You are on page 1of 58

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software

http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Dinas Kesehatan Provinsi D.I.Yogyakarta


2009

Profil Kesehatan DIY 2008 0


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

PROFIL KESEHATAN
PROVINSI DIY 2008

PEMERINTAH PROVINSI
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DINAS KESEHATAN
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

2009
Profil Kesehatan DIY 2008 1
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga Profil Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2008 ini
dapat tersusun.

Sebagai salah satu produk Sistem Informasi Kesehatan Propinsi DIY, maka Profil
Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2008 ini diharapkan dapat
memberi gambaran kepada para pembaca mengenai kondisi dan situasi kesehatan
di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2008.

Kondisi kesehatan yang digambarkan dalam Profil Kesehatan Provinsi Daerah


Istemewa Yogyakarta Tahun 2008 ini disusun berdasarkan data-data yang dihimpun
dari Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, data dari Laporan Rumah Sakit Pemerintah
dan Swasta (RL) serta dari beberapa buku terbitan Badan Pusat Statistik (BPS)

Berbeda dengan Buku profil kesehatan tahun-tahun sebelumnya, penyusunan Buku


profil Kesehatan kali ini mengacu pada Pedoman profil terbaru yang diterbitkan oleh
Pusat Data Departemen Kesehatan tahun 2008.

Kami menyadari bahwa penyusunan profil kesehatan ini masih banyak kekurangan
baik kelengkapan maupun akurasi serta ketepatan waktu maupun penyajianya.
Untuk itu guna kesempurnaan penyusunan profil ini dimasa datang kami harapkan
kritik dan saran dari pembaca.

Demikian atas bantuan berbagai pihak yang terkait dalam penyusunan profil ini kami
ucapkan terimakasih.

Yogyakarta, Agustus 2009


Kepala Dinas Kesehatan Propinsi D.I. Yogyakarta

dr. Bondan Agus Suryanto, SE, MA

Profil Kesehatan DIY 2008 2


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

DAFTAR ISI

HALAMAN
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
DAFTAR TABEL 4
BAB I PENDAHULUAN 5

BAB II GAMBARAN UMUM 7


2.1. WILAYAH 7
2.2. GEOMORPOLOGI LINGKUNGAN HIDUP 7
2.3 KEPENDUDUKAN 10
2.4 EKONOMI & SUMBER DAYA ALAM 12
2.5 SOSIAL & BUDAYA 14
2.6 PEMERINTAHAN & POLITIK 20
2.7 PRASARANA WILAYAH 21
2.8 STRUKTUR & POLA TATA RUANG 23

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN 25


3.1. MORTALITAS 25
3.1.1. UMUR HARAPAN HIDUP 25
3.1.2 ANGKA KELAHIRAN 26
3.1.3 ANGKA KEMATIAN IBU 27
3.1.4 ANGKA KEMATIAN BAYI 28
3.1.5 ANGKA KEMATIAN BALITA 29

3.2. MORBIDITAS 30
3.2.1 POLA PENYAKIT 30
3.2.1.1 POLA PENYAKIT MENULAR 32
3.2.1.2 POLA PENYAKIT TIDAK MENULAR 37
3.2.2 POLA PENYEBAB KEMATIAN 39
3.3. STATUS GIZI 41

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN 42


4.1. VISI & MISI 42
4.2. PELAYANAN KESEHATAN DASAR & RUJUKAN 43
4.3. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT 46
4.4. PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK 47
4.5. PEMBINAAN KESEHATAN LINGKUNGAN 48
4.6. PERILAKU HIDUP BERSIH & SEHAT 49

BAB V KESIMPULAN 50
LAMPIRAN 57

Profil Kesehatan DIY 2008 3


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur


(jiwa) Tahun 2003-2008

Tabel 2. Peserta Jaminan Kesehatan Keluarga Miskin

Tabel 3 Angka Kelahiran

Tabel.4 Angka Kematian Bayi

Tabel 5 Penyakit Terbanyak Kunjungan Rawat Jalan Pasien


JPK Gakin di Puskesmas tahun 2008

Tabel 6 Jumlah Peserta Jaminan Kesehatan Keluarga Miskin

Tabel 7 Jumlah Layanan Rawat jalan Puskesmas bagi


Masyarakat Miskin

Tabel 8 Sarana Pelayanan Kesehatan Rujukan di Provinsi DIY

qqq

Profil Kesehatan DIY 2008 4


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

BAB I
PENDAHULUAN

Profil Kesehatan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah gambaran


situasi kesehatan di Provinsi DIY yang diterbitkan setiap tahun sekali. Maksud
diterbitkannya buku ini adalah untuk menampilkan berbagai data tentang kesehatan
dan data pendukung lain yang dideskripsikan dengan analisis dan ditampilkan
dalam bentuk tabel dan grafik. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah
tersampaikannya informasi kesehatan yang merupakan pencapaian Pembangunan
Kesehatan Tahun 2008 dengan mengacu Visi Indonesia Sehar 2010.
Profil Kesehatan Provinsi DIY Tahun 2008 disusun secara sistematis
mengikuti pedoman penyusunan profil kesehatan yang diterbitkan oleh Pusat Data
dan Informasi Departemen Kesehatan RI.
Sistimatika penyajian Profil Kesehatan Provinsi DIY tahun 2008 ini adalah sebagai
berikut :

Bab I – Pendahuluan
Bab ini Berisi tentang maksud dan tujuan profil kesehatan dan sistematika dari
penyajiannya.

Bab II – Gambaran Umum


Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Provinsi DIY. Selain uraian tentang
letak geografis, administratif, dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya misal
kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dan lingkungan.

Bab III – Situasi Derajat Kesehatan


Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai mortalitas, morbiditas, dan status
gizi masyarakat.

Bab IV – Situasi Upaya Kesehatan

Profil Kesehatan DIY 2008 5


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Bab ini menguraikan tentang visi dan misi dalam melaksanakan pembangunan
kesehatan, pelayanan kesehatan dasar & rujukan, perbaikan gizi masyarakat,
pelayanan kesehatan ibu dan anak, pembinaan kesehatan lingkungan, serta perilaku
hidup bersih dan sehat.

Bab V – Situasi Sumber Daya Manusia


Bab ini menguraikan tentang tenaga kesehatan, sarana kesehatan, serta
pembiayaan kesehatan.

Bab VI – Kesimpulan
Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah
lebih lanjut dari Profil Kesehatan Provinsi DIY di tahun 2008.

Lampiran
Pada lampiran ini berisi resume/angka pencapaian Provinsi DIY dan 63 tabel data
yang merupakan gabungan table indicator Provinsi sehat dan Indikator pencapaian
kinerja standar Pelayanan Minimal bidang kesehatan.

qqq

Profil Kesehatan DIY 2008 6


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1. WILAYAH

Provinsi DIY terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa, secara


astronomis terletak pada 7°33’-8°12’ Lintang Selatan dan 110°00’-110°50’ Bujur
Timur, dengan luas 3.185,80 km2 atau 0,17 % dari luas Indonesia (1.890.754
km2) (Sumber : RPJMD). Daerah Istimewa Yogyakarta bagian selatan dibatasi
Lautan Indonesia, sedangkan di bagian Timur Laut, Tenggara, Barat dan Barat
Laut dibatasi Provinsi Jawa Tengah. Batas-batas wilayah Provinsi DIY meliputi :
a. Sebelah Timur Laut berbatasan dengan Kabupaten Klaten
b. Sebelah Tenggara berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo
d. Sebelah Barat Laut berbatasan dengan Kabupaten Magelang

Secara administratif terdiri dari 1 kota dan 4 kabupaten, 78 kecamatan dan 438
kelurahan/desa, yaitu:

a. Kota Yogyakarta (luas 32,50 km2, 14 kecamatan, 45 kelurahan);


b. Kabupaten Bantul (luas 506,85 km2, 17 kecamatan dan 75 desa);
c. Kabupaten Kulon Progo(luas 586,27 km2, 12 kecamatan dan 88 desa);
d. Kabupaten Gunungkidul (luas 1.485,36 km2, 18 kecamatan, 144 desa);
e. Kabupaten Sleman (luas 574,82 km2, 17 kecamatan dan 86 desa).

2.2.. Geomorfologi dan Lingkungan Hidup

Menurut altitude, Provinsi DIY terbagi menjadi daerah dengan ketinggian <
100 m, 100-500 m dan 500– 1.000 m (sebagian besar di Kabupaten Bantul),
1.000–2000 m diatas permukaan laut terletak di Kabupaten Sleman. Secara
fisiografi, DIY dapat dikelompokkan menjadi empat satuan wilayah :
(a) Satuan fisiografi Gunungapi Merapi, mulai dari kerucut gunung hingga
bentang lahan vulkanik, meliputi Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian
Bantul. Daerah kerucut dan lereng gunung api merupakan daerah hutan
lindung sebagai kawasan resapan air daerah bawahan. Wilayah ini

Profil Kesehatan DIY 2008 7


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

memiliki luas kurang lebih 582,81 km2 dengan ketinggian 80 – 2.911 m.


(b) Satuan Pegunungan Seribu Gunungkidul, merupakan kawasan perbukitan
batu gamping dan bentang karst tandus dan kurang air permukaan, di
bagian tengah merupakan cekungan Wonosari yang terbentuk menjadi
Plato Wonosari. Wilayah pegunungngan ini memiliki luas kurang lebih
1.656,25 km2 dengan ketinggian 150-700 m.
(c) Satuan Pegunungan di Kulon Progo bagian utara, merupakan bentang
lahan struktural denudasional dengan topografi berbukit, kemiringan lereng
curam dan potensi air tanah kecil. Luas wilayah ini mencapai kurang lebih
706,25 km2 dengan ketinggian : 0 – 572 m
(d) Satuan Dataran Rendah, merupakan bentang lahan fluvial (hasil proses
pengendapan sungai) yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang
mulai dari Kulon Progo sampai Bantul yang berbatasan dengan
Pegunungan Seribu. Wilayah ini memiliki luas 215,62 km2 dengan
ketinggian 0 – 80 m.

Kondisi fisiografi tersebut membawa pengaruh terhadap persebaran


penduduk, ketersediaan sarana prasarana, sosial, ekonomi, serta
ketimpangan kemajuan pembangunan. Daerah-daerah yang relatif datar,
(dataran faluvial meliputi Sleman, Kota, dan Bantul) adalah wilayah padat
penduduk, memiliki intensitas sosial ekonomi tinggi, maju dan berkembang
namun juga banyak terjadi pencemaran lingkungan.

Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki iklim tropis dengan curah hujan berkisar
0,00 mm – 13,00 mm per hari. Suhu udara rata-rata berkisar antara 21-350 C.
Kelembaban udara berkisar antara 30 - 97 persen dan tekanan udara 1.005,3
mb – 1.017,2 mb dengan arah angin antara 180 derajat – 240 derajat dan
kecepatan angin antara 0 knot sampai 29 knot

Wilayah DIY mempunyai potensi bencana alam, terutama berkaitan dengan


bahaya geologi yang meliputi:

(a) Gunung Merapi, mengancam wilayah Kabupaten Sleman bagian utara dan
wilayah sekitar sungai yang berhulu di puncak Merapi;
(b) Gerakan tanah/batuan dan erosi, berpotensi terjadi pada lereng

Profil Kesehatan DIY 2008 8


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Pegunungan Kulon Progo (bagian utara dan barat), lereng Pengunungan


Selatan (Gunungkidul) dan bagian timur (Bantul);
(c) Bahaya banjir, terutama berpotensi mengancam daerah pantai selatan
Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Bantul;
(d) Bahaya kekeringan berpotensi terjadi di wilayah Kabupaten Gunungkidul
bagian selatan, khususnya kawasan karst;
(e) Bahaya tsunami, berpotensi di pantai selatan Kulon Progo, Bantul, dan
Gunungkidul, khususnya pada elevasi kurang dari 30 m dpl;
(f) Bahaya gempa bumi (tektonik, vulkanik) berpotensi terjadi di seluruh
wilayah DIY. Gempa tektonik berpotensi di tumbukan lempeng dasar
Samudra Indonesia di sebelah selatan DIY.
(g) Bahaya angin puting beliung, berpotensi terjadi di seluruh wilayah Provinsi
DIY.

Pengelolaan sumberdaya alam yang tidak berkelanjutan dan mengabaikan


kelestarian fungsi lingkungan hidup menyebabkan daya dukung lingkungan
menurun dan ketersediaan sumberdaya alam menipis. Kawasan hutan
dengan luas 23,54% dari luas wilayah DIY kurang mencukupi sebagai standar
lingkungan hidup. Menurunnya daya dukung dan ketersediaan sumberdaya
alam juga terjadi karena kemampuan iptek yang rendah sehingga tidak
mampu mengimbangi laju pertumbuhan penduduk.

Pencemaran air, udara, dan tanah juga masih belum tertangani secara tepat
karena semakin pesatnya aktivitas pembangunan yang kurang
memperhatikan aspek kelestarian fungsi lingkungan. Untuk itu, kebijakan
pengelolaan lingkungan hidup secara tepat akan dapat mendorong perilaku
masyarakat untuk menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan
agar tidak terjadi krisis sumberdaya alam, khususnya krisis air, krisis pangan,
dan krisis energi.

Laju kerusakan lingkungan dan pencemaran lingkungan yang terjadi baik di


perkotaan maupun pedesaan terus terjadi. Kerusakan sumberdaya alam dan
penurunan mutu lingkungan secara drastis tersebut menyebabkan perubahan
tatanan dan fungsi lingkungan hidup. Hal ini menyebabkan munculnya

Profil Kesehatan DIY 2008 9


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

ancaman global seperti perubahan iklim global, rusaknya keanekaragaman


hayati, serta meningkatnya produksi gas rumah kaca.

2.3. Kependudukan

Perkembangan jumlah penduduk DIY tahun 2003-2004 (SUSENAS 2004)


tercatat pada tahun 2003 sebanyak 3.207.385 jiwa, dan pada tahun 2004
sebanyak 3.220.808 jiwa atau naik 0,42%. Sedangkan jumlah penduduk hasil
proyeksi SUPAS 2005 menunjukkan pada tahun 2005 sebanyak 3.365.500
jiwa, meningkat menjadi sebanyak 3.468.500 jiwa pada tahun 2008 atau naik
rata-rata sebesar 1,01% pertahun. Sementara data BPS tahun 2008
menunjukkan 3.508.825 jiwa terdiri dari 1.790.053 penduduk laki-laki dan
1.598.116 penduduk perempuan (rasio 1,12).

Laju pertumbuhan di DIY merupakan salah satu yang terkecil di Indonesia.


Hal ini dapat diartikan sebagai keberhasilan program kependudukan dan
pergeseran prinsip dari masalah kuantitas menuju kualitas.

Gambar 1. Distribusi penduduk menurut usia

Ditinjau dari sisi distribusi penduduk menurut usia, terlihat kecenderungan


yang semakin meningkat pada penduduk usia >65 tahun dan menurunnya
jumlah penduduk usia 0 – 14 tahun dari tahun 2003-2008. Hal tersebut

Profil Kesehatan DIY 2008 10


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

mengindikasikan telah terjadinya pergeseran struktur penduduk yang ditandai


dengan tumbuhnya struktur penduduk tua. Sementara rasio dependency ratio
penduduk usia produktif terhadap penduduk usia non produktif mencapai
0,38 menurun dari 0,45 pada tahun 2003 (Sumber : RPJMD). Sementara
laporan kabupaten / kota menunjukkan tingkat dependensi adalah 0,54.

Pergeseran struktur penduduk menunjukkan adanya transisi demografi yang


diantaranya dipengaruhi oleh perbaikan kesehatan masyarakat. Pergeseran
juga merupakan indikasi tingginya umur harapan hidup penduduk. Usia
harapan hidup (UHH) Provinsi DIY merupakan yang tertinggi di Indonesia.
UHH panjang merupakan representasi perbaikan dari banyak faktor, antara
lain : kondisi ekonomi, pelayanan kesehatan, kualitas lingkungan, sosio-
kultural masyarakat. UHH menjadi indikator keberhasilan pembangunan.
Tabel 1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur (jiwa)
Tahun 2003-2008

Sumber: RPJMD 2009-2013, DIY Dalam Angka 2004-2008, Badan Pusat Statistik DIYTahun 2003-2004,
SUSENAS-2004, Tahun 2005-2008 Angka Proyeksi dari hasil SUPAS 2005

Total rumah tangga tahun 2008 mencapai 928.914 kepala keluarga.


Berdasarkan jenis kelamin diketahui bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih
banyak dari pada penduduk perempuan dengan rasio antara penduduk
perempuan dan penduduk laki-laki rata-rata 100:99,51.

Jumlah penduduk perkotaan lebih besar dibandingkan perdesaan. Namun


hal ini tidak mencerminkan distribusi nyata antara kabupaten dan kota di DIY.

Profil Kesehatan DIY 2008 11


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Dua wilayah kabupaten di DIY masih dicirikan oleh dominasi penduduk


perdesaan (Kulonprogo, Gunungkidul) dengan kesenjangan ciri urbanisasi
dengan 3 wilayah lain cukup besar.

Rerata kepadatan penduduk DIY sekitar 1.078,08 jiwa per km2. Kepadatan
tertinggi di Kota Yogyakarta (13.880 jiwa/km2) terendah di Kabupaten
Gunungkidul (461 jiwa/km2). Permasalahan ketimpangan kepadatan tersebut
diperkuat dengan ketimpangan potensi sumber daya dimana Gunungkidul
adalah salah satu kabupaten di DIY yang memiliki kesuburan lahan kurang
dan keterbatasan suplai air.
Kepadatan Penduduk Kabupaten/Kota Luas (Km2)
th 2003 th2004 th2005 th2006 th2007 th2008
1. Kulon Progo 586.27 635.76 636.67 637.54 638.17 638.69
2. Bantul 506.85 1,645.74 1,681.97 1,718.86 1,744.28 1,769.74
3. Gunungkidul 1,485.36 455.97 457.42 458.85 460.12 461.31
4. Sleman 574.82 1,669.12 1,703.74 1,738.95 1,762.60 1786.24
5. Yogyakarta 32.5 12990.18 13252.86 13519.78 13700.25 13880.55
DIY 3185.8 1025.1 1040.64 1056.41 1067.27 1078.08
Sumber : RPJMD 2009-2013, Proyeksi Penduduk berdasarkan Pertumbuhan SP 2000 – SUPAS 2005,
DIY Dalam Angka 2008,Badan Pusat Statistik DIY

2.4. Ekonomi
(a) Investasi, Industri, dan Perdagangan

Investasi domestik terus mengalami peningkatan baik investasi domestik


maupun asing demikian pula untuk bidang perdagangan. Investasi
pemerintah banyak yang diarahkan pada pelayanan publik sebaliknya
untuk sektor swasta. Investasi sektor industri mengalami pertumbuhan
baik untuk industri kecil, menengah dan besar (0,65%) dengan dominasi
industri kerajinan serta industri tekstil dan kulit.

Industri kreatif di bidang pariwisata, mempunyai potensi berupa desa


wisata (60) yang tersebar di 4 Kabupaten yang diminati oleh wisatawan
dalam dan luar negeri. Selain itu terdapat industri kreatif di bidang
kebudayaan yang meliputi 25 Production House, seni tari 341 kelompok,
dan drama sebanyak 411 kelompok.
Industri Pariwisata memiliki sumbangan paling besar terhadap PDRB
melalui subsektor perdagangan, perhotelan, restoran, dan jasa-jasa

Profil Kesehatan DIY 2008 12


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

lainnya. Jasa perhotelan adalah yang paling dominan. Ketersediaan aset


pariwisata yang memadai berupa wisata alam, wisata budaya, wisata
pendidikan dan wisata minat khusus mudah dijangkau dan dilengkapi
fasilitas hotel, penginapan, MCK umum, warung makan, restoran.

(b) Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB meskipun pertumbuhannya


relatif namun dalam selama sepuluh tahun terakhir mencapai rerata
16,33% (terbesar ketiga setelah jasa dan perdagangan). Jumlah rumah
tangga pertanian selama sepuluh tahun terakhir menurun 9,32% menjadi
47,17% dimana 80,29% diantaranya merupakan petani gurem.
Komoditas tanaman pangan yang meningkat adalah padi, jagung, kacang
tanah, kacang hijau, dan ubi kayu. Komoditas sayuran yang meningkat
adalah kentang dan kacang merah, tomat dan buncis. Lahan sawah
mengalami laju penurunan sebesar 0,27% per tahun, sedangkan lahan
bukan sawah menyusut sebesar 1,62% per tahun.
Luas perkebunan mengalami peningkatan sebesar 14,25%, terutama
pada kelapa, jambu mete dan tembakau. Produksi perkebunan juga
mengalami peningkatan sebesar 3,78%, terutama komoditas kelapa,
jambu mete, kakao dan tembakau.
Produksi ikan konsumsi di DIY selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir
meningkat rerata 9,9% pertahun. Produksi benih ikan dan udang selama
sepuluh tahun terakhir meningkat 27,81%. Konsumsi ikan perkapita
selama sepuluh tahun terakhir meningkat sebesar 5,71% pertahun.

(c) Ketahanan Pangan


Ketersediaan energi Provinsi DIY saat ini sebesar 3.085 kkal/kapita/hari
(Nasional 2.500 kkal/kapita/hari). Keanekaragaman pangan menunjukkan
skor 86,5% (standar 100%). Ketersediaan energi sebesar 2.200
kkal/kap/hari; ketersediaan protein 57 g/kap/hari; norma kecukupan gizi
berdasarkan standar PPH >1.907,6/kkal/kap/hari, konsumsi energi
minimum 1500 kkal/kap/hari, dan konsumsi protein sebesar 62,4
g/kap/hari, dan kualitas konsumsi pangan mendekati skor PPH 85,7%.

Profil Kesehatan DIY 2008 13


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Angka konsumsi energi di DIY sudah melampaui standar, yaitu sebesar


1.835,93 kkal/kap/hari sedangkan angka konsumsi protein, masih belum
memenuhi angka standar karena baru mencapai angka 51,04 g/kap/hari.
Luas hutan mencapai 23,54% dari luas DIY (74.992,96 Ha) yang terdiri
dari hutan negara dan hutan rakyat, hutan di DIY belum memenuhi fungsi
ekologis ideal (minimal 30%).

2.5. Sosial dan Budaya

(a) Sosial

Penyandang masalah kesejahteraan sosial cenderung meningkat yang


ditunjukkan oleh besarnya jumlah pengangguran dan kelompok marginal
seperti anak terlantar/ jalanan, tuna susila, pengemis, gelandangan,
korban bencana alam, korban tindak kekerasan dan lain sebagainya.
Khusus untuk korban bencana mengalami penurunan signifikan
sehubungan dengan telah selesainya permasalahan paska gempa bumi.

Lembaga / organisasi serta infrastruktur untuk penanganan dan


pengelolaan masalah kesejahteran sosial masih kurang memadai.
Partisipasi dan kesadaran masyarakat dalam penanganan masalah
kesejahteran sosial masih perlu ditingkatkan. Berbagai kelompok dan
organisasi sosial seperti Satgasos Penanggulangan Bencana Alam masih
memerlukan pembinaan dan fasilitasi.

Sumber: : RPJMD 2009-2013, BPS Provinsi DIY

Meskipun secara keseluruhan terjadi peningkatan, namun untuk jumlah


penduduk miskin dari tahun ke tahun menunjukkan penurunan. Tercatat
pada tahun 2003 jumlah penduduk miskin mencapai 19,85% menurun

Profil Kesehatan DIY 2008 14


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

menjadi 18,45% pada tahun 2997 dan 17,77% pada tahun 2008.

Sementara dari data kepesertaan jaminan kesehatan bagi penduduk


miskin, jumlah keseluruhan (Jamkesmas, Jamkesos, Jamkesda) tahun
2008 mencapai 1.256.583 atau mencapai 35,9% dari total jumlah
penduduk (Data program JPK Dinkes Prov DIY, 2009). Terbesar adalah
dari kepesertaan Jamkesmas yang mencapai 942.129 (27,4%) (BPS,
2008).

Tabel 2 Peserta Jaminan Kesehatan Keluarga Miskin


Peserta Jaminan Kesehatan Keluarga Miskin
WILAYA H JM L JIWA
Kab/kot a JAM KESM AS JAM KESO S JAM KESDA JUM LAH % PEND

KOTA 421,100 68,456 13,134 44,968 126,558 30.1%

BANT UL 823,242 222,987 92,000 0 314,987 38.3%

K.PR OGO 386,707 141,893 56,000 0 197,893 51.2%

G.KIDUL 695,625 340,635 83,000 0 423,635 60.9%

SLEM AN 955,027 168,158 19,000 6,352 193,510 20.3%

JUM LAH 3,439,061 942,129 263,134 51320 1,256,583 36.5%

Kabupaten Gunungkidul memiliki jumlah penduduk miskin terbesar yang


mencapai 60,9% dari total penduduk sementara untuk Kabupaten
kulonprogo mencapai 51,2%. Persentase penduduk miskin paling kecil
berada di Kabupaten Sleman yang mencapai 20.3%, sementara untuk
jumlah paling kecil adalah di Kota Yogyakarta.

(b) Pendidikan

DIY secara histori dikenal sebagai daerah tujuan pendidikan nasional


ditandai dengan berkembangnya sekitar 150 lembaga pendidikan tinggi,
pelatihan dan kursus dalam berbagai bidang. Terdapat kecenderungan
penurunan minat belajar ke DIY antara lain disebabkan oleh
berkembangnya pendidikan di daerah lain. Meningkatnya kasus-kasus
penyimpangan moralitas pelajar dan mahasiswa seperti penyalahgunaan
narkoba, pergaulan bebas dan penyimpangan seksualitas, kriminalitas dan
perkelahian.

Angka buta huruf di DIY umur 15-44 tahun di DIY menurun dari 26.183
pada tahun 2006 menjadi 14.159 pada tahun 2007 serta tahun 2008 angka

Profil Kesehatan DIY 2008 15


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

berkurang menjadi 10.156 orang. Diharapkan sebanyak sebanyak 4003


akan bisa diselesaikan pada tahun 2009.

Indikator mutu pendidikan di DIY dapat dilihat dari tingginya angka


partisipasi, yang terdiri dari Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka
Partisipasi Murni (APM). Angka Partisipasi Kasar (APK) untuk jenjang
SD/MI Provinsi DIY pada tahun 2007/2008 menunjukkan angka sebesar
109,86%, SMP/MTs sebesar 117,15%, SMA/MA sebesar 79,02%.
Sedangkan Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI adalah sebesar 95,17%,
SMP/MTs sebesar 77,41% dan SMA/MA sebesar 57,22%. Dibanding
dengan tahun sebelumnya angka-angka tersebut mengalami kenaikan
walaupun relatif kecil.

Jumlah bangunan pendidikan di Provinsi DIY sebelum bencana gempa


bumi tercatat 4774 sekolah, akibat dari gempa menyebabkan 38,62 % dari
total bangunan mengalami kerusakan. Sebanyak 275 unit diantaranya
rusak total dan 777 unit rusak berat.

Anak berkebutuhan khusus yang mengikuti pendidikan telah mencapai


63,24%. Angka melek aksara penduduk usia 15 tahun ke atas mencapai
85,8 % sebagian besar berusia >45 tahun. Angka melek huruf pada
penduduk pria dan wanita relatif sama yaitu sekitar 70,8%.

Tingkat partisipasi pendidikan anak usia dini (0-6 tahun) dalam mengikuti
pendidikan pra-sekolah sudah mencapai 70%. Angka Partisipasi Sekolah
(APS) penduduk usia 7-12 tahun sebesar 100%, APS penduduk usia 13-
15 tahun sebesar 100% dan APS penduduk usia 16-18 tahun sebesar
79,89 %. APS tersebut telah melampaui SPM sebesar 95%, 95% dan
60,00%.

Produksi tenaga kesehatan oleh sarana pendidikan cukup tinggi namun


daya serapnya masih rendah. Institusi pendidikan kesehatan di provinsi
DIY berkembang. Tahun 2009 tercatat jumlah institusi penyelenggara
pendidikan mencapai 51. Selengkapnya sebagai berikut :

Profil Kesehatan DIY 2008 16


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Tingkat Jenis Jumlah


D3/4 Keperawatan 11
Gizi 3
Analis 2
Lingkungan 2
Kebidanan 7
Farmasi 1
S1 FK 4
FKG 1
Farmasi 4
FKM 4
Keperawatan 8
Gizi 1
S2/S3 Spesialis kedokteran 1
Spesialis gigi 1
S2/S3 IKM 1

Pola manajemen pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan


menyesuaikan dengan Pemerintah Daerah, namun koordinasi peningkatan
kualitas tenaga dengan lembaga pendidikan masih kurang. Peran swasta
cenderung kurang terkendali dalam arti kegunaan dan mutu belum sesuai
kebutuhan dan kemampuan penyerapan yang diakibatkan terbatasnya
dana dalam rekruitmen dan pemeliharaan tenaga, profesionalisme,
kompetensi dan etika SDM kesehatan, serta berkaitan dengan proses
produksi (pendidikan, training).

(c) Kebudayaan

Nilai-nilai budaya tumbuh dan hidup dalam kehidupan sehari-hari


masyarakat DIY. Pada sisi lain muncul gelombang modernisme yang
memunculkan gejala lunturnya budaya lokal dalam kehidupan sehari-hari.
Berbagai kesenian hidup dan berkembang.

Seni pertunjukan, seperti seni tari dan teater dikelola oleh 2.924 kelompok
yang tersebar di 78 kecamatan. Kesenian non pertunjukan, seperti seni
rupa, seni kerajinan, cukup banyak dan tersebar, dikelola perorangan
maupun kelompok dalam bentuk sanggar Budaya lokal Yogyakarta
memberi tempat tinggi pada tradisi yang menekankan hirarkhi sosial kuat
sehingga sulit menjalankan perubahan.

Profil Kesehatan DIY 2008 17


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

(d) Pemberdayaan Perempuan, Anak dan Remaja

Pemberdayaan perempuan, anak, remaja telah menunjukkan peningkatan.


Partisipasi remaja/pemuda dalam pembangunan semakin membaik. Taraf
kesejahteraan sosial masyarakat cukup memadai sejalan berbagai upaya
pemberdayaan, pelayanan, rehabilitasi, dan perlindungan sosial bagi
masyarakat rentan termasuk Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS), pecandu narkotik dan obat-obat terlarang.

Permasalahan kesetaraan gender di berbagai bidang seperti pendidikan,


kesehatan, ekonomi masih belum optimal.Sejalan dengan itu upaya
perlindungan terhadap perempuan dan anak dari tindak kekerasan dengan
peran serta penuh dari masyarakat juga menjadi tantangan dalam
menjamin terlaksananya pemberian hak secara layak.

(e) Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Informasi (IPTEK)

Hasil pengembangan Iptek tercermin melalui berbagai publikasi ilmiah


yang mengindikasikan banyaknya kegiatan penelitian. Pemanfaatan hasil
penelitian dan pengembangan iptek relatif masih rendah disebabkan
antara lain belum efektifnya intermediasi, lemahnya sinergi kebijakan
antara pengembang dan pemakai iptek, belum berkembangnya budaya
iptek dan masih terbatasnya sumber daya iptek.

Pengembangan dan pemanfaatan teknologi informasi (TI) sangat pesat


dengan indikator melek TI sebesar 20% dari jumlah penduduk dan terus
akan meningkat di masa yang akan datang. Pemanfaatan TI akan semakin
berkembang baik untuk pihak swasta maupun pemerintah.
Pengembangan TI akan banyak dilakukan oleh pendidikan baik oleh
institusi pemerintah maupun swasta.

(f) Tenaga Kerja dan Transmigrasi

Masalah ketenagakerjaan di DIY sangat terkait dengan masalah


pengangguran, sempitnya kesempatan kerja, dan relatif rendahnya
produktivitas. Hasil Sensus Penduduk (SP) 1971-2000 memperlihatkan
bahwa jumlah angkatan kerja terus meningkat dari sekitar 1,02 juta

Profil Kesehatan DIY 2008 18


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

menjadi 1,7 juta, dengan pertumbuhan 1,79%. Tahun 2003 jumlah


angkatan kerja di DIY menunjukkan peningkatan yaitu pada tahun 2003
sejumlah 1.756.662 orang; tahun 2004 sejumlah 1.815.362 orang; tahun
2005 sejumlah 1.851.209 orang; tahun 2006 sejumlah 1.871.974 orang;
dan tahun 2007 sejumlah 1.954.419 orang.

Besarnya jumlah angkatan kerja mengandung konsekuensi besarnya


kebutuhan penciptaan lapangan kerja agar angka pengangguran dapat
ditekan. Hasil SP 1990 tercatat sekitar 37,7 ribu penduduk usia kerja yang
masuk dalam kategori penganggur terbuka meningkat menjadi 86.8 ribu
pada tahun 2000.

Berdasarkan data tahun 2003 – 2008 tingkat partisipasi angkatan kerja


(TPAK) Provinsi DIY yang merupakan persentase antara jumlah penduduk
angkatan kerja dengan jumlah penduduk usia kerja menunjukkan angka
yang fluktuatif atau rata-rata setiap tahun sebesar 78,75%, sedangkan
Tingkat Pengangguran Terbuka (open unemployement) atau TPT yang
merupakan persentase perbandingan antara jumlah penduduk yang
ingin/sedang mencari pekerjaan dengan angkatan kerja juga menunjukkan
angka yang fluktuatif atau rata-rata setiap tahun sebesar 5,90%. Struktur
pencari kerja didominasi oleh kaum perempuan dan dasar pendidikan
sebagian besar SLTA.

Sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor pertanian
kemudian disusul sektor jasa-jasa lainnya. Realitas ini menunjukkan
bahwa untuk sektor pertanian dan sektor jasa relatif memberikan kontribusi
paling banyak dalam menyerap tenaga kerja. Demikian juga peranan
sektor pertanian cukup dominan dalam menciptakan lapangan kerja.
Sektor yang potensial dikembangkan yaitu sektor pariwisata, sektor
perdagangan dan industri terutama industri kecil menengah serta kerajinan
dapat dikembangkan sebagai penunjang keterserapan tenaga kerja.

(g) Agama

(1) Komposisi pemeluk agama di DIY tahun 2006 terdiri dari 91,38%
agama Islam, 5,38% agama Katholik, 2,88% agama Kristen, 0,17%

Profil Kesehatan DIY 2008 19


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

agama Hindu dan 0,16% agama Budha.


(2) Kerukunan antar umat beragama berkembang dengan baik,
ditunjukkan oleh tidak berkembangnya konflik agama antar pemeluk
agama.

2.6. Pemerintahan dan Politik

(a) Pemerintahan dan Politik


(1) Pemerintahan dan politik cukup stabil karena sebagian besar masih
memandang Kraton sebagai penguasa wilayah. Peran serta dan dialog
birokrasi, organisasi sosial-politik, dan kemasyarakatan berjalan baik.
(2) Tuntutan Good governance dilaksanakan dengan pembenahan dan
pengembangan aspek kapasitas pemerintahan dan perubahan
paradigma penyelenggaraan pemerintahan.
(3) Kondisi sosial politik cukup dinamis yang dipengaruhi hubungan
sinergis pihak-pihak terkait dan didorong oleh perubahan peran
pemerintah dari pembina menjadi regulator, fasilitator dan pelayanan.
(4) Perubahan mendasar terjadi dengan pengembalian asas kesatuan
daerah, pelaksanaan hubungan kewenangan antara Pemerintah,
Provinsi dan Kabupaten/Kota atau antar pemerintahan daerah.
(5) Dalam konteks desentralisasi, pemerintah daerah telah menjalankan
otonomi seluas-luasnya. Tuntutan masyarakat terhadap kuantititas dan
kualitas pelayanan publik akan terus semakin meningkat.

(b) Hukum
(1) Ditetapkannya UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, maka proses pembentukan hukum
dan peraturan perundang-undangan, termasuk peraturan daerah, dapat
diwujudkan dengan cara dan metode yang pasti, baku, dan standar
yang mengikat semua lembaga yang berwenang.
(2) Penegakan hukum dan perundang-undangan masih perlu ditingkatkan.
Tindak kejahatan dan kriminalitas semakin tinggi dan bervariasi
(3) Pada era pasar bebas dan globalisasi, telah dilakukan kerjasama dan

Profil Kesehatan DIY 2008 20


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

fasilitasi dengan berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri.

2.7. Prasarana Wilayah

(a) Transportasi

(1) Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor rata-rata 13% per tahun dan
kendaraan pribadi 28% per tahun yang didominasi oleh sepeda motor.
Angkutan umum sebesar 20% dan kendaraan barang sebesar 15%.
(2) Volume lalu-lintas melebihi kapasitas jalan, penyalahgunaan ruas jalan
dan tingginya penggunaan kendaraan pribadi menyebabkan
kemacetan lalu-lintas, terutama di jaringan jalan pusat kota. Dampak
peningkatan volume kendaraan dan perilaku pengendara juga terjadai
pada tingkat risiko kecelakaan yang semakin tinggi. Intra cranial injury
(kecelakaan) telah menempati urutan kedua terbanyak sebagai
penyebab kematian. Kecelakaan lalu lintas di DIY mengalami
peningkatan cukup besar. Tahun 2000 tercatat 112 kecelakaan yang
meningkat menjadi 691 kecelakaan di tahun 2008 yang merenggut
nyawa 292 orang dan 3766 orang menderita luka berat dan ringan.
(3) Telah dilakukan perubahan manajemen angkutan umum dengan
konsep buy the service sebagai upaya memperbaiki pelayanan serta
jalur kereta api ganda yang menghubungkan Stasiun Solo Balapan-
Stasiun Tugu Yogyakarta-Stasiun Kutoarjo.
(4) Bandara internasional baru direncanakan telah beroperasi di wilayah
Kabupaten Kulonprogo pada tahun 2019. Kegiatan operasional
penerbangan akan meningkat sangat tinggi demikian pula dengan
animo maskapai penerbangan untuk membuka jalur penerbangan.
Keberadaan bandara akan lebih maju lagi dengan adanya
pengembangan jalur angkutan terintegrasi antara darat, laut, dan
udara.

(b) Sumber Daya Air

(1) Sumber daya air utama di DIY adalah Wilayah Sungai Progo-Opak-Oyo
yang berasal dari daerah aliran sungai (DAS) Progo, Opak dan Serang.
Sumberdaya air dimanfaatkan untuk irigasi, kebutuhan rumah tangga,

Profil Kesehatan DIY 2008 21


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

industri, tenaga listrik dan penggelontoran kota.


(2) Kebutuhan air untuk rumah tangga dipenuhi melalui sistem air pipa
PDAM, sumur dan hidran umum. Pemanfaatan air untuk
penggelontoran dilakukan dalam sistem penggelontoran sanitasi
perkotaan dengan air permukaan.
(3) Terjadi penurunan kuantitas dan kualitas air sebagai akibat
terganggunya fungsi hidrologi sebagai dampak penggunaan
tanah/alih fungsi lahan dan pengelolaan tanah yang tidak dikendalikan
di daerah tangkapan air. Selain itu juga terjadi pemakaian air yang tidak
efisien, terutama untuk keperluan irigasi dan kolam ikan.

(c) Keciptakaryaan

(1) Pembangunan perumahan permukiman mengarah ke wilayah


Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta (APY). Perkembangan perumahan
dan permukiman meningkatkan konversi lahan pertanian menjadi
perumahan dan bangunan.
(2) Kebutuhan air minum mengalami peningkatan sejalan dengan
peningkatan penduduk dan kegiatan masyarakat.
(3) Saat ini masih banyak limbah cair industri yang dibuang langsung ke
sistem air limbah terpusat atau ke lingkungan sekitar tanpa ada
pengolahan. Cakupan pelayanan air limbah terpusat baru mencapai
4% (di Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta). Total cakupan pelayanan
limbah dan sanitasi berkisar 51.8%.
(4) Pelayanan pengangkutan sampah masih rendah. Pelayanan
pengangkutan sampah di Tempat Pembuangan akhir (TPA) baru
mencapai sekitar 35% dari total produksi sampah.
(5) Cakupan sistem drainase mencapai sekitar 53.42%. Sistem ini
mengandalkan keberadaan sungai-sungai yang melintas sebagai
drainase induk yang cenderung meningkatkan terjadinya pencemaran
air sungai.
(6) Permasalahan pembangunan sampah dan drainase, antara lain
pencemaran lingkungan dan jumlah sampah, terbatasnya lahan

Profil Kesehatan DIY 2008 22


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

tempat pembuangan akhir, tidak berfungsinya saluran drainase.

2.8. Struktur dan Pola Ruang

(a) Wilayah di luar DIY yang secara langsung maupun tidak mempengaruhi
pola pemanfaatan ruang dan perkembangan pembangunan, antara lain:
(a) Semarang – Solo – Cilacap; (b) Magelang-Klaten-Purworejo-Salatiga-
Wonogiri-Sukoharjo; (c) Wilayah terpadu Joglosemar, Pawonsari
Bakulrejo, Gelangmanten.

(b) Implikasi wilayah eksternal dalam penataan ruang wilayah adalah:


(1) Semakin meningkatnya kegiatan bersifat perkotaan dalam hal ini
aksesibilitas, kompatibilitas dan fleksibilitas;
(2) Stuktur tata ruang wilayah DIY secara internal dipengaruhi oleh kondisi
topografi dan geografis wilayah, yang meliputi kawasan tertentu
nasional (lindung dan cagar budaya), kawasan cepat tumbuh, kawasan
potensial untuk berkembang, kawasan yang kritis lingkungan Provinsi
DIY.

(c) Kawasan-kawasan Provinsi DIY yang secara langsung maupun tidak


langsung mempengaruhi pola pemanfaatan ruang dan perkembangan
pembangunan di Provinsi DIY, antara lain:

(1) Kawasan Fungsional yang meliputi Hutan Lindung (Kabupaten Gunung


Kidul dan Kulon Progo), Hutan Konservasi (Suaka Margasatwa, Taman
Nasional, Cagar Alam/Taman Wisata Alam, Taman Hutan Raya);
(2) Wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS Progo, DAS Opak-Oyo dan DAS
Serang);
(3) Kawasan tertentu nasional (Taman Nasional Gunungapi Merapi,
Kawasan Cagar Budaya: Keraton, candi-candi, Kawasan Rawan
Bencana: jalur patahan Opak, wilayah Gunung Merapi, dan rawan
tsunami, banjir dan air pasang di pesisir pantai Kulon Progo dan
Bantul);
(4) Kawasan yang cepat tumbuh (Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta, yang
meliputi Kota Yogyakarta, sebagian Kabupaten Sleman, dan Bantul

Profil Kesehatan DIY 2008 23


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

yang berbatasan dengan Kota Yogyakarta);


(5) Kawasan yang potensial untuk berkembang (Kabupaten Bantul:
Sewon, Kasihan, Banguntapan, Sedayu, Srandakan, Imogiri dan
Piyungan; Kabupaten Sleman: Godean, Gamping, Pakem, Depok;
Kabupaten Kulonprogo: Wates, Temon, Pengasih, Sentolo, dan
Nanggulan; Kabupaten Gunungkidul: Wonosari, Bunder, Rongkop,
Sadeng);
(6) Kawasan yang kritis lingkungan (Kabupaten Gunungkidul: di Purwosari,
Panggang, Tepus, dan Rongkop; Kabupaten Bantul: di Worotelo,
Wukirsari, Muntuk, Jatimulyo, Sendangsari, dan Dlingo; Kabupaten
Kulonprogo: Kalibawang, Samigaluh, Girimulyo, dan Kokap).

(d) Karakteristik tata ruang internal DIY ditandai tingginya kebutuhan ruang
untuk kegiatan budidaya namun dilain pihak menghadapi keterbatasan
daya dukung maupun daya tampung lingkungan. Wilayah DIY seluas
318.580 Ha, dengan 47,188% (150.332 Ha) merupakan kawasan lindung
(belum termasuk rawan gempa).

qqq

Profil Kesehatan DIY 2008 24


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

Tahun 2008 Provinsi DIY memperoleh penghargaan Manggala Bhakti Husada


Kartika dari Presiden yaitu sebuah penghargaan atas prestasi sebagai provinsi
dengan derajad kesehatan terbaik di Indonesia. Indikator yang dinilai paling peka
dan telah disepakati secara nasional sebagai ukuran derajad kesehatan suatu
wilayah meliputi : (1) Umur Harapan Hidup, (2) Angka Kematian Ibu, (3) Angka
Kematian Bayi, (4) Angka Kematian Balita, dan (5) Status Gizi Balita / bayi.

3.1. MORTALITAS

3.1.1 Umur Harapan Hidup (UHH)

Peningkatan umur harapan hidup di DIY merupakan yang terbaik di Indonesia


bersama dengan DKI dan Bali, namun demikian bila dibandingkan dengan
negara-negara Asia Tenggara masih tetap lebih rendah (misal Singapura). Berikut
gambaran perkembangan UHH dan prediksinya sampai dengan tahun 2008 di
Provinsi DIY.

Gambar 2 : Umur Harapan Hidup Penduduk DIY tahun 1971 – 2008


(Sensus, Supas, SDKI, Profil Depkes, Profil Dinkes DIY 2007-2008, BPS 2009 –
www.datastatistik-Indonesia.com, Kompas)

Profil Kesehatan DIY 2008 25


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Tahun 2008, umur harapan hidup masyarakat DIY diperkirakan telah meningkat
mencapai 74,1 tahun (BPS 2009, www.datastatistik-Indonesia.com). Jika dirunut
sejak tahun 1971, telah terjadi peningkatan yang cukup signifikan selama 30
tahun dari tahun tersebut yang baru mencapai 45,5 tahun. Gambaran
perkembangan tersebut memperlihatkan telah terjadinya transisi demografi di DIY
yang sebenarnya telah dimulai pada masa 90-an yang ditunjukkan dengan
semakin meningkatnya usia lanjut.

Peningkatan umur harapan hidup ini dipengaruhi oleh multifaktor yang dalam hal
ini kesehatan menjadi salah satu yang berperan penting didalamnya. Peran
pengaruh kesehatan ditunjukkan dari semakin menurunnya angka kematian,
perbaikan sistem pelayanan kesehatan dan perbaikan gizi di masyarakat.

Transisi demografi yang ditunjukkan dengan peningkatan jumlah kelompok usia


lanjut ini juga membawa konsekuensi meningkatnya penyakit-penyakit
degeneratif di provinsi DIY. Penyakit-penyakit degeneratif tersebut dicirikan
dengan adanya kebutuhan longterm care. Dengan demikian di Provinsi DIY
sudah saatnya untuk memulai pengembangan pelayanan jangka panjang
tersebut.

3.1.2. Angka Kelahiran

Berdasarkan parameter Hasil Proyeksi Penduduk SP2000 di Provinsi


D.I.Yogyakarta Tahun 2000 – 2025 dari BPS 2006/2007, taksiran jumlah total
anak yang dilahirkan oleh 1000 wanita bila para wanita tersebut secara terus
manerus hamil pada saat mereka berada dalam tingkat fertilitas menurut usia
pada saat sekarang atau rata-rata jumlah anak yang dapat dilahirkan seorang
wanita selama masa hidupnya dari tahun 2000 – 2025 tidak mengalami
peningkatan yaitu 1,4 . Dapat diinterpretasikan bawa jumlah anak yang dilahirkan
oleh seorang ibu selama hidupnya adalah 1,4.

Berdasakan parameter Hasil Proyeksi Penduduk SP2000 di Provinsi


D.I.Yogyakarta Tahun 2000 – 2025, CBR tertinggi pada tahun 2005 yaitu sebesar
12,0, per 1000 penduduk. Akan tetapi mulai tahun 2010 mengalami penurunan.
Pada tahun 2025, CBR sebesar 8,9 per 1000 penduduk, sehingga CBR

Profil Kesehatan DIY 2008 26


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

mengalalami penurunan sangat signifikan yaitu sebesar 3,1 selama satu tahun
setiap 1000 penduduk. Hal ini dapat disebabkan banyaknya wanita usia subur
yang tidak menikah maupun tidak melahirkan.

Tabel 3 : Angka Kelahiran - Proyeksi SP2000 Provinsi D.I.Y


Tahun 2000 – 2025 (x 1000)

Kelahiran 2000 2005 2010 2015 2020 2025

TFR 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4 1,4


CBR 11,7 12,0 11,9 11,1 9,9 8,9
Total (000) 36,5 39,5 41,0 39,8 36,6 32,7
Sumber : BPS Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2008
Jumlah kelahiran pada tahun 2008 yang dilaporkan dari dinas kesehatan
Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut : jumlah lahir hidup 45.100 dan lahir mati
277 dengan jumlah kelahiran terbanyak di wilayah kabupaten Bantul (12.950) dan
terendah (4.932) di Kota yogyakarta.

3.1.3. Angka Kematian Ibu

Kematian ibu telah menunjukkan penurunan signifikan dalam kurun waktu 30


tahun terakhir. Secara Nasional angka kematian ibu di Provinsi DIY juga tetap
menempati salah satu yang terbaik. Meskipun demikian angka yang dicapai
tersebut masih relative cukup tinggi jika dibandingkan dengan bebagai wilayah di
Asia Tenggara dan dibandingkan target MDG’s.

Gambar 3 : Jumlah & Angka Kematian Ibu DIY tahun 2004 – 2007
(sumber : Profil Dinkes Propinsi DIY, Laporan Program 2008)

Profil Kesehatan DIY 2008 27


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Data kematian ibu dalam 4 tahun terakhir menunjukkan penurunan yang cukup
baik. Tahun 2008 angka kematian ibu di DIY berada pada angka 104/100rb
menurun dari 114/100rb pada tahun 2004. Jumlah kematian ibu maternal yang
dilaporkan kabupaten / kota pada tahun 2008 mencapai 41 ibu. Meskipun terlihat
kecenderungan penurunan, namun jika diamati tingkat laju penurunan selama
periode 5 tahun terakhir terlihat melandai / kurang tajam. Target MDG’s di tahun
2015 untuk angka kematian Ibu nasional adalah tiga perempat dari kondisi tahun
1999 (132/100 ribu) yaitu 97,5/100 ribu, untuk DIY angka tersebut relative sudah
mendekati.

3.1.4. Angka Kematian Bayi

Angka Kematian Bayi (AKB) di D.I. Yogyakarta dari tahun 2000 sampai dengan
tahun 2025 berdasarkan parameter hasil Proyeksi Penduduk di Provinsi
D.I.Yogyakarta sebagai berikut:

Tabel 4. Angka Kematian Bayi (Proyeksi SP 2000 di DIY (x1000))


Tahun AKB per 1000 Kelahiran hidup
LAKI-LAKI PEREMPUAN Total
2000 21,2 15,0 18,2
2005 16,6 11,9 14,3
2010 13,6 9,8 11,8
2015 11,6 8,5 10,1
2020 10,4 7,8 9,1
2025 10,4 7,8 9,1

Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia 2000 – 2025, BPS Provinsi DIY

Hasil proyeksi menunjukkan bahwa pada kurun waktu 2000-2005 (5 tahun)


penurunan AKB rata-rata per tahun adalah 3,9%. Sedangkan untuk periode tahun
2005 -2010 penurunan AKB rata-rata per tahun adalah 2,5% dan periode 2010 -
2015 adalah 1,7%. Periode tahun 2020 - 2025 diperkirakan tidak terjadi
penurunan karena tingkat kematian yang sudah sangat kecil (“hardrock”) yang
dipengaruhi oleh factor-faktor yang sangat sulit untuk dikendalikan diantaranya
faktor genetik.

Sebagaimana gambaran perkembangan angka kematian ibu, angka kematian


bayi di DIY juga mengalami penurunan yang sangat signifikan jika dibandingkan
dengan sebelum tahun 1990. Laporan kabupaten / kota menunjukkan bahwa

Profil Kesehatan DIY 2008 28


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

pada tahun 2008 terjadi sebanyak 376 bayi meninggal dengan berbagai sebab.
Angka kematian bayi tahun 2008 masih tetap / sama dengan tahun sebelumnya
yaitu 17 per 1000 kelahiran hidup.

Gambar 4 : Angka Kematian Bayi Propinsi DIY tahun 1971 – 2008 (Sumber
Sensus, SDKI, Supas, Profil Depkes, Profil Dinkes DIY)

Angka Kematian Bayi tahun 2008 jauh lebih baik dibandingkan 20 tahun
sebelumnya yang mencapai 62 / 1000 kelahiran hidup (tahun 1980). Dengan pola
penurunan tersebut maka diprediksikan pada tahun 2013 angka kematian bayi di
DIY diharapkan akan mencapai 16 / 1000 kelahiran hidup.

Pola penurunan dan kenaikan angka kematian bayi sensitif terhadap berbagai
faktor lain. Seperti yang terlihat pada periode tahun 1997 sampai dengan 1999
dimana terjadi krisis multidimensi yang berdampak secara tidak langsung kepada
peningkatan angka kematian bayi di DIY. Secara Nasional, target MDG’s untuk
angka kematian bayi pada tahun 2015 ditargetkan akan menurun menjadi dua
pertiga dari kondisi tahun 1999 (dari 25 menjadi 16).

3.1.5. Angka Kematian Balita

Angka kematian balita memiliki kecenderungan penurunan yang cukup baik.


Tahun 1971 tercatat tingkat kematian balita yang sangat tinggi yaitu mencapai
148 / 1000 balita yang ada, angka tersebut secara berangsur turun dan 20 tahun
kemudian menjadi 53/1000 balita, tahun 2002 sudah mencapai 28 / 1000 dan
data tahun 2008 telah mncapai angka 19/1000.

Profil Kesehatan DIY 2008 29


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Gambar 5 : Angka Kematian Balita Propinsi DIY Tahun 1971 - 2008


(Sumber Sensus, SDKI, Supas, Profil Depkes, Profil Dinkes DIY)

Pola penurunan sedikit mengalami pola yang berbeda pada kisaran tahun 1997
sampai dengan 2002 yang kemungkinan disebabkan oleh adanya krisis multi
dimensi di Indonesia. Laporan kabupaten / kota tahun 2008 menunjukkan jumlah
kematian balita berbeda. Hal ini disebabkan oleh akurasi data kematian balita
yang masih perlu dilakukan perbaikan.

Dengan pola penurunan sejak tahun 1971 tersebut maka diprediksikan di tahun
2013 angka kematian balita akan mencapai 16/1000. Secara Nasional target
MDG’s untuk angka kematian balita pada tahun 2015 ditargetkan akan menurun
menjadi dua pertiga dari kondisi tahun 1999.

3.2. MORBIDITAS

3.2.1. Pola penyakit

Penyakit menular yang selalu masuk dalam sepuluh besar penyakit (Puskesmas)
selama beberapa tahun terakhir adalah ISPA, penyakit saluran nafas (Bronchitis,
Asma, Pneumonia), penyakit kulit, hipertensi, pulpa, diare. Sementara untuk
Balita, pola penyakit masih didominasi oleh penyakit-penyakit infeksi.

Profil Kesehatan DIY 2008 30


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

30 27,25
25
20

% 15 13
9,5 9 8,75
10 8 7
4,5 4,25
5

Gambar 6 : Pola penyakit rawat jalan di Puskesmas DIY tahun 2006


(Sumber Profil 2007)

Pola kunjungan rawat jalan Puskesmas dari tahun ke tahun menunjukkan pola
yang hamper sama. Beberapa catatan penting dikaitkan dengan kunjungan rawat
jalan di Puskesmas adalah munculnya berbagai penyakit tidak menular yang
semakin tinggi. Hipertensi, alergi dan rheumatoid adalah diantara beberapa
penyakit yang memperlihatkan peningkatan signifikan dalam beberap atahun
terakhir.

Tabel 5 Penyakit Terbanyak Kunjungan Rawat Jalan Pasien JPK Gakin di


Puskesmas tahun 2008 (Survey Aksesibilitas JPK Gakin DIY, 2008)
Jenis Penyakit di Puskesmas Jumlah
1 ISPA, common cold 70942
2 Hipertensi 28442
3 Gastritis 11797
4 Myalgia 9737
5 Peny.sistem otot & Jar.Pengikat 9616
6 DM 9258
7 Dermatitis 9153
8 Nasofaringitis akut 8823
9 Pusing, nyeri kepala, vertigo 8485
10 Gangguan lain pd jaringan otot 7816

Seperti dalam kunjungan rawat jalan umum di puskesmas pada umumnya,


penyakit ISPA masih menjadi yang paling dominan diantara para pengunjung dari
pasien JPK Gakin (Jamkesmas, Jamkesos, Jamkesda) dibandingkan penyakit-
penyakit lainnya. Dominasi penyakit ISPA juga nampak dari jumlah kunjungan

Profil Kesehatan DIY 2008 31


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

rawat jalan di Puskesmas-puskesmas di DIY di seluruh Kabupaten / Kota. Sampai


dengan awal Bulan Oktober, total sebanyak 70.942 pasien ISPA pasien peseta
JPK-Gakin mengunjungi puskesmas. Persentase penyakit ISPA di setiap
Kabupaten / Kota berkisar antara 31% – 39% dari seluruh penyakit.

Menarik bahwa penyakit Hipertensi telah menjadi penyakit paling dominan kedua
bagi kelompok keluarga tidak mampu di DIY. Tidak seperti ISPA, besaran
persentase penyakit hipertensi menurut kabupaten kota cukup bervariasi.
Persentase tertinggi adalah di Kota Yogyakarta yang mencapai 28%. Di urutan
kedua dan ketiga dengan perbedaan persentase yang cukup jauh adalah untuk
Kabupaten Kulonprogo dan Kabupaten Sleman masing-masing 14%.

Hasil ini mempertegas kesimpulan bahwa di Provinsi DIY telah terjadi transisi
epidemiologi dengan semakin menonjolnya penyakit-penyakit tidak menular
khususnya penyakit jantung dan pembuluh darah (CVD / cardiovascular disease).
Laporan dari puskesmas tersebut mempertegas kesimpulan lain bahwa penyakit
tidak menular seperti CVD yang semakin menonjol saat ini di Provinsi DIY tidak
hanya didominasi oleh kelompok keluarga mampu.

3.2.1.1. Pola Penyakit Menular

Penyakit–penyakit yang sudah menurun seperti tuberkulosa paru dan malaria,


masih memiliki potensi untuk meningkat kembali (re-emerging) mengingat kondisi
perilaku dan lingkungan (fisik, ekonomi, sosial, budaya) masyarakat yang kurang
mendukung. Kondisi tergambar dari masih belum tereliminasinya berbagai
penyakit tersebut dan masih tingginya faktor risiko baik perilaku maupun
lingkungn di masyarakat. Di sisi lain penyakit endemis seperti DBD sampai saat
ini masih tetap menjadi ancaman.

a. DBD

Tingkat kematian penyakit DBD (case fatality rate) lebih tinggi dari rata-rata
nasional. Data program P2M tahun 2007 menunjukkan bahwa CFR (case
fatality rate / angka kematian) DBD DIY mencapai 1,01 (nasional <1) dengan
angka insidensi tahun 2007 sebesar 74,38/100.000 penduduk.

Profil Kesehatan DIY 2008 32


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Angka insidensi mengalami penurunan menjadi 64,81 / 100.000 penduduk


pada tahun 2008 sementara untuk angka kematian / CFR mengalami
penurunan menjadi 0,90 dari keseluruhan kasus. Meskipun mengalami
penurunan namun kasus dan kematian akibat penyakit DBD masih masuk
dalam kategori tinggi.

Tingginya prevalensi penyakit DBD tidak terlepas dari masih tingginya faktor
risiko penularan di masyarakat seperti angka bebas jentik yang masih di
bawah 95% yaitu baru 64,46% rumah yang bebas dari jentik Aedes aegypti.

b. TBC

Kualitas pengobatan TBC di DIY berdasarkan laporan program P2M,


meskipun dari tahun ke tahun terus meningkat namun tetap masih rendah
yaitu baru mencapai 79% (target 85%). Hasil laporan program tersebut
berbeda dengan data laporan profil kabupaten /kota yang baru mencapai
angka 57,89%. Hal ini tidak terlepas dari faktor integrasi pendataan profil
dengan program yang belum sepenuhnya bisa tercapai.

Permasalahan lain adalah penemuan penderita yang masih rendah dimana


pada tahun 2007 baru mencapai 51,54% (target 70%). Angka tersebut masih
belum beranjak membaik dengan capaian di tahun 2008 yang baru mencapai
50,73% (BTA(+) 1157) . Tercatat sebanyak 6.154 penderita TBC paru yang
berhasil dideteksi secara klinis dan 1.942 positif berdasarkan pemeriksaan
laboratorium (1157) dan rontgen (785). Sebanyak 291 penderita TBC lainnya
adalah dari kelompok TBC ekstra paru.

Penderita TBC yang tidak sembuh atau penderita yang tidak memperoleh
pengobatan karena belum ditemukan, merupakan sumber penular yang
mengancam pencapaian derajad kesehatan mengingat penyakit TBC
disamping bisa menimbulkan kematian yang tinggi juga menjadi prekursor
berbagai penyakit dengan fatal lain seperti HIV/AIDS, penyakit paru obstruksi,
dan lain sebagainya.

Sementara itu kematian dan kesakitan akibat penyakit infeksi saluran


pernafasan, menjadi penyebab kematian terbesar dan memiliki
kecenderungan peningkatan. Penyakit TBC memegang peran penting kasus

Profil Kesehatan DIY 2008 33


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

kesakitan dan kematian penyakit saluran pernafasan tersebut dan


bertanggungjawab terhadap kecenderungan peningkatannya mengingat sifat
penularan dan perilaku masyarakat

c. Malaria

Penyakit malaria telah menurun dengan sangat signifikan dalam lima tahun
terakhir. Namun demikian masih ditemukan adanya kasus penularan
indigenous malaria Kabupaten Kulonprogo. Total kasus (indigenous dan non
indigenous) tahun 2008 terlaporkan sejumlah 86 kasus terbanyak berasal dari
Kabupaten Kulonprogo yang mencapai 73 kasus.

Angka API / AMI per 100 penduduk tahun 2008 di Provinsi DIY mencapai 0.02.
Hasil pengamatan program P2M memperlihatkan bahwa episentrum KLB
malaria masih dijumpai di wilayah Kulonprogo. Sementara belum baiknya
kondisi lingkungan dan peningkatan pemanasan global dikhawatirkan akan
tetap memberikan peluang yang tinggi bagi perkembangan penyakit ini.

d. HIV/AIDS

DIY saat ini telah menempati urutan ke 17 provinsi dengan penderita penyakit
HIV/AIDS terbesar. Penularan telah berubah dengan dominasi dari jarum
suntik pengguna narkoba. Penderita HIV/AIDS terbanyak adalah kelompok
usia 20-26 tahun. Laporan program P2M menunjukkan bahwa penemuan
kasus HIV/AIDS masih rendah yaitu dari target semula sebesar 2000 hanya
mampu dicapai 501 kasus. Sementara dari penderita yang ditemukan,
pengobatan VCT yang dijalankan juga masih rendah hanya mencapai 62,4%.

Laporan kabupaten / kota menunjukkan bahwa kasus tertinggi HIV/AIDS


adalah di Kota Yogyakarta sementara terendah adalah di Kabupaten
Gunungkidul. Terdapat perbedaan antara data kajian program dengan data
profil di masing-masing kabupaten / kota yang disebabkan integrasi data yang
belum optimal di kedua program.

e. Filariasis

Kasus filariasis ditemukan di beberapa lokasi di Provinsi DIY. Tahun 2007

Profil Kesehatan DIY 2008 34


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

kabupaten / kota melaporkan 12 kasus penyakit filariasis yang terjadi di Kota,


Kulonoprogo dan Gunungkidul. Angka tersebut menurun menjadi 11 kasus
pada tahun 2008 dengan bergeser di Kota, Gunungkidul dan Sleman.

f. Kusta

Penderita penyakit kusta di DIY jumlahnya kecil. Berdasarkan laporan


Kabupaten / kota jumlah penderita penyakit kusta yang berhasil diidentifikasi
mencapai 34 orang (6 PB dan 28 MB). Angka yang dilaporkan tersebut lebih
rendah dibandingkan laporan tahun 2007 yang mencapai jumlah 45 orang (7
PB dan 38 MB). Salah satu yang menjadi catatan penting dikaitkan dengan
penderita kusta adalah tingkat pencapaian pengobatan yang tidak berhasil
mencapai 100% di tahun 2008. Sebanyak 2 pasien PB di Kabupaten Bantul
dilaporkan tidak mendapat pengobatan RFT Kusta.

g. Pneumonia Balita

Pneumonia pada balita banyak dijumpai di Provinsi DIY. Laporan dari berbagai
sarana pelayanan kesehatan pemerintah menunjukkan bahwa pada tahun
2008 ditemukan sejumlah 783 kasus Pneumonia Balita. Angka tersebut lebih
tinggi dibandingkan laporan kabupaten /kota pada tahun 2007 yang mencapai
632 kasus.

h. Diare

Penderita diare di puskesmas di kabupaten / kota setiap tahun jumlahnya


cukup tinggi. Namun demikian hal ini belum dapat menggambarkan prevalensi
keseluruhan dari penyakit diare karena banyak dari kasus tersebut yang tidak
terdata oleh sarana pelayanan kesehatan (pengobatan sendiri atau
pengobatan di praktek swasta). Laporan profil kabupaten / kota menunjukkan
bahwa selama kurun tahun 2007 jumlah balita yang menderita diare dan
memeriksakan ke sarana pelayanan kesehatan mencapai 16.589 sementara
tahun 2008 mencapai 31.394.

g. Penyakit bisa dicegah dengan Imunisasi

Program imunisasi telah dijalankan sejak lama di seluruh wilayah Indonesia

Profil Kesehatan DIY 2008 35


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

dan telah mencapai hasil yang cukup baik. Provinsi DIY merupakan wilayah
yang memiliki tingkat pencapaian kinerja dalam program imunisasi yang
terbaik di Indonesia. Hampir seluruh desa (96,57%) yang ada di Provinsi DIY
telah masuk dalam kategori desa UCI (Universal Coverage Immunization)
yaitu suatu indikasi yang menggambarkan bahwa desa tersebut penduduknya
telah menjalankan imunisasi. Hasil pencapaian program imunisasi juga terlihat
dari berbagai kasus penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi yang relatif
kecil dibandingkan dengan wilayah lain.

Laporan kabupaten / kota memperlihatkan bahwa pada tahun 2008 ditemukan


satu kasus penyakit difteri (Kabupaten Gunungkidul). Tahun 2007 tidak
ditemukan kasus serupa. Untuk kasus penyakit Pertusis, tahun 2008
dilaporkan sejumlah 5 kasus yang seluruhnya berasal dari Kota Yogyakarta.
Seperti halnya difteri, kasus serupa tidak dijumpai pada tahun 2007. Demikian
pula dengan kasus polio yang selama periode waktu 2007 sampai dengan
2008 tidak ditemukan.Sementara untuk AFP rate < 15 tahun di Provinsi DIY
tahun 2008 adalah 3,45.

Kasus tetanus dijumpai sebanyak 3 kasus yang terjadi di Kabupaten Sleman.


Meningkat dibandingkan dengan tahun 2007 dimana kasus tetanus dilaporkan
terjadi di Kabupaten Sleman sebanyak 3 kasus dan Kabupaten Kulonprogo
sebanyak 1 kasus. Sementara untuk kasus Tetanus Neonatorum
menunjukkan tidak ada kasus untuk tahun 2008 maupun tahun 2007.

Kasus penyakit campak merupakan salah satu penyakit yang bisa dicegah
dengan imunisasi yang paling banyak ditemukan. Tahun 2008 tercatat
sebanyak 450 kasus. Jumlah tersebut meningkat hampir dua kali lipat
dibandingkan laporan profil kabupaten / kota tahun 2007 (240 kasus). Namun
demikian peningkatan ini belum mengindikasikan adanya peningkatan
prevalensi karena sistem pendataan yang masih berbasis kepada sarana
pelayanan kesehatan pemerintah. Di sisi lain pencapaian program imunisasi
penyakit campak menunjukkan bahwa cakupan masih belum mencapai 100%
(92,57%).

Kasus penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi lain yang juga cukup
banyak ditemui adalah hepatitis. Tahun 2008 kabupaten / kota melaporkan

Profil Kesehatan DIY 2008 36


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

terjadi 203 kasus sementara pada tahun 2007 sejumlah 66 kasus. Namun
demikian peningkatan ini belum mengindikasikan adanya peningkatan
prevalensi karena sistem pendataan yang masih berbasis kepada sarana
pelayanan kesehatan pemerintah.

h. New Emerging Disease

Hasil laporan kabupaten / kota menunjukkan bahwa di 5 kabupaten/kota telah


terdeteksi unggas (>1 jenis) positif Avian Influenza. Potensi penyakit Avian
Influenza masih terbuka lebar dengan masih buruknya pemahaman dan
perilaku masyarakat untuk melakukan pencegahan.Beberapa penyakit baru
lain seperti Influanza H1N1, SARS dan lain sebagainya akan tetap
mengancam dengan semakin tingginya tingkat mobilitas penduduk antar
wilayah dan belum baiknya pola perilaku sehat masyarakat.

3.2.1.2. Penyakit Tidak Menular

Seiring dengan peningkatan status ekonomi, perubahan gaya hidup dan efek
samping modernisasi, maka problem penyakit tidak menular pun cenderung
meningkat. Beberapa penyakit tersebut diantaranya adalah Penyakit Jantung
dan Pembuluh Darah (kardiovaskuler), Diabetes Mellitus, Kanker, Gangguan
Jiwa.

Sejak tahun 1997 data menunjukkan bahwa, pola kematian yang tercatat di
rumah sakit – rumah sakit di DIY telah mulai menunjukkan pergeseran. Jenis
penyakit penyebab kematian terbanyak dari semula penyakit-penyakit menular
menjadi kematian akibat penyakit yang masuk dalam kategori penyakit tidak
menular. Perkembangan lebih lanjut semakin menunjukkan dominasi penyakit
tersebut sebagai penyebab kematian di DIY.

Pada beberapa tahun yang akan datang, jumlah penderita penyakit tidak menular
akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan jumlah penduduk usia tua semakin

Profil Kesehatan DIY 2008 37


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

bertambah. Keadaan ini mengakibatkan bertambahnya kebutuhan akan longterm


care.

Data pada saat ini memperlihatnkan bahwa pola penyakit pada semua golongan
umur telah mulai didominasi oleh penyakit-penyakit degeneratif, terutama
penyakit yang disebabkan oleh kecelakaan, neoplasma, kardiovaskuler dan
Diabetes Mellitus (DM).

Penyakit yang berhubungan dengan organ paru juga menjadi penyakit yang perlu
diwaspadai di DIY. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan
bahwa penyakit paru termasuk asma selalu masuk 10 penyebab langsung dan
tidak langsung kesakitan dan kematian utama di Indonesia termasuk DIY.

Suhu udara yang panas dan meningkatnya asap kendaraan bermotor di


Yogyakarta mengakibatkan beberapa parameter pencemaran udara sudah
memasuki taraf waspada. Hasil pantauan kualitas udara oleh Kantor
Penanggulangan Dampak Lingkungan Kota Yogyakarta menunjukkan beberapa
kadar zat berbahaya di udara melebihi batas baku mutu udara. Selain itu juga
jumlah perokok di Yogyakarta pada hasil berbagai survey termasuk Susenas,
telah mencapai lebih dari 30%. Hasil survey Dinas Kesehatan Provinsi DIY tahun
2006 dan 2008 memperlihatkan bahwa antar 56% rumah tangga di DIY tidak
bebas asap rokok.

Kondisi tersebut memberikan dampak buruk khususnya kepada organ paru


penduduk DIY sehingga permasalahan penyakit paru di masa mendatang tidak
hanya akan menjadi meningkat tetapi juga semakin kompleks.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, intra cranial injury (kecelakaan) telah


menempati urutan kedua terbanyak sebagai penyebab kematian dan
menunjukkan kecenderungan peningkatan. Kecelakaan lalu lintas di DIY mulai
tahun 1994 sampai dengan tahun 2002 mengalami peningkatan yang cukup
besar. Jumlah kasus untuk periode tahun 2000 sampai dengan tahun 2002
tercatat 112 kecelakaan meningkat menjadi 691 kecelakaan saat ini. Selama
tahun 2008 kecelakaan telah merenggut nyawa 292 orang dan 3766 orang
menderita luka berat dan ringan.

Profil Kesehatan DIY 2008 38


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Mencegah kematian dini akibat kecelakaan bagaimanapun tidak lagi hanya


menjadi tugas Kepolisian tetapi menjadi tugas semua pihak seperti kesehatan.
Meskipun sampai saat ini data mengenai tingkat risiko kematian yang ditimbulkan
dari kecelakaan dari sektor kesehatan belum dimiliki, namun peran sistem rujukan
dan penanganan pra rujukan diyakini akan memiliki peran besar menurunkan
angka risiko kematian dini tersebut.

Meningkatnya penyakit degeneratif disertai dengan masih berkembangnya


penyakit-penyakit infeksi akan menyebabkan beban ganda pembangunan
kesehatan di Propinsi DIY.

3.2.2. Pola Kematian Akibat Penyakit

Penyakit jantung dan stroke dalam sepuluh tahun terakhir selalu masuk dalam 10
penyakit penyebab kematian tertinggi. Analisis tiga tahun terakhir dari data di
seluruh rumah sakit di DIY menunjukkan, penyakit-penyakit kardiovaskuler
seperti jantung, stroke, hipertensi atau dikenal sebagai penyakit CVD
(cardiovasculer disease) menempati urutan paling tinggi penyebab kematian.

Sampai dengan tahun 2007 menunjukkan bahwa dominasi kematian akibat


penyakit tidak menular sudah mencapai lebih dari 80% kematian akibat penyakit
yang ada di DIY (hospital based). CVD tidak hanya menempati urutan tertinggi
penyebab kematian tetapi jumlah kematiannya dari tahun ke tahun juga semakin
meningkat seiring semakin meningkatnya jumlah penderita penyakit-penyakit
CVD sebagaimana laporan RS di DIY.

Kelompok penyakit penyebab kematian


25

20

15

10

0 Intracranial Kecelakaan Infeksi Sal. Penyakit


CVD Diabetes Persalinan Septisima Sirosis hati
injury darat & jatuh Nafas syaraf

th04 9,86 3,84 0 0 3,32 8,4 2,48 0 1,87


th05 7,63 7,11 8,91 5,05 0 7,65 7,62 4,08 0
th06 19,15 13,67 4,26 5,32 2,74 0 0 0 0

Profil Kesehatan DIY 2008 39


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Gambar 7 : Penyakit penyebab kematian di DIY (2004 – 2007)


(Sumber laporan RS di DIY)

Kematian akibat cedera intracranial (kecelakaan) yang selama ini kurang


mendapat perhatian ternyata telah menempati urutan kedua terbanyak sebagai
penyebab kematian bahkan menunjukkan kecenderungan peningkatan tajam
dalam tiga tahun terakhir.

Dalam enam tahun terakhir, peristiwa kecelakaan lalu lintas di provinsi DI


Yogyakarta terbilang cukup tinggi. Data Kepolisian menunjukkan, tahun 2006
telah terjadi 1.039 kasus kecelakaan di DIY, meningkat tiga kali lipat dibanding
tahun 2005 dan setiap tahun sedikitnya 130 meninggal (12%) akibat kecelakaan
lalu lintas di DIY. Laporan Kepolisian menunjukkan bahwa 88% kematian
diakibatkan oleh cedera kepala.

Faktor perilaku pengendara memang menjadi faktor dominan bagi tinggi


rendahnya tingkat kematian akibat kecelakaan. Meskipun demikian disamping
faktor perilaku tersebut, dukungan pelayanan kesehatan dalam bentuk pelayanan
pertolongan pertama / prarujukan, rujukan gawat darurat dan kualitas pelayanan
di sarana pelayanan kesehatan sedikit banyak juga bisa ikut berperan untuk
menurunkan kematian akibat kecelakaan. Oleh karena itu perbaikan sistem
pelayanan termasuk pertolongan prarujukan dan rujukan diharapkan akan
mampu menurunkan tingkat kematian.

Penyakit infeksi saluran nafas merupakan satu dari dua penyakit infeksi yang
masuk sebagai penyebab kematian terbanyak di Yogyakarta. Dalam catatan
medis jenis penyebab terbanyak adalah Bronchitis dan Pneumonia, namun
dengan melihat kondisi prevalensi dan penemuan kasus TBC di DIY pada
khususnya, maka sangat dimungkinkan bahwa penyakit TBC ikut pula menjadi
salah satu kontributor kematian penyakit tersebut.

Kematian akibat penyakit terkait dengan persalinan ibu masuk dalam kelompok
10 besar penyakit penyebab kematian di rumah sakit-rumah sakit di DIY dalam
tiga tahun terakhir. Dalam periode tersebut, jumlah kematian akibat bersalinan ini
cenderung menurun bahkan pada tahun 2007 penyakit tersebut tidak masuk
dalam 10 besar penyebab kematian di rumahsakit rumahsakit di DIY.

Profil Kesehatan DIY 2008 40


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

3.3. STATUS GIZI

Gambar 8 : Gambaran Status Gizi Balita di Propinsi DIY tahun 2004 s/d 2008
(Sumber Laporan Rutin Gizi 2004-2008)

Meskipun angka gizi buruk DIY telah jauh melampaui target nasional (15% di
tahun 2010) namun penderita gizi buruk masih juga dijumpai di wilayah DIY.
Tahun 1998 sampai 2002 terdapat peningkatan prosentase balita dengan status
gizi baik, namun demikian tahun 2004 prosentase balita gizi buruk masih tetap
dijumpai dengan prosentasenya mencapai 1,14%. Angka tersebut terus
menunjukkan kecenderungan penurunan.

Penderita gizi buruk di DIY sebagaimana idlaporkan oleh Program Gizi kabupaten
/ kota, sampai dengan tahun 2008 telah berada mencapai 0,90%.Angka tersebut
berbeda dengan lalkporan profil kabupaten / kota yang baru menunjukkan baru
mencapai 0,53%). Permasalahan perbedaan data terjadi sebagai akibat belum
optimalnya integrasi data diantara kedua program tersebut.

Berdasarkan laporan kabupaten / kota tahun 2008, jumlah kasus BBLR (Berat
Bayi Baru Lahir Rendah) mencapai 2,94%. Balita BGM (Bawah Garis Merah)
yaitu standar yang menggambarkan status gizi balita, memperlihatkan angka
2,71%. Sementara itu laporan dari kabupaten / kota menunjukkan bahwa 61,04%
Balita berhasil menaikan berat badanya pada kurun waktu tahun 2008.

Profil Kesehatan DIY 2008 41


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

4.1.VISI & MISI

Pelaksanaan upaya kesehatan di provinsi DIY tidak terlepas dari Visi dan Misi
provinsi DIY dalam melaksanakan pembangunan kesehatan.
VISI DINAS KESEHATAN PROPINSI DIY sebagai berikut :

“Dinas Kesehatan yang katalistik mendukung terciptanya


status kesehatan DIY yang tinggi, serta sebagai pusat
pelayanan dan pendidikan kesehatan yang bermutu dan
beretika”

Dan misi sebagai berikut :

1. Mencegah meningkatnya risiko penyakit & masalah kesehatan

2. Menyediakan pelayanan kesehatan secara merata, bermutu baik pemerintah


maupun swasta

3. Meningkatnya pembiayaan kesehatan yg cukup untuk peningkatan status


kesehatan masyarakat

4. Meningkatkan mutu pendidikan, pelatihan tenaga kesehatan serta penelitian


kesehatan

Dengan target yang mengacu pada Visi indonesia Sehat 2010 dan standar
pelayanan yang mengacu pada kepmenkes RI No. 281/menkes/SK/IX/2008
tentang standar Palayanan Minimal bidang Kesehatan.

Profil Kesehatan DIY 2008 42


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

4.2. Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan

Akses masyarakat Yogyakarta terhadap sarana pelayanan kesehatan telah cukup


baik. Salah satunya diperlihatkan dari aksesibilitas jarak jangkauan. Hasil survey
Dinas Kesehatan Provinsi pada tahun 2008, dimana menunjukkan bahwa lebih
dari 80% penduduk DIY hanya berjarak 1-5 km terhadap puskesmas dan lebih
dari 70% penduduk hanya berjarak 1-5 km terhadap rumah sakit dan dokter
praktek swasta. Tidak ditemukan penduduk yang memiliki jarak tempuh lebih dari
10 km terhadap sarana pelayanan puskesmas, dokter praktek swasta dan bidan,
yang menunjukkan mudahnya akses jarak jangkauan penduduk terhadap sarana
pelayanan.

Akses ke Sarana Pelayanan Kesehatan

100,00%
Pusk

90,00%
dokter
RS

80,00%
Bidan

70,00%
Bidan

60,00%
50,00%
dokter

40,00%
30,00%
Pusk

20,00%
dokter

RS
Pusk
RS

dokter
Bidan

Bidan
RS

Pusk
10,00%
0,00%
< 1km 1-5km 6-10km >10km

Gambar 9. Akses ke Sarana Pelayanan Kesehatan

Akses ke Pusk di setiap Kabupaten

100,0%
90,0%
80,0%
70,0% Bantul
60,0% Gunungkidul
50,0% Kota
40,0% Sleman
30,0% Kulonprogo
20,0%
10,0%
0,0%
< 1km 1-5km 6-10km >10km

Gambar 10. Akses ke Puskesmas di Setiap Kabupaten / Kota

Aksesibilitas jarak jangkauan terhadap sarana pelayanan kesehatan cukup


merata antar kabupaten kota. Penduduk DIY di setiap Kabupaten / Kota pada
umumnya berada pada kisaran 1-5 km terhadap Puskesmas.

Meskipun akses jangkauan sarana cukup baik namun tidak demikian dengan
akses informasi pelayanan kesehatan. Salah satu hasil survey tahun 2008 yang

Profil Kesehatan DIY 2008 43


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

menunjukan bahwa hanya 76% masyarakat DIY yang menyatakan pernah


menerima informasi Jamkesmas dan Jamkesos. Sementara informasi mengenai
pelayanan di berbagai rumah sakit dan standar pelayanan rumah sakit (yang
dibutuhkan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan sesuai pilihan mereka),
belum banyak bisa diakses oleh masyarakat.

Perkembangan jaminan kesehatan di tingkat nasional dan daerah telah berdampak


kepada peningkatan jumlah peserta JPK bagi keluarga miskin di DIY. Tahun 2003
Provinsi DIY telah beri ni si ati f me m b e n t u k Jaminan Pelayanan
Kesehatan Sosial (Jamkesos) yang pada tahun-tahun selanjutnya diikuti di dua
wilayah Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta.

Jumlah peserta sampai dengan tahun 2008 secara kelseuruhan telah mencapai
1.211.660 penduduk miskin yang terjamin oleh jaminan kesehatan atau 35,86%
dari total penduduk di DIY. Terbanyak berasal dari Program Jamkesmas yabng
mencapai. sebanyak 942.129 orang.

Tabel 6 . Jumlah Peserta Jaminan Kesehatan Keluarga Miskin


%
WILAYAH JAMKESMAS JAMKESOS JAMKESDA JUMLAH PEND
KOTA 68,456 13,134 44.968 81,635 20.39
BANTUL 222,987 92,000 314,987 39
K.PROGO 141,893 56,000 197,893 52.33
G.KIDUL 340,635 83,000 423,635 61.98
SLEMAN 168,158 19,000 6,352 193,510 20.85
JUMLAH 942,129 263,134 6396.968 1,211,660 35.86

Akses penduduk miskin terhadap sarana pelayanan kesehatan juga cukup baik.
Peserta jaminan kesehatan penduduk miskin (Jamkemas, Jamkesos, Jamkesda)
yang membutuhkan perawatan seluruhnya telah mendapatkan pelayanan
kesehatan. Pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh penduduk miskin
sebagaimana tergambar dari hasil survey Dinas Kesehatan Provinsi DIY tentang
aksesibilitas penduduk miskin terhadap pelayanan kesehatan, sebagai berikut :

Profil Kesehatan DIY 2008 44


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Tabel 7 Jumlah Layanan Rawat jalan Puskesmas bagi Masyarakat Miskin

Rawat Jamkesmas Jamkesos Jamkesda Total


Jalan
Pusk Jml % Jml % Jml % Jml %

1. Kota 142.353 77% 25.041 14% 16.367 9% 183.761 100%

2. Bantul 164.683 75% 54.837 25% 219.520 100%

3. Klprogo 134.521 71% 54.070 29% 188.591 100%

4. Gnkidul 208.277 84% 39.775 16% 248.052 100%

5. Sleman 155.188 78% 16.263 8% 28.465 14% 199.916 100%


Provinsi 805.022 77% 189.986 18% 44.832 4% 1.039.840 100%

Rata2/bln 67.085 16563 3.736 87.385

Kunjungan keluarga miskin selama periode tahun 2008 mencapai lebihd ari 1 juta
kunjungan. Jumlah kunjungan terbanyak secara keseluruhan adalah di
Kabupaten Gunungkidul, demikian pula untuk kunjungan Jamkesmas terbanyak.
Sementara untuk kunjungan jamkesos terbanyak berada di Kabupaten Bantul dan
Kabupaten Kulonprogo. Dua Kabupaten telah mengembangkan sistem jaminan
kesehatan yaitu Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Di kedua kabupaten /
kota ini Jamkesda juga banyak dimanfaatkan untuk pemeriksaan kesehatan.

Gambaran hasil survey memperlihatkan bahwa fasilitas jaminan kesehatan telah


banyak dimanfaatkan oleh penduduk miskin di Provinsi DIY. Gambaran ini juga
menunjukkan disamping aksesibilitas dari sisi ekonomi juga aksesibilitas dari sisi
geografis yang cukup baik sehingga bisa dicapai tingkat pemanfaatan / kunjungan
yang cukup tinggi.

Peningkatan mutu pelayanan kesehatan khususnya di jalur pemerintah telah


dilaksanakan melalui berbagai strategi. Salah satu contoh peningkatan mutu
sarana pelayanan adalah puskesmas. Puskesmas ditingkatkan mutu
pelayanannya melalui penerapan Sistem Manajemen Mutu (SMM). Sampai
dengan tahun 2008 sebanyak 20% dari 118 puskesmas yang ada di Provinsi
DIY telah menerapkan SMM. Sementara sebanyak 7% rumah sakit yang ada di
Provinsi DIY telah menerapkan standarisasi pelayanan dengan ISO 9001:2006.
Sebanyak 17% RS telah terakreditasi dengan 12 standar dan 5% RS telah

Profil Kesehatan DIY 2008 45


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

terakreditasi 16 standar pelayanan.

Sarana pelayanan kesehatan yang memiliki unit pelayanan gawat darurat


meningkat menjadi 40% pada tahun 2007 dan RS dengan pelayanan kesehatan
jiwa meningkat menjadi 9%. Meskipun demikian cakupan rawat jalan tahun
2006 baru mencapai 10% (nasional 15%) sementara untuk rawat inap 1,2%
(nasional 1,5%). Rasio pelayanan kesehatan dasar bagi keluarga miskin
secara cuma-cuma di Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Provinsi
maupun Kabupaten/Kota telah mencapai 100%.

4.3. Perbaikan Gizi Masyarakat

Deteksi tumbuh kembang balita merupakan tools dalam program peningkatan gizi
kepada anak balita. Hasil evaluasi terhadap penyelenggaraan menunjukkan
bahwa deteksi tumbuh kembang balita belum dapat berjalan secara optimal yang
ditunjukkan tingkat capaian yang baru mencapai 46,05%.

Dari sisi pelayanan kesehatan untuk permasalahan gizi, seluruh balita dengan
status gizi buruk, sebagaimana dilaporkan oleh Kabupaten /kota, telah
mendapatkan perawatan (100%). Dengan demikian seperti yang terjadi pada
tahun-tahun sebelumnya, seluruh kasus balita dengan gizi buruk akan
mendapatkan perawatan kesehatan sesuai dengan prosedur dan melalui
pendekatan multisektoral.

Sebagaimana disampaikan sebelumnya, penderita BGM di Provinsi DIY mencapai


sebesar 2,71% dari keseluruhan balita yang ada. Program yang dikembangkan
untuk mengantisipasi permasalahan diantaranya adalah dengan pemberian MP-
ASI (makanan pendamping ASI) khususnya bagi bayi (1 bulan - 1 tahun). Hasil
evaluasi terhadap upaya pemberian makanan pendamping ASI bagi bayi BGM
mencapai 99,18%. Sementara untuk kasus BBLR yang telah ditangani baru
mencapai 88,2%. Salah satu kendala yang terjadi adalah belum optimalnya
integrasi sistem pemantauan di sektor swasta.

Distribusi vitamin A kepada balita sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan
status gizi balita telah mencapai tingkat cakupan cukup baik namun belum
mampu menjangkau keseluruhan target (85,73%). Sementara untuk distribusi

Profil Kesehatan DIY 2008 46


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

kapsul iodium kepada wanita usia subur, sebagaimana dilaporkan oleh


kabupaten / kota masih sangat jauh dari harapan (14,52%) meskipun desa /
kelurahan dengan garam beryodium baik telah mencapai 85,9%.

Distribusi kapsul Fe kepada ibu-ibu, ditunjukan untuk mencegah terjadinya


anemia pada ibu hamil. Hal ini dilaksanakan mengingat bahwa anemia
merupakan salah satu faktor risiko terbesar bagi angka kematian ibu melahirkan.
Hasil pantauan terhadap pelaksanaan distribusi kapsul Fe kepada ibu
menunjukkan belum mampu mencapai angka 100%. Laporan Kabupaten / kota
menujukkan bahwa untuk distribusi kapsul Fe1 baru mencapai 88,09% dan
untuk Fe3 baru mencapai 77,47%.

ASI eksklusif merupakan salah satu program yang cukup sulit dikembangkan
karena berkaitan dengan berbagai permasalahan sosial di masyarakat. Sampai
dengan tahun 2008 cakupan ASI ekslusif di provinsi DIY baru mencapai 23,72%.

4.4. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Aksesibilitas pelayanan kesehatan yang cukup baik di DIY juga tergambar dari
proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga medis bagi ibu melahirkan.
Persalinan oleh tenaga kesehatan pada tahun 2008 di Provinsi DIY berdasarkan
laporan kabupaten /kota telah mencapai hampir 100% (96%). Angka tersebut
meningkat dibandingkan tahun 2006 yang baru mencapai 87,79%. Pencapaian
prestasi tersebut merata terjadi di seluruh wilayah yang juga mengindikasikan
bahwa akses pelayanan relatif merata di seluruh wilayah di DIY.

Cakupan kunjungan ibu hamil (K4) meningkat dibandingkan tahun 2007 yaiti
dari 84,01% menjadi 89,58% pada tahun 2008. Sementara untuk kunjungan K1
tingkat capaiannya sudah sangat tinggi yaitu mencapai 100%. Capaian K1 dan K4
yang sudah cukup tinggi menunjukkan tingkat kesadaran masyarakat yang cukup
baik terhadap kesehatan ibu hamil. Meskipun demikian dari tingkat capaian yang
diperlihatkan, untuk K4 masih perlu ditingkatkan lebih lanjut sehingga bisa
mendukung penurunan tingkat kematian ibu.

K1 dan K4 akan berperan penting dalam mendeteksi secara dini berbagai


permasalahan selama masa kehamilan. Salah satunya adalah mendeteksi ibu

Profil Kesehatan DIY 2008 47


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

hamil risiko tinggi atau dengan komplikasi kehamilan. Hasil pantauan kohort ibu
hamil dari kunjungan K1 dan K4 memperlihatkan bahwa persentase ibu hamil risiko
tinggi cukup tinggi yaitu mencapai 14,49%. Dari jumlah tersebut tidak seluruhnya
mendapatkan perawatan lebih lanjut di sarana pelayanan kesehatan (25%). Ibu
hamil risiko tinggi yang tidak mendapat perawatan di sarana pelayanan kesehatan
sebagian merujuk di sarana pelayanan kesehatan swasta sebagian tidak menjalani
perawatan sama sekali.

Sementara untuk neonatal risiko tinggi, tindakan harus dilaksanakan adalah


melakukan rujukan ke sarana pelayanan yang lebih lengkap. Dari keseluruhan ibu
bersalin terdapat sejumlah 12,68% neonatal yang memiliki risiko tinggi dan harus
dirujuk.Dari pasien neonatal risti yang dirujuk tersebut hampir seluruhnya
mendapatkan pelayanan kesehatan (95,29%).

Dalam banyak kasus, kehamilan dan persalinan risiko tinggi sangat membutuhkan
persediaan darah, dan dalam hal ini ketersediaan darah untuk ibu hamil maupun
untuk neonatus di Provinsi DIY cukup baik (100%).

Upaya kesehatan remaja masuk dalam ranah upaya kesehatan ibu dan anak.
Program dilaksanakan dengan pemeriksaan siswa SD/MI dan SMP/SMU. Cakupan
program ini belum mampu menjangkau seluruh target sasaran, tahun 2008 tingkat
capaian sebagaimana dilaporkan kabupaten /kota baru mencapai 68% uyntuk
SD/MI dan 41% untuk SMP/SMU.

4.5. Pembinaan Kesehatan Lingkungan

Kondisi perumahan di Provinsi DIY dari hasil pemantauan yang dilakukan oleh
kabupaten / kota menunjukkan bahwa baru 64,65% yang masuk dalam kategori
rumah sehat. Program pemantauan sendiri baru mampu menjangkau sejumlah
38,89% dari target yangdiharapkan. Meskipun demikian beberapa parameter
rumah sehat pada masyarakat di DIY menunjukkan telah cukup baik diantaranya
adalah pemanfaatan air bersih (94%) dan jamban sehat (75%).

Akses terhadap air bersih terbaik adalah di Kabupaten Kulonprogo yang mencapai
100% dan terendah adalah di Kabupaten bantul yang baru mencapai 59,46%.
Sementar auntuk jamban sehat terbaik adalah di Kabupaten Kulonprogo dan

Profil Kesehatan DIY 2008 48


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Sleman. Parameter tempat sampah sehat dan air limbah sehat masih perlu
ditingkatkan yang diperlihatkan dari capaian yang baru 50,23% untuk tempat
sampah sehat dan 65,47% untuk pengelolaan limbah sehat.

4.6. Perilaku Hidup Sehat Masyarakat DIY

Faktor risiko penyakit kardiovaskuler penduduk DIY ternyata cukup tinggi. Hasil
Survey oleh Dinas Kesehatan Provinsi DIY tahun 2006 dan 2008 menunjukkan
bahwa sebanyak 56% rumah tangga di DIY tidak bebas asap rokok, sementara
18,7% remaja di DIY adalah perkok aktif. Sebanyak 52% penduduk DIY kurang
melakukan aktifitas olahraga. Hanya 19,8% penduduk DIY yang mengkonsumsi
serat mencukupi. Sementara 34,8% wanita dan 24,1% pria di DIY mengalami
obesitas. Dalam tiga tahun terakhir angka obesitas pada anak-anak di DIY
meningkat hampir 7%. Kegemukan pada usia dini memberikan risiko lebih besar
untuk terjadinya penyakit-penyakit seperti kardovaskuler dan diabetes mellitus di
masa dewasanya.

Permasalahan perilaku lain yang juga perlu mendapat perhatian adalah


penyalahgunaan Napza. Pemakai Napza yang ditangkap oleh pihak kepolisian
berdasarkan laporan dari Polda DIY, meningkat meningkat hampir 200% (158
kasus tahun 1999 menjadi 323 kasus tahun 2007). Permasalahan penyerta dari
penyalahgunaan Napza adalah kemungkinan penularan penyakit seperti
HIV/AIDS. Kasus penularan HIV/AIDS melalui injeksi di DIY meningkat 5 kali lipat
dalam 6 tahun terakhir dan menempatkan DIY dalam urutan ke 11 dalam jumlah
AIDS dari IDU’s (Injection Drug User’s).
Pada tataran rumah tangga menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga yang telah
melaksanakan pola Perilaku Hidup Bersih dan Sehat telah mencapai 72,90%.
Sementara aktifitas masyarakat khususnya terkait dengan upaya kesehatan ibu dan
anak memperlihatkan belum sepenuhnya baik. Laporan kabupaten / kota
menunjukkan bahwa hanya dari 5643 posyandu di DIY terdapat 944 posyandu yang
masih dalam tataran pratama. Partisipasi dalam kegiatan Posyandu juga maish perlu
dilakukan peningkatan mengingat baru 73,99 balita yang berpartisipasi dalam
kegiatan posyandu (ditimbang).
qqq

Profil Kesehatan DIY 2008 49


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

BAB V
SUMBERDAYA KESEHATAN

5.1. Tenaga Kesehatan

Ketersediaan tenaga di sarana kesehatan baik di puskesmas maupun rumah


sakit pada umumnya sudah baik. Jumlah tenaga kesehatan yang ada di seluruh
Propinsi D.I. Yogyakarta yang terdiri dari RSU Pemerintah dan Swasta,
Puskesmas, Dinas Kesehatan Kab/Kota, Dinas Kesehatan Propinsi DIY tahun
2007 adalah sebagai berikut :

Jenis Tenaga Th. 2007 Th. 2008


a). Dokter Spesialis 701 931
b). Dokter Umum 1.371 1.304
c). Dokter Gigi 229 222
d). Tenaga Perawat dan Bidan 4.792 5.854
e). Kefarmasian 500 529
f). Tenaga Gizi 412 332
g). Tenaga Kesmas 281 289
h). Tenaga Sanitasi 282 274
i). Tenaga Teknis Medis 407 642

Dari gambaran data perkembangan jumlah tenaga kesehatan di berbagai unit


pelayanan dan Dinas Kesehatan memperlihatkan terdapat beberapa jenis tenaga
yang mengalami peningkatan dan sebagian diantaranya mengalami penurunan.
Diantara yang mengalami penurunan adalah untuk jenis tenaga dokter umum,
dokter gigi, tenaga gizi, dan tenaga sanitasi. Penurunan dikaitkan dengan adanya
mutasi pegawai dan dengan adanya peningkatan jenjang misalnya untuk dokter
umum ke dokter spesialis sebagai dampak dari program tugas belajar.

Program peningkatan sumber daya manusia bertujuan untuk meningkatkan


ketersediaan dan keterjangkauan sumber daya kesehatan serta efektifitas
penggunaan. Sumber daya kesehatan di provinsi D.I.Yogyakarta meliputi tenaga

Profil Kesehatan DIY 2008 50


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

dokter, dokter spesialis , dokter gigi, apoteker bidan dan perawat, ahli gizi, ahli
sanitasi ahli kesehatan masyarakat serta penduduk yang menjadi peserta
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan.

Rasio dokter spesialis pada tahun 2007 adalah 37,62 : 100.000 penduduk.
Rasio dokter spesialis ini mengalami peningkatan selama enam tahun terakhir
dan telah melampaui angka nasional (target nasional tahun 2010 sebesar
6/100.000 penduduk). Rasio dokter gigi tahun 2008 mencapai 6,44 : 100.000
penduduk. Angka tersebut mengalami penurunan dari 6.64 pada tahun 2007.

Rasio dokter gigi pada tahun 2008 belum mencapai angka nasional pada tahun
2010 yaitu sebesar 11/100.000 penduduk. Rasio dokter umum di Provinsi DIY
pada tahun 2008 mencapai 37.82 menurun dari 39,76 : 100.000 penduduk pada
tahun 2007.

Gambar 11.Rasio Tenaga Dokter Terhadap Penduduk 2001 – 2008


(per 100.000 penduduk)

Dukungan sumberdaya manusia di tingkat pelayanan kesehatan dasar


(Puskesmas) juga sudah cukup baik.

Dukungan sumberdaya manusia di lingkungan Dinas Kesehatan Provinsi DIY


cukup baik yang diperlihatkan dari beberapa spesifikasi. Jumlah keseluruhan
pegawai di dinas kesehatan Provinsi DIY sampai dengan tahun 2009 mencapai

Profil Kesehatan DIY 2008 51


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

496 orang dengan dominasi pegawai adalah dari latar belakang pendidikan
umum yang mencapai 256 (52%). (Selengkapnya data dalam lampiran)

SKPD Dinkes Provinsi DIY memiliki 4 UPT yang meliputi Bapelkes, BP4, BLK dan
Jamkesos. Tiga UPT merupakan unit pelayanan yang bersifat teknis medis yang
membutuhkan tenaga medis dan kesehatan yang lebih banyak. Ketiga UPT
dimaksud adalah BP4, BLK dan Bapelkes. Sementara satu UPT yaitu Jamkesos
memiliki karakter yang lebih menonjol dalam aspek manajemen yaitu manajemen
pembiayaan kesehatan, Ditinjau dari komposisi ketenagaan di ketiga UPT
menunjukan bahwa untuk tiga UPT pertama yang membutuhkan tenaga teknis
lebih banyak telah sesuai dengan yang diharapkan demikian pula untuk
Jamkesos.

Gambar 12. Jumlah Tenaga di Dinas Kesehatan Provinsi DIY


Tahun 2008

5.2. Sarana Kesehatan

Sarana pelayanan kesehatan di Provinsi DIY relatif cukup banyak baik dari segi
jumlah maupun jenisnya. Sarana pelayanan kesehatan dasar milik pemerintah
(Puskesmas) telah menjangkau keseluruhan Kecamatan yang ada di Kabupaten /
kota bahkan jika digabungkan dengan puskesmas pembantu sebagai jaringan
pelayannya, telah mampu menjangkau seluruh desa yang ada. Jumlah
puskesmas terbanyak adalah di Kabupaten Gunungkidul dengan 29 puskesmas
disusul oleh Kabupaten Bantul dan Sleman masing-masing 27 dan 24
puskesmas. Sementara untuk Kota Yogyakarta memiliki 18 puskesmas. Dari
sejumlah total 122 puskesmas tersebut, sebanyak ….. diantaranya telah

Profil Kesehatan DIY 2008 52


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

dikembangkan menjadi puskesmas rawat inap. Seluruh Puskesmas telah


dilengkapi dengan jaringan Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling dan
memiliki jaringan kemitraan dengan Desa Siaga di seluruh wilayah.

Perkembangan pelayanan kesehatan dasar di sektor swasta juga berkembang


dengan pesat dengan munculnya berbagai sarana pelayanan seperti dokter
praktek swasta, bidan praktek swasta, poliklinik, praktek bersama dan lain
sebagainya.

Tabel 8 Sarana Pelayanan Kesehatan Rujukan di Provinsi DIY

Kab/kota Rumah Sakit TT


Kota RSUD Kota 157
DKT 64
Panti rapih 367
PKU Muhammadiyah 243
Bethesda 438
Bethesda lempuyangan 50
Happyland 67
Hidayatullah 50

Bantul RSUD Bantul 150


PKU Muhammadiyah Bantul 102
Patmasuri 37
Santa Elisabeth 22

Klprogo RSUD Wates 153


St Yusuf Boro 50
PKU Nanggulan 50
Rizki Amalia 50

GK RSUD Wonosari 156


Pelita Husada 30
Bandung 30

Sleman RSUP Sardjito 750


RSUD Sleman 146
RSU PKU 78
Lokapala 36
Panti Baktiningsih 50
Panti Rini 37
Panti Nugroho 50
Dr. S Harjolukito 32
Yogyakarta International 96

Profil Kesehatan DIY 2008 53


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Sarana rujukan di Provinsi DIY juga relatif telah memadai dengan berbagai jenis
pelayannya. Rumah sakit pemerintah tersedia di kelima kabupaten / kota. Secara
kumulatif Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta adalah dua wilayah yang
memiliki jumlah sarana pelayanan kesehatan rujukan terbanyak dibandingkan
dengan tiga wilayah lain. Perkembangan pelayanan rujuakn di sektor swasta
sangat pesat dalam 10 tahun terakhir. Sarana pelayanan rujukan khusus juga
telah berkembang diantaranya untuk jenis pelayanan kesehatan mata, jiwa, dan
paru.

Sarana pelayanan kesehatan pendukung seperti laboratorium kesehatan juga


berkembang baik dengan semakin besarnya peran swasta. Dalam 3 tahun
terakhir telah tumbuh berbagai sarana pelayanan pendukung laboratorium dan
apotik. Pemerintah Provinsi sendiri telah memiliki sarana Balai Laboratorium
Kesehatan (UPT) dan instalasi farmasi.

Unit Pelayanan Teknis juga berkembang baik di tingkat provinsi dan Kabupaten /
Kota. UPT laboratorium tersedia di setiap wilayah. Sementara untuk UPT jaminan
kesehatan baru berkembang di tingkat provinsi, Kabupaten Sleman dan Kota
Yogyakarta. UPT balai paru merupakan unit pelayanan pemeriksaan paru yang
dimiliki oleh Pemerintah Provinsi yang menjadi pusat rujukan untuk pemeriksaan
paru dan di masa mendatang akan dikembangkan lebih lanjut menjadi rumah
sakit khusus. UPT Bapelker (balai pelatihan kesehatan) dikelola oleh Dinas
Kesehatan Provinsi DIY untuk memberikan dukungan dalam pengembangan
sumberdaya manusia kesehatan di Provinsi DIY.

Pelayanan pengobatan tradisional yang berbasis bukti juga telah mulai


dikembangkan bekerjasama dengan berbagai institusi pendidikan kesehatan
yang ada di Provinsi DIY yang melahirkan gagasan untuk pengembangan
pembinaannya di tahun-tahun mendatang.

5.3. Pembiayaan Kesehatan

Total pembiayaan kesehatan di Provinsi DIY dan Kabupaten / Kota pada tahun
2008 mencapai Rp. 448,121,989,015 terbesar adalah berasal dari APBD

Profil Kesehatan DIY 2008 54


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Kabupaten / Kota yang mencapai 83,2% dan anggaran yang berasal dari APBN
yang mencapai 15,51% (DAK, Askeskin, lain-lain).

Anggaran kesehatan terbesar adalah di Kabupaten Sleman yang mencapai 108


milyard rupiah disusul oleh Kota Yogyakarta yang mencapai 99 milyard rupiah.
Smentara untuk anggaran terkecil adalah di Kabupaten Bantul yang mencapai 55
milyard rupiah.

Persentase penerimaan anggaran kesehatan di Kabupaten / kota dibandingkan


dengan total anggaran APBD (termasuk gaji) berdasarkan laporan dari
Kabupaten / kota telah mencapai angka 11,5%. Sementara di provinsi DIY telah
mencapai 8,5% (termasuk gaji).

Anggaran di SKPD Dinas Kesehatan Provinsi DIY diperoleh dari anggaran APBD
dan APBN. Anggaran APBN hanya meliputi anggaran dekonesntrasi karena
untuk tahun 2009 tidak mendapatkan jatah untuk tugas pembantuan. Gambaran
alokasi dan realisasi anggaran menurut sumber penganggaran adalah sebagai
berikut :

Penyerapan anggaran APBD cukup tinggi yaitu mencapai 98% sementara untuk
APBN hanya mencapai 73%. Rendahnya realisasi anggaran APBN tidak terlepas
dari DIPA yang terlambat (akhir bulan September) yang menyebabkan waktu
efektif untuk implementasi berbegai program hanya berlangsung dalam kurun
waktu 3 bulan. Kondisi tersebut sangat tentu menjadi kendala yang menyulitkan
dalam pelaksanaannya.
qqq

Profil Kesehatan DIY 2008 55


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

BAB VI
KESIMPULAN

Berdasarkan data dan informasi hasil pembangunan Kesehatan di Propinsi


D.I. Yogyakarta tahun 2008 yang telah berhasil dikumpulkan melalui Profil
Kesehatan Kabupaten/Kota, laporan Rumah Sakit (SIRS Revisi V), laporan program
dan data BPS, dan hasil beberapa survai, maka dapat disimpulkan bahwa Indikator
Derajat Kesehatan masyarakat di Propinsi D.I. Yogyakarta berdasarkan beberapa
survai yang telah dilaksanakan adalah :

1. Umur harapan hidup waktu lahir di Provinsi DIY cenderung meningkat dan
pada tahun 2008 diperkirakan telah mencapai angka 74,1 tahun.
2. Angka Kematian Bayi mengalami perbaikan namun tren penurunan
cenderung melandai. Sampai dengan tahun 2008 kematian bayi di Provinsi
DIY telah mencapai angka 17 per 100.000 kelahiran hidup. AKB di DIY
tersebut merupakan salah satu yang tertinggi di Indonesia namun masih
tertinggal jika dibandingkan negara-negara ASEAN.
3. Angka Kematian Balita (AKABA) cenderung membaik dengan tren penurunan
yang cenderung melandai / menetap. Angka kematian balita sampai dengan
tahun 2008 adalah 19 per 1000 balita.
4. Angka Kematian Ibu terus mengalami perbaikan dan sampai tahun 2008 telah
mencapai angka 104 per 100.00 kelahiran hidup. Angka tersebut merupakan
salah satu yang terbaik namun jauh tertinggal di tingkat Asia Tenggara.
5. Gizi buruk cenderung terus membaik dengan ditunjukan penurunan di tahun
2008 yaitu menjadi 0,90%.

qqq

Profil Kesehatan DIY 2008 56


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

LAMPIRAN

Profil Kesehatan DIY 2008 57

You might also like