You are on page 1of 2

untuk pahlawan pribadi kita : IBU gelap. di mana aku? aku terbaring di sebuah wadah bundar yang sempit.

aku tidak bisa melihat apa-apa, hanya gelap. tak bisa merasakan apa-apa, hanya t akut. hari pertama aku lalui dengan ketakutan... hari berikutnya, aku mulai mendengar suara-suara... asing. aku mendengar suara seorang wanita. siapa dia? aku tidak mengenalnya. aku sangat tidak mengerti. hari-hari berikutnya aku lebih sering mendengar suara wanita itu, kadang ia bers enandung, kadang ia berkata-kata dengan bahasa yang aku tak mengerti, kadang pul a ia terisak. hangat. ia adalah suara pertama yang aku dengar. ia adalah teman pertamaku di tempat yan g gelap ini. aku mulai merasakan kedamaian. tanpa sadar aku mulai merindukan suara itu. sebentar saja aku tak mendengarnya, aku merasa takut. suara siapa ini yang membuatku merasa damai untuk pertama kalinya? hari-hari berikutnya tak hanya suara saja yang aku dengar. aku merasakan ada tan gan yang besar dan lembut membelaiku dengan halus. walaupun tangannya tak bersentuhan langsung dengan tubuhku, aku merasakan kehang atan saat tangan itu membelai wadah tubuhku ini. hari-hari berikutnya ia semakin sering membelaiku. hangat. kadang ia mengajakku bicara dengan bahasa yang tak aku mengerti. aku tahu dia be rbicara kepadaku, karena tak ada suara lain yang aku dengar -hanya suaranya dan suara perasaanku-. aku semakin takut kehilangan dia. sementara aku masih belum bisa melihat apa-apa untuk mengerti semua ini, aku sem akin tak mengerti. perasaan apakah ini? perasaan takut kehilangan sebuah suara yang menemaniku setiap waktu. perasaan ta kut berpisah dari belaian hangat itu setiap saat. aku sudah tidak sanggup menghitung berapa lama aku berada di tempat ini. tapi ak u tidak peduli. karena selama ini wanita itu senantiasa menemaniku. aku semakin tidak sabar untuk segera keluar dari tempat ini -hanya untuk melihat wajah wanita itu-. aku semakin... ahh, merindukan wanita itu, cinta pertama dalam hidupku.

suatu hari aku mendengar wanita itu mengerang kesakitan. aku merinding mendengarnya. rasa iba dengan cepat merambat ke seluruh tubuhku. tapi aku akan segera merasa lebih bersalah lagi saat aku tahu bahwa rasa sakit i tu -dan nyawanya- ia pertaruhkan untukku. tak lama berselang, aku merasakan wadah yang membungkus tubuhku menekanku dari s egala arah. sakit... tempat ini menghentakku dengan keras... sedikit demi sedikit... dengan rasa sakit di sekujur tubuhku, hentakan ini sedikit demi sedikit menggese r tubuhku ke sebuah tempat yang lain. tempat yang lebih terang... sekarang aku berada di sebuah tempat yang berbeda. tempat yang lebih bercahaya... aku mulai mendengar suara-suara yang berbeda pula. aku digendong oleh sebuah tangan yang berbeda dengan tangan yang biasa membelaik u. kasar. aku mulai kehilangan suara wanita yang biasa bersenandung untukku, menemaniku di tempat itu... aku kehilangan kehangatan yang kurasakan sebelumnya... untuk yang kesekian kalinya, aku takut kehilangan wanita itu. rasa takut yang le bih besar... rasa takut itu menggerus ingatanku, semua kenangan di tempat yang lama... ingatanku hilang sedikit demi sedikit... aku mulai menangis, menjerit... untuk pertama kalinya aku mendengar suara yang keluar dari lidahku : suara bayi. beberapa saat kemudian aku merasa belaian itu telah kembali... sebuah suara yang telah aku kenal lama membisikkan sesuatu ke telingaku, "ini IB U, nak..." akhirnya aku sadar, hal yang paling aku takutkan telah terjadi : AKU TELAH TERLA HIR KE DUNIA...! (untuk para ibu, para calon ibu, dan rasa cinta untuk seorang ibu : "SELAMAT HAR I IBU...!") malang, 22 desember 2009

You might also like