Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Appendiks disebut juga umbai cacing, atau istilah usus buntu yang dikenal
di masyarakat awam adalah kurang tepat karena usus buntu sebenarnya adalah
sekum. Appendiks adalah suatu struktur kecil, berbentuk seperti tabung yang
berkait menempel pada bagian awal dari sekum. Lumennya sempit di bagian
bawah abdomen. Organ yang tidak diketahui fungsinya ini sering menimbulkan
suatu waktu ketika mereka hidup dan sekitar 250.000 appendiktomi pada akut
menurun secara stabil selama kurun waktu 25 tahun terakhir, hal ini diduga
sebelumnya sangat sedikit angka insidensinya tapi sekarang sudah mulai naik
Appendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang
dari satu tahun jarang dilaporkan. Insidensi tertinggi pada kelompok umur 20-30
tahun, setelah itu menurun. Insidens pada laki-laki dan perempuan umumnya
sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun, insidens pada laki-laki lebih tinggi.1
1
Penatalaksanaan standar untuk apendisitis adalah operasi. Pernah dicoba
7-10 hari.3
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Appendiks
Appendiks disebut juga umbai cacing, istilah usus buntu yang dikenal
di masyarakat awam adalah kurang tepat karena usus buntu sebenarnya adalah
sekum. Organ yang tidak diketahui fungsinya ini sering menimbulkan masalah
berkait menempel pada bagian awal dari sekum. Lumennya sempit di bagian
3
Gambar 1. Anatomi appendiks4
persarafan simpatis berasal dari nervus thorakalis X. Oleh karena itu, nyeri
merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri ini tersumbat, misalnya karena
oleh mukosa maskularis. Bagian luar dari submukosa adalah dinding otot yang
utama. Appendiks terbungkus oleh tunika serosa yang terdiri atas vaskularisasi
tunika serosa.5
4
Mukosa appendiks terdiri atas sel-sel dari gastrointestinal endokrin
sistem. Sekresi dari mukosa ini adalah serotonin dan terkenal dengan nama sel
argentaffin. Tumor ganas paling sering muncul pada appendiks dan tumbuh
B. Definisi
juga umbai cacing. Kita sering salah kaprah dengan mengartikan appendisitis
dengan istilah usus buntu, karena usus buntu sebenarnya adalah sekum. Organ
mempunyai fungsi tetapi saat ini diketahui bahwa fungsi appendiks adalah
umumya berbahaya.6
dalam masalah appendisitis akut. Appendiks memiliki lebar sekitar 0.8 cm dan
5
yang diduga sebagai faktor pencetus disamping hiperplasi jaringan limfe.
C. Epidemiologi
Penyakit ini jarang ditemukan pada usia yang sangat muda atau orang tua,
suatu waktu ketika mereka hidup dan sekitar 250.000 appendiktomi pada akut
menurun secara stabil selama kurun waktu 25 tahun terakhir, hal ini diduga
mulai naik sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan perubahan gaya hidup
manusianya.2
kurang dari satu tahun jarang dilaporkan. Insidensi tertinggi pada kelompok
umur 20-30 tahun, setelah itu menurun. Insidens pada laki-laki dan perempuan
umumnya sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun, insidens lelaki lebih
tinggi.1
6
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan
appendisitis akut.9,10
mortalitas. Risiko perforasi paling banyak pada usia 1-4 tahun yaitu 70 – 75 %
dan 30-40% pada umur remaja. Lima puluh persen anak dengan appendisitis
dibawah 14 tahun dan lebih dari 80.000 kasus dalam setahun. Pada penelitian
7
Appendisitis akut adalah infeksi bakterial pada appendiks vermiformis.
pembedahan segera. Di Indonesia ada penurunan jumlah kasus dari 100 kasus
menjadi 52 kasus setiap 100 ribu penduduk dari tahun 1991 – 2000. Terdapat
15-30 persen (30-45 persen pada wanita) gambaran histopatologi yang normal
D. Patofisiologi
lapisan dinding appendiks dalam waktu 24-48 jam pertama. Usaha pertahanan
terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Jika
virus, barium mongering, cacing (cacing pita, Ascaris, dan Taenia), dan tumor
dapat pula mengobstruksi lumen ini. Penemuan patologis lainnya yang umum
yaitu adanya ulkus appendiks. Penyebab ulkus ini tidak diketahui, walaupun
8
etiologi virus telah dipostulatkan. Infeksi Yersinia mungkin dapat
infeksi ini pada 30% kasus appendisitis. Bakteri di lumen memperbanyak diri
intralumen. Pada akhirnya, gangrene dan perforasi terjadi. Jika proses ini
berjalan perlahan, struktur sekitar seperti terminal ileum, cecum, dan omentum
dapat menutupi area ini sehingga abses terlokalisasi akan muncul, dimana
biasanya diikuti dengan hilangnya inflamasi dan gejala diantara dua serangan.
Appendisitis akut rekuren dapat juga terjadi jika sisa appendix ditinggalkan
9
perlengketan dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan
keluhan berulang di perut kanan bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat
E. Gejala Klinis
adalah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri visceral di daerah
epigastrum di sekitar umbilicus. Keluhan ini sering disertai mual dan dan
kadang muntah. Umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri
akan berpindah ke kanan bawah titik Mc. Burney. Di sini nyeri dirasakan lebih
tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat.
atau batuk.1,2
terlindung sekum maka tanda perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak
ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih ke arah perut sisi kanan atau
nyeri timbul pada saat berjalan, karena kontraksi psoas mayor yang menegang
dari dorsal.1,2
10
Appendiks yang terletak di rongga pelvis, bila meradang, dapat
hanya rewel dan tidak mau makan. Anak sering tidak bisa melukiskan rasa
Pada orang lanjut usia gejalanya juga lebih samar-samar saja. Tidak
appendisitis adalah nyeri perut, mual dan muntah. Yang perlu diperhatikan
adalah pada kehamilan trimester pertama sering juga terjadi mual dan muntah.
sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih ke regio
lumbal kanan.1,2
lebih tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi. Bisa terdapat perbedaan suhu
aksilar dan rectal sampai 100 C. Pada inspeksi perut tidak terdapat gambaran
Penonjolan perut kanan bawah bisa terlihat pada massa atau abses
appendikuler. Pada palpasi didapatkan nyeri yang terbatas pada region iliaka
11
kanan, bisa disertai nyeri lepas. Defans muskuler menunjukkan adanya
merupakan kunci diagnosis. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan
nyeri di perut kanan bawah yang disebut tanda Rovsing. Pada apendisitis
rasa nyeri. Peristaltik usus sering normal, paralitik dapat hilang karena ileus
Pemeriksaan colok dubur menyebabkan nyeri bila daerah infeksi bisa dicapai
diagnosis adalah nyeri terbatas waktu dilakukan colok dubur. Colok dubur
pada anak tidak dianjurkan. Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator
hiperekstensi atau fleksi aktif. Bila apendiks yang meradang menempel pada
internus yang merupakan dinding panggul kecil. Dengan gerakan fleksi dan
menimbulkan nyeri.1,2
F. Diagnosis
o Pemeriksaan fisik.
12
Pada appendisitis akut, dengan pengamatan akan tampak adanya
bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri
(Blumberg sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis appendisitis akut.
dan atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga. Suhu dubur (rektal) yang lebih
tinggi dari suhu ketiak (axilla), lebih menunjang lagi adanya radang usus
buntu.
o Pemeriksaan Laboratorium.
kenaikan dari sel darah putih hingga sekitar 10.000 – 18.000/mm3. Jika terjadi
mengalami perforasi.1
o Pemeriksaan radiologi
13
gambaran appendiks. Foto barium kurang dapat dipercaya. Ultrasonografi bisa
apendisitis. Skor ini terdiri dari 6 gejala klinis dan 2 temuan laboratorium
o Muntah :1
o Abdominal pain :2
o Nyeri tekan :1
o Nyeri lepas :1
o Demam :1
o Anoreksia :1
o Leukositosis :2
G. Diagnosis Banding
14
Appendisitis akut telah disebut juga sebagai masquerader dan
termasuk dari aktivitas seksual dan keberadaan secret vagina, akan membantu
pada pergerakan serviks juga lebih spesifik untuk PID namun dapat pula terjadi
pada appendisitis jika perforasi telah terjadi atau appendix berada dekat dengan
pertengahan siklus dan akan menyebabkan nyeri dan perih lebih diffuse dan
luteum mirip secara klinis dengan ruptur folikel graafian namun muncul pada
appendisitis. Pada keadaan wanita seperti ini, USG dan laparoskopi memiliki
mesenterika dan appendiks normal biasanya terlihat pada operasi pada pasien
pasien ini mungkin memiliki suhu tubuh yang tinggi, diare, nyeri abdomen
15
relaksasi secara sempurna. Anak-anak sepertinya lebih sering mendapatkannya
dibandingkan pada orang dewasa. Beberapa dari pasien ini terkena infeksi Y.
walaupun nyeri dapat lebih berat dan terlokalisasi, dan demam sering
Penyakit Crohn’s biasanya berkaitan dengan riwayat gejala yang lama, sering
H. Penatalaksanaan
Bila diagnosis klinik sudah jelas maka maka tindakan paling tepat
banyak dipilih ahli bedah. Pada penderita yang diagnosisnya tidak jelas
ultrasonografi bila dilakukan bila dalam observasi masih terdapat keraguan. 1,4
16
Bila tersedia laparoskop, tindakan laparoskopi diagnostik pada kasus
meragukan akan segera menentukan akan dilakukan operasi atau tidak. Pada
dengan laparaskopi.15
17
Gambar 3. Melihat monitor pada laparaskopi15
Pada tindakan laparaskopi, insisi yang dibuat sangat kecil sekitar 0,5 –
1 cm. Insisi ini dibuat untuk memasukkan alat laparaskopi. Ahli bedah
Namun bukan berarti tindakan ini tanpa risiko terutama jika posisi alat
18
Gambar 4. Tempat insisi pada laparaskopi15
I. Komplikasi
berupa perforasi bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami
sekum, dan lekuk usus halus sering disebut sebagai massa periapendikuler
dinding perut kuadaran kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau
jelas.
19
Sedangkan menurut mulai terjadinya komplikasi, komplikasi
lanjut yang dapat terjadi adalah hernia incisional, perlengketan usus atau
streng ileus. 9
DAFTAR PUSTAKA
1. De Jong Wim, Samsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. Hal 639-48. 2004.
5. Anonim, 2005. The Merck Manual section 3 chapter 25 Acute abdomen and
Surgical Gastroenterology. http://www.merck.com/pubs/append.htm.
20
6. Molmenti H.Medical encyclopedia : appendicitis. Available in:http:/
www.nlm.nih.gov/ medlineplus/print/ency/ 000256.htm,accessed in Dec
29.2002
8. Bizer LS.Diseases of the colon, rectum and anus.In: General surgery board
review.Gold MS (eds),3rd ed., Lippincott,Philadelphia,1999:39-53
9. Mansjoer Arif et all. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Penerbit Buku Media
Aesculapius. Jakarta. 2000. Hal 307-13
10. Marijata. Pengantar Dasar Bedah Klinis. Unit Pelayanan Kampus. FK UGM.
Jogjakarta. 2006. hal :273-81
11. Addis DG, Shaffer N, Fowler BS, Tauxe RV. The epidemiologi of
appendicitis and appendectomy in the United States. The Johns Hopkins
University School of Hygiene and Public Health research-article. American
Journal of Epidemiology Vol. 132, No. 5: 910-925.
13. Teruhiko Terasawa, MD; C. Craig Blackmore, MD, MPH; Stephen Bent, MD;
and R. Jeffrey Kohlwes. Systematic Review: Computed Tomography and
Ultrasonography To Detect Acute Appendicitis in Adults and Adolescents.
Annals Online 5 October 2004 | Volume 141 Issue 7 | Pages 537-546
14. Paulson EK, Kalady MF, Pappas TN. Suspected Appendicitis. The New
England Journal of Medicine. Volume 348:236-242, January 16, 2003.
Number 3.
15. Anonymous. Alvarado Score. From Wikipedia, the free encyclopedia. Diakses
8 Juli 2009.
21