You are on page 1of 22

Bioremediasi Pestisida Organofosfat

Oleh : Nurosid
Laboratorium Bakteriologi, PTB BPPT Tahun 2011
Konten
1. Pengertian pestisida
2. Jenis pestisida
3. Dasinon organofosfat dan senyawa
4. Penggunaan dan bahaya dasinon pada lahan pertanian, tanaman pangan dan manusia
5. Upaya mengurangi pestisida dilahan pertanian; bioremediasi
6. Pseudomonas sebagai pendegradasi organofosfat
7. Upaya melakukan optimasi pertumbuhan pada konsentrasi dan pH berbeda
1. Pengertian pestisida
Pestisida adalah substansi kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk
mengendalikan berbagai hama. Yang dimaksud hama di sini adalah sangat luas, yaitu serangga,
tungau, tumbuhan pengganggu, penyakit tanaman yang disebabkan oleh fungi (jamur), bakteria
dan virus, kemudian nematoda (bentuknya seperti cacing dengan ukuran mikroskopis), siput,
tikus, burung dan hewan lain yang dianggap merugikan.
Pestisida juga diartikan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur dan atau
menstimulir pertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman. Sesuai konsep Pengendalian
Hama Terpadu (PHT), penggunaan pestisida ditujukan bukan untuk memberantas atau
membunuh hama, namun lebih dititiberatkan untuk mengendalikan hama sedemikian rupa
hingga berada dibawah batas ambang ekonomi atau ambang kendali. Di Indonesia untuk
keperluan perlindungan tanaman, khususnya untuk pertanian dan kehutanan pada tahun 2008
hingga kwartal I tercatat 1702 formulasi yang telah terdaftar dan diizinkan penggunaannya.
Sedangkan bahan aktif yang terdaftar telah mencapai 353 jenis.
Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan sida berasal dari kata caedo berarti
pembunuh. Pestisida dapat diartikan secara sederhana sebagai pembunuh hama. Menurut Food
Agriculture Organization (FAO) 1986 dan peraturan pemerintah RI No. 7 tahun 1973, Pestisida
adalah campuran bahan kimia yang digunakan untuk mencegah, membasmi dan mengendalikan
hewan/tumbuhan penggangu seperti binatang pengerat, termasuk serangga penyebar penyakit,
dengan tujuan kesejahteraan manusia.
Pestisida juga didefinisikan sebagai zat atau senyawa kimia, zat pengatur tubuh atau perangsang
tumbuh, bahan lain, serta mikroorganisme atau virus yang digunakan untuk perlindungan
tanaman (PP RI No.6tahun 1995). USEPA menyatakan pestisida sebagai zat atau campuran zat
yang digunakan untuk mencegah, memusnahkan, menolak, atau memusuhi hama dalam bentuk
hewan, tanaman, dan mikroorganisme penggangu (Soemirat, 2003).
Dalam pengendalian hama tanaman secara terpadu, pestisida adalah sebagai alternatif terakhir.
Dan belajar dari pengalaman, Pemerintah saat ini tidak lagi memberi subsidi terhadap pestisida .
Namun kenyataannya di lapangan petani masih banyak menggunakannya. Menyikapi hal ini,
yang terpenting adalah baik pemerintah maupun swasta terus menerus memberi penyuluhan
tentang bagaimana penggunaan pestisida secara aman dan benar. Aman terhadap diri dan
lingkungannya, benar dalam arti 5 tepat (tepat jenis pestisida, tepat cara aplikasi, tepat sasaran,
tepat waktu, dan tepat takaran).
2. Jenis Pestisida
Menurut Sudarmo (1991) pestisida dapat di klasifikasikan kedalam beberapa golongan,dan
diantara beberapa pengklasifikasian tersebut dirinci berdasarkan bentuk formulasinya, sifat
penetrasinya, bahan aktifnya, serta cara kerjanya. Akan tetapi pada studi kali ini didasarkan pada
bahan aktifnya.
Pestisida juga diklasifikasikan berdasarkan pengaruh fisiologisnya, yang disebut farmakologis
atau klinis, sebagai berikut:
1. Senyawa Organofospat
Racun ini merupakan penghambat yang kuat dari enzim cholinesterase pada syaraf. Asetyl cholin
berakumulasi pada persimpangan-persimpangan syaraf (neural jungstion) yang disebabkan oleh
akt ivitas cholinesterase dan menghalangi penyampaian rangsangan syaraf kelenjar dan otot-otot.
Organofosfat disintesis pertama kali di Jerman pada awal perang dunia ke-II.
Bahan tersebut digunakan untuk gas syaraf sesuai dengan tujuannya sebagai insektisida. Pada
awal sintesisinya diproduksi senyawa tetraethyl pyrophosphate (TEPP), parathion dan schordan
yang sangat efektif sebagai insektisida tetapi juga toksik terhadap mamalia. Penelitian
berkembang tersebut dan ditemukan komponen yang paten terhadap insekta tetapi kurang toksik
terhadap manusia (misalnya : malathion). Sampai saat ini organofosfat masih merupakan
insektisida yang paling banyak digunakan di seluruh dunia. Contoh : malathion, monokrotofos,
paration, fosfamidon, bromofos, diazinon, dimetoat, diklorfos, fenitrotion, fention, dan puluhan
lainnya.
2. Senyawa Organoklorin
Dari golongan ini paling jelas pengaruh fisiologisnya seperti yang ditunjukkan pada susunan
syaraf pusat, senyawa ini berakumulasi pada jaringan lemak.
3. Senyawa Arsenat
Pada keadaan keracunan akut ini menimbulkan gastroentritis dan diarhoe yang menyebabkan
kekejangan yang hebat sebelum menimbulkan kematian. Pada keadaan kronis menyebabkan
pendarahan pada ginjal dan hati.
4. Senyawa Karbamat
Pengaruh fisiologis yang primer dari racun golongan karbamat adalah menghambat aktifitas
enzym cholinesterase darah dengan gejala-gejala seperti senyawa organofospat
5. Piretroid
Piretroid merupakan senyawa kimia yang meniru struktur kimia (analog) dari piretrin. Piretrin
sendiri merupakan zat kimia yang bersifat insektisida yang terdapat dalam piretrum, kumpulan
senyawa yang di ekstrak dari bunga semacam krisan piretroid memiliki beberapa keunggulan,
diantaranya diaplikasikan dengan takaran relatif sedikit, spektrum pengendaliannya luas, tidak
persisiten, dan memiliki efek melumpuhkan yang sangat baik. Namun karena sifatnya yang
kurang atau tidak selektif, banyak piretroid yang tidak cocok untuk program pengendalian hama.
3. Diazinon (Basudin); Organofosfat dan struktur senyawa
Diasinon (basudin) adalah salah satu jenis insektisida yang berbahan aktif organofosfat.
Organofosfat dalam pestisida diasinon berfungsi melindungi tanaman dari serangan hama
terutama dari kelompok insekta. Pestisida ini direkomendasikan untuk tanaman padi, buah-
buahan, sayuran, dan jeruk (ZAGRO, 2000).
Organophosphat disintesis pertama di Jerman pada awal perang dunia ke II. Bahan tersebut
digunakan untuk gas saraf sesuai dengan tujuannya sebagai insektisida. Pada awal synthesisnya
diproduksi senyawa tetraethyl pyrophosphate (TEPP), parathion dan schordan yang sangat
efektif sebagai insektisida, tetapi juga cukup toksik terhadap mamalia. Penelitian berkembang
terus dan ditemukan komponen yang poten terhadap insekta tetapi kurang toksik terhadap orang
(mis: malathion), tetapi masih sangat toksik terhadap insekta. Berikut struktur kimia senyawa
organofosfat dalam Diasinon.
Nama Structure
Tetraethylpyrophosphate (TEPP)
Parathion
Malathion
Sarin
Golongan pestisida ini sangat potensial, bersifat selektif dan efeknya cepat, tidak menimbulkan
toleransi pada serangga apabila diberikan dengan takaran, cara dan saat yang tepat, serta
irreversible, artinya enzim cholinestesarase yang terikat pestisida ini tidak dapat berfungsi
normal kembali tanpa dipisahkan ikatannya dari organofosfat (Ahmadi, 1994).
4. Penggunaan dan bahaya dasinon pada lahan pertanian, tanaman pangan dan manusia
Dasinon adalah pestisida dengan bahan aktif organofosfat. Pestisida ini telah umum dipakai oleh
petani Indonesia. Tanaman padi, sayur-sayuran dan buah-buahan menggunakan pestisida jenis
ini untuk membasmi hama tanaman dari kelompok serangga, diantaranya adalah wereng, walang
sangit, ulat dan hama pengganggu lainnya. Menurut Pimental dan Levitan (1986) dalam Erd et
al. (2003), pemakaian pestisida yang mencapai target organisme kurang dari 5%, selebihnya
terdeposit ke dalam tanah, atmosfir, dan air. Oleh sebab itulah pestisida dapat terakumulasi
secara terus menerus baik di tanah maupun diperairan. Jika ditanah tentunya akan berpengaruh
terhadap kelangsungan mikroba yang ada didalamnya, termasuk berkurangnya populasi mikroba
penyubur maupun organisme lainya. Tanah yang terdedah oleh pestisida secara berlebihan akan
berdampak pada kerusakan tanah sehingga dapat menurunkan kualitas lahan pertanian.
Apabila pestisida disemprotkan pada tanaman pangan, maka pasti akan mengalami akumulasi
pada jaringan tertentu, sehingga dapat berbahaya jika dimakan oleh manusia. Oleh karena itu
pestisida ini mempunyai sifat lebih toksik terhadap manusia daripada pestisida golongan
organokhlorin walaupun golongan organofosfat dapat dinonaktifkan (deaktifasi) di lingkungan
(Ahmadi, 1994).
Organofosfat dalam dasinon adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis pestisida lainnya
dan sering menyebabkan keracunan pada orang. Termakan hanya dalam jumlah sedikit saja
dapat menyebabkan kematian, tetapi diperlukan beberapa milligram untuk dapat menyebabkan
kematian pada orang dewasa. Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam
plasma dan kholinesterase dalam sel darah merah. Gejala yang ditimbulkan akibat keracunan
golongan organofosfat termasuk sakit kepala, pusing-pusing, yang akan berakibat pada kematian
(Cox, 1995).
5. Upaya mengurangi pestisida dilahan pertanian; bioremediasi
Mengingat bahaya pestisida yang dapat berpindah dari tanah ke tanaman pangan dan
terakumulasi, sehingga dapat membahayakan manusia jika termakan. Oleh sebab itu, upaya
untuk mengurangi konstaminasi pestisida di lahan pertanian yang tercemar sangat diperlukan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menggunakan bioremediasi. Menurut Munir
(2006), bioremediasi merupakan konsep pengembangan dari bidang bioteknologi lingkungan
dengan memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan pencemaran. Menurut Vidali (2001)
dan Singh et al. (2006), Bioremediasi adalah proses membersihkan limbah organik di lingkungan
dengan menggunakan sistem biologi, termasuk menggunakan mikroba untuk mendegradasi dan
mendetoksifikasi polutan.
Menurut Iranzo et al. (2001), proses bioremediasi pestisida menggunakan mikroorganisme harus
memperhatikan beberapa hal, yakni pengetahuan tentang fisiologi mikroba, mikrobiologi,
ekologi, biokimia dan aspek molekuler proses transfosmasi polutan pestisida.
Sejumlah mikroorganisme telah banayak diketahui mampu digunakan sebagai agen
bioremediasi. Kelompok jamur yang telah dimanfaatkan yakni Trametes hirsutus, Phanerochaete
chrysosporium, Phanerochaete sordia dan Cyathusbulleri untuk mendegradasi lindan dan
pestisida yang lain (Singh & Kuhad, 1999, 2000; Singh et al., 1999). Akan tetapi, pada umumnya
justru bakteri tanah yang sering dipakai untuk proses bioremediasi (Walker & Roberts, 1993).
Beberapa isolat bakteri murni telah digunakan pestisida spesifik sebagai sumber karbon, nitrogen
atau fosfor telah diisolasi (Singh et al., 1999, 2000).
6. Pseudomonas sebagai pendegradasi organofosfat
Telah dilaporkan bahwa beberapa bakteri seperti Flavobacterium sp. (Ghassempour et al., 2002),
Pseudomonas sp. (Ramanathan and Lalithakumari, 1999), Agrobacterium sp. (Ghassempour et
al., 2002; Yasouri, 2006) and Arthrobacter sp. (Ohshiro et al., 1996) dapat menggunakan dasinon
yang berbhan aktif organofosfat sebagai sumber karbon.
Bakteri dari genus Pseudomonas, diketahui sangat aktif dalam melakukan metabolisme pestisida,
banyak organokimia yang mengkontaminasi tanah diketahui telah didegradasi dan digunakan
sebagai sumber karbon, termasuk dasinon dan organofosfat lain seperti chlorpyrifos, parathion,
dan methylparathion (Ghassempour et al., 2002; Yasouri, 2006; Lakshmi et al., 2008). Hasil
penelitian Cycon et al (2009), menunjukkan bahwa Pseudomonas mampu mendegradasi
pestisida Dasinon sangat tinggi, yakni 87%.
7. Upaya melakukan optimasi pertumbuhan pada pH dan konsentrasi pestisida berbeda
Beberapa peneliti telah melakukan optimasi pertumbuhan pada berbagai konsentrasi pestisida
organofosfat pada bakteri Pseudomonas untuk melihat kemampuan dalam mendegradasi
pestisida. Karpouzas dan Walker (2000), melakukan optimasi pertumbuhan Pseudomonas putida
pada pestisida organofosfat dengan variasi konsentrasi 5, 10, 25, dan 50 mg/l dengan pH 5.0; 5.5;
6.3; 6.8; 7.2; dan 7.6. Hasilnya, Bakteri ini mampu mendegradasi pestisida dengan cepat pada
konsentrasi 50 mg/l dengan pH medium 6.3-7.6 pada suhu 37oC. Sedangkan pada pH 5.5 dan
suhu 42oC, proses degradasi pestisida cenderung rendah. Shafiani dan Malik (2003) melakukan
optimasi pertumbuhan Pseudomonas pada berbagai variasi konsentrasi pestisida organofosfat
dari 5-1600 mg/l. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan rendah pada saat
konsentrasi pestisida 25 mg/l, pertumbuhan tinggi saat konsentrasi 100 mg/l, kemudian menurun
drastis pada saat konsentrasi 200 mg/l. Bhagobaty dan Malik (2008), melanjutkan penelitian
dengan konsentrasi pestisida chlorpyrifos antara 25-3200 mg/l, dan diperoleh hasil pertumbuhan
optimum pada saat konsentrasi pestisida antara 100-200 mg/l, namun setelah lebih dari 200 mg/l,
pertumbuhan menurun drastis.
http://tijii.wordpress.com/2011/05/20/bioremediasi-pestisida/

Pestona | Pestisida Organik Nasa


April 15, 2010 By admin 2 Comments
Pestona merupakan formula pengendali organik bagi beberapa hama penting
pada tanaman pangan, hortikultura dan tahunan, hasil ekstraksi dari berbagai bahan alami yang
mengandung bahan aktif : Azadirachtin, Alkaloid, Ricin (asam ricin), Polifenol, Eugenol, Sitral,
Nikotin, Annonain dll. Kandungan lain : Atsiri Oil, Eucalyptus Oil, Solvent Extraction.
PESTONA dibuat dari bahan alami, maka PESTONA bersifat : mudah terurai dialam sehingga
tidak mencemari lingkungan, relatif aman bagi manusia, hewan piaraan, serta musuh alami hama
tanaman, tanaman/buah bebas residu kimia dan aman dikonsumsi. PESTONA tidak membunuh
hama secara cepat, tetapi berpengaruh pada daya makan, pertumbuhan, daya reproduksi, proses
ganti kulit, hambatan pembentukan serangga dewasa, menghambat komunikasi seksual,
penurunan daya tetas telur, dan menghambat pembentukan kitin. Selain itu berperan sebagai zat
pemandul, mengganggu proses perkawinan serangga hama, menghambat peletakkan telur dan
dapat bekerja secara kontak dan sistemik. PESTONA memiliki daya kerja dalam mengurangi
nafsu makan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) atau mencegah OPT merusak tanaman
lebih banyak, walaupun jarang menyebabkan kematian segera pada serangga/hama.
PESTONA merupakan formula pengendali organik bagi beberapa hama penting pada tanaman
pangan, hortikultura dan tahunan, hasil ekstraksi dari berbagai bahan alami yang mengandung
bahan aktif :
1. Azadirachtin, Alkaloid, Ricin (asam ricin), Polifenol, Eugenol, Sitral, Nikotin, Annonain dll.
2. Kandungan lain : Atsiri Oil, Eucalyptus Oil, Solvent Extraction
PESTONA dibuat dari bahan alami, maka PESTONA bersifat :
1. Mudah terurai dialam sehingga tidak mencemari lingkungan
2. Relatif aman bagi manusia, hewan piaraan, serta musuh alami hama tanaman.
3. Tanaman/buah bebas residu kimia dan aman dikonsumsi.
MEKANISME KERJA :
PESTONA tidak membunuh hama secara cepat, tetapi berpengaruh pada daya makan,
pertumbuhan, daya reproduksi, proses ganti kulit, hambatan pembentukan serangga dewasa,
menghambat komunikasi seksual, penurunan daya tetas telur, dan menghambat pembentukan
kitin. Selain itu berperan sebagai zat pemandul, mengganggu proses perkawinan serangga hama,
menghambat peletakkan telur dan dapat bekerja secara kontak dan sistemik. PESTONA
memiliki daya kerja dalam mengurangi nafsu makan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
atau mencegah OPT merusak tanaman lebih banyak, walaupun jarang menyebabkan kematian
segera pada serangga/hama.
SASARAN :
wereng, walang sangit, penggerek batang, belalang, kepik, thrips, tungau, ulat, Uret dll.
ATURAN PAKAI :
Larutkan 5 cc – 10 cc / 1 liter air (7-10 tutup/tangki). Aduk sampai merata.
Semprotkan/gemborkan pada tanaman yang terkena serangan hama secara merata. Untuk hasil
yang maksimal sebaiknya tanaman disemprot/digembor sesering mungkin, minimal 3 (tiga) kali
penyemprotan/penggemborkan per musim. Sebaiknya waktu penyemprotan/penggemborkan
pada sore hari.
Harga : Rp. 35.000
http://www.produknatural.com/produk/pengendali-hama/pestona-pestisida-organik-
nasa/

Confidor ® 70 WS

Fungisida

Herbisida

Insektisida

Lain-lain

Perawatan Benih

Top of Form
Bottom of Form

: Insektisida
Bahan Aktif : Imidacloprid 70%

Ukuran Kemasan : 5g

Confidor 70 WS adalah insektisida sistemik sangat baik yang bekerja sebagai racun kontak dan lambung, yang
diaplikasikan untuk perlakuan benih tanaman jagung dan kedelai.
Confidor 70 WS mempunyai spektrum pengendalian yang luas terutama dalam mengendalikan hama-hama penghisap
dan penusuk seperti aphis, wereng daun, dan thrips.
Imidakloprid mempunyai mekanisme kerja yang baru seperti dalam protein reseptor serangga yang berbeda dibandingkan
dengan produk insektisida konvensional lainnya, sehingga sangat efektif dalam mengendalikan hama-hama yang telah
resisten terhadap insektisida-insektisida konvensional tersebut.
Keunggulan-keunggulan:
• Sangat efektif untuk pengendalian hama lalat bibit pada tanaman jagung dan kedelai. Di dalam tanah, Confidor
70 WS diserap dengan sangat efisien oleh kecambah dan langsung diangkut ke seluruh daun dan batang
tanaman
• Berbahan aktif baru yang tergolong dalam grup insektisida chloronicotinyl (CNI)
• Mempunyai efek pengendalian secara ?long-lasting? dengan dosis yang rendah dan toleran terhadap tanaman
• Sangat cocok untuk program IPM dan Manajemen Resistensi

Rekomendasi:

Tanaman Masalah Dosis Aplikasi

Jagung Dicampur dengan benih sebelum ditanam sebagai perlakuan


Seedling Fly 1-2 g/kg seed
Atherigona sp. benih

Kacang Dicampur dengan benih sebelum ditanam sebagai perlakuan


Bean Fly 0.5-1 g/kg
Kedelai Ophiomyia benih.
phaseoli

Kacang Dicampur dengan benih sebelum ditanam sebagai perlakuan


Shoot Fly 0.5-1 g/kg
Kedelai Melanagromyza benih.
sp.

Waktu dan Cara Aplikasi


Diaplikasikan pada benih sebelum tanam, satu kali aplikasi.
Insektisida Confidor 70 WS dimasukkan ke dalam kantong plastic yang cukup besar, kemudian masukkan benih yang
akan diperlakukan ke dalamnya, campur hingga merata dan segera tanam di lapang.

Peringatan Bahaya
Dapat menyebabkan keracunan mulut, kulit dan pernafasan. Benih yang sudah diperlakukan dilarang untuk dikonsumsi
Gejala Dini Keracunan
Apatis, gangguan pernafasan dan gemetar. Apabila satu atau lebih gejala tersebut timbul, segera berhentilah bekerja,
lakukan tindakan pertolongan pertama dan pergilah ke dokter.
Pertolongan Pertama Pada Keracunan
Tanggalkan pakaian yang terkena insektisida ini dan cucilah kulit yang terkena dengan air dan sabun.
Apabila insektisida mengenai mata, cucilah segera mata yang terkena dengan air bersih yang mengalir selama 15 menit.
Apabila insektisida tertelan dan penderita masih sadar, segera usahakan pemuntahan dengan memberikan minum
segelas air hangat yang diberi 1 sendok garam dapur.
Apabila insektisida terhisap, bawalah penderita ke ruangan yang berudara segar dan bila perlu berikan pernafasan buatan
melalui mulut atau dengan pemberian oksigen

http://www.bayer.co.id/ina/cs_cp_product.php?p_id=32

Insektisida
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Belum Diperiksa

Langsung ke: navigasi, cari

Artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia


Merapikan artikel bisa berupa membagi artikel ke dalam paragraf atau wikifikasi
artikel. Setelah dirapikan, tolong hapus pesan ini.

Insektisida sintetik adalah bahan-bahan kimia yang bersifat racun yang dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan, tingkah laku, perkembang biakan, kesehatan, memengaruhi
hormon, penghambat makan, membuat mandul, sebagai pemikat, penolak, dan aktifitas lainnya
yang dapat memengaruhi organisme pengganggu tanaman (Kardinan 2002). Selain itu,
insektisida dapat pula membunuh serangga pengganggu (hama serangga). Insektisida dapat
membunuh serangga dengan dua mekanisme, yaitu dengan meracuni makanannya (tanaman atau
langsung meracuni serangga tersebut). Penelitian akan dampak penggunaan insektisida sintesis
untuk tanaman cabai merah besar telah dilakukan di beberpa kota besar, seperti Cianjur,
Semarang, dan Surabya. Pengujian residu insektisida ini menggunakan alat KCKT
(Kromatografi Cair Kinerja Tinggi). Hasil pengujian terhadap beberapa golongan pestisida
kemuadian dikaji kembali berdasarkan pola konsumsi cabai orang Indonesia dan dihitung BMR
(Batas Maksimum Residu) dari pestisida tesebut dan membandingkannya dengan BMR pustaka.
Dari hasil pemeriksaan tersebut terdeteksi pestisida golongan organoklorin seperti lindan, aldrin,
heptaklor, endosulfon, paration, klorpirifos, dimethoat, profenofos, dan protiofos. Dari golongan
karbamat ang terdeteksi adalah karbofuran, sedangkan golongan piretrin tidak terdeteksi. Secara
umum hasil perhitungannya lebih kecil dari BMR pustaka. Penggunaan yang berlebihan
dilakukan karena petani beranggapan semakin banyak insektisida yang diaplikasikan maka akan
semakin bagus hasilnya, selain itu beberapa petani mencampurkan perekat pada insektisidanya
agar tidak mudah larut terbawa air hujan. Namun, penggunaan pereka tini mengakibatkan
tingginya jumlah residu pestisida pada saat panen dan sangat berbahaya apabila residu itu masih
ada pada saat produk dihidangkan di meja makan yang seakan-akan menyuguhkan makanan
yang berlapis pestisida. Sebagai contoh Widjanarka dari kelompok relawan anti penyalahgunaan
pestisida menuturkan bahwa kubis di daerah Cipanas mengandung pestisida sejenis paration 20-
29 ppm, kubis dan sawi di daerah Sukabumi juga mengandung pestisida jenis paration 20-29
ppm, kubis dan sawi di daerah Lembang mengandung pestisida jenis methamidopos 14-41 ppm
(WALHI 1987). Berdasarkan hal tersebut dapat kita bayangkan jika kita mengonsumsi makanan
yang mengandung residu pestisida tersebut dalam 100 g setiap hari maka dalam setahun kita
mengonsumsi bahan aktif pestisida sekitar 5,5-12,75 g setara dengan ¾ liter atau ½ kaleng racun
nyamuk yang jika diminum dapat menimbulkan kematian. Menurut data WHO sekitar 500 ribu
orang meninggal dunia setiap tahunnya dan diperkirakan 5 ribu orang meninggal setiap 1 jam 45
menit akibat pestisida (WALHI 1987). Penggunaan insektisida sintetik juga dapat
mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan. Hal ini dikarenakan insektisida tertentu dapat
tersimpan di dalam tanah selama bertahun-tahun (Kusnaedi 2003).
Agrios. 1998. Plant Pathologi. New York: Academic Press. BPS (Biro Pusat Statistik). 2007.
Data produksi sayuran Indonesia. http://www.deptan.go.id/bdexim/. [6 April 2007] BPS (Biro
Pusat Statistik). 2007. Data ekspor-impor sayuran Indonesia. http://www.deptan.go.id/bdexim/.
[6 April 2007] Ditjen BPPHP. 2002. Volume dan Nilai Ekspor Hortikultura Indonesia Tahun
2000-2001. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura. Hamijaya MZ dan Asikin
A. 2005. Teknologi ”Indiggenous” dalam mengendalikan hama padi di Kalimantan Selatan.
Dalam Simposium Nasional, Ketahanan dan Keamanan Pangan pada Era Otonomi dan
Globalisasi. Bogor 22 November 2005. Irliyandi F. 2006. Pembentukan Badan Pengelolaan
Daerah Perlindungan Laut (BP-DPL) dengan model Co-Managemant sebagai Alternatif Solusi
Pengelolaan Berkelanjutan di Kepulauan Raja Ampat. Lomba Karya Tulis Mahasiswa
Lingkungan Hidup. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.
Kalie MB. 1996. Bertanam Pepaya. Jakarta: Penebar Swadaya. Kalshoven, L.G.E. 1981. The
Pest of Crops in Indonesia. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. Kamrin MA. 1997. Pesticide
Profiles: Toxicity, Environmental, Impact, and Fate. New York: Lewis Publisher. Kardinan.
2002. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Jakarta: Penebar Swadaya. WALHI (Wahana
Lingkungan Hidup). 1987. Teropong Masalah Pestisida (Terompet). Jakarta: WALHI. Pomeroy,
Robert. 2004. Fisheries co-Management A Fact Sheet for Connecticut Fishermen. Connecticut
Sea Grant Extension. Department of Agriculture and Resource Economics University of
Connecticut. Prijono D. 1999. Prospek dan strategi pemanfaatan insektisida alami dalam PHT.
Di dalam: Nugroho BW, Dadang dan Prijono D, editor. Bahan Pelatihan Pengembangan dan
Pemanfaatan Insektisida alami, Bogor 9-13 Agustus 1999. Bogor: pusat Kajian PHT IPB.
Halaman 1-7. Sabari SD, Broto W, Mulyani T, Yuni S, Pratikno S. 2001. Perbaikan teknologi
penyadapan dan pengawetan getah pepaya segar untuk produksi papain. Jurnal Hortikultura 11
(3):196-206.
http://id.wikipedia.org/wiki/Insektisida

http://id.wikipedia.org/wiki/Insektisida

Katalog Produk: Crespo 18 EC


Cara
Transfer Bank (T/T)
Pembayaran:

Kemas &
Botol @ 100 ml dan Botol 50 ml
Pengiriman:

Keterangan: Crespo 18 EC adalah insktisida dan akarisida sebagai racun


kontak dan lambung untuk mengendalikan hama pada tanaman:
kubis, Cabai, Kentang, Tomat, Kedelai, Kacang Panjang, Kacang
hijau. Bahan Aktiv Abamektin 18 g/ l

Hara - Organik plus Wokozim PT. Petrokimia Kayaku


Wokozim adalah hara organik plus yang menjadikan tanaman sehat alami
dan meningkatkan paen yang bermutu tinggi

Dapat digunakan pada tanaman :


Padi, Jagung, kedelai, kacang tanah, buncis, kacang panjang. kapri, cabai,
tomat, paprika, bawang merah, bawang putih, kubis, kol bunga, wortel,
lobak, kentang, semangka, melon, apel, anggur, jeruk, kopi, kakao, lada,
tebu, tebu, teh, tembakau, anggrek, mawar dan krisan.
Negara Asal: Indonesia

Cara
Transfer Bank (T/T)
Pembayaran:

Kemas &
1 liter
Pengiriman:

http://sahabatpetani.indonetwork.co.id/1303829/hara-organik-plus-wokozim-pt-
petrokimia-kayaku.htm

Selamat Datang di

CV. Citra Pelangi Nusantara

Anggota Gratis

CV. Citra Pelangi Nusantara


Indonesia

• Depan
• Info Perusahaan
• Hubungi Kami
• Penawaran Dagang [1]
○ Penawaran Jual [1]
• Katalog Produk [26]
• Organic Fertilizer
• Bregadium Minerals....
• Bagi pengalaman anda
○ Menulis tinjauan
○ Kenalkan ke teman Anda

Top of Form
0 0

(Gambar)

bregadium@gmail.com

Katalog Produk: Bregadium Water PA-71


Negara Asal: Indonesia

Harga: Rp. 45.000

Cara
Transfer Bank (T/T)
Pembayaran:

Kemas &
1 liter / botol
Pengiriman:

Keterangan: Bregadium Water PA-71 merupakan nutrisi cair hasil ekstraksi


sari tanah dengan menggunakan proses Hypernano Technology
untuk mendapatkan mineral complex yang dibutuhkan semua
jenis tanaman antara lain: Aluminium, Barium, Boron, Cadmium,
Calcium, Cobalt, Cuprum, Ferrum, Magnesium, Manganese,
Molybdenum, Phosphorus, Potassium, Sodium, Selenium,
Sulphur, Zinc, dan Lanthanum, Cerium yang tergolong dalam rare
earth metals dan sebagai electrical nutritions.
Bregadium Water PA-71, nutrisi cair berbasis ramah lingkungan
dan tidak beracun sehingga aman untuk digunakan.

Kandungan mineral complex dan electrical nutritions tersebut


berfungsi :
- Mempercepat pertumbuhan akar, batang, dan daun.
- Merangsang pertumbuhan bunga, dan buah.
- Menaikan jumlah chlorophyll tanaman.
- Mencegah diserangnya bakteri dan jamur pathogens pada
tanaman.
- Meningkatkan kualitas dan hasil produksi tanaman.
- Meminimalkan kegagalan panen dan kerusakan pada tanaman.
- Mempercepat penyerapan nitrogen dalam udara bebas.
- Memberikan warna segar dan cerah pada tanaman.
- Menambah dan mempertahankan unsur hara dalam tanah.

Bregadium Water PA-71 ( Tanaman Pangan)

Dapat digunakan untuk tanaman pertanian antara lain:


Padi, Jagung, Kedelai, Kacang – kacangan, Ubi Jalar, Ketela
Pohon, Sorgum, Wijen, Tebu, Kelapa Sawit, Kapas, dll.

Cara Pemakaian:

1. Campurkan 1 liter Bregadium Water PA-71 dengan 100 liter air


bersih ( perbandingan 1 : 100) kemudian aduk secara merata,
siramkan secukupnya pada pangkal batang/ akar tanaman. Pada
daun, campurkan 1 liter Bregadium Water dengan 500 liter air
bersih ( perbandingan 1 : 500) , aduk secara merata kemudian
semprotkan pada daun tanaman secukupnya. Pemberian nutrisi
dapat dilakukan 2-3 kali sampai periode masa panen.

2. Untuk Penanaman Awal, campurkan 1 liter Bregadium Water


PA-71 dengan 500 liter air bersih ( perbandingan 1 : 500)
kemudian aduk secara merata. Benih yang berupa biji -bijian
dilakukan perendaman selama 5-8 jam sebelum dilakukan
penanaman, sedangkan benih yang bukan berupa biji-bijian
cukup dibasahi terlebih dahulu sebelum dilakukan penanaman.

3. Untuk Media Tanam, campurkan 1 liter Bregadium Water PA-


71 dengan 100 liter air bersih ( perbandingan 1 : 100) kemudian
aduk secara merata. Semprotkan secukupnya pada tanah/ media
tanam secara merata sebelum ditabur benih atau ditanam bibit.

4. Untuk Perawatan dan Pemeliharaan, tanaman yang berumur


panjang/ berbatang keras,
campurkan 1 liter Bregadium Water PA-71 dengan 100 liter air
bersih, aduk secara merata kemudian siramkan atau semprotkan
pada pangkal batang/ akar tanaman secukupnya. Diberikan
secara berkala 1 bulan sekali.

http://bregadiumwater.indonetwork.co.id/2183247/bregadium-water-pa-71.htm
Katalog Produk: SEVIN 85 S
Negara Asal: Indonesia

Harga: Rp.13.250 (100 Gr) dan Rp.61.500 (500 Gr)

Cara
Transfer Bank (T/T)
Pembayaran:

Kemas &
100 gram dan 500 gram
Pengiriman:

Keterangan: SEVIN 85 S
Grup : Insektisida
Bahan Aktif : Carbaryl 85%
Ukuran Kemasan : 100 g, 250 g, 500 g

Sevin adalah insektisida yang berasal dari grup carbamate. Sevin


memiliki cara kerja yang luas dan punya kecepatan kerja yang
beragam ( mulai dari sedang hingga cepat) dengan jumlah residu
yang tidak terlalu banyak. Sangat cocok digunakan untuk
beragam tanaman dan serangga. Memiliki tingkat racun yang
rendah untuk manusia, burung, ikan dan hewan lain dan sangat
efektif untuk mengatasi serangga yang imun terhadap pestisida
jenis lain.

Cara Kerja
Sevin adalah insektisida residual cholinesterase inhibiting.
Insektisida ini membunuh serangga dengan cara racun kontak
dan lambung. Secara umum, racun kontak bekerja dengan baik
untuk hama kumbang sementara ulat dan belalang harus
mencerna cukup banyak meteri untuk akhirnya mencapai dosis
yang mematikan. Sevin juga telah terbukti efektif melawan lebih
dari satu tahap dalam tahapan kehidupan beragam serangga.
Rekomendasi:

Tanaman

Masalah

Dosis

Aplikasi
Jagung

Locust
Loc usta migratoria

1.5 kg/ ha
Foliar spray, dengan volume air 500 l/ ha. Aplikasikan pada
daerah yang terinfeksi, dengan 7 hari interval.
Jagung

Armyworm
Spodoptera litura

1-1.5 kg/ ha
Foliar spray, dengan volume air 500 l/ ha. Aplikasikan pada
daerah yang terinfeksi, dengan 7 hari interval.
Kapas

Spiny bollworm
Earias sp.

1-2 kg/ ha
Foliar spray, dengan volume air 500 l/ ha. Aplikasikan pada
daerah yang terinfeksi, dengan 7 hari interval.
Coconut

Rhinoceros beetle
Oryctes rhinoceros

1-2 kg/ ha
Foliar spray. Aplikasikan pada daerah yang terinfeksi.
Coconut

Stem borer
Rhynchoporus sp.

1-2 kg/ ha
Foliar spray. Aplikasikan pada daerah yang terinfeksi.
Coconut

Caterpillar
Artoma catoxantha

1-2 kg/ ha
Foliar spray. Aplikasikan pada daerah yang terinfeksi.
Coconut

White fly
Aleurodicus destructor

1-2 kg/ ha
Foliar spray. Aplikasikan pada daerah yang terinfeksi.
Kopi

Mealy bug
Pseudococcus citri

2 g/ l
Foliar spray. Aplikasikan pada daerah yang terinfeksi.
Kopi

Scale Insect
Coccus viridis

2 g/ l
Foliar spray. Aplikasikan pada daerah yang terinfeksi.
Kopi

Berry borer
Stephanoderes hampei

2 g/ l
Foliar spray. Aplikasikan pada daerah yang terinfeksi.
Minyak sawit

Nettle caterpillar
Thosea asigna

1-2 kg/ ha
Foliar spray. Aplikasikan pada daerah yang terinfeksi.
Lada

Berry borer
Lophobaris piperis

2.5 kg/ ha
Foliar spray. Aplikasikan pada daerah yang terinfeksi.
Kacang Kedelai

Leaf roller
Lamprosema indicata

1-1.5 kg/ ha
Foliar spray, dengan volume air 500-1000 l/ ha. Aplikasikan pada
daerah yang terinfeksi, dengan 7 hari interval.
Kacang Kedelai

Leaf beetle
Phaedonia inclusa

1-1.5 kg/ ha
Foliar spray, dengan volume air 500-1000 l/ ha. Aplikasikan pada
daerah yang terinfeksi, dengan 7 hari interval.
Kacang Kedelai

Semi Looper
Plusia chalcites

1-1.5 kg/ ha
Foliar spray, dengan volume air 500-1000 l/ ha. Aplikasikan pada
daerah yang terinfeksi, dengan 7 hari interval.
Kacang Kedelai

Pod Borer
Etiella zinckenella

1-1.5 kg/ ha
Foliar spray, dengan volume air 500-1000 l/ ha. Aplikasikan pada
daerah yang terinfeksi, dengan 7 hari interval.
Kacang Kedelai

Armyworm
Spodoptera litura

1-1.5 kg/ ha
Foliar spray, dengan volume air 500-1000 l/ ha. Aplikasikan pada
daerah yang terinfeksi, dengan 7 hari interval.
Tebu

Stemborer
Phragmatocia castaneae

2.5 kg/ ha
Foliar spray. Aplikasikan pada daerah yang terinfeksi.
Teh

Leaf roller
Caloptilia theivora, Enarmonia leucostoma, Homona coffearia

1.2 kg/ ha
Foliar spray. Aplikasikan pada daerah yang terinfeksi.
Tembakau

Armyworm
Spodoptera litura

0.5-1 kg/ ha
Foliar spray, dengan volume air 500 l/ ha. Aplikasikan pada
daerah yang terinfeksi, dengan 7 hari interval.

Informasi Soal Racun dan Keamanan


LD50 Acute Toxicity
Oral, rat: 63.4 mg/ kg
Dermal rat : > 2000 mg/ kg

Identifikasi Bahaya
Berbahaya bila terhisap dan tertelan
Jarang sekali terlihat efek carcinogenic.
Sangat beracun bagi organisme air.

Gejala Keracunan
Gangguan disturbances, dysnoea, mengecilnya jalan pernafasan,
bradycardia, miosis, clonic spasms. If ingestion gatrointestinal
irritation, muali, muntah, diare.

Penawar Racun
Atropine

Pertolongan Pertama
Informasi Umum
Pindahkan korban dari daerah berbahaya. Langsung pindahkan
pakaian yang terkena tanah atau terkena insektisida.

Bila Terhisap
Pindahkan korban dari tempat yang terkontaminasi tanpa
membahayakan diri sendiri. Bila terjadi masalah pernafasan beri
oksigen.

Bila Tertelan
Bawa korban ke udara bersih, panggil dokter secepatnya.

Bila Terjadi Kontak Kulit


Cuci segera kulit yang terkena dengan air dan sabun dalam
jumlah banyak.

Bila Terkena Mata


Cuci mata dengan air yang banyak selama kurang lebih 15 menit,
konsultasikan dengan spesialis mata

Bila Tertelan
Cuci mulut dengan air. Upayakan pemuntahan bila pasien sadar,
dilakukan dalam 30 menit setelah penelanan dan blila
pertolongan medis tak dapat diperoleh ( muntahan tidak boleh
masuk jalan pernafasan) . Upayakan badan tetap tenang,
lindungi dari kehilangan panas tubuh, Panggil dokter dan
beritahukan soal Safety Data Sheet.

Informasi untuk dokter:


Tindakan penanganan: Dosis tinggi dari atropine ( 1 sampai 4 mg
untuk orang dewasa) dapat diulang bila diperlukan.

http://pusatpestisida.indonetwork.co.id/2223142/sevin-85-s.htm

Katalog Produk: Aluminium Phosphide 56% ( MEPHOS 56 TB)


Negara Asal: Belgia

Harga: Contact Via Email or Phone

Cara
Transfer Bank (T/T), Tunai, Cek Bank
Pembayaran:

Kemas &
334 tablets (3 grams each) / Can
Pengiriman:

Keterangan: Fumigan - Aluminium Phosphide 56%


Produksi MEBROM. NV, Belgium.

MEPHOS dapat di aplikasikan pada berbagai tempat


penyimpanan, seperti : Silo, Gudang, Kontainer, Kapal dan lain-
lain.

Keuntungan MEPHOS :
- Tidak merusak mutu / zat gizi komoditi.
- Tidak merubah rasa, aroma dan warna komoditi.
- Residunya sangat rendah dan mudah hilang dengan aerasi atau
penganginan.
- Aman bagi lingkungan dan tidak merusak lapisan ozon.

Efektif, Mudah digunakan, Ekonomis , Aman bagi Lingkungan dan


Komoditi.

Komiditi pertanian / pangan yang disimpan sangat mudah


terserang hama gudang seperti : Tribolium sp., Sitophilus sp.,
Rhyzopertha dominica, dll. Untuk melindunginya, Anda
memerlukan fumigan MEPHOS pembasmi hama gudang yang
sangat efektif.

Komoditi yang dapat difumigasi dengan MEPHOS , yaitu :

Biji-bijian, Padi-padian, Kacang-kacangan, Benih tanaman,


Kapas, Rumput-rumputan, Buah-buahan, Buah yang diawetkan,
Sayuran yang diawetkan, Bahan jamu, Cengkih, Jahe kering,
Kakao, Kopi, Teh, Lada, Pala, Tembakau, Kelapa sawit, Kopra,
Susu bubuk, Tapioka, Gaplek, ikan asin, Pakan ternak, Kayu,
Bambu, rotan, Produk-2 dari kulit.

http://indonetwork.co.id/Grasse_Arum_Lestari/1744294/aluminium-phosphide-56-mephos-56-tb.htm
HERBATOP 276, Herbisida, email : k111222444@ yahoo.com,
HP 0812 103 604 79
HERBATOP 276, Herbisida, email : k111222444@ yahoo.com, HP 0812 103
604 79

SPESIFIKASI PRODUK:

1. Bahan Aktif
* Paraquat Dikhlorida 276 gr/ l
2. Sifat
Reaksi bersifat kontak dan hanya mematikan jaringan tanaman yang
terkena semprotan larutan herbisida ini.

3. Bentuk Larutan dan Kemasan

Herbatop 276 AS di formulasi dalam bentuk larutan Herbatop 276 AS di


formulasi dalam bentuk larutan berwarna coklat gelap dan larut dalam air.

Kemasan tersedia :
1. Botol isi 0, 5 liter dan 1 liter
2. Jerican plastik isi 5 liter dan 20 liter
3. Drum plastik isi 200 liter

4 Sasaran HERBATOP 276

Pengendalian gulma tanaman perkebunan seperti Kelapa Sawit, Karet,


Kopi, Teh, Tebu, dll.
Persiapan lahan pada budidaya tanaman di lahan pasang surut dan padi
sawah
Penyiangan gulma pada budidaya tanaman jagung di lahan tegalan.
HERBATOP 276, Herbisida, email : k111222444@ yahoo.com, HP 0812 103
604 79.
Negara Asal: Indonesia

Harga: email : k111222444@yahoo.com, HP 0812 103 604 79

Cara
Tunai
Pembayaran:

Jumlah: Lot

Kemas &
Standard
Pengiriman:

http://alatpertanian.indonetwork.co.id/2213867/herbatop-276-herbisida-email-k111222444-yahoo-com-hp-0812.htm
Katalog Produk: Racumin ( Bahan umpan untuk pengendalian Tikus Rumah
& Tikus Sawah) Produksi BAYER ENVIRONMENTAL SCIENCE

(Gambar)

Negara Asal: Jerman

Harga: Rp. 215.000,- /kg, belum termasuk PPn 10%

Cara
Transfer Bank (T/T)
Pembayaran:

Kemas &
1 box (12 x 1 kg)
Pengiriman:

Keterangan: RACUMIN
Bahan aktif : Coumatetralyl 0, 75 %
LD50 ± 16, 5 mg/ kg ( oral) *
LD50 ± 23-30 mg/ kg ( dermal) *

Racumin adalah rodentisida antikoagulan, berbentuk tepung


warna biru sangat efectif untuk mengendalikan tikus rumah
ataupun tikus sawah. Dapat mengakibatkan pendarahan
( blooding) pada tikus, sebagai akibat pecahnya pembuluh darah.
Sehingga akan terjadi penurunan kemampuan dan mobilitas
untuk memanjat, lari serta daya penciuman. Pemasangan umpan
dilakukan bila ditemukan tanda-tanda keberadaan tikus berupa ;
jejak, jalan, kotoran atau liang. Yang berdasarkan sensus
populasi, yaitu bila > 20 % umpan sensus termakan. Pasang
umpan pada 5 titik / hektar.

Keberhasilan pengendalian ditentukan oleh kerjasama antara


client dengan PCO, khususnya dalam hal pengawasan sanitasi
lingkungan, diantaranya dengan mengantisipasi adanya lubang,
tempat persembunyian dan menutup jalan masuk / keluarnya
tikus.

Takaran :
Campurkan 2 kg ( 10 gelas) bahan. umpan ( beras, jagung,
kedelai) dengan 20 ml ( 3 sendok) minyak.goreng. Aduk rata lalu
campur dengan 100 gr Racumin hingga warna birunya merata.
Isikan 100 gr umpan tsb pada tempat & letakan dgn jarak 50 m
antar umpan, ke tempat yang biasa dilalui tikus. Pemasangan
umpan harus terus menerus sampai tidak termakan. Bila perlu
ganti/ tambah jika umpan rusak/ habis. Lindungi umpan dari air /
hujan.

untuk info lebih detail silahkan klik : http: / / winade.co.id atau


hubungi kami di 031-91094095 , Blackberry PIN 238e574f

Kenalkan ke teman Anda

Katalog Produk: Racumin ( Bahan umpan untuk pengendalian Tikus Rumah


& Tikus Sawah) Produksi BAYER ENVIRONMENTAL SCIENCE

(Gambar)

Negara Asal: Jerman

Harga: Rp. 215.000,- /kg, belum termasuk PPn 10%

Cara
Transfer Bank (T/T)
Pembayaran:

Kemas &
1 box (12 x 1 kg)
Pengiriman:

Keterangan: RACUMIN
Bahan aktif : Coumatetralyl 0, 75 %
LD50 ± 16, 5 mg/ kg ( oral) *
LD50 ± 23-30 mg/ kg ( dermal) *

Racumin adalah rodentisida antikoagulan, berbentuk tepung


warna biru sangat efectif untuk mengendalikan tikus rumah
ataupun tikus sawah. Dapat mengakibatkan pendarahan
( blooding) pada tikus, sebagai akibat pecahnya pembuluh darah.
Sehingga akan terjadi penurunan kemampuan dan mobilitas
untuk memanjat, lari serta daya penciuman. Pemasangan umpan
dilakukan bila ditemukan tanda-tanda keberadaan tikus berupa ;
jejak, jalan, kotoran atau liang. Yang berdasarkan sensus
populasi, yaitu bila > 20 % umpan sensus termakan. Pasang
umpan pada 5 titik / hektar.

Keberhasilan pengendalian ditentukan oleh kerjasama antara


client dengan PCO, khususnya dalam hal pengawasan sanitasi
lingkungan, diantaranya dengan mengantisipasi adanya lubang,
tempat persembunyian dan menutup jalan masuk / keluarnya
tikus.

Takaran :
Campurkan 2 kg ( 10 gelas) bahan. umpan ( beras, jagung,
kedelai) dengan 20 ml ( 3 sendok) minyak.goreng. Aduk rata lalu
campur dengan 100 gr Racumin hingga warna birunya merata.
Isikan 100 gr umpan tsb pada tempat & letakan dgn jarak 50 m
antar umpan, ke tempat yang biasa dilalui tikus. Pemasangan
umpan harus terus menerus sampai tidak termakan. Bila perlu
ganti/ tambah jika umpan rusak/ habis. Lindungi umpan dari air /
hujan.

untuk info lebih detail silahkan klik : http: / / winade.co.id atau


hubungi kami di 031-91094095 , Blackberry PIN 238e574f

Kenalkan ke teman Anda

http://ptwinadewahyumas.indonetwork.co.id/1193884/racumin-bahan-umpan-untuk-pengendalian-tikus-rumah-tikus.htmBottom of
Form

You might also like