Professional Documents
Culture Documents
Oleh : Nurosid
Laboratorium Bakteriologi, PTB BPPT Tahun 2011
Konten
1. Pengertian pestisida
2. Jenis pestisida
3. Dasinon organofosfat dan senyawa
4. Penggunaan dan bahaya dasinon pada lahan pertanian, tanaman pangan dan manusia
5. Upaya mengurangi pestisida dilahan pertanian; bioremediasi
6. Pseudomonas sebagai pendegradasi organofosfat
7. Upaya melakukan optimasi pertumbuhan pada konsentrasi dan pH berbeda
1. Pengertian pestisida
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk
mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga,
tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria
dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput,
tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.
Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau
menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman. Sesuai konsep Pengendalian
Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau
membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa
hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali. Di Indonesia untuk
keperluan perlindungan tanaman, khususnya untuk pertanian dan kehutanan pada tahun 2008
hingga kwartal I tercatat 1702 formulasi yang telah terdaftar dan diizinkan penggunaannya.
Sedangkan bahan aktif yang terdaftar telah mencapai 353 jenis.
Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan sida berasal dari kata caedo berarti
pembunuh. Pestisida dapat diartikan secara sederhana sebagai pembunuh hama. Menurut Food
Agriculture Organization (FAO) 1986 dan peraturan pemerintah RI No. 7 tahun 1973, Pestisida
adalah campuran bahan kimia yang digunakan untuk mencegah, membasmi dan mengendalikan
hewan/tumbuhan penggangu seperti binatang pengerat, termasuk serangga penyebar penyakit,
dengan tujuan kesejahteraan manusia.
Pestisida juga didefinisikan sebagai zat atau senyawa kimia, zat pengatur tubuh atau perangsang
tumbuh, bahan lain, serta mikroorganisme atau virus yang digunakan untuk perlindungan
tanaman (PP RI No.6tahun 1995). USEPA menyatakan pestisida sebagai zat atau campuran zat
yang digunakan untuk mencegah, memusnahkan, menolak, atau memusuhi hama dalam bentuk
hewan, tanaman, dan mikroorganisme penggangu (Soemirat, 2003).
Dalam pengendalian hama tanaman secara terpadu, pestisida adalah sebagai alternatif terakhir.
Dan belajar dari pengalaman, Pemerintah saat ini tidak lagi memberi subsidi terhadap pestisida .
Namun kenyataannya di lapangan petani masih banyak menggunakannya. Menyikapi hal ini,
yang terpenting adalah baik pemerintah maupun swasta terus menerus memberi penyuluhan
tentang bagaimana penggunaan pestisida secara aman dan benar. Aman terhadap diri dan
lingkungannya, benar dalam arti 5 tepat (tepat jenis pestisida, tepat cara aplikasi, tepat sasaran,
tepat waktu, dan tepat takaran).
2. Jenis Pestisida
Menurut Sudarmo (1991) pestisida dapat di klasifikasikan kedalam beberapa golongan,dan
diantara beberapa pengklasifikasian tersebut dirinci berdasarkan bentuk formulasinya, sifat
penetrasinya, bahan aktifnya, serta cara kerjanya. Akan tetapi pada studi kali ini didasarkan pada
bahan aktifnya.
Pestisida juga diklasifikasikan berdasarkan pengaruh fisiologisnya, yang disebut farmakologis
atau klinis, sebagai berikut:
1. Senyawa Organofospat
Racun ini merupakan penghambat yang kuat dari enzim cholinesterase pada syaraf. Asetyl cholin
berakumulasi pada persimpangan-persimpangan syaraf (neural jungstion) yang disebabkan oleh
akt ivitas cholinesterase dan menghalangi penyampaian rangsangan syaraf kelenjar dan otot-otot.
Organofosfat disintesis pertama kali di Jerman pada awal perang dunia ke-II.
Bahan tersebut digunakan untuk gas syaraf sesuai dengan tujuannya sebagai insektisida. Pada
awal sintesisinya diproduksi senyawa tetraethyl pyrophosphate (TEPP), parathion dan schordan
yang sangat efektif sebagai insektisida tetapi juga toksik terhadap mamalia. Penelitian
berkembang tersebut dan ditemukan komponen yang paten terhadap insekta tetapi kurang toksik
terhadap manusia (misalnya : malathion). Sampai saat ini organofosfat masih merupakan
insektisida yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. Contoh : malathion, monokrotofos,
paration, fosfamidon, bromofos, diazinon, dimetoat, diklorfos, fenitrotion, fention, dan puluhan
lainnya.
2. Senyawa Organoklorin
Dari golongan ini paling jelas pengaruh fisiologisnya seperti yang ditunjukkan pada susunan
syaraf pusat, senyawa ini berakumulasi pada jaringan lemak.
3. Senyawa Arsenat
Pada keadaan keracunan akut ini menimbulkan gastroentritis dan diarhoe yang menyebabkan
kekejangan yang hebat sebelum menimbulkan kematian. Pada keadaan kronis menyebabkan
pendarahan pada ginjal dan hati.
4. Senyawa Karbamat
Pengaruh fisiologis yang primer dari racun golongan karbamat adalah menghambat aktifitas
enzym cholinesterase darah dengan gejala-gejala seperti senyawa organofospat
5. Piretroid
Piretroid merupakan senyawa kimia yang meniru struktur kimia (analog) dari piretrin. Piretrin
sendiri merupakan zat kimia yang bersifat insektisida yang terdapat dalam piretrum, kumpulan
senyawa yang di ekstrak dari bunga semacam krisan piretroid memiliki beberapa keunggulan,
diantaranya diaplikasikan dengan takaran relatif sedikit, spektrum pengendaliannya luas, tidak
persisiten, dan memiliki efek melumpuhkan yang sangat baik. Namun karena sifatnya yang
kurang atau tidak selektif, banyak piretroid yang tidak cocok untuk program pengendalian hama.
3. Diazinon (Basudin); Organofosfat dan struktur senyawa
Diasinon (basudin) adalah salah satu jenis insektisida yang berbahan aktif organofosfat.
Organofosfat dalam pestisida diasinon berfungsi melindungi tanaman dari serangan hama
terutama dari kelompok insekta. Pestisida ini direkomendasikan untuk tanaman padi, buah-
buahan, sayuran, dan jeruk (ZAGRO, 2000).
Organophosphat disintesis pertama di Jerman pada awal perang dunia ke II. Bahan tersebut
digunakan untuk gas saraf sesuai dengan tujuannya sebagai insektisida. Pada awal synthesisnya
diproduksi senyawa tetraethyl pyrophosphate (TEPP), parathion dan schordan yang sangat
efektif sebagai insektisida, tetapi juga cukup toksik terhadap mamalia. Penelitian berkembang
terus dan ditemukan komponen yang poten terhadap insekta tetapi kurang toksik terhadap orang
(mis: malathion), tetapi masih sangat toksik terhadap insekta. Berikut struktur kimia senyawa
organofosfat dalam Diasinon.
Nama Structure
Tetraethylpyrophosphate (TEPP)
Parathion
Malathion
Sarin
Golongan pestisida ini sangat potensial, bersifat selektif dan efeknya cepat, tidak menimbulkan
toleransi pada serangga apabila diberikan dengan takaran, cara dan saat yang tepat, serta
irreversible, artinya enzim cholinestesarase yang terikat pestisida ini tidak dapat berfungsi
normal kembali tanpa dipisahkan ikatannya dari organofosfat (Ahmadi, 1994).
4. Penggunaan dan bahaya dasinon pada lahan pertanian, tanaman pangan dan manusia
Dasinon adalah pestisida dengan bahan aktif organofosfat. Pestisida ini telah umum dipakai oleh
petani Indonesia. Tanaman padi, sayur-sayuran dan buah-buahan menggunakan pestisida jenis
ini untuk membasmi hama tanaman dari kelompok serangga, diantaranya adalah wereng, walang
sangit, ulat dan hama pengganggu lainnya. Menurut Pimental dan Levitan (1986) dalam Erd et
al. (2003), pemakaian pestisida yang mencapai target organisme kurang dari 5%, selebihnya
terdeposit ke dalam tanah, atmosfir, dan air. Oleh sebab itulah pestisida dapat terakumulasi
secara terus menerus baik di tanah maupun diperairan. Jika ditanah tentunya akan berpengaruh
terhadap kelangsungan mikroba yang ada didalamnya, termasuk berkurangnya populasi mikroba
penyubur maupun organisme lainya. Tanah yang terdedah oleh pestisida secara berlebihan akan
berdampak pada kerusakan tanah sehingga dapat menurunkan kualitas lahan pertanian.
Apabila pestisida disemprotkan pada tanaman pangan, maka pasti akan mengalami akumulasi
pada jaringan tertentu, sehingga dapat berbahaya jika dimakan oleh manusia. Oleh karena itu
pestisida ini mempunyai sifat lebih toksik terhadap manusia daripada pestisida golongan
organokhlorin walaupun golongan organofosfat dapat dinonaktifkan (deaktifasi) di lingkungan
(Ahmadi, 1994).
Organofosfat dalam dasinon adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida lainnya
dan sering menyebabkan keracunan pada orang. Termakan hanya dalam jumlah sedikit saja
dapat menyebabkan kematian, tetapi diperlukan beberapa milligram untuk dapat menyebabkan
kematian pada orang dewasa. Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam
plasma dan kholinesterase dalam sel darah merah. Gejala yang ditimbulkan akibat keracunan
golongan organofosfat termasuk sakit kepala, pusing-pusing, yang akan berakibat pada kematian
(Cox, 1995).
5. Upaya mengurangi pestisida dilahan pertanian; bioremediasi
Mengingat bahaya pestisida yang dapat berpindah dari tanah ke tanaman pangan dan
terakumulasi, sehingga dapat membahayakan manusia jika termakan. Oleh sebab itu, upaya
untuk mengurangi konstaminasi pestisida di lahan pertanian yang tercemar sangat diperlukan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menggunakan bioremediasi. Menurut Munir
(2006), bioremediasi merupakan konsep pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan
dengan memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan pencemaran. Menurut Vidali (2001)
dan Singh et al. (2006), Bioremediasi adalah proses membersihkan limbah organik di lingkungan
dengan menggunakan sistem biologi, termasuk menggunakan mikroba untuk mendegradasi dan
mendetoksifikasi polutan.
Menurut Iranzo et al. (2001), proses bioremediasi pestisida menggunakan mikroorganisme harus
memperhatikan beberapa hal, yakni pengetahuan tentang fisiologi mikroba, mikrobiologi,
ekologi, biokimia dan aspek molekuler proses transfosmasi polutan pestisida.
Sejumlah mikroorganisme telah banayak diketahui mampu digunakan sebagai agen
bioremediasi. Kelompok jamur yang telah dimanfaatkan yakni Trametes hirsutus, Phanerochaete
chrysosporium, Phanerochaete sordia dan Cyathusbulleri untuk mendegradasi lindan dan
pestisida yang lain (Singh & Kuhad, 1999, 2000; Singh et al., 1999). Akan tetapi, pada umumnya
justru bakteri tanah yang sering dipakai untuk proses bioremediasi (Walker & Roberts, 1993).
Beberapa isolat bakteri murni telah digunakan pestisida spesifik sebagai sumber karbon, nitrogen
atau fosfor telah diisolasi (Singh et al., 1999, 2000).
6. Pseudomonas sebagai pendegradasi organofosfat
Telah dilaporkan bahwa beberapa bakteri seperti Flavobacterium sp. (Ghassempour et al., 2002),
Pseudomonas sp. (Ramanathan and Lalithakumari, 1999), Agrobacterium sp. (Ghassempour et
al., 2002; Yasouri, 2006) and Arthrobacter sp. (Ohshiro et al., 1996) dapat menggunakan dasinon
yang berbhan aktif organofosfat sebagai sumber karbon.
Bakteri dari genus Pseudomonas, diketahui sangat aktif dalam melakukan metabolisme pestisida,
banyak organokimia yang mengkontaminasi tanah diketahui telah didegradasi dan digunakan
sebagai sumber karbon, termasuk dasinon dan organofosfat lain seperti chlorpyrifos, parathion,
dan methylparathion (Ghassempour et al., 2002; Yasouri, 2006; Lakshmi et al., 2008). Hasil
penelitian Cycon et al (2009), menunjukkan bahwa Pseudomonas mampu mendegradasi
pestisida Dasinon sangat tinggi, yakni 87%.
7. Upaya melakukan optimasi pertumbuhan pada pH dan konsentrasi pestisida berbeda
Beberapa peneliti telah melakukan optimasi pertumbuhan pada berbagai konsentrasi pestisida
organofosfat pada bakteri Pseudomonas untuk melihat kemampuan dalam mendegradasi
pestisida. Karpouzas dan Walker (2000), melakukan optimasi pertumbuhan Pseudomonas putida
pada pestisida organofosfat dengan variasi konsentrasi 5, 10, 25, dan 50 mg/l dengan pH 5.0; 5.5;
6.3; 6.8; 7.2; dan 7.6. Hasilnya, Bakteri ini mampu mendegradasi pestisida dengan cepat pada
konsentrasi 50 mg/l dengan pH medium 6.3-7.6 pada suhu 37oC. Sedangkan pada pH 5.5 dan
suhu 42oC, proses degradasi pestisida cenderung rendah. Shafiani dan Malik (2003) melakukan
optimasi pertumbuhan Pseudomonas pada berbagai variasi konsentrasi pestisida organofosfat
dari 5-1600 mg/l. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan rendah pada saat
konsentrasi pestisida 25 mg/l, pertumbuhan tinggi saat konsentrasi 100 mg/l, kemudian menurun
drastis pada saat konsentrasi 200 mg/l. Bhagobaty dan Malik (2008), melanjutkan penelitian
dengan konsentrasi pestisida chlorpyrifos antara 25-3200 mg/l, dan diperoleh hasil pertumbuhan
optimum pada saat konsentrasi pestisida antara 100-200 mg/l, namun setelah lebih dari 200 mg/l,
pertumbuhan menurun drastis.
http://tijii.wordpress.com/2011/05/20/bioremediasi-pestisida/
Confidor ® 70 WS
Fungisida
Herbisida
Insektisida
Lain-lain
Perawatan Benih
Top of Form
Bottom of Form
: Insektisida
Bahan Aktif : Imidacloprid 70%
Ukuran Kemasan : 5g
Confidor 70 WS adalah insektisida sistemik sangat baik yang bekerja sebagai racun kontak dan lambung, yang
diaplikasikan untuk perlakuan benih tanaman jagung dan kedelai.
Confidor 70 WS mempunyai spektrum pengendalian yang luas terutama dalam mengendalikan hama-hama penghisap
dan penusuk seperti aphis, wereng daun, dan thrips.
Imidakloprid mempunyai mekanisme kerja yang baru seperti dalam protein reseptor serangga yang berbeda dibandingkan
dengan produk insektisida konvensional lainnya, sehingga sangat efektif dalam mengendalikan hama-hama yang telah
resisten terhadap insektisida-insektisida konvensional tersebut.
Keunggulan-keunggulan:
• Sangat efektif untuk pengendalian hama lalat bibit pada tanaman jagung dan kedelai. Di dalam tanah, Confidor
70 WS diserap dengan sangat efisien oleh kecambah dan langsung diangkut ke seluruh daun dan batang
tanaman
• Berbahan aktif baru yang tergolong dalam grup insektisida chloronicotinyl (CNI)
• Mempunyai efek pengendalian secara ?long-lasting? dengan dosis yang rendah dan toleran terhadap tanaman
• Sangat cocok untuk program IPM dan Manajemen Resistensi
Rekomendasi:
Peringatan Bahaya
Dapat menyebabkan keracunan mulut, kulit dan pernafasan. Benih yang sudah diperlakukan dilarang untuk dikonsumsi
Gejala Dini Keracunan
Apatis, gangguan pernafasan dan gemetar. Apabila satu atau lebih gejala tersebut timbul, segera berhentilah bekerja,
lakukan tindakan pertolongan pertama dan pergilah ke dokter.
Pertolongan Pertama Pada Keracunan
Tanggalkan pakaian yang terkena insektisida ini dan cucilah kulit yang terkena dengan air dan sabun.
Apabila insektisida mengenai mata, cucilah segera mata yang terkena dengan air bersih yang mengalir selama 15 menit.
Apabila insektisida tertelan dan penderita masih sadar, segera usahakan pemuntahan dengan memberikan minum
segelas air hangat yang diberi 1 sendok garam dapur.
Apabila insektisida terhisap, bawalah penderita ke ruangan yang berudara segar dan bila perlu berikan pernafasan buatan
melalui mulut atau dengan pemberian oksigen
http://www.bayer.co.id/ina/cs_cp_product.php?p_id=32
Insektisida
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Insektisida sintetik adalah bahan-bahan kimia yang bersifat racun yang dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan, tingkah laku, perkembang biakan, kesehatan, memengaruhi
hormon, penghambat makan, membuat mandul, sebagai pemikat, penolak, dan aktifitas lainnya
yang dapat memengaruhi organisme pengganggu tanaman (Kardinan 2002). Selain itu,
insektisida dapat pula membunuh serangga pengganggu (hama serangga). Insektisida dapat
membunuh serangga dengan dua mekanisme, yaitu dengan meracuni makanannya (tanaman atau
langsung meracuni serangga tersebut). Penelitian akan dampak penggunaan insektisida sintesis
untuk tanaman cabai merah besar telah dilakukan di beberpa kota besar, seperti Cianjur,
Semarang, dan Surabya. Pengujian residu insektisida ini menggunakan alat KCKT
(Kromatografi Cair Kinerja Tinggi). Hasil pengujian terhadap beberapa golongan pestisida
kemuadian dikaji kembali berdasarkan pola konsumsi cabai orang Indonesia dan dihitung BMR
(Batas Maksimum Residu) dari pestisida tesebut dan membandingkannya dengan BMR pustaka.
Dari hasil pemeriksaan tersebut terdeteksi pestisida golongan organoklorin seperti lindan, aldrin,
heptaklor, endosulfon, paration, klorpirifos, dimethoat, profenofos, dan protiofos. Dari golongan
karbamat ang terdeteksi adalah karbofuran, sedangkan golongan piretrin tidak terdeteksi. Secara
umum hasil perhitungannya lebih kecil dari BMR pustaka. Penggunaan yang berlebihan
dilakukan karena petani beranggapan semakin banyak insektisida yang diaplikasikan maka akan
semakin bagus hasilnya, selain itu beberapa petani mencampurkan perekat pada insektisidanya
agar tidak mudah larut terbawa air hujan. Namun, penggunaan pereka tini mengakibatkan
tingginya jumlah residu pestisida pada saat panen dan sangat berbahaya apabila residu itu masih
ada pada saat produk dihidangkan di meja makan yang seakan-akan menyuguhkan makanan
yang berlapis pestisida. Sebagai contoh Widjanarka dari kelompok relawan anti penyalahgunaan
pestisida menuturkan bahwa kubis di daerah Cipanas mengandung pestisida sejenis paration 20-
29 ppm, kubis dan sawi di daerah Sukabumi juga mengandung pestisida jenis paration 20-29
ppm, kubis dan sawi di daerah Lembang mengandung pestisida jenis methamidopos 14-41 ppm
(WALHI 1987). Berdasarkan hal tersebut dapat kita bayangkan jika kita mengonsumsi makanan
yang mengandung residu pestisida tersebut dalam 100 g setiap hari maka dalam setahun kita
mengonsumsi bahan aktif pestisida sekitar 5,5-12,75 g setara dengan ¾ liter atau ½ kaleng racun
nyamuk yang jika diminum dapat menimbulkan kematian. Menurut data WHO sekitar 500 ribu
orang meninggal dunia setiap tahunnya dan diperkirakan 5 ribu orang meninggal setiap 1 jam 45
menit akibat pestisida (WALHI 1987). Penggunaan insektisida sintetik juga dapat
mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan. Hal ini dikarenakan insektisida tertentu dapat
tersimpan di dalam tanah selama bertahun-tahun (Kusnaedi 2003).
Agrios. 1998. Plant Pathologi. New York: Academic Press. BPS (Biro Pusat Statistik). 2007.
Data produksi sayuran Indonesia. http://www.deptan.go.id/bdexim/. [6 April 2007] BPS (Biro
Pusat Statistik). 2007. Data ekspor-impor sayuran Indonesia. http://www.deptan.go.id/bdexim/.
[6 April 2007] Ditjen BPPHP. 2002. Volume dan Nilai Ekspor Hortikultura Indonesia Tahun
2000-2001. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura. Hamijaya MZ dan Asikin
A. 2005. Teknologi ”Indiggenous” dalam mengendalikan hama padi di Kalimantan Selatan.
Dalam Simposium Nasional, Ketahanan dan Keamanan Pangan pada Era Otonomi dan
Globalisasi. Bogor 22 November 2005. Irliyandi F. 2006. Pembentukan Badan Pengelolaan
Daerah Perlindungan Laut (BP-DPL) dengan model Co-Managemant sebagai Alternatif Solusi
Pengelolaan Berkelanjutan di Kepulauan Raja Ampat. Lomba Karya Tulis Mahasiswa
Lingkungan Hidup. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.
Kalie MB. 1996. Bertanam Pepaya. Jakarta: Penebar Swadaya. Kalshoven, L.G.E. 1981. The
Pest of Crops in Indonesia. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. Kamrin MA. 1997. Pesticide
Profiles: Toxicity, Environmental, Impact, and Fate. New York: Lewis Publisher. Kardinan.
2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya. WALHI (Wahana
Lingkungan Hidup). 1987. Teropong Masalah Pestisida (Terompet). Jakarta: WALHI. Pomeroy,
Robert. 2004. Fisheries co-Management A Fact Sheet for Connecticut Fishermen. Connecticut
Sea Grant Extension. Department of Agriculture and Resource Economics University of
Connecticut. Prijono D. 1999. Prospek dan strategi pemanfaatan insektisida alami dalam PHT.
Di dalam: Nugroho BW, Dadang dan Prijono D, editor. Bahan Pelatihan Pengembangan dan
Pemanfaatan Insektisida alami, Bogor 9-13 Agustus 1999. Bogor: pusat Kajian PHT IPB.
Halaman 1-7. Sabari SD, Broto W, Mulyani T, Yuni S, Pratikno S. 2001. Perbaikan teknologi
penyadapan dan pengawetan getah pepaya segar untuk produksi papain. Jurnal Hortikultura 11
(3):196-206.
http://id.wikipedia.org/wiki/Insektisida
http://id.wikipedia.org/wiki/Insektisida
Kemas &
Botol @ 100 ml dan Botol 50 ml
Pengiriman:
Cara
Transfer Bank (T/T)
Pembayaran:
Kemas &
1 liter
Pengiriman:
http://sahabatpetani.indonetwork.co.id/1303829/hara-organik-plus-wokozim-pt-
petrokimia-kayaku.htm
Selamat Datang di
Anggota Gratis
• Depan
• Info Perusahaan
• Hubungi Kami
• Penawaran Dagang [1]
○ Penawaran Jual [1]
• Katalog Produk [26]
• Organic Fertilizer
• Bregadium Minerals....
• Bagi pengalaman anda
○ Menulis tinjauan
○ Kenalkan ke teman Anda
Top of Form
0 0
(Gambar)
bregadium@gmail.com
Cara
Transfer Bank (T/T)
Pembayaran:
Kemas &
1 liter / botol
Pengiriman:
Cara Pemakaian:
http://bregadiumwater.indonetwork.co.id/2183247/bregadium-water-pa-71.htm
Katalog Produk: SEVIN 85 S
Negara Asal: Indonesia
Cara
Transfer Bank (T/T)
Pembayaran:
Kemas &
100 gram dan 500 gram
Pengiriman:
Keterangan: SEVIN 85 S
Grup : Insektisida
Bahan Aktif : Carbaryl 85%
Ukuran Kemasan : 100 g, 250 g, 500 g
Cara Kerja
Sevin adalah insektisida residual cholinesterase inhibiting.
Insektisida ini membunuh serangga dengan cara racun kontak
dan lambung. Secara umum, racun kontak bekerja dengan baik
untuk hama kumbang sementara ulat dan belalang harus
mencerna cukup banyak meteri untuk akhirnya mencapai dosis
yang mematikan. Sevin juga telah terbukti efektif melawan lebih
dari satu tahap dalam tahapan kehidupan beragam serangga.
Rekomendasi:
Tanaman
Masalah
Dosis
Aplikasi
Jagung
Locust
Loc usta migratoria
1.5 kg/ ha
Foliar spray, dengan volume air 500 l/ ha. Aplikasikan pada
daerah yang terinfeksi, dengan 7 hari interval.
Jagung
Armyworm
Spodoptera litura
1-1.5 kg/ ha
Foliar spray, dengan volume air 500 l/ ha. Aplikasikan pada
daerah yang terinfeksi, dengan 7 hari interval.
Kapas
Spiny bollworm
Earias sp.
1-2 kg/ ha
Foliar spray, dengan volume air 500 l/ ha. Aplikasikan pada
daerah yang terinfeksi, dengan 7 hari interval.
Coconut
Rhinoceros beetle
Oryctes rhinoceros
1-2 kg/ ha
Foliar spray. Aplikasikan pada daerah yang terinfeksi.
Coconut
Stem borer
Rhynchoporus sp.
1-2 kg/ ha
Foliar spray. Aplikasikan pada daerah yang terinfeksi.
Coconut
Caterpillar
Artoma catoxantha
1-2 kg/ ha
Foliar spray. Aplikasikan pada daerah yang terinfeksi.
Coconut
White fly
Aleurodicus destructor
1-2 kg/ ha
Foliar spray. Aplikasikan pada daerah yang terinfeksi.
Kopi
Mealy bug
Pseudococcus citri
2 g/ l
Foliar spray. Aplikasikan pada daerah yang terinfeksi.
Kopi
Scale Insect
Coccus viridis
2 g/ l
Foliar spray. Aplikasikan pada daerah yang terinfeksi.
Kopi
Berry borer
Stephanoderes hampei
2 g/ l
Foliar spray. Aplikasikan pada daerah yang terinfeksi.
Minyak sawit
Nettle caterpillar
Thosea asigna
1-2 kg/ ha
Foliar spray. Aplikasikan pada daerah yang terinfeksi.
Lada
Berry borer
Lophobaris piperis
2.5 kg/ ha
Foliar spray. Aplikasikan pada daerah yang terinfeksi.
Kacang Kedelai
Leaf roller
Lamprosema indicata
1-1.5 kg/ ha
Foliar spray, dengan volume air 500-1000 l/ ha. Aplikasikan pada
daerah yang terinfeksi, dengan 7 hari interval.
Kacang Kedelai
Leaf beetle
Phaedonia inclusa
1-1.5 kg/ ha
Foliar spray, dengan volume air 500-1000 l/ ha. Aplikasikan pada
daerah yang terinfeksi, dengan 7 hari interval.
Kacang Kedelai
Semi Looper
Plusia chalcites
1-1.5 kg/ ha
Foliar spray, dengan volume air 500-1000 l/ ha. Aplikasikan pada
daerah yang terinfeksi, dengan 7 hari interval.
Kacang Kedelai
Pod Borer
Etiella zinckenella
1-1.5 kg/ ha
Foliar spray, dengan volume air 500-1000 l/ ha. Aplikasikan pada
daerah yang terinfeksi, dengan 7 hari interval.
Kacang Kedelai
Armyworm
Spodoptera litura
1-1.5 kg/ ha
Foliar spray, dengan volume air 500-1000 l/ ha. Aplikasikan pada
daerah yang terinfeksi, dengan 7 hari interval.
Tebu
Stemborer
Phragmatocia castaneae
2.5 kg/ ha
Foliar spray. Aplikasikan pada daerah yang terinfeksi.
Teh
Leaf roller
Caloptilia theivora, Enarmonia leucostoma, Homona coffearia
1.2 kg/ ha
Foliar spray. Aplikasikan pada daerah yang terinfeksi.
Tembakau
Armyworm
Spodoptera litura
0.5-1 kg/ ha
Foliar spray, dengan volume air 500 l/ ha. Aplikasikan pada
daerah yang terinfeksi, dengan 7 hari interval.
Identifikasi Bahaya
Berbahaya bila terhisap dan tertelan
Jarang sekali terlihat efek carcinogenic.
Sangat beracun bagi organisme air.
Gejala Keracunan
Gangguan disturbances, dysnoea, mengecilnya jalan pernafasan,
bradycardia, miosis, clonic spasms. If ingestion gatrointestinal
irritation, muali, muntah, diare.
Penawar Racun
Atropine
Pertolongan Pertama
Informasi Umum
Pindahkan korban dari daerah berbahaya. Langsung pindahkan
pakaian yang terkena tanah atau terkena insektisida.
Bila Terhisap
Pindahkan korban dari tempat yang terkontaminasi tanpa
membahayakan diri sendiri. Bila terjadi masalah pernafasan beri
oksigen.
Bila Tertelan
Bawa korban ke udara bersih, panggil dokter secepatnya.
Bila Tertelan
Cuci mulut dengan air. Upayakan pemuntahan bila pasien sadar,
dilakukan dalam 30 menit setelah penelanan dan blila
pertolongan medis tak dapat diperoleh ( muntahan tidak boleh
masuk jalan pernafasan) . Upayakan badan tetap tenang,
lindungi dari kehilangan panas tubuh, Panggil dokter dan
beritahukan soal Safety Data Sheet.
http://pusatpestisida.indonetwork.co.id/2223142/sevin-85-s.htm
Cara
Transfer Bank (T/T), Tunai, Cek Bank
Pembayaran:
Kemas &
334 tablets (3 grams each) / Can
Pengiriman:
Keuntungan MEPHOS :
- Tidak merusak mutu / zat gizi komoditi.
- Tidak merubah rasa, aroma dan warna komoditi.
- Residunya sangat rendah dan mudah hilang dengan aerasi atau
penganginan.
- Aman bagi lingkungan dan tidak merusak lapisan ozon.
http://indonetwork.co.id/Grasse_Arum_Lestari/1744294/aluminium-phosphide-56-mephos-56-tb.htm
HERBATOP 276, Herbisida, email : k111222444@ yahoo.com,
HP 0812 103 604 79
HERBATOP 276, Herbisida, email : k111222444@ yahoo.com, HP 0812 103
604 79
SPESIFIKASI PRODUK:
1. Bahan Aktif
* Paraquat Dikhlorida 276 gr/ l
2. Sifat
Reaksi bersifat kontak dan hanya mematikan jaringan tanaman yang
terkena semprotan larutan herbisida ini.
Kemasan tersedia :
1. Botol isi 0, 5 liter dan 1 liter
2. Jerican plastik isi 5 liter dan 20 liter
3. Drum plastik isi 200 liter
Cara
Tunai
Pembayaran:
Jumlah: Lot
Kemas &
Standard
Pengiriman:
http://alatpertanian.indonetwork.co.id/2213867/herbatop-276-herbisida-email-k111222444-yahoo-com-hp-0812.htm
Katalog Produk: Racumin ( Bahan umpan untuk pengendalian Tikus Rumah
& Tikus Sawah) Produksi BAYER ENVIRONMENTAL SCIENCE
(Gambar)
Cara
Transfer Bank (T/T)
Pembayaran:
Kemas &
1 box (12 x 1 kg)
Pengiriman:
Keterangan: RACUMIN
Bahan aktif : Coumatetralyl 0, 75 %
LD50 ± 16, 5 mg/ kg ( oral) *
LD50 ± 23-30 mg/ kg ( dermal) *
Takaran :
Campurkan 2 kg ( 10 gelas) bahan. umpan ( beras, jagung,
kedelai) dengan 20 ml ( 3 sendok) minyak.goreng. Aduk rata lalu
campur dengan 100 gr Racumin hingga warna birunya merata.
Isikan 100 gr umpan tsb pada tempat & letakan dgn jarak 50 m
antar umpan, ke tempat yang biasa dilalui tikus. Pemasangan
umpan harus terus menerus sampai tidak termakan. Bila perlu
ganti/ tambah jika umpan rusak/ habis. Lindungi umpan dari air /
hujan.
(Gambar)
Cara
Transfer Bank (T/T)
Pembayaran:
Kemas &
1 box (12 x 1 kg)
Pengiriman:
Keterangan: RACUMIN
Bahan aktif : Coumatetralyl 0, 75 %
LD50 ± 16, 5 mg/ kg ( oral) *
LD50 ± 23-30 mg/ kg ( dermal) *
Takaran :
Campurkan 2 kg ( 10 gelas) bahan. umpan ( beras, jagung,
kedelai) dengan 20 ml ( 3 sendok) minyak.goreng. Aduk rata lalu
campur dengan 100 gr Racumin hingga warna birunya merata.
Isikan 100 gr umpan tsb pada tempat & letakan dgn jarak 50 m
antar umpan, ke tempat yang biasa dilalui tikus. Pemasangan
umpan harus terus menerus sampai tidak termakan. Bila perlu
ganti/ tambah jika umpan rusak/ habis. Lindungi umpan dari air /
hujan.
http://ptwinadewahyumas.indonetwork.co.id/1193884/racumin-bahan-umpan-untuk-pengendalian-tikus-rumah-tikus.htmBottom of
Form