You are on page 1of 18

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

KURVA SPESIES AREA

Nama : Dinda Nurul Maulida


NIM : 109095000020
Kelompok : 3 (tiga)
Asisten : Yudhi Nugraha S
Tanggal Praktikum : Selasa,12 April 2011
Tanggal Pengumpulan: Selasa,26 April 2011

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan yang terdiri dari beberapa jenis


yang berbeda hidup bersama di suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut
terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri
maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh
serta dinamis.

Kurva spesies-area (bahasa Inggris: species-area curve, SAC), dalam ekologi,


adalah grafik yang menggambarkan hubungan antara jumlah jenis dengan ukuran kuadrat
(petak ukur). Grafik itu biasanya menunjukkan pola pertambahan jumlah jenis yang relative
tajam pada ukuran kuadrat kecil sampai pada suatu titik tertentu dan sesudah itu semakin
mendatar seiring dengan peningkatan ukuran kuadrat. KSA dapat digunakan untuk
menentukan luas kuadrat tunggal minimum yang mewakili suatu komunitas tumbuhan dari
segi jenis penyusun. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat
kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk
mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu
jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang
digunakan. Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu
jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar
individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian.
Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa
menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka
dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini,
maka dapat ditetapkan : (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan
diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang
jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur. Caranya adalah dengan mendaftarkan
jenis-jenis yang terdapat pada petak kecil, kemudian petak tersebut diperbesar dua kali dan
jenis-jenis yang ditemukan kembali didaftarkan. Pekerjaan berhenti sampai dimana
penambahan luas petak tidak menyebabkan penambahan yang berarti pada banyaknya jenis.
Luas minimun ini ditetapkan dengan dasar jika penambahan luas petak tidak menyebabkan
kenaikan jumlah jenis lebih dari 5-10% (Oosting, 1958; Cain & Castro, 1959). Oleh karena
itu kegiatan inventarisasi jenis-jenis gulma yang terdapat di pertanaman pulai darat perlu
dilakukan. Dengan diketahuinya jenis-jenis gulma sangat menentukan kebijaksanaan
pengelolaan gulma di pertanaman pulai darat

1.2 Tujuan
a. Menentukan luas petak minimum yang dapat mewakili tipe komunitas yang
sedang dianalisis guna keperluan ekologi
b. Untuk mengetahui komposisi jenis, peranan, penebaran dan struktur tipe vegetasi
yang diamati
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Analis Vegetasi
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi
secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi
adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis
vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai
penting dari penyusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh
informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan (Greig-
Smith, 1983). Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan
bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi dapat
digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-
tumbuhan:
1. Mempelajari tegakan hutan, yaitu pohon dan permudaannya.

2. Mempelajari tegakan tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu
jenis vegetasi dasar yang terdapat dibawah tegakan hutan kecuali permukaan pohon hutan
padang rumput / alang-alang dan vegetasi semak belukar. Dari segi floristis ekologis
pengambilan sampling dengan cara “random sampling” hanya mungkin digunakan apabila
lapangan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman. Pada
umumnya untuk keperluan penelitian ekologi hutan lebih tepat dipakai “systematic
sampling”, bahkan “purposive sampling” pun boleh digunakan pada keadaan tertentu.
Luas daerah contoh vegetasi yang akan diambil datanya sangat bervariasi untuk setiap bentuk
vegetasi mulai dari 1 dm2 sampai 100 m2. Suatu syarat untuk daerah pengambilan contoh
haruslah representatif bagi seluruh vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan
kepada sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa komunitas tumbuhan yang dibentuk
oleh populasi-populasi. Jadi peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat penting. Sifat
komunitas akan ditentukan oleh keadaan individu-individu tadi, dengan demikian untuk
melihat suatu komunitas sama dengan memperhatikan individu-individu atau populasinya
dari seluruh jenis tumbuhan yang ada secara keseluruhan. Ini berarti bahwa daerah
pengambilan contoh itu representatif bila didalamnya terdapat semua atau sebagian besar dari
jenis tumbuhan pembentuk komunitas tersebut (Soemarto, 2001). Dengan demikian pada
suatu daerah vegetasi umumnya akan terdapat suatu luas tertentu, dan daerah tadi sudah
memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara keseluruhan.yang disebut luas minimum
(Odum, 1998).

3.2 Metode dalam Analisa Vegetasi

Dalam analisa vegetasi ini terdapat banyak ragam metode analisa diantaranya yaitu:

1. Dengan cara petak tunggal

2. Dengan cara petak berganda

3. Dengan cara jalur (Transek) dengan cara garis berpetak

4. Dengan cara-cara tanpa petak

Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk
penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan
tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan
metode kuadran (Simanung, 2009).

- Metode Kuadran

Pada umumnya dilakukan jika hanya vegetasi tingkat pohon saja yang menjadi bahan
penelitian. Metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi,
dominansi pohon dan menaksir volumenya.

Ada dua macam metode yang umum digunakan (Simanung, 2009) :

a. Point-quarter

Yaitu metode yang penentuan titik-titik terlebih dahulu ditentukan disepanjanggaris transek.
Jarak satu titik dengan lainnya dapat ditentukan secara acak atau sistematis. Masing-masing
titik dianggap sebagai pusat dari arah kompas, sehingga setiap titik didapat empat buah
kuadran. Pada masing-masing kuadran inilah dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas
penutupan satu pohon yang terdekat dengan pusat titik kuadran. Selain itu diukur pula jarak
antara pohon terdekat dengan titik pusat kuadran.

b. Wandering-quarter
Yaitu suatu metode dengan cara membuat suatu garis transek dan menetapkan titik sebagai
titik awal pengukuran. Dengan menggunakan ) yang berpusat pada titik awal°kompas
ditentukan satu kuadran (sudut 90 tersebut dan membelah garis transek dengan dua sudut
sama besar. Kemudian dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan danjarak satu
pohon terdekat dengan titik pusat kuadran. Penarikan contoh sampling dengan metode-
metode diatas umumnya digunakan pada penelitian-penelitian yang bersifat kuantitatif .

Adapun parameter vegetasi yang diukur dilapangan secara langsung adalah (Andre, 2009) :

1) Nama jenis (lokal atau botanis)

2) Jumlah individu setiap jenis untuk menghitung kerapatan

3) Penutupan tajuk untuk mengetahui persentase penutupan vegetasi terhadap lahan

4) Diameter batang untuk mengetahui luas bidang dasar dan berguna untuk menghitung
volume pohon.

5) Tinggi pohon, baik tinggi total (TT) maupun tinggi bebas cabang (TBC), penting untuk
mengetahui stratifikasi dan bersama diameter batang dapat diketahui ditaksir ukuran volume
pohon.

Hasil pengukuran lapangan dilakukan dianalisis data untuk mengetahui kondisi kawasan yang
diukur secara kuantitatif. Beberapa rumus yang penting diperhatikan dalam menghitung hasil
analisa vegetasi, yaitu (Gapala, 2010) ;

1. kerapatan (Density)

Banyaknya (abudance) merupakan jumlah individu dari satu jenis pohon dan tumbuhanlain
yang besarnya dapat ditaksir atau dihitung.Secara kualitatif kualitatif dibedakan menjadi
jarang terdapat ,kadang-kadang terdapat,sering terdapat dan banyak sekali terdapat jumlah
individu yang dinyatakan dalam persatuan ruang disebut kerapatan yang umunya dinyatakan
sebagai jumlah individu,atau biosmas populasi persatuan areal atau volume,missal 200 pohon
per Ha

2. Dominasi
Dominasi dapat diartikan sebagai penguasaan dari satu jenis terhadap jenis lain (bisa dalam
hal ruang ,cahaya danlainnya),sehingga dominasi dapat dinyatakan dalam besaran:

a) Banyaknya Individu (abudance)dan kerapatan (density)

b) persen penutupan (cover percentage) dan luas bidang dasar(LBD)/Basal area(BA)

c) Volume

d) Biomas

e) Indek nilai penting(importance value-IV)

Kesempatan ini besaran dominan yang digunakan adalh LBH dengan pertimbangan lebih
mudah dan cepat,yaitu dengan melakukan pengukuran diameter pohon pada ketinggian
setinggi dada (diameter breas heigt-dbh)

3. Frekuensi

Frekuensi merupakan ukuran dari uniformitas atau regularitas terdapatnya suatu jenis
frekuensi memberikan gambaran bagimana pola penyebaran suatu jenis,apakah menyebar
keseluruh kawasan atau kelompok.Hal ini menunjukan daya penyebaran dan adaptasinya
terhadap lingkungan.

Raunkiser dalam shukla dan Chandel (1977) membagi frekuensi dalm lima kelas berdasarkan
besarnya persentase,yaitu:

• Kelas A dalam frekuensi 01 –20 %


• Kelas B dalam frekuensi 21-40 %
• Kelas C dalm frekuensi 41-60%
• Kelas D dalam frekuensi 61-80 %
• Kelas E dalam frekuensi 81-100%

4. Indek Nilai Penting(importance value Indeks)

Merupakan gambaran lengkap mengenai karakter sosiologi suatu spesies dalam


komunitas(Contis dan Mc Intosh, 1951) dalam Shukla dan chandel (1977).Nilainya diperoleh
dari menjumlahkan nilai kerapatan relatif, dominasi relaif dan frekuensi relatif,sehingga
jumlah maksimalnya 300%.

Praktik analisis vegetasi sangat ditunjang oleh kemampuan mengenai jenis tumbuhan (nama).
Kelemahan ini dapat diperkecil dengan mengajak pengenal pohon atau dengan membuat
herbarium maupun foto yang nantinya dapat diruntut dengan buku pedoman atau dinyatakan
keahlian pengenal pohon setempat,ataupundapat langsung berhubungan dengan lembaga
Biologi Nasional Bogor.

Analisis vegetasi dapat dilanjutkan untuk menentukan indeks keanekaragaman ,indeks


kesamaan, indeks asosiasi, kesalihan, dll, yang dapat banyak memberikan informasi dalam
pengolahan suatu kawasan, penilaian suatu kawasan. Data penunjang seperti tinggi tempat,
pH tanah warna tanah, tekstur tanah dll diperlukan untuk membantu dalam
menginterpretasikan hasil analisis.

Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan ke dalam 3


kategori yaitu :

1. Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan
membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda.

2. Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal.

3. Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau
beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983).

Untuk mempelajari komposisi vegetasi perlu dilakukan pembuatan petak-petak pengamatan


yang sifatnya permanen atau sementara. Menurut Soerianegara (1974) petak-petak tersebut
dapat berupa petak tunggal, petak ganda ataupun berbentuk jalur atau dengan metode tanpa
petak. Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Dombois dan
E1lenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau
secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu.

Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi


dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan
(Marsono, 1987). Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya.
Dengan ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian
rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi spesies beserta
kelimpahannya akan rnempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan releve yang
berbeda akan saling berjauhan. Ordinasi dapat pula digunakan untuk menghubungkan pola
sebaran jenis jenis dengan perubahan faktor lingkungan.

Ukuran permudaan yang digunakan dalam kegiatan analisis vegetasi hutan adalah sebagai
berikut:

a. Semai : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan setinggi kurang dari 1,5 m.

b. Pancang : Permudaan dengan tinggi 1,5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm.

c. Pohon : Pohon berdiameter 10 cm atau lebih.

d. Tumbuhan bawah : Tumbuhan selain permudaan pohon, misal rumput, herba dan semak
belukar.

Selanjutnya ukuran sub-petak untuk setiap tingkat permudaan adalah sebagai berikut:

(a) Semai dan tumbuhan bawah : 2 x 2 m.

(b) Pancang : 5 x 5 m.

(c) Pohon : 10 x 10 m.

Menurut Weaver dan Clements (1938) kuadrat adalah daerah persegi dengan berbagai
ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 1 dm2 sampai 100 m2. Bentuk petak sampel dapat
persegi, persegi panjang atau lingkaran.

Metode kuadrat juga ada beberapa jenis:

a. Liat quadrat: Spesies di luar petak sampel dicatat.

b. Count/list count quadrat: Metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah spesies yang
ada beberapa batang dari masing-masing spesies di dalam petak. Jadi merupakan suatu daftar
spesies yang ada di daerah yang diselidiki.
c. Cover quadrat (basal area kuadrat): Penutupan relatif dicatat, jadi persentase tanah yag
tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa area (penutupan relatif)
yang diperlukan tiap-tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah. Total
basal dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari beberapa jenis tanaman. Cara
umum untuk mengetahui basal area pohon dapat dengan mengukur diameter pohon pada
tinggi 1,375 meter (setinggi dada).

d. Chart quadrat: Penggambaran letak/bentuk tumbuhan disebut Pantograf. Metode ini ter-
utama berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan menentukan letak tiap-
tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat. Alat yang digunakan pantograf dan
planimeter. Pantograf diperlengkapi dengan lengan pantograf. Planimeter merupakan alat
yang dipakai dalam pantograf yaitu alat otomatis mencatat ukuran suatu luas bila batas-
batasnya diikuti dengan jarumnya (Wahyu,2009).

Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak
bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut,
maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA).

3.3 Kurva Species Area

Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : (1) luas minimum suatu
petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar
hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan
metode jalur. Caranya adalah dengan mendaftarkan jenis-jenis yang terdapat pada petak
kecil, kemudian petak tersebut diperbesar dua kali dan jenis-jenis yang ditemukan kembali
didaftarkan. Pekerjaan berhenti sampai dimana penambahan luas petak tidak menyebabkan
penambahan yang berarti pada banyaknya jenis. Luas minimun ini ditetapkan dengan dasar
jika penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5-10%
(Oosting, 1958; Cain & Castro, 1959). Untuk luas petak awal tergantung surveyor, bisa
menggunakan luas 1m x1m atau 2m x 2m atau 20m x 20m, karena yang penting adalah
konsistensi luas petak berikutnya yang merupakan dua kali luas petak awal dan kemampuan
pengerjaannya dilapangan. Untuk lebih jelas bagan pekerjaan dapat dilihat pada gambar 1.

Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan
menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan (Marsono, 1987).
Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Dengan ordinasi
diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian rupa sehingga
releve yang paling serupa mendasarkan komposisi spesies beserta kelimpahannya akan
rnempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan releve yang berbeda akan saling
berjauhan. Ordinasi dapat pula digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis jenis
dengan perubahan faktor lingkungan (Simanung, 2009).

Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan
untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter.
Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis
dengan metode kuadran.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Praktikum Daur Karbon dilakukan di Taman Wisata Situ Gintung.
dilaksanakan pada :
Hari : Selasa
Tanggal : 26 April 2011
Pukul : 08.00-10.00 WIB

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Pita meteran (roll), tali
rafia, dan alat tulis. Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Alkohol
70% dan peralatan Herbarium.

3.3 Cara kerja


Pilih suatu tipe vegetasi yang dapat dipakai sebagai contoh dan menentukan
batas-batasnya. Lalu Buat satu bujur sangkar di lapangan rumput seluas
(25x25)cm, kemudian catat semua jenis tumbuhan yang berada di dalam kuadrat
tersebut. Apabila seluruh jenis tumbuhan sudah tercatat, perluas kuadrat tadi
menjadi dua kali semula yaitu (25x50)cm, catat kembali penambahan jenis
tumbuhan pada ukuran yang telah diperluas tadi. Lalu dilakukan penambahan luas
dengan cara yang sama, yaitu dua kali asalnya : (50x50), (50x100),(100x100)cm
dan seterusnya sehingga tidak terjadi lagi penambahan jenis tumbuhan baru,
catatan : bentuk kuadrat yang digunakan untuk percontoh dapat pula berupa
lingkaran. Lalu, untuk menentukan luas minimum, susunlah grafik dari data yang
diperoleh, lalu ditarik garis lurus, sehingga terbentu garis singgung yang
menunjukan luas daerah minimum.
5
5

Gambar 3.1 Denah Kurva Spesies Area


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, dengan melakukan penghitungan jumlah
spesies pada suatu tempat di Taman Wisata Situ Gintung, menggunakan konsep denah Kurva
sesies area (Gambar 3.1) didapat data sebagai berikut:

Tabel 4.1 Persebaran Vegetasi yang ada menggunakan metode Kurva Species
Area
Ukuran Luas (cm2) Banyak nya spesies Penambahan Jenis Spesies
1 625 2 - Graminae, Sp1
2 1250 3 1 Graminae, Sp1,
Sp2,
3 2500 5 2 Graminae, Sp1,
Sp2, Rhoeo
discolor, Mimosa
Pudica
4 5000 5 - Graminae, Sp1,
Sp2, Rhoeo
discolor, Mimosa
Pudica

Berdasarkan tabel diatas, Lalu kita dapat mentukan Kuas minimium dengan cara
menyusun tabel tersbut kedalam grafik . grafik data yang diperoleh kurang lebih seperti yang
tergambarkan pada grafik 4.1
Dapat dilihat bahwa pada ukuran ke 4, atau plot ke 4, dengan luas 5000 cm 2 yakni
pada plot berukuran 50x100 cm sudah tidak ada lagi penambahan jumlah spesies, dari 4 plot
yang dibuat, spesies yang ditemuakan hanyalah dari famili Graminae, yakni rumput-
rumputan, Sp1,Sp2, Mimosa Pudica, dan tanaman Rhoeo Discolor yang kecil-kecil. Jenis
spesies yang ditemukan hanya sedikit, hal ini dikarenakan kawasan yang dijadikan temat
pengambian sampel tidak begitu banyak keanekaragaman nya, dan banyak yang sudah
dipangkas untuk keperluan estetika. Jumlah individu masing-masing spesies juga tidak begitu
melimpah, dengan rata-rata berjumlah 10 masing-masing individu. hal ini dikarenakan
penentuan luas percontoh yang diambil oleh kelompok kami tidak representatif, yakni belum
menggambarkan bentuk vegetasi secara keseluruhan . Percontohan yang diambil dianggap
memadai bila seluruh atau sebagian besar jenis tumbuhan pembentuk vegetasi ini akan
didapatkan suatu luasan terkecil yang dapat mewakili vegtasi.
Berdasarkan grafik, sumbu x adalah luas kuadrat dan sumbu y adalah jumlah
kumulatif jenis. Dari grafik dapat ditentukan berapa luas minimum yang diperlukan untk
menganalisis bentuk vegetasi tersebut. Penentuan luas minimum dapat dilakukan dengan
menentukan titik, saat kurva mulai mendatar. Luas minimum ditunjukkan oleh perpotongan
dari garis yang dibuat dari titik tersebut dengan sumbu y. Lalu dengan mencari titik ada kurva
dimana kenaikan jumlah jenis sebesar tidak lebih dari 10% dari jumlah total jenis yang
ditemukan (Mueller-Dumbois,1974). Menurut hasil pengamatan, titik dimana jumlah spesies
tidak mengalami pertambahan, diawali pada plot ke3, yakni pada luas 25x100 cm2. Lalu pada
plot 4, dengan luas 50x100 cm2 sudah tidak ada lagi pertambahan spesies. Disinilah grafik
mulai stabil. Lalu dihitung 10% dari total area kuadrat jenis yang ditemukan, yakni 10% dari
5000 cm2 adalah 10/100x5000 = 500, masukkan titik 500 pada variable x, yaitu luas kuadrat,
lalu untuk sumbu x didapat dari 50/100 = 0,5. Lalu ditarik garis lurus, karena garis tersebut
belum bersinggungan dengan kurva, maka dibuat garis sejajar dari garis lurus tersebut,
shingga melewati kurva, dan didapat titik singgungan yang menunjukkan pada luas kuadrat
1875 cm2. Hal ini berarti, 1875 cm2 merupakan luas minimum yang dapat menggambarkan
seluruh spesies yang dapat mewakili seluruh karakter vegetasi yang ada.
Pengkajian labih lanjut mengenai pengukuran vegetasi adalah bahwa data hasil
pengukuran vegetasi dipengaruhi oleh parameter-parameter sebagai berikut :
a. Kepadatan, kerimbunan dan frekuensi.
Vegetasi atau komunitas tumbuhan terdiri dari berbagai populasi tumbuhan
dengan kepentingan ekologis yang berlainan.Kepadatan absolut ditentukan
berdasarkan jumlah individu dalam satuan luas tertentu. Kerimbunan dihitung
berdasarkan presentase daerah yang dikuasai oleh tumbuhan. Sedangkan
Frekuensi ditentukan berdasarkan perjumpaan suatu jenis tumbuhan selama
pengamatan dilakukan. Dalam hal ini, frekuensi nya adalah 50%.
b. Biomassa/Produktivitas yakni data mengenai bobot dari suatu populasi dalam
periode tertentu.
c. Nilai penting sebagai dasar penentuan tipe komunitas tumbuhan merupakan
penjumlahan dari nilai relatif ketiga parameter tersebut.
d. Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen penyusun
vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam
pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi
umumnya terdiri dari (Andre, 2009) :
e. - Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan
memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
f. - Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya
pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit.
g. - Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki
rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai
daun.
h. - Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya
tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan
biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
i. - Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri
sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau
belukar.
j. - Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai
rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang
menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang
kadang-kadang keras.
k. - Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu
batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.
l. Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu :
m. - Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari
1.5 m.
n. - Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan berdiameter
kurang dari 10 cm.
o. - Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.
BAB V
KESIMPULAN

1. Jumlah kumulatif spesies pada luas 25x25 cm2 adalah 2, pada luas 25x50 cm2
adalah 3, pada 25x100cm2 adalah 5 dan stabil dimana tidak terjadi penambahan
jumlah spesies pada luas 50x100 cm2.
2. Luas minimum adalah luasan terkecil yang dapat mewakili karakteristika vegetasi
secara keseluruhan.
3. Luas minimum vegetasi adalah 1875 cm2
4. Pengukuran vegetasi dipengaruhi oleh parameter yaitu : kepadatan,kerimbunan
dan frekuensi, Biomassa, dan Nilai penting
5. Frekuensi vegetasi ditentukan berdasarkan perjumpaan suatu jenis tumbuhan
selama pengamatan dilakukan .
6. Frekuensi tumbuhan Graminae 100%, Sp1 100%,Sp2 100%, Rhoeodis Color 50%
dan Mimosa Pudica 25%
DAFTAR PUSTAKA

Burselli.2002. Penentuan ukuran unit contoh dan pengukuran keanekaragaman jenis pohon
di zona sub.Montana Taman Nasional Gunung Gede Pangrango,Jawa Barat. Jurusan
Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Michael, M. 1992. Ekologi Umum. Jakarta: Universitas Indonesia.

Polunin, N. 1990. Ilmu Lingkungan dan Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.Odum.Eugene.P.1994.Fundamental of Ecology.University of Georgia.Georgia

You might also like