di hati terdapat
jumlah molekul glikogen yang melebihi jumlah molekul glikogenin.

Percabangan Melibatkan Pelepasan Rantai Glikogen yang Ada


Penambahan residu glukosa pada rantai glikogen yang sudah ada sebelumnya atau
”primer”, terjadi pada ujung luar molekul yang nonreduktif sehingga ”cabang-cabang”
pada ”pohon” glikogen akan memanjang begitu terbentuk rangkaian 1-4 yang berurutan.
Setelah rantai tersebut diperpanjang hingga mencapai minimal 11 residu glukosa, maka
enzin kedua, yaitu enzim pembentuk cabang (amilo[1-4] [1-6]-transglukosidase)
memindahkan bagian dari rantai 1-4 (panjang minimal 6 residu glukosa) pada rantai yang
berdekatan untuk membentuk rangkaian 1-6 dan karenanya membuat titik cabang di
dalam molekul tersebut. Cabang-cabang itu akan tumbuh dengan penambahan lebih
lanjut unit 1-4-glukosil dan pembentukan cabang selanjutnya. Setelah jumlah residu
terminal yang non reduktif meningkat, jumlah total tapak reaktif di dalam molekul akan
meningkat sehingga mempercepat glikogenesis maupun glikogenolisis.
GLIKOGENOLISIS

Merupakan proses yang berlawanan dengan glikogenesis, tetapi menggunakan


jalur reaksi yang berbeda, dengan demikianenzim-enzimnya berbeda pula. Kalau pada
glikogenesis enzim utamanya adalah glikogen sintetase dan branching enzyme. Seperti
halnya glikogen sintetase, fosforilase juga terdapat dalam dua bentuk, bentuk aktif dan
bentuk inaktif yang saling interkonversidengan cara fosforilasi dan defosforilasi pula.
Bedanya dengan glikogen sintetase, aktifasi fosforilase lebih kompleks dan melibatkan
rentetan reaksi yang bersifat berantai dan saling terkait. Perlu diketahui bahwa
pengendalian glikogenesis dan glikogenolisis berjalan serantak dan saling berlawanan,
dengan pengertian kalu glikogenesis dipacu pada saat yang sama glikogenolisis
dihambat, sebaliknya bila glikogenolisis dipacu pada saat yang sama pula glikogenesis
dihambat.

GLIKOGENOLISIS BUKAN MELIBATKAN PROSES KEBALIKAN


GLIKOGENESIS, MELAINKAN LINTASAN YANG TERPISAH
Penguraian Melibatkan Mekanisme Pemutusan Cabang (Gambar 20-1)
Penguraian merupakan tahap yang dikatalisis oleh enzim Fosforilase dengan
membatasi kecepatan di dalam glikogenolisis.
(C6)n + Pi (C6)n-1 + Glukosa 1-fosfat
Enzim ini spesifik untuk proses pemecahan fosforilasi (fosforolisis; cf hidrolisis)
rangkaian 1-4 glikogen untuk menghasilkan glukosa 1-fosfat. Residu glukosil terminal
pada rantai paling luar molekul glikogen dibuang secara berurutan sampai kurang lebih
ada 4 buah residu glukosa yang tersisa pada tiap sisi cabang 1-6. Enzim lainnya (α-[1-4]
α- [1-4] glukan transferase) menindahkan unit trisakarida dari suatu cabang ke cabang
lainnya, sehingga membuat titik cabang 1-6 terpajan. Pemisahan hidrolisis ikatan 1-6
memerlukan kerja enzim pemutus cabang (amilo[1-6]glukosidase) yang spesifik. Dengan
pembuangan cabang tersebut, kerja enzim fosforilasi selanjutnya dapat berlanjut.
Gabungan kerja enzim lainnya menghasilkan pemecahan lengkap glikogen. Reaksi yang
dikatalisi oleh enzim fosfoglukomutase bersifar reversible, sehingga glukosa 6-fosfat
dapat dibentuk dari glukosa 1-fosfat. Di hati dan ginjal (tetapi tidak di otot) terdapat suatu
enzim spesifik, yaitu glukosa 6-fosfatase, yang membuang gugus fosfat dari glukosa 6-
fosfat sehingga memudahkan glukosa untuk dibentuk dan berdifusi dari sel ke dalam
darah. Peristiwa ini merupakan tahap akhir dalam proses glikogenolisis hepatik, yang
dicerminkan dengan kenaikan kadar glukosa darah.

AMP SIKLIK MENGINTEGRASIKAN PENGATURAN GIKOGENOLISIS DAN


GLIKOGENESIS.
Enzim utama yang mengendalikan metabolisme glikogen-yaitu glikogen
fosforilase dan glikogen sintase- diatur oleh sebuah rangkaian reaksi yang kompleks dan
melibatkan baik mekanisme alosterik maupun modifikasi kovalen akibat fosforilasi serta
defosforilasi protein enzim yang reversible.
Banyak modifikasi kovalen disebabkan oleh kerja cAMP (AMP siklik; asam
3’,5’-siklik adenilat). cAMP merupakan senyawa intermediet intra sel atau second
messenger, dan banyak hormon bekerja melalui senyawa-antara ini. cAMP terbentuk dari
ATP oleh enzim adenilil siklase yang terdapat pada permukaan dalam membran sel.
Adenil siklase diaktifkan oleh hormon seperti epinefrin dan norepinefrin yang bekerja
lewat reseptor β-adregenik pda membran sel dan disamping itu di hati oleh glukagon
yang bekerja lewat reseptor glukagon yang independen. cAMP dihancurkan oleh
fosfodiesterase, dan aktivitas enzim inilah yang mempertahankan kadar normal cAMP
yang rendah. Insulin pernah dilaporkan dapat meningkatkan aktifitas enzim tersebut di
hati sehingga menurunkan konsentrasi cAMP.

Fosforilase Hati Berbeda dengan Fosforilase Otot


Di hat, enzim fosforilase terdapat baik dalam bentuk aktif maupun inaktif.
Fosforilase aktif (fosforilase a) mempunyai salah satu gugus hidroksil serin yang
terfosforilasi di dalam rangkaian ester. Melalui kerja enzim fosfatase yang spesifik, yaitu
protein fosfatase-1, enzim tersebut akan diinaktivasi menjadi fosforilase b di dalam
sebuah reaksi yang melibatkan pembuangan hidrolitik gugus fosfat dari residu serin.
Pengaktifan kembali memerlukan fosforilasi ulang dengan ATP dan enzim spesifik, yaitu
fosforilase kinase.
Secara imunologis dan genetis, fosforilase merupaka senyawa dimer, yang setiap
monomernya mengandung 1 mol piridoksal fosfat. Ada dua bentuk enzim fosforilase:
fosforilase a, yaitu bentuk aktif dan terfosforilasi dengan maupun tanpa adanya AMP
(pemodifikasi alosteriknya), dan fosforilase b, yang mengalami defosforilasi dan aktif
hanya jika terdapat AMP. Enzim fosforilase ini terdapat pada saat olah raga ketika kadar
AMP naik, sehingga dengan mekanisme ini tersedia bahan bakar untuk otot. Fosforilase a
merupakan bentuk normal enzim tersebut yang aktif secara fisiologis.
DAFTAR PUSTAKA

Marks, Dawn B, dkk.2000.Biokimia Kedokteran Dasar.EGC:Jakarta.

Murray, Robert K, dkk.2003.Biokimia Harper.EGC:Jakarta.

You might also like