You are on page 1of 2

Politik Pemerintahan Australia

Dania Wijayanti

09/282514/SP/23491

Position Paper

Posisi: Back Bencher Government


Kita semua mendengar pidato Prime Minister Kevin Rudd dua tahun lalu. Kita
mendengar cerita mengenai Nanna Nungala Fejo, seorang stolen generation1. Kita tahu
kisah hidupnya yang membuat sebagian diantara kita, menitikkan air mata sedih. Cerita
mengenai betapa bahagianya hidupnya dulu, saat dia masih tinggal bersama
orangtuanya dan kerabatnya. Betapa dia tidak terluka hidup dengan mereka, dan justru
menikmati tarian tradisional di sekitar api unggun di malam hari. Dan kita juga
mendengar cerita mengerikan mengenai dirinya dan saudara-saudaranya yang diambil
dengan paksa dari orang tua mereka. Hanya karena mereka, aborigin. Dan memang
hanya karena itulah para pemimpin kita di masa terdahulu beranggapan bahwa orang
tua aborigin akan menyiksa anak-anak mereka. Padahal yang sebenarnya terjadi justru
sebaliknya.
Nanna Fejo hanyalah salah satu dari stolen generation. Dan stolen generation,
hanyalah salah satu dari bentuk diskriminasi rasial yang telah dilakukan bangsa ini
terhadap kaum indigenous-nya. Ada lebih banyak lagi hal-hal buruk yang menimpa
mereka, hanya karena memiliki warna kulit yang berbeda dengan milik kita. Seorang
warga aborigin, Gordon Syron mengatakan ”One lawyer said that I wasn't black
enough to be black, the other lawyer said I wasn't white enough to be white. They then
argued this point in front of me for sometime long. Both my parents were Aboriginal. It

1
Apology to the Stolen Generations http://www.news.com.au/apology-to-the-stolen-
generations/story-e6frfkp9-1111115539655 diunduh pada 27 Oktober 2010
was such an insult to me and my family” 2. Hal seperti itu tampaknya tidak akan terjadi
pada kita. Namun seharusnya tidak pula terjadi pada Syron.
Kita tentu menyayangkan kejadian-kejadian tersebut. Terlebih karena kita
semua tahu bahwa Australia adalah salah satu dari negara anggota PBB. Sebagai
anggotanya, parlemen Australia telah meratifikasi piagam PBB yang juga memuat
pasal-pasal mengenai hak asasi manusia, sebuah hak yang dahulu dijanjikan parlemen
ini untuk ditegakkan bagi semua warga Australia tanpa terkecuali.
Tak hanya menandatangani piagam tersebut. Perwakilan negara ini juga
menandatangani International Convention on the Elimination of all Forms of Racial
Discrimination sebagai penanda keanggotaannya dalam Committee on the Elimination
of all forms of Racial Discrimination (CERD)3. Pada 3 April 2009 Australia juga
menyatakan dukungannya bagi United Nations Declaration on the Rights of Indigenous
Peoples (UNDRIP).
Lalu apa tindakan nyata negara ini bagi penyetaraan kedudukan untuk kaum
minoritas aborigin?
Proposal mengenai dana penguatan kapasitas kelompok minoritas Aborigin
sebesar lima juta dollar, dapat menjadi salah satu jawabannya. Rekonsiliasi tentu butuh
waktu, tenaga, dan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat digunakan untuk
membantu proses penyetaraan kedudukan bagi warga aborigin. Penghitungan besarnya
jumlah dana tentunya adalah berdasarkan estimasi harga atas begitu besarnya dampak
diskriminasi yang telah terjadi. Tapi penggunaannya tentunya tetap harus diawasi agar
tidak disalahgunakan.
Warga aborigin telah terdiskriminasi oleh hukum-hukum nasional begitu lama
dan kian mendarah daging dalam kehidupan sosial bangsa ini. Proses rekonsiliasi,
tentunya tidak akan mudah. Namun tetap harus dilakukan demi alasan kemanusiaan.
Dukungan kita agar disahkannya pemberian dana tersebut, merupakan dukungan kita
pula bagi saudara kita, kaum aborigin.

2
Aboriginal Discrimination, Is Discrimination an Issue in Australia?
http://www.creativespirits.info/aboriginalculture/people/discrimination.html diunduh pada 27 Oktober
2010
3
Ibid.

You might also like