You are on page 1of 24

Selasa, 08 Februari 2011

TEHNIK BUDIDAYA LELE SANGKURIANG

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG


Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah dibudidayakan secara
komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di pulau Jawa. Budidaya lele berkembang pesat
dikarenakan 1) dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar
tinggi, 2) teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, 3) pemasarannya relatif
mudah dan 4) modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah. Pengembangan usaha budidaya ikan
lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985.
      Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur
lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit. Namun demikian, perkembangan budidaya yang
pesat tanpa didukung pengelolaan induk yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami
penurunan kualitas. Hal ini karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding) dan seleksi induk
yang salah atas penggunaan induk yang berkualitas rendah. Penurunan kualitas ini dapat diamati
dari karakter umum pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan harian, daya
tahan terhadap penyakit dan nilai FCR (Feeding Convertion Rate). Sebagai upaya perbaikan
mutu ikan lele dumbo BBPBAT Sukabumi telah berhasil melakukan rekayasa genetik untuk
menghasilkan lele dumbo strain baru yang diberi nama lele "Sangkuriang". Seperti halnya sifat
biologi lele dumbo terdahulu, lele Sangkuriang tergolong omnivora. Di alam ataupun lingkungan
budidaya, ia dapat memanfaatkan plankton, cacing, insekta, udang-udang kecil dan mollusca
sebagai makanannya. Untuk usaha budidaya, penggunaan pakan komersil (pellet) sangat
dianjurkan karena berpengaruh besar terhadap peningkatan efisiensi dan produktivitas.
1)      PEMBENIHAN
Pembenihan adalah suatu kegiatan usaha memproduksi benih ikan sampai ukuran benih
siap tebar. Kegiatan pembenihan lele sangkuriang meliputi beberapa tahapan kegiatan, yaitu
tahapan kegiatan pemeliharaan induk atau pematangan gonad, seleksi induk, pemijahan,
penetasan telur, pemeliharaan larva dan pendederan.
a.       Pemeliharaan induk
            Pemeliharaan induk lele atau disebut juga pematangan gonad merupakan kegiatan
pemeliharaan induk sampai induk matang gonad atau siap untuk dipijahkan. Kegiatan ini
merupakan kegiatan yang paling penting. Pemeliharaan induk yang baik akan menentukan
kualitas dan kuantitas (fekunditas) telur yang dihasilkan. Bila pemeliharaan induk dilakukan
dengan baik maka perkembangan gonad pun akan baik dan kualitas telurnya juga baik.
            Dalam pemeliharaan induk, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti padat tebar
induk, jenis pakan dan jumlah pakan yang diberikannya.
b.Persiapan wadah pemeliharaan
            Tahapan pemeliharaan induk diawali dengan persiapan wadah pemeliharaan induk. Induk
lele sangkuriang ini dipelihara dalam bak beton  berbentuk persegi panjang dengan ukuran
600cm x 200cm x 150cm dan berjumlah 12 bak yang dibagian atasnya menggunakan
kerangkeng serta dilengkapi dengan saluran pemasukan air (inlet) yang terbuat dari pipa PVC
berukuran 2-3 inchi, dan saluran pengeluaran air (outlet) berukuran 4 inchi. Pemeliharaan induk
lele sangkuriang dilakukan secara terpisah antara induk jantan dan induk betinanya berdasarkan
kelompok generasi, karena untuk memudahkan dalam seleksi induk sekaligus untuk menghindari
terjadinya kawin liar atau yang biasa disebut mijah maling. Dengan demikian kolam induk lele
sangkuriang yang harus disiapkan minimal 2 buah kolam. Satu buah kolam induk untuk induk
lele jantan dan satu buah untuk induk lele betina .
c. Penebaran induk

            Induk yang digunakan dalam kegiatan pembenihan adalah lele sangkuriang produk
BBPBAT Sukabumi. Induk lele sangkuriang yang akan ditebar kedalam bak pemeliharaan induk
diseleksi terlebih dahulu untuk mengetahui induk itu jantan dan induk betina. Selain itu, induk
lele sangkuriang yang akan ditebarharus sehat, tidak cacat serta memiliki organ tubuh yang
lengkap dan organ tubuh yang tidak rusak. Untuk membedakan induk jantan dan induk betina
lele sangkuriang dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Perbedaan induk jantan dan induk betina

No Kriteria Induk jantan Induk betina


1. Genital pore Memanjang Membulat
2. Perut Ramping Membesar
3. Umur Lebih dari 1 tahun Lebih dari 8 bulan
4. Tingkah laku Lebih agresif Kurang agresif
            Adapun kepadatan induk yaitu 5 ekor/ m2 atau 100 ekor induk dalam kolam berukuran 20
m2. Untuk memperoleh induk unggul dapat dilakukan dengan cara seleksi, atau melalui kawin
silang balik (backcross) berdasarkan standar yang telah ditentukan.
1.Seleksi

            Tujuan utama kegiatan seleksi adalah untuk meningkatkan kualitas genetik dari
keturunan spesies ikan yang ada. Kegiatan seleksi bertujuan untuk memperoleh induk atau calon
induk ikan yang mampu menghasilkan keturunan, yang mempunyai kecepatan tumbuh dan
kemampuan bertahan hidup serta tumbuh baik dalam lingkungan pemeliharaannya.
            Hardjamulia (1999), menjelaskan bahwa pengelolaan induk yang baik harus meliputi
penyediaan kolam dengan kualitas air yang memadai, pemberian pakan dalam jumlah dan
kualitas yang cukup serta berupaya memelihara keragaman genetiknya. Dalam hal menjaga
kelestarian genetik adalah dengan cara melalui seleksi yang sesuai.
            Seleksi dilakukan mulai sejak fase telur, karena benih-benih ikan yang berasal dari telur
yang berukuran besar mempunyai kecepatan pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan dengan
benih-benih yang berasal dari telur yang berukuran kecil. Karena cadangan makanan larva yang
berasal dari telur yang berukuran besar lebih banyak daripada telur yang berukuran kecil. Seleksi
selanjutnya dilakukan dengan cara memilih benih-benih calon induk yang mempunyai bentuk
luar (phenotype) yang baik dan mempunyai keunggulan fisik seperti yang pertumbuhannya lebih
cepat dibandingkan dengan benih lainnya, tubuh tidak cacat dan mempunyai sifat-sifat unggul
dari induknya. Benih-benih yang telah terpilih selanjutnya dipelihara secara khusus dan terpisah
untuk kemudian dijadikan calon induk.
2.Silang balik (backcross)

            Penurunan pertumbuhan dan kemampuan bertahan hidup dalam suatu populasi ikan dapat
disebabkan oleh menurunnya kualitas genetik dari populasi ikan tersebut, yaitu dengan adanya
perkawinan sekerabat. Untuk menahan laju penurunan tersebut dapat dilakukan dengan cara
silang balik (backcross), yaitu mengawinkan induk yang ada saat ini dengan tetuanya yang masih
memliliki keunggulan-keunggulan dari populasi ikan tersebut.
            Rustidja (1999), menjelaskan bahwa perbaikan mutu genetik lele dumbo dapat dilakukan
dengan cara silang balik, yaitu dengan cara silang balik, yaitu dengan cara mengawinkan induk
lele dumbo yang saat ini dengan tetuanya (generasi pertama hingga ketiga) dengan harapan dapat
mendekatkan kembali variasi genetik yang dipunyai tetuanya, yang masih mempunyai
keunggulan dalam pertumbuhan dan kelangsungan hidup.
d.      Pemberian Pakan

            Untuk memperoleh induk yang berkualitas baik, pakan yang diberikan pada induk lele
sangkuriang harus diperhatikan kualitas dan kuantitasnya, karena pakan yang baik akan
menentukan kecepatan pematangan gonad. Dalam hal ini manajemen pemberian pakan sangat
menentukan keberhasilan pemeliharaan induk lele sangkuriang.
            Pakan yang diberikan berupa pelet dengan kadar protein minimal 30% yang menunjukan
bahwa pakan tersebut baik untuk diberikan ke induk. Karena protein akan digunakan untuk
perkembangan telur, maka dengan kandungan protein yang tinggi dapat menyebabkan
perkembangan telur berlangsung lebih cepat dan kualitas telur yang dihasilkan lebih baik.
Pemberian pakan dilakukan secara abliditum dan dilakukan di dekat outlet agar makanan yang
diberikan dapat termakan dan tidak banyak terbuang. Pakan diberikan 2 kali sehari yaitu pagi
dan sore.
e. Pengelolaan Air

            Lele sangkuriang merupakan jenis ikan yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap
perubahan kualitas air, karena pada umumnya golongan ikan dari spesies clarias ini memiliki alat
nafas tambahan yaitu aborescent organ sehingga ikan ini dapat hidup pada perairan dengan
kandungan oksigen yang sangat rendah karena dengan adanya organ tersebut  lele sangkuriang
dapat  mengambil oksigen secara langsung dari udara. Air dalam kolam pemeliharaan induk
harus mengalir secara terus-menerus (kontinyu) sehingga sirkulasi air dalam kolam berjalan baik
dan kebutuhan oksigen bagi ikan  terpenuhi sesuai dengan kebutuhannya.
f.   Seleksi Induk

            Induk lele sangkuriang yang akan dipijahkan harus diseleksi terlebih dahulu dengan cara
memilih induk-induk betina dan jantan yang matang kelamin (gonad), karena kematangan
kelamin induk sangat menentukan keberhasilan pemijahan dan merupakan syarat utama dalam
pemijahan.
            Sebelum melakukan seleksi induk, sehari sebelumnya induk lele tidak boleh diberi makan
atau harus dipuasakan, karena untuk menghindari induk stress pada waktu ditangkap dan untuk
memudahkan dalam membedakan induk yang telah bertelur dengan induk yang perutnya penuh
dengan makanan. Untuk memudahkan memilih dan menangkap induk maka terlebih dahulu
kolam induk harus dikurangi volume airnya Penangkapan induk dilakukan secara hati-hati      
            Adapun ciri-ciri induk lele sangkuriang yang sudah matang gonad dan siap dipijahkan
adalah sebagai berikut.
  Induk betina

1.Perut gendut dan terasa lembek bila diraba

2.Kloaka membengkak dan berwarna kemerahan

3.Bila di sekitar kloaka ditekan akan keluar beberapa butir telur yang bentuknya bundar dan
besarnya seragam

  Induk jantan

1.Perutnya lebih tipis (langsing)

2.Ukuran 500-800 gram

3.Papila berwarna kemerahan dan panjangnya melewati pangkal sirip anus

Sifat spesifik dari induk jantan dan induk betina lele sangkuriang:
     Induk betina mulai dapat dipijahkan setelah berumur 1 tahun atau minimal berbobot 0,7 kg - 1
kg.

     Memiliki panjang standar 25-30 cm

     Warna tubuh lebih terang

     Gerakannya kurang agresif

     Induk jantan mulai dapat dipijahkan setelah berumur 1 tahun atau minimal berbobot 0,5 kg – 0,8
kg.

     Memiliki panjang standar 30-35 cm

     Warna tubuh lebih gelap


     Gerakannya lincah dan lebih agresif

            Induk lele sangkuriang yang akan dipijahkan harus sehat secara fisik yaitu tidak terinfeksi
penyakit dan parasit juga tidak memiliki luka akibat benturan (tidak cacat). Untuk menjaga
kemungkinan induk jantan tidak ada spermanya pada saat dipijahkan, perlu ditangkap beberapa
ekor induk jantan sebagai persediaan. Jika jumlah induk yang diperlukan sudah cukup, kolam
diairi kembali sampai mencapai ketinggian semula. Kegiatan pematangan gonad dilanjutkan
hingga seleksi induk tahap berikutnya. Sedangkan induk-induk yang telah terpilih dan ditampung
dalam ember segera dipindahkan kedalam bak penampungan atau kedalam bak pemberokan
g.Pemberokan

            Pemberokan merupakan kegiatan menyimpan induk-induk yang berasal dari kolam
pemeliharaan induk hingga menjelang induk disuntik untuk dipijahkan. Kegiatan ini dilakukan
karena gonad induk masih banyak mengandung lemak. Kandungan lemak yang tinggi dapat
menghambat keluarnya telur saat dipijahkan atau di streeping. Dengan diberok, kandungan
lemaknya akan berkurang. Pemberokan bertujuan juga untuk memudahkan dalam membedakan
induk yang gendut karena telur atau gendut karena makanan.
Yang harus diperhatikan dalam pemberokan, yaitu:
1.      Air harus bersih (tidak mengandung pakan) serta mengalir secara kontinyu agar ikan tidak
mengalami stress dan oksigen dapat disuplai secara terus menerus.

2.      Induk tidak boleh diberi pakan tambahan agar kandungan lemaknya tidak bertambah.

3.      Pemberokan ini dilakukan minimal selama 12 jam.

            Untuk dapat meyakinkan induk telah matang gonad atau belum, induk-induk yang sudah
diberok diseleksi kembali. Induk yang gendut akibat pakan biasanya perutnya akan kempes
selama pemberokan. Sedangkan induk yang matang gonad perutnya tetap gendut.
h.Pemijahan

            Dalam pemijahan lele sangkuriang, pemijahan dapat dibedakan menjadi pemijahan secara
alami dan pemijahan secara buatan. Pemijahan secara buatan, tidak memerlukan adanya wadah
pemijahan.
            Pemijahan secara buatan atau yang lebih dikenal dengan istilah kawin suntik adalah suatu
teknik memijahkan ikan dengan cara menyuntikan hormon tertentu kedalam tubuh ikan yang
akan dipijahkan untuk merangsang induk tersebut mengeluarkan telurnya (ovulasi) kemudian
dipijahkan secara  buatan. Jenis hormon yang  biasa dipergunakan untuk pemijahan buatan lele
sangkuriang adalah hormon gonadotropin yang dipasaran dikenal dengan merk dagang ovaprim.
            Penyuntikan dilakukan satu kali yaitu pada malam hari tepatnya pukul 20.00 dengan
dosis ovaprim 0,2 ml/kg induk. Langkah dalam pelaksanaan pemijahan secara buatan lele
sangkuriang dengan menggunakan ovaprim sebagai hormon perangsangnya adalah sebagai
berikut :
a. Untuk mengetahui berapa banyak ovaprim yang akan digunakan, maka terlebih dahulu timbang
induk yang akan dipijahkannya.
b.Jika induk lele sangkuriang betina yang akan dipijahkan beratnya 5 kg, sedangkan dosis
penyuntikannya 0, 2 ml/kg induk, maka ovaprim yang dibutuhkan adalah sebanyak 5 x 0, 2= 1
ml.
c. Ovaprim yang akan disuntikan dicampur dengan aquabides atau NaCl 0,9 % agar ovaprim yang
akan disuntikan seluruhnya masuk kedalam tubuh ikan pembagiannya merata sesuai beratnya.
d.      Jika jumlah induk yang akan dipijahkan sebanyak 5 ekor dengan berat rata-rata 1 kg,
sedangkan ovaprim yang akan disuntikan sebanyak 1ml maka untuk mengencerkannya ditambah
aquabides atau NaCl 0,9 % sebanyak 4 ml, sehingga jumlah cairan ovaprim menjadi 5 ml dan
masing-masing induk lele disuntik dengan 1 ml ovaprim yang telah dicairkan.
e. Penyuntikan dilakukan satu kali secara intra muscular, yaitu pada bagian punggung ikan dengan
menggunakan jarum suntik berukuran 0,12 ml sedalam 2 cm dengan kemiringan jarum 45˚.
f.    Induk yang telah disuntik selanjutnya disimpan dalam bak pemijahan/bak inkubasi.
i.        Pengeluaran (streeping) dan Pembuahan Telur
            Setelah induk lele sangkuriang disuntik dengan ovaprim, induk jantan maupun induk
betina tetap dipisahkan dalam bak pemijahan masing-masing sambil menunggu saatnya ovulasi.
Wadah untuk penetasan telur menggunakan bak fiberglass. Air dalam bak penetasan
disiapkan 1-2 hari sebelumnya dan diaerasi secara terus menerus.
Peralatan yang dibutuhkan untuk mengeluarkan telur pembuahan buatan lele sangkuriang
diantaranya adalah gunting bedah yang digunakan untuk membedah perut lele jantan yang akan
diambil spermanya. Lambit / serokan dan handuk untuk menangkap dan membungkus induk
pada saat streeping, baskom kecil untuk menampung telur yang dikeluarkan dari induk betina.
Gelas ukur untuk mencampur sperma dan larutan NaCl 0,9% dan hapa yang dipergunakan
sebagai substrat penempel telur sekaligus tempat penetasan telur dan tempat pemeliharaan larva.
Sedangkan bahan yang diperlukan adalah larutan NaCl 0,9% untuk mengencerkan sperma induk
jantan.
            Sekitar 10-12 jam setelah penyuntikan diperkirakan induk betina sudah mencapai ovulasi
dan siap untuk dikeluarkan. Sebelum melakukan pengurutan (streeping) untuk mengeluarkan
telurnya, maka terlebih dahulu harus mempersiapkan sperma dari induk jantan. Karena sperma
lele pada umumnya tidak bisa dikeluarkan dengan cara streeping karena pada bagian perut lele
jantan terdapat organ yang bernama seminalis veticulata yang akan menghambat keluarnya
sperma, sehingga sperma harus diambil dengan cara membunuh induk jantannya. Adapun cara
mengeluarkan sperma lele sangkuriang adalah sebagai berikut :
a. Tangkap satu ekor induk jantan sangkuriang yang telah disiapkan, kemudian potong badannya
secara vertikal kurang lebih 1 cm dibelakang ujung batok kepalanya.
b.Bedah bagian perut ikan dengan cara menggunting lurus kulit perut dari ujung anus kearah bagian
kepala. Kemudian gunting menyilang kearah samping kiri kanan badan bagian dada sehingga
membentuk hurup Y.
c. Angkat seluruh usus, kemudian diangkat sampai terlihat sepasang sperma yang menempel
dibagian rongga perut.
d.      Angkat sperma tersebut kemudian diangkat lalu bersihkan dari darah yang menempel dengan
menggunakan tissue kemudian siapkan larutan NaCl 0,9% dalam gelas ukur sebanyak 100-200
ml.
e. Gunting kantung sperma dibagian sisi kantong sperma kemudian celupkan kedalam larutan NaCl
0,9% sambil diperas untuk mengeluarkan cairan spermanya dalam larutan NaCl yang telah
disiapkan kermudian aduk campuran cairan sperma tersebut
Setelah selesai melakukan persiapan sperma, selanjutnya adalah melakukan pengurutan telur
(streeping). Langkah dalam mengeluarkan telur adalah sebagai berikut :
a. Sediakan wadah untuk menampung telur berupa baskom plastik yang telah dibersihkan dan
pastikan baskom dalam keadaan kering.
b.Bak pemijahan induk betina disurutkan untuk memudahkan dalam penangkapannya.
c. Siapkan serokan dan handuk kering untuk membungkus induk pada saat streeping.
d.      Untuk melakukan streeping lele sangkuriang dilakukan oleh 2 orang. Satu orang untuk
memegang bagian pangkal ekor, dan satunya untuk memegang bagian kepala dengan tangan kiri
dan melakukan pengurutan dengan menggunakan tangan kanan.
e. Bagian perut diurut secara perlahan-lahan dari bagian depan kearah bagian kloaka dengan
menggunakan jari tengah dan jempol, lalu telur yang keluar ditampung dalam baskom yang telah
disiapkan.
f.    Setelah sebagian telur keluar, segera masukan sperma yang telah tercampur dengan larutan NaCl
sedikit demi sedikit sambil diaduk.
g.Untuk meningkatkan fertilisasi (pembuahan), sebelum telur ditebar kedalam hapa penetasan,
masukan dulu air bersih kedalam baskom yang berisi telur sambil terus diaduk dan sambil
digoyang-goyang sampai merata. Pemberian air bersih ini diperlukan untuk mengaktifkan
sperma, karena sperma dalam larutan NaCl belum aktif.
h.Buang air dan sperma yang ada dipermukaan telur dalam baskom, baru kemudian telur ditebar
kedalam hapa penetasan yang telah disiapkan
j.  Penebaran dan Inkubasi Telur
            Telur yang sudah dibuahi oleh sperma disebar pada hapa yang telah disiapkan. Penebaran
dilakukan secara merata dan diusahakan telur tidak menumpuk pada satu tempat atau beberapa
tempat saja karena akan mengakibatkan telur menjadi busuk dan tidak menetas. Untuk itu, pada
saat menebar buatlah gelombang kecil dalam bak penetasan dengan tangan pada saat telur
ditebarkan kedalam air tetapi belum sampai tenggelam kedasar hapa. Gelombang tersebut akan
menyebarkan telur secara merata keseluruh dasar hapa. Beberapa saat setelah penebaran telur
dilakukan mulai dapat terlihat dengan jelas telur yang dibuahi berwarna hijau bening atau kuning
kecoklatan, sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih.
            Selama masa inkubasi, aerasi harus tetap jalan demikian juga air bersih tetap mengalir,
dikarenakan agar kondisi air tetap baik kualitas maupun kuantitasnya. Telur lele sangkuriang
akan menetas dalam waktu 30-36 jam pada suhu 22-25˚C, atau 24-28 jam pada suhu air 28-30˚C.
k.Penetasan telur
            Wadah yang dipergunakan dalam penetasan telur  di BBPBAT Sukabumi ini adalah
menggunakan bak fiberglass yang memanjang, sehingga dapat untuk memasang 4 hapa dalam
satu bak. Sedangkan substrat untuk menempelkan telur adalah hapa yang terbuat dari kain halus.
Wadah penetasan harus dilengkapi dengan saluran pemasukan air yang terbuat dari pipa PVC
ukuran I inchi yang diberi lubang 4 buah berdiameter 3-4 ml sesuai dengan letak hapa penetasan
untuk menyalurkan air selama proses penetasan telur. Selain itu dipasang juga 4 titik aerasi
disetiap hapa yang dilengkapi kran aerasi untuk pengaturannya. Hapa dipasang dengan
menggunakan pemberat yang terbuat dari besi maupun pipa  agar tidak menggelembung
kepermukaan air setelah berisi telur.
            Adapun langkah-langkah dalam persiapan bak penetasan telur adalah sebagai berikut:

1.Bak penetasan telur dicuci bersih dan dikeringkan.


2.Pasang hapa penetasan telur sekaligus dilengkapi dengan pemberatnya.
3.Pengisian air bersih kedalam bak penetasan sampai ketinggian 10 cm dibawah bibir bak.
4.Setelah itu, aerator dimasukan pada bak penetasan agar keperluan oksigen untuk larva dapat
tercukup
l.  Pemeliharaan Larva
            Pemeliharaan larva merupakan kegiatan merawat benih-benih lele yang baru menetas
(larva) sampai siap ditebar ke tempat pendederan. Kegiatan pemeliharan larva dilakukan dalam
hapa penetasan sampai menjelang dipindahkan ke tempat pendederan.
            Larva lele sangkuriang dipelihara dalam hapa selama 4-5 hari. Selama pemeliharaan
dalam hapa tidak perlu diberi pakan tambahan, karena pakan cadangan berupa kuning telur (yolk
salk) dalam tubuh larva baru akan habis setelah berumur 4 hari sejak menetas. Secara morfologi,
benih telah memiliki kelengkapan organ tubuh meskipun dalam ukuran yang sangat kecil dan
berwarna lebih galap. Benih yang dipelihara belum terlihat alat kelaminnya, sehingga belum
dapat dibedakan antara benih jantan dengan benih yang betina. Setelah benih larva telah berumur
5 hari selanjutnya benih ditebar pada bak pendederan atau benih dijual akan dijual kepada para
pembudidaya ikan. Benih yang ditebar dalam kondisi sehat, hal ini dapat diketahui dari
gerakannya yang lincah dan bersifat agresif terhadap makanan.
2)      PENDEDERAN
            Pendederan adalah kegiatan pemeliharaan benih yang dilakukan untuk menghasilkan
benih ukuran tertentu yang siap dibesarkan dikolam pembesaran. Pendederan lele sangkuriang
dilakukan dalam tiga tahap pendederan, yaitu pendederan pertama (PI) selama 14-21 hari,
pendederan ke dua (PII) selama 21-28 hari, dan pendederan ke tiga (PIII) selama 14-21 hari.
            Tujuan dilakukan pendederan secara bertahap adalah untuk menghasilkan benih-benih
yang mempunyai keunggulan dari segi keseragaman umur dan ukuran, jumlah benih yang
dihasilkan, serta rendahnya tingkat mortalitas pada setiap fase pertumbuhan. Selain itu
pendederan ini dilakukan untuk mengantisipasi kejenuhan kolam dalam hal penyediaan
lingkungan yang baik, serta penyediaan kebutuhan nutrient yang diperlukan oleh benih untuk
tumbuh dan berkembang.
a. Pendederan Pertama (PI)                
            Pendederan pertama adalah pemeliharaan larva lepas hapa yaitu larva yang baru berumur
5 hari sejak menetas. Hal yang harus diperhatikan dalam pendederan pertama ini adalah
penyediaan makanan yang berkualitas, karena larva membutuhkan protein yang tinggi untuk
pertumbuhannya. Pakan yang mengandung protein tinggi adalah pakan alami seperti daphnia,
moina sp, artemia dan tubifek. Dari jenis pakan alami tersebut, artemia merupakan pakan yang
sangat cocok untuk larva ikan setelah persediaan kuning telur dalam tubuhnya habis. Namun
artemia ini harganya cukup mahal dan sulit diperoleh didaerah-daerah tertentu.
            Untuk itu lele sangkuriang dapat diberikan pakan dengan cacing tubifek, karena cacing
ini sudah dapat termakan oleh larva lele, disamping itu cacing tubifek ini selain murah harganya
juga murah  juga bisa didapat didaerah manapun. Pendederan pertama lele sangkuriang
dilakukan dalam bak berukuran 2 x 1 x 1m.

1)      Persiapan bak


            Sebelum dipergunakan, bak dicuci bersih lalu dikeringkan selama satu hari. Pengisian air
sebaiknya dilakukan minimal empat hari sebelum penebaran. Air yang digunakan bisa
menggunakan air sumur, atau air pam yang telah diendapkan minimal 24 jam. Ketinggian air
dalam bak sekitar 30-40 cm. pada hari kedua bak pendederan tersebut ditebari bibit pakan alami
(plankton) yang berasal dari kotoran puyuh dan selanjutnya dibiarkan beberapa hari untuk
memberi kesempatan pakan alami tumbuh dan berkembang biak.
2)      Penebaran Benih
            Penebaran benih dilakukan setelah benih dalam bak penetasan 4-5 hari. Penebaran
sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari ketika suhu air dalam keadaan rendah. Padat
penebaran benih sekitar 20-30 ekor/liter air, atau sekitar 16.000-18.000 ekor larva lele
sangkuriang setiap bak ukuran 2 x 1 meter dengan ketinggian air 30 cm.
3)      Pemeliharaan
            Agar media pemeliharaan lele tidak cepat kotor, sebaiknya selama pemeliharaan benih
diberikan pakan alami cacing tubifek. Pakan diberikan secara abliditum, yaitu sekenyang-
kenyangnya.
            Pemeliharaan lele sangkuriang dalam PI selama 14-21 hari setelah itu dipanen. 
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada saat suhu rendah yaitu pagi atau sore hari. Hal tersebut
dilakukan untuk mengurangi tingkat stress pada benih yang dipanen dan mengurangi
kematiannya akibat fluktuasi suhu. Teknik pemanenan benih dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
         Air disurutkan sampai ketinggian 10-20 cm. Sambil menunggu surut, penangkapan benih pun
telah dapat dilakukan agar saat kering sisa ikan yang dipanen tinggal sedikit.
         Bila air kolam telah surut, benih ditangkap dengan menggunakan sekupnet. Benih ditampung
dalam ember, kemudian sedikit demi sedikit dipindah kedalam hapa yang dipasang tidak jauh
dari tempat panen.
         Sebelum benih dipindahkan, langkah selanjutnya adalah penanganan benih yang meliputi
seleksi benih dan penghitungan benih. 

1.Seleksi Benih
           Seleksi benih dilakukan untuk memisahkan antara benih yang berukuran besar dengan
benih yang berukuran kecil. Masing-masing ditampung dalam bak yang berbeda. Pemisahan
benih berdasarkan ukuran tersebut mempunyai tujuan agar dalam satu kolam hanya berisi benih
yang berukuran seragam sehingga tidak ada persaingan dalam makanan. Seleksi benih lele
sangkuriang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu seleksi secara manual dan seleksi dengan
menggunakan alat.

a)Seleksi secara manual


            Seleksi manual artinya menyeleksi benih tanpa menggunakan alat atau hanya dengan
menggunakan tangan saja. Cara ini efektif digunakan bila jumlah benihnya sedikit. Bila benihnya
banyak, cara ini kurang praktis karena akan memerlukan banyak waktu dan tenaga.
            Cara seleksi manual dilakukan dengan cara, benih ditangkap dengan menggunakan
sekupnet halus, kemudian diletakkan di dalam wadah yang sudah ada airnya, tangan kiri
memegang gagang sekupnet dan tangan kanan memilih ikan, benih berukuran besar langsung
dimasukan ke bak lain.
b)      Seleksi dengan menggunakan alat
            Alat yang biasa digunakan adalah baskom grading yang terbuat dari plastik dengan
ukuran lubang tergantung dari ukuran benih. Untuk benih hasil dari pemeliharaan larva,
digunakan mess berukuran 1 cm. Cara ini dapat dilakukan baik untuk benih dalam jumlah
banyak maupun sedikit. Seleksi dengan alat mudah dilakukan serta tidak memerlukan banyak
waktu dan tenaga

 
                                                                                                                                                             
                                                          Cara seleksi dengan menggunakan alat yaitu benih ditangkap
dengan sekupnet. Jumlah benih yang diambil jangan terlalu banyak agar benih tidak rusak.
Baskom grading diletakan dalam bak lain yang telah berisi air dan belum ada ikannya. Masukan
benih kedalam baskom grading dan biarkan beberapa saat. Benih yang berukuran kecil akan
keluar dengan sendirinya. Sedangkan benih yang berukuran besar akan tertampung dalam
baskom grading, kemudian dimasukan ke dalam bak lain.
2.Penghitungan benih
            Benih dihitung setelah diseleksi. Tujuannya untuk mengetahui jumlah benih yang
dihasilkan selama pemeliharaan. Menghitung benih lele hasil dari kolam pemeliharaan larva
dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu penghitungan langsung dan penghitungan volumetric.
a)Penghitungan langsung
            Penghitungan langsung adalah cara menghitung benih dengan menggunakan tangan.
Caranya, benih ditangkap dengan sekupnet, kemudian dimasukan pada wadah yang telah diisi
air. Benih dihitung per lima dengan menggunakan centong dan dipindahkan ke dalam wadah lain
yang telah diisi air.

b)      Penghitungan volumetrik


            Penghitungan volumetrik didasarkan pada volume atau isi benih yang ada. Penghitungan
cara ini sangat cocok untuk benih yang berjumlah banyak karena tidak memerlukan banyak
tenaga dan waktu. Cara penghitungan volumetrik adalah sebagai berikut. Ambilah beberapa
sampel benih dengan menggunakan alat yang masing-masing volumenya sama, misalnya 1 gelas.
Masing-masing sampel dihitung jumlah benihnya, kemudian hasilnya dijumlahkan dan dibagi
dengan jumlah sampel. Setelah itu, akan ditemukan jumlah rata-rata benih dalam 1 gelas. Bila
sudah diketahui jumlahnya, ambilah benih seluruhnya secara bertahap dengan menggunakan
gelas.
b.Pendederan Kedua (PII)
            Pendederan dua merupakan kegiatan pemeliharaan benih yang berasal dari tempat
pemeliharaan PI yang dipelihara selama 14-21 hari dan berukuran 2-3 cm. Pada dasarnya
tahapan kegiatan atau prosedur pengelolaan kolam PI dengan P II adalah sama. Perbedaan
kegiatan pendederan pertama dengan pendederan kedua, hanya terletak pada :
1.      Padat penebaran di kolam P II sebanyak 100-150 ekor/m2.
2.      Pemberian pakan tambahan,berupa pellet tepung pada minggu pertama dan kedua dan pellet
butiran berdiameter 1 mm pada minggu ketiga.
3.      Lama pemeliharaan selama 21-28 hari
4.      Benih ukuran panen 5-6 cm

c. Pendederan Ketiga (PIII)


            Pendederan tiga adalah kegiatan pemeliharaan benih yang berasal dari tempat
pemeliharaan P II yang dipelihara selama 21-28 hari, dari ukuran 2-3 cm sampai dengan ukuran
5-6 cm. Pada dasarnya tahapan kegiatan atau prosedur pengelolaan kolam PI , P II dan P III
adalah sama. Perbedaan kegiatan pendederan pertama, pendederan kedua dan pendederan ketiga
hanya berbeda dalam :
1.      Padat penebaran, padat penebaran di kolam PIII sebanyak 75-100 ekor/m2.
2.      Pemberian pakan tambahan sebanyak 5-10% bobot biomass/hari dengan frekuensi pemberian
dua kali/hari berupa pellet butiran berdiameter 1 mm.
3.      Lama pemeliharaannya selama 14-21 hari
4.      Benih ukuran yang dipanen 7-8 cm

3)      PEMBESARAN
            Pembesaran ikan lele merupakan tahap pemeliharaan dari hasil pendederan untuk
menghasilkan ikan lele ukuran konsumsi. Pada tahap pembesaran ini, faktor utama yang perlu
diperhatikan adalah konstruksi kolam karena sifat ikan lele sangkuriang yang suka melompat
keluar kolam.  Pada proses pembesaran harus disertai dengan pemberian pakan tambahan untuk
mempercepat proses produksi.
            Di BBPBAT Sukabumi pembesaran ikan lele sangkuriang dipelihara dalam kolam beton
dengan sistem pemeliharaan secara intensif, karena kebutuhan makanan untuk ikan hampir
seluruhnya menggunakan pakan buatan. Ukuran kolam beton tidak terlalu besar dengan
konstruksi dinding berukuran kecil dan berbentuk vertikal. Langkah-langkah kegiatan dalam
pembesaran lele sangkuriang secara intensif dalam kolam beton antara lain, persiapan kolam,
penebaran benih, pemeliharaan, pengontrolan, panen dan pasca panen.
a. Persiapan kolam
            Sebelum kolam dipergunakan, kolam harus dibersihkan dari lumpur dan semua kotoran
yang menempel pada dinding kolam. Untuk membunuh bibit bakteri dan penyakit yang
menempel pada dinding dan dasar kolam dapat disucihamakan dengan cara dikapur selama
beberapa hari. Pengisian air dilakukan 1-2 hari sebelum penebaran. Air yang digunakan adalah
air sungai yang mengalir ke tiap-tiap kolam. Ketinggian air dalam kolam sekitar 2/3 bagian atau
4/5 bagian dari kedalaman kolam.
b.Penebaran benih
            Penebaran benih dilakukan setelah kondisi kualitas air dalam kolam stabil. Penebaran
dilakukan pada pagi atau sore hari ketika suhu air dalam keadaan rendah dan dilakukan
aklimatisasi suhu untuk menghindari benih ikan stress. Ukuran benih yang akan dibesarkan
minimal 7-8 cm atau sudah bisa memakan pelet. Padat penebaran benih sekitarilakukan setelah
kondisi kualitas air dalam kolam stabil. Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari ketika suhu
air dalam keadaan rendah dan dilakukan aklimatisasi suhu untuk menghindari benih ikan stress.
Ukuran benih yang akan dibesarkan minimal 7-8 cm atau sudah bisa memakan pelet. Padat
penebaran benih sekitar 100 - 200 ekor/m2, atau sekitar 5.000 - 10.000 ekor benih dalam kolam
ukuran 5 x 10 meter dengan ketinggian air 80 cm.
c. Pemeliharaan
            Pemberian pakan dilakukan mulai hari kedua setelah penebaran, hal ini dimaksudkan
untuk mengurangi jumlah makanan yang tidak termakan karena setelah penebaran ikan masih
dalam keadaan stress. Pemberian pakan dilakukan secara adlibitum yaitu segera dihentikan
apabila ikan sudah terlihat kenyang. Frekuensi pemberian makanan dilakukan 2 kali sehari yaitu
pagi dan sore hari. Jumlah pakan yang harus dihabiskan selama pemeliharaan tergantung pada
target produksi yang akan dicapai, dengan berpatokan pada koversi pakan pembesaran lele
sangkuriang adalah 0,8 - 1 yaitu setiap 0,8 - 1 kilogram pakan yang dihabiskan akan menambah
bobot ikan sebanyak 1 kg. Jadi bila jumlah tebar lele sebanyak 10.000 ekor, dengan target
produksi ikan konsumsi ukuran 9-10 ekor/kg, maka pakan yang harus disediakan kurang lebih
sebanyak 1000 kg.
d.      Pengontrolan
            Pengontrolan terhadap kondisi kolam, pengairan, ikan peliharaan dan keamanan
lingkungan perlu dilakukan setiap hari. Air yang masuk ke kolam harus kontinyu dengan debit
air sekitar 2-3 liter/detik. Kontinuitas aliran air harus diperhatikan agar kualitas air kolam
pemeliharaan kolam tetap terjaga terutama oksigen terlarut. Karena kecukupan oksigen akan
sangat berpengaruh terhadap nafsu makan ikan peliharaan. Kondisi kesehatan ikan juga harus
selalu dikontrol agar bila ada yang terlihat sakit dapat segera ditangani baik dengan pencegahan
maupun pengobatan.
e.  Panen
            Masa pemeliharaan lele sangkuriang dikolam pembesaran ini sekitar 2,5 - 3 bulan atau
setelah lele mencapai ukuran 9-10 ekor/kg. Pemanenan lele dilakukan dengan cara mengeringkan
kolam secara perlahan-lahan. Saluran pemasukan air ditutup sedangkan saluran pengeluaran
yang terletak di dasar kolam dibuka, dengan demikian permukaan air dalam kolam akan
menurun secara perlahan-lahan dan ikan akan berenang menuju kebagian kolam yang masih
berair. Setelah mencapai ketinggian 10-20 cm dari dasar kolam lele mulai ditangkap sedikit demi
sedikit dengan menggunakan lambit. Lele yang sudah tertangkap dimasukkan ke dalam ember
kemudian ditampung dalam hapa

4)      PEMASARAN
Pada kegiatan pemasaran, konsumen dapat membeli lele sangkuriang dalam ukuran benih
0,5 cm yang sudah berumur 5-6 hari dengan harga Rp. 30,- /ekor. Benih yang dihasilkan dijual
kepada para pembudidaya ikan lele sangkuriang di daerah kabupaten Sukabumi, Cianjur, Bogor
dan luar Provinsi Jawa Barat. Ataupun konsumen dapat membeli lele sangkuriang yang sudah
menjadi calon induk yang kemudian dapat dibenihkan. Namun calon induk dijual dengan sistem
paket, dimana satu paket terdiri dari 5 ekor betina dan 10 ekor jantan dengan harga Rp. 500.000,-
/paket. Umumnya pembeli datang langsung ke BBPBAT Sukabumi, namun untuk pembelian
skala besar benih dapat diantar langsung ke alamat pembeli.

5)      ANALISA USAHA


         Pembenihan
Analisa Usaha Pembenihan diperhitungkan selama 1 tahun periode proses produksi.
Setiap proses produksi memerlukan waktu selama 3 bulan yang meliputi persiapan, pemijahan,
penetasan telur, pemeliharaan larva selama 4 hari dan pemeliharaan pada Pendederan I selama 21
hari, Pendederan II selama 21 hari dan Pendederan III selama 21 hari.
-       Asumsi
a.       Setiap 1 kg induk menghasilkan telur (fekunditas) sebanyak 60.000 butir.
b.      Derajat penetasan telur 90% dan SR pada setiap pendederan sebanyak 80%
A.    Biaya
1.      Biaya Investasi ( biaya tetap )
Usia Penyusutan 1
No Jenis Harga (tahun) periode
1 1 bak penetasan fyber 5,000,000 10 42,000
1 bak penampungan cacing
2 tubifek 250,000 5 4,200
3 1 high blow 2,000,000 2 84,000
4 1 pompa air 800,000 2 34,000
5 4 hapa penetasan 400,000 1 34,000
6 1 paket induk lele 500,000 1 42,000
7 1 tabung oksigen 500,000 5 8,400
8 1 set peralatan pembenihan 500,000 1 4,200
Jumlah 9,950,000 290,600

2.      Biaya Operasional ( biaya variabel )


a.       Pakan induk 50 kg @ Rp. 4.500,-                                    Rp. 225.000,-
b.      Ovaprim                                                                            Rp. 150.000,-
c.       Obat-obatan                                                                      Rp. 100.000
d.      Pakan larva 5 kg @ Rp. 6.000,-                            Rp. 30.000,-
e.       Pupuk kandang 1 karung @ Rp. 6.500,-              Rp. 6.500,-
f.       Pakan benih 300 kg @ Rp. 5.000,-                                   Rp. 1.500.000,-
g.      Tenaga kerja 2 orang @ Rp. 500.000,- x 3 bln     Rp. 3.000.000,-
h.      Instalasi listrik                                                                   Rp. 100.000,-
i.        Isi ulang gas oksigen                                                         Rp. 200.000,-
j.        Perlengkapan penyuntikan                                                Rp. 50.000,-
k.      Perlengkapan packing                                                       Rp. 100.000,-_+
Jumlah                                                                             Rp. 5.461.500,-

3.      Biaya Total


Biaya total                   = Biaya tetap + Biaya operasional
                                     = Rp. 290.600,- + Rp. 5.461.500,-
                                     = Rp. 5.752.100,-
Biaya variable / ekor = Biaya variable / Jumlah produksi
                                     = Rp. 5.461.500,- / 221.184 ekor
                                     = Rp. 24,69,-
B.     Penerimaan dan Laba
-       Penerimaan
Penerimaan                   = Volume produksi x Harga jual
                                     = 221.184 ekor x Rp. 85,-
                                     = Rp. 18.800.640,-
-       Laba
a.       Laba operasional         = Penerimaan – Biaya operasional
                                     = Rp. 18.800.640,- – Rp. 5.461.500,-
                                     = Rp. 13.339.140,-
b.      Laba per periode         = Penerimaan – Biaya total
 = Rp. 18.800.640,- – Rp. 5.752.100,-
 = Rp. 13.048.540,-
c.       Laba per tahun            = Laba per periode x 12 periode
                                     = Rp. 13.048.540,- x 12 periode
                                     = Rp. 156.582.480,-
C.     Analisa Kelayakan Usaha
-       Cash flow        = Laba bersih per tahun + Modal investasi
            = Rp. 156.582.480,- + Rp. 9.950.000,-
            = Rp. 166.532.480,-
           Artinya, arus uang yang keluar masuk pada usaha pembenihan lele sangkuriang ini senilai
Rp. 166.532.480,- per tahun
-       RC Ratio         R/C = Total pendapatan
                           Total biaya
                  = Rp. 18.800.640,-
                        Rp. 5.752.100,-
                  = Rp. 3,26,-
            Artinya, besar nilai R/C ratio 3,26 berarti setiap rupiah biaya yang dikeluarkan akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 3,26,-
-       Payback period           = Total investasi
                            Laba usaha
                        = Rp. 9.950.000,-
                         Rp. 156.582.480,-
                        = 0,063
            Artinya, besarnya nilai payback 0,063 berarti dalam jangka waktu 0,063 tahun (0,76
bulan) modal usaha yang diinvestasikan pada usaha pembenihan lele sangkuriang ini akan
kembali
-       Break Event Point (BEP)       

1.   BEP Harga Produksi          =    Biaya total


                                            Jumlah produksi

= Rp. 5.752.100,-
                                            Rp. 221.184 ekor
= 26,01
Artinya, nilai BEP harga produk 26,01 berarti titik impas pada usaha pembenihan lele
sangkuriang ini akan tercapai dengan harga jual benih lele sangkuriang ukuran 7-8 cm Rp.
26,01,-
2.      BEP Volume produksi      =            Biaya total
  Harga jual per unit – Biaya variable per unit
            =        Rp. 5.752.100,-
               Rp. 85,- – Rp. 24,69,-
            = 95.375
Artinya, nilai BEP volume produksi 95.375 berarti titik impas pada usaha pembenihan
lele sangkuriang ini akan tercapai pada saat produksi benih lele sangkuriang terjual sebanyak
95.375 ekor

         Pembesaran
Analisa Usaha pembesaran lele sangkuriang diperhitungkan selama 3 bulan periode
proses produksi meliputi persiapan kolam selama 1 minggu dan sisanya pemeliharaan ikan
sampai ukuran konsumsi.

-       Asumsi
a.       Usaha pembesaran secara intensif
b.      Derajat SR 90%
c.       Jumlah benih 49.767 ekor
A.   Biaya
1.      Biaya Investasi (biaya tetap)
No Jenis Harga Usia (tahun) Penyusutan 1 periode
1 12 bak beton 50,000,000 20 625,000
2 1 set alat produksi 1,000,000 1 250,000
Jumlah 51,000,000 875,000

2.      Biaya Operasional (biaya variable)


a.       Pakan 4.977 kg @ Rp. 5.000,-                                    Rp. 24.885.000,-
b.      Tenaga kerja 1 orang @ Rp. 500.000,- x 3 bln           Rp. 1.500.000,-_+
Jumlah                                                                             Rp. 26.385.000,-

3.      Biaya Total


Biaya total                   = Biaya tetap + Biaya operasional
                                     = Rp. 875.000,- + Rp. 26.385.000,-
                                     = Rp. 27.260.000,-
Biaya variable / ekor = Biaya variable / Jumlah produksi
                                     = Rp. 26.385.000,- / 4.977 kg
                                     = Rp. 5.301,-

B.   Penerimaan dan Laba


-       Penerimaan
Penerimaan                   = Volume produksi x Harga jual
                                     = 4.977 kg x Rp. 8.000,-
                                     = Rp. 39.816.000,-
-     Laba
a.       Laba operasional              = Penerimaan – Biaya operasional
                                     = Rp. 39.816.000,- – Rp. 26.385.000,-
                                     = Rp. 13.431.000,-
b.      Laba per periode               = Penerimaan – Biaya total
 = Rp. 39.816.000,- – Rp. 27.260.000,-
 = Rp. 12.556.000,-
c.       Laba per tahun                              = Laba per periode x 4 periode
                                     = Rp. 12.556.000,- x 4 periode
                                     = Rp. 50.224.000,-
C.   Analisa Kelayakan Usaha
-       Cash flow        = Laba bersih per tahun + Modal investasi
            = Rp. 50.224.000,- + Rp. 51.000.000,-
            = Rp. 101.224.000,-
            Artinya, arus uang yang keluar masuk pada usaha pembenihan lele sangkuriang ini
senilai Rp. 101.224.000,- per tahun
-       RC Ratio         R/C = Total pendapatan
                             Total biaya
                     = Rp. 50.224.000,-
                          Rp. 27.260.000,-
                     = Rp. 1,84,-
            Artinya, besar nilai R/C ratio 1,84 berarti setiap rupiah biaya yang dikeluarkan akan
menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 1,84,-
-       Payback period           = Total investasi
                            Laba usaha
                        = Rp. 51.000.000,-
                           Rp. 50.224.000,-
                        = 1,015
            Artinya, besarnya nilai payback 1,015 berarti dalam jangka waktu 1,015 tahun (12,8
bulan) modal usaha yang diinvestasikan pada usaha pembenihan lele sangkuriang ini akan
kembali
-       Break Event Point (BEP)       
1.      BEP Harga Produksi         =     Biaya total
                                             Jumlah produksi
                                           = Rp. 27.260.000,-
                                                     4.977 kg
= 5.477
Artinya, nilai BEP harga produk 5.477 berarti titik impas pada usaha pembenihan lele
sangkuriang ini akan tercapai dengan harga jual benih lele sangkuriang ukuran 7-8 cm Rp.
5.477,-
2.      BEP Volume produksi      =                             Biaya total
                 Harga jual per unit – Biaya variable per unit
            =                         Rp. 27.260.000,-
                                 Rp. 8.000,- – Rp. 5.301,-
            = 10.100 kg
Artinya, nilai BEP volume produksi 10.100 berarti titik impas pada usaha pembenihan
lele sangkuriang ini akan tercapai pada saat produksi benih lele sangkuriang terjual sebanyak
10.100 kg

www.ngiten.co.cc/cara-budidaya-lele-sangkuriang.html - Tembolok

You might also like