You are on page 1of 3

ANALISIS KASUS ASURANSI KONVENSIONAL DAN ASURANSI SYARIAH

Ditulis oleh Mubarok Hasanuddin


Minggu, 30 May 2010 19:23 - Terakhir Diperbaharui Minggu, 30 May 2010 19:41

Oleh : Fahd Ach Sadat

PENDAHULUAN

Asuransi dalam bahasa Arab disebut At’ta’min yang berasal dari kata amanah yang berarti
memberikan perlindungan, ketenangan, rasa aman serta bebas dari rasa takut. Istilah
menta’minkan sesuatu berarti seseorang memberikan uang cicilan agar ia atau orang yang
ditunjuk menjadi ahli warisnya mendapatkan ganti rugi atas hartanya yang hilang.

Sedangkan pihak yang menjadi penanggung asuransi disebut mu’amin dan pihak yang
menjadi tertanggung disebut mu’amman lahu atau musta’min.

Konsep asuransi Islam berasaskan konsep Takaful yang merupakan perpaduan rasa
tanggung jawab dan persaudaraan antara peserta. Takaful berasal dari bahasa Arab yang
berakar dari kata ”kafala yakfulu” yang artinya tolong menolong, memberi nafkah dan
mengambil alih perkara seseorang. Takaful yang berarti saling menanggung/memikul resiko
antar umat manusia merupakan dasar pijakan kegiatan manusia sebagai makhluk sosial.
Saling pikul resiko inidilakukan atas dasar saling tolong menolong dalam kebaikan dengan
cara, setiap orang mengeluarkan dana kebajikan (tabarru) yang ditujukan untuk menanggung
resiko tersebut.

Menurut Fatwa Dewan Asuransi Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Fatwa
DSN No.21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah bagian pertama
menyebutkan pengertian Asuransi Syariah (ta’min, takaful’ atau tadhamun) adalah usaha
saling melindungi dan tolong menolong di antara sejumlah orang atau pihak melalui investasi
dalam bentuk set dan atau tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk mengehadapi
resiko tertentu melalui akad atau perikatan yang sesuai dengan syariah.

Asuransi Syariah bersifat saling melindungi dan tolong menolong yang dikenal dengan istilah
ta’awun, yaitu prinsip hidup yang saling melindungi dan saling tolong menolong atas dasar
ukhuwah Islamiyah antara sesama anggota asuransi syariah dalam menghadapi hal tak tentu
yang merugikan.

SEKILAS PERBEDAAN RISK SHARING DAN RISK TRANSFER

A. Pengelolaan risiko dalam asuransi konvensional

1/3
ANALISIS KASUS ASURANSI KONVENSIONAL DAN ASURANSI SYARIAH

Ditulis oleh Mubarok Hasanuddin


Minggu, 30 May 2010 19:23 - Terakhir Diperbaharui Minggu, 30 May 2010 19:41

Kata asuransi berasal dari bahasa Inggris, insurance,dan secara aspek hukum telah
dituangkan dalam Kitab Undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 246, "Asuransi adalah suatu
perjanjian dimana seseorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung
dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu
kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan yang mungkin akan
dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tentu.".

Selain dalam KUHD pasal 246, juga dalam Undang – undang asuransi No. 2 tahun 1992 pasal
1 disebutkan Äsuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dimana pihak penanggung mengikat diri kepada tertanggung, dengan menerima premi
asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan,
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hokum kepada pihak
ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak
pasti, atau memberikan suatu peristiwa pembayaran yang didasarkan atas meninggalnya atau
hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Pengertian lain, seperti dari Wirjono
Prodjodikoro dalam bukunya Hukum asuransi di Indonesia memberi pengertian asuransi
sebagai berikut : "suatu persetujuan dimana pihak yang menjamin berjanji kepada pihak yang
dijamin, untuk menerima sejumlah uang premi sebagai pengganti kerugian, yang mungkin
akan diderita oleh yang dijamin, karena akibat dari suatu peristiwa yang belum jelas" .

Robert I. Mehr dan Emerson Cammack, dalam bukunya Principles of Insurance menyatakan
bahwa suatu pengalihan risiko (transfer of risk) disebut asuransi. D.S. Hansell, dalam bukunya
Elements of Insurance menyatakan bahwa asuransi selalu berkaitan dengan risiko (Insurance
is to do with risk). Dalam asuransi konvensional perusahaan asuransi disebut Penanggung,
sedangkan orang yang membeli produk Asuransi disebut Tertanggung atau Pemegang Polis,
Tertanggung membayar sejumlah uang yang disebut premi untuk membeli produk yang
disediakan oleh perusahaan asuransi . Premi asuransi yang dibayarkan oleh Tertanggung
menjadi pendapatan perusahaan Asuransi, dengan kata lain terjadi perpindahan kepemilikan
dana premi dari Tertanggung kepada Perusahaan Asuransi. Bila Tertanggung mengalami
risiko sesuai dengan yang Tertuang dalam kontrak asuransi, maka Perusahaan Asuransi harus
membayar sejumlah dana yang disebut Uang Pertanggungan kepada Tertangggung atau yang
berhak menerimanya. Sebaliknya bila sampai akhir masa kontrak Tertanggung tidak
mengalami risiko yang diperjanjikan maka kontrak Asuransi berakhir maka semua hak dan
kewajiban kedua belah pihak berakhir. Dari proses diatas dapat disimpulkan bahwa terjadi
perpindahan risiko financial yang dalam istilah asuransi disebut dengan transfer of risk dari
Tertanggung kepada Penanggung.

Contoh, ketika seseorang membeli polis asuransi kebakaran untuk rumah tinggal dia akan
membayar uang (premi) yang telah ditentukan oleh perusahaan asuransi, disaat yang sama
perusahaan asuransi akan menanggung risiko finansial bila terjadi kebakaran atas rumah
tinggal tersebut. Contoh lain dalam asuransi jiwa, ketika seseorang membeli asuransi
kematian (term insuransce) dengan jangka waktu perjanjian 5 (lima) tahun dengan uang
pertanggungan 100 juta rupiah, maka dia harus membayar premi yang telah ditentukan oleh
perusahaan asuransi (misal 500 ribu rupiah) per tahun, artinya bila tertanggung meninggal
dunia dalam masa perjanjian diatas, maka ahli waris atau orang yang ditunjuk akan
memperoleh uang dari perusahaan asuransi sebesar 100 juta, namun bila peserta hidup

2/3
ANALISIS KASUS ASURANSI KONVENSIONAL DAN ASURANSI SYARIAH

Ditulis oleh Mubarok Hasanuddin


Minggu, 30 May 2010 19:23 - Terakhir Diperbaharui Minggu, 30 May 2010 19:41

sampai akhir masa perjanjian maka dia tidak akan memperoleh apapun.

Ditinjau dari sudut syariah, contoh transaksi yang terjadi diatas dapat dikategorikan sebagai
akad tabaduli (pertukaran atau jual beli), namun cacat karena ada unsur gharar
(ketidakjelasan), yaitu tidak jelas kapan pemegang polis akan mendapatkan uang
pertanggungan karena dikaitkan dengan musibah seseorang (bisa tahun pertama, kedua atau
tidak sama sekali karena masih hidup di akhir masa perjanjian). Ketika unsur gharar terjadi
maka terdapat juga unsure maisir (perjudian), karena dari transaksi diatas apabila terjadi klaim,
perusahaan asuransi akan membayar uang pertanggungan kepada peserta jauh lebih besar
dibanding dari premi yang diberikan oleh peserta tersebut, juga sebaliknya bila peserta tidak
mengalami risiko yang diperjanjikan, maka dia akan kehilangan semua premi yang telah
dibayarnya.

B. Pengelolaan risiko dalam asuransi Syariah

Dalam asuransi syariah, tidak mengenal pengalihan risiko (transfer of risk) yang digunakan
adalah pembagian risiko (sharing of risk). Dengan konsep pembagian risiko, yang saling
menanggung risiko adalah para peserta itu sendiri bukan perusahaan asuransi, sehingga
perusahaan asuransi bukan sebagai penanggung tetapi berfungsi sebagai pemegang
amanah, juga peserta tidak membeli polis tetapi memberikan donasi/derma (dalam asuransi
syariah sering dinamakan tabarru') yang diniatkan untuk tolong menolong diantara peserta bila
terjadi musibah, juga tidak terjadi pengalihan kepemilikan dana, yang ada adalah pengumpulan
dana atau pooling of fund.

Contoh, ketika seorang peserta mengikuti asuransi kebakaran; untuk rumah tinggal, dia akan
memberikan kontribusi dana (ditentukan oleh perusahaan asuransi syariah) yang diniatkan
untuk tolong menolong diantara peserta, perusahaan asuransi syariah akan memasukkan dana
tersebut kedalam suatu kumpulan dana peserta (rekening khusus), bila terjadi kebakaran atas
rumah tinggal tersebut maka perusahaan (sebagai wakil dari peserta) akan mengambil dana
dari rekening khusus diatas dan memberikannya kepada peserta yang mengalami musibah,
namun bila tidak terjadi musibah kebakaran terhadap tempat tinggal peserta diatas, dan masih
ada kelebihan dana pada rekening khusus diatas, maka ada pengembalian sebagian dana
tersebut.

3/3

You might also like