You are on page 1of 13

Laporan Praktikum Fisiologi Kesanggupan Kardiovaskular

Kelompok E4

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2011

No.

Nama Anggota Kelompok

NIM

Tanda Tangan

1.

Flavianus R. L. Wayan (Ketua)

10-2010-237

2.

Andrew Kencana

10-2010-242

3.

Regina Enggeline

10-2010-252

4.

Stien Julia Risky Hetharie

10-2010-266

5.

Christian Salim

10-2010-268

6.

Asri Habsari

10-2010-273

7.

Jacob Benedict Sirait

10-2010-287

8.

Defita Firdaus

10-2010-290

9.

Rini Resmina

10-2010-297

Praktikum Faal Kesanggupan Kardiovaskular

A. Tujuan Percobaan Untuk mengukur kesanggupan kerja sistem jantung d an pembuluh darah untuk berfungsi optimal pada keadaan istirahat dan kerja.

B. Pendahuluan Tes Harvard adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi atau mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Tes ini juga baik digunakan dalam penilaian kebugaran, dan kemampuan untuk pulih dari kerja berat. Semakin cepat jantung berdaptasi (kembali normal), semakin bai k kebugaran tubuh . Cold pressor test merupakan test peningkatan tekanan darah dengan pendinginan yang dilakukan dengan cara memberikan rangsang pendinginan pada tangan yaitu diletakkan di dalam suatu wadah berisi air es bersuhu 4 derajat celcius selama kur ang lebih satu menit. Perbedaan tekanan darah sete lah intervensi dan saat tekanan basal menunjukkan aktivitas vascular dimana dikatakan hiperekator jika tekanan sistolik naik 20 mmHg dan tekanan diastolic 15 mmHg, dan dikatakan hiporekator jika kenaikan tekanan darah masih dibawah angka angka tersebut . Lewis, dalam penelitiannya mengatakan bahwa jika jari diletakkan dalam suhu air 1 -18 derajat celcius, akan menimbulkan rasa nyeri hebat. Akan tetapi, apabila suhu melebih 18 derajat celcius, rasa nyeri tidak akan terjadi. Rasa nyeri pada temperatur rendah, secara progressive akan terus meningkat hingga mencapai waktu maksimal 1 menit. C. Alat-alat dan bahan 1. Sfigmomanometer dan stetoskop 2. Ember kecil berisi air es dan termometer kimia 3. Pengukur waktu (arloji atau stopwatch) 4. Bangku setinggi 19 inci 5. Metronom (frekuensi 120/menit)

D. Cara kerja A. Tes peninggian tekanan darah dengan pendinginan (cold pressor test) 1. Suruhlah orang percobaan berbaring terlentang dengan tenang selama 20 menit 2. Selama menunggu pasanglah m anset sfigmomanometer pada lengan kanan atas orang percobaan 3. Setelah OP berbaring 20 menit, tetapkanlah tekanan darahnya setiap 5 menit sampai terdapat hasil yang sama 3 kali berturut -turut (tekanan basal) 4. Tanpa membuka manset suruhlah OP memasukkan tangan kirinya ke dalam air es (4 C) sampai pergelangan tangan 5. Pada detik ke 30 dan detik ke 60 pendingnan, tetapkanlah tekanan sistolik dan diastoliknya 6. Catatlah hasil pengukuran tekanan darah OP selama pendinginan. Bila pada pendinginan tekanan sistolik naik lebih besar dari 20 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 15 mmHg dari tekanan basal, maka OP termasuk golongan hiperreaktor. Bila kenaikan tekanan darah OP masih dibawah angka -angka tersebut di atas, maka OP termasuk golongan hiporeaktor 7. Suruhlah OP segera mengeluarkan tangan kirinya dari es dan tetapkanlah tekanan sistolik dan diastoliknya setiap 2 menit sampai ke tekanan darah basal 8. Bila terdapat kesukaran pada waktu mengukur tekanan sistolik dan diastolik pada detik ke 30 dan detik ke 60 pendinginan, pe rcobaan dapat dilakukan dua kali
y

Pada percobaan pertama hanya dilakukan penetapan tekanan sistolik padea detik ke 30 dan detik ke 60 pendinginan

Suruhlah OP segera mengeluarkan tangan kirinya dari es dan tetapkanlah tekanan sistolik dan diastoliknya setiap 2 menit sampai kembali ke tekanan darah basal

Setelah tekanan darah kembali ke tekanan basal, lakukanlah percobaan yang kedua untuk menetapkan tekanan diastolik pada detik 30 dan detik ke 60 pendinginan

B. Percobaan naik turun bangku (Harvard step test) 1. Suruhlah orang percobaan berdiri menghadap bangku setinggi 19 inci sambil mendengarkan detakan sebuah metronom dengan frekuensi 120 kali per menit. 2. Suruhlah orang percobaan menempatkan salah satu kakinya di bangku, tepat pada satu detakan metronom. 3. Pada detakan berikutnya (dianggap sebagai detakan kedua) kaki lainnya dinaikkan ke bangku sehingga orang percobaan berdiri tegak di atas bangku. 4. Pada detakan ketiga, kaki yang pertama kali naik diturunkan.

5. Pada detakan keempat, kaki yang masih di atas bengku di turunkan ulang sehingga orang percobaan berdiri tegak lagi di depan bangku. 6. Siklus tersebut diulang terus -menerus sampai OP tidak kuat lagi tetapi tidak lebih dari 5 menit. Catatlah berapa lama percobaan tersebut dilakukan dengan mengunakan sebuah stopwatc h. 7. Segera setelah itu OP disuruh duduk. Hitunglah dan catatlah frekuensi denyut nadi selama 30 detik sebanyak 3 kali masing -m,asing dari 0-30, dari 1-130 dan dari 2 230. 8. Hitunglah indeks kesanggupan orang percobaan serta berikan penilaiannya menurut 2 cara berikut ini: a. Cara lambat:

Indeks kesanggupan badan =

lama naik-turun dalam detik x 100 2x jumlah ketiga harga denyut nadi tiap 30

Penilaiannya:
y y y y y

Kurang dari 55 55-64 65-79 80-89 Lebih dari 90

= kesanggupan kurang = kesanggupan sedang = kesanggupan cukup = kesanggupan baik = kesanggupan amat baik

b. Cara cepat: Rumus

lama naik turun dalam detik x 100

Indeks kesanggupan badan = 5.5x harga denyut nadiselama 30 pertama

Dengan daftar: Pemulihan denyut nadi dari 0'' hingga 30'' Lamanya percobaan 404 4 0''-29'' 0''30''-0''59'' 1'0''-1'29'' 1'30''-1'59'' 2'0''-2'29'' 2'30''-2'59'' 3'0''-3'29'' 3'30''-3'59'' 4'0''-4'29'' 4'30''-4'59'' 5'0'' Petunjuk-petunjuk:
y y y

454 9 5 15 30 40 50 65 75

505 4 5 15 25 40 45 60 70 80 90 100 105

55- 60- 65- 70- 75- 80- 85- 905 9 5 15 25 35 45 55 60 70 80 90 95 6 4 5 15 20 30 40 50 55 65 75 85 90 6 9 5 10 20 30 35 45 55 60 70 75 80 7 4 5 10 20 25 35 40 50 55 65 70 75 7 9 5 10 20 25 30 40 45 55 60 65 70 8 4 5 10 15 25 30 35 45 50 55 60 65 8 9 5 10 15 20 30 35 40 45 55 60 65 5 10 15 20 25 35 40 45 50 55 60

5 20 30 45 60 70 85

100 85 110 100 125 110 130 115

Carilah baris yang berhubungan dengan lama percobaan Carilah lajur yang berhubungan dengan banyaknnya denyut nadi selama 30 pertama Indeks kesangupan badan terdapat dipersilangkan baris dan lajur.

Penilaiannya:
y y y

Kurang dari 50 = kurang 50-80 Lebih dari 80 = sedang = baik

E. Hasil pemeriksaan A. Tes Peninggian Tekanan Darah dengan Pendinginan ( cold-pressor test) OP: Andrew Tekanan darah Rata -Rata dalam Keadaan Basal : 110/60 mmHg (Rata -rata dengan 3X pengukuran). Tekanan Darah saat memasukan tangan kiri ke air dingin:

Detik ke Tekanan Darah 30 60 120/70 mmHg 120/80 mmHg

Pengukuran setiap 2 menit setelah tangan dikeluarkan dari air es: Waktu 2 menit Pertama 2 menit Kedua 2 menit Ketiga 2 menit Keempat 2 menit Kelima Tekanan Darah 120/60 mmHg 120/50 mmHg 110/50 mmHg 110/30 mmHg 100/50 mmHg

Pada data hasil percobaan di atas, terlihat secara umum bahwa tekanan darah basal sistol dan diastol mengalami peningkatan setelah tangan dimasukkan ke dalam air es. Dari tekanan basal 120/60 naik menjadi 120/70 dan 120/80. Saat tubuh manusia berada pada temperatur yang relatif lebih rendah, pembuluh -pembuluh darah akan menyempit (vasokonstriksi), terutama pembuluh darah perifer. Tujuan vasokonstriksi tersebut adalah untuk menjaga panas tubuh agar tidak keluar. Vasokonstriksi tersebut berdampak pada naiknya tekanan darah sistol dan diastol. Di samping itu, adanya respon stress yang ditimbulkan tubuh saat tangan
o

OP

dimasukkan dalam es yang bersuhu 4 C juga mungkin menjadi alasan naiknya tekanan darah OP. Suhu yang sangat dingin ini akan menyebabkan tubuh tid ak mampu mempertahankan kondisi homeostasis, sehingga menimbulkan respon stress. Respon

stress ini akan memacu disekresikannya hormon adrenalin yang memacu peningkatan aktivitas kardiovaskuler termasuk peningkatan tekanan darah. Pada OP Andrew tekanan dar ah sistolnya naik sebesar 10 mmHg dan tekanan darah diastolnya naik sebesar 10 mmHg sehingga dapat disimpulkan OP Andrew termasuk golongan hiporeaktor. B. Percobaan naik turun bangku ( harvard step test ) OP = Alvin, denyut nadi awal = 80 x/menit, kesanggupannya berhenti 3 menit 24 detik atau 204 detik . Denyut setelah melakukan Harvard step test, sbb: 0 - 30 1 - 130 2 - 230 = 82x = 72x = 57x

Jadi, indeks kesanggupan badan OP dalam cara: a. Cara lambat Lama naik turun dalam detik x 100

2 x jumlah ketiga harga denyut nadi tiap 30

204 detik x

100

2 x (82+72+57)

= 48,34

Sehingga kesanggupan OP kurang

b. Cara cepat Lama naik turun dalam detik x 100

5.5 x jumlah ketiga harga denyut nadi selama 30 pertama

204 detik x

100

5.5 x 82

= 45,23

Jadi kesanggupan OP kurang Dari percobaan Harvard Step Test, kita dapat menentukan sampai mana batas

kesanggupan badan seseorang dalam melakukan aktivitas otot. Semakin lama ia mampu bertahan naik -turun bangku dan semakin cepat frekuensi denyut nadinya pulih ke frekuensi normal, maka semakin baik pula kesanggupannya.

Peningkatan frekuensi denyut nadi dapat terjadi karena adanya peningkatan curah jantung. Aktivitas yang meningkat menyebabkan kebutuhan jaringan akan oksigen meningkat untuk melakukan proses metab olisme. Oleh karena itu, curah jantung juga perlu ditingkatkan agar kebutuhan tersebut terpenuhi. Karena peningkatan curah jantung inilah dimana darah akan lebih banyak dipompa melalui aorta sehingga berpengaruh dalam peningkatan tekanan darah dimana penin gkatan ini mengakibatkan gelombang tekanan yang berjalan di sepanjang arteri semakin cepat dan selanjutnya akan mengakibatkan denyut nadi meningkat. Peningkatan curah jantung juga dipengaruhi oleh saraf otonom yang akan merangsang saraf simpatis sehingga denyut nadi meningkat. Stimulasi simpatis dan epinefrin meningkatkan kontraktilitas jantung, yang mengacu kepada kekuatan kontraksi pada setiap volume diastolik akhir; dengan kata lain jantung memeras lebih banyak darah yang dikandungnya. Stimulasi simpati s menyebabkan konstriksi vena, yang memeras lebih banyak darah dari vena ke jantung, sehingga terjadi peningkatan volume diastolik akhir dan akhirnya peningkatan volume sekuncup lebih lanjut. Peningkatan volume sekuncup dan peningkatan kekuatan kontraksi m enyebabkan denyut nadi meningkat. Hasil akhir menunjukan bahwa OP mendapat nilai sebesar 48,34 dengan menggunakan rumus lambat. Nilai ini menunjukan bahwa OP memiliki kesanggupan yang kurang sesuai. Sementara itu, dengan menggunakan rumus cepat OP mendapat nilai 45,23. Hal ini menunjukan juga OP memiliki kesanggupan yang kurang sesuai dengan kriteria. Hal ini terjadi karena OP sendiri jarang berolahraga . Pada prinsipnya olahraga diharapkan dapat meningkatkan kapasitas fungsional individu dan menurunkan kebutuhan oksigen otot jantungyang diperlukan pada tingkatan latihan fisik, baik pada orang sehat maupun orang sakit. Pada latihan fisik akan terjadi dua perubahan pada sistem kardiovaskular yaitu peningkatan curah jantung dan redistribusi aliran darah dari or gan yang kurang aktif ke organ yang aktif . Kesanggupan badan seseorang dinyatakan dengan Indeks Kesanggupan Badan (IKB) yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus di atas. Semakin besar nilai dari IKB seseorang maka kesanggupan badannya semakin baik. F. Pembahasan Tekanan darah pada pembuluh darah dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor dasar yang mempengaruhinya adalah cardiac output , total tahanan perifer pembuluh darah di arteriola, volume darah, dan viskositas darah. Dengan faktor tersebut, tubuh kita melakukan

kontol agar tekanan darah menjadi normal dan stabil. Pengaturan pembuluh darah yang bekerja dalam mengontrol tekanan darah yaitu pengaturan lokal, saraf dan hormonal. Kontrol lokal (intrinsik) adalah perubahan -perubahan di dalam suatu jaringan yang mengubah jari -jari pembuluh, sehingga alirah darah ke jaringan tersebut berubah melalui efek terhadap otot polos arteriol jaring an. Kontrol lokal sangat penting bagi otot rangka dan jantung, yaitu jaringan -jaringan yang aktivitas metabolik dan kebutuhan akan pasokan darahnya sangat bervariasi, dan bagi otak, yang aktivitas metabolic keseluruhannya dan kebutuhan akan pasokan darah t etap konstan. Pengaruh -pengaruh lokal dapat bersifat kimiawi atau fisik. Pengaturan Tekanan Darah 1. Kontrol Ekstrinsik, saraf dan hormonal Kontrol ekstrinsik terhadap jari -jari arteriol mencakup pengaruh pengaruh saraf dan hormonal dengan efek system sar af simpatis yang terpenting. Serat serat saraf simpatis mempersarafi otot polos arteriol di seluruh tubuh kecuali di otak. Peningatan aktivitas simpatis (hiperreaktor) menimbulkan vasokonstriksi arteriol umum, sedangkan penurunan aktivitas simpatis (hiporeaktor) menyebabkan vasodilatasi arteriol umum. Menurut hines brown, insiden hioertensi tingi pada golongan yang hipereaktor. Vasokonstriksi umum yang diinduksi oleh simpatis secara refleks mengurangi aliran darah ke sel sel jaringan perifer, sehingga kompensasinya adalah peningkatan tekanan arteri rata rata agar darah dapat mengalir ke semua organ hingga ke jaringan perifer. Aktivitas simpatik tonik juga untuk mempertahankan tekanan sehingga organ organ dapat menyerap darah sesuai keperluan melalui mekanisme local yang mengontrol jari jari arteriol. Persarafan parasimpatis ke

arterio tidak bermaksna, vasodilatasi di tempat tempat lain ditimbulkan oleh penurunan aktivitas vasokonstiktor simpatis di bawah tingkat toniknya, ketika tekanan arteri rata rata meningkat di atas normal, timbul refleks berupa reduksi aktivitas vasokonstriksi simpatis yang menyebabkan vasodilatasi arteriol umum yang membantu menurunkan tekanan pendorong ke tingkat normal. Bagian utama di otak yang bertanggung jawab menyesuaikan keluar an simpatis ke arteriol arteriol adalah pusat kontrol kardiocaskular di medulla batang otak. Ini adalah pusat integrasi bagi pengaturan tekaan darah, beberapa bagian lain juga mempengaruhi distribusi darah, yang paing menonjol adalah hipotalamus, yang seba gian dari fungsinya mengnotrol suhu, mengontor aliran darah ke kulit untuk menyesuaikan julah panas yang keluar ke lingkungan. Selain aktivitas refleks saraf, beberapa homron juga memepngaruhi jari jari arteriol hormon ini mencakup hormon medulla adrenal epinefrin dan norepinefrin, yang

secara umum memperkuat system saraf simpatis di sebagian besar jaringan serta vasopressin dan angiotensin II, yang penting dalam mengontrol keseimbangan cairan. Stimulasi simpatis pada medulla adrenal menyebabkan kelenjar endokrin ini mengeluarkan epinefrin dan norepinefrin. Norepinefrin medulla adrenal berkaitan dengan reseptor seperti

yang secara simpatis dilepaskan norepinefrin untuk menimbulkan vasokonstriksi umum. Namun ,epinefrin, hormon medulla adrenal yang paling banyak, berikatan dengan reseptor dan 2 . Pengaktifan reseptor 2 menimbulkan vasodilatasi, reseptor tersebut paling banyak di arteriol jantung dan otot rangka, selama aktivitas simpatis epinefrin yang dikeluarkan berikatan dengan resepton 2 di jantung dan otot rangka untuk memperkuat mekanisme

vasodilator local di jaringan ini. 2. Refleks Baroreseptor Setiap perubahan tekanan darah rata rata akan mencetuskan refleks baroreseptor yang diperantarai secara otonom dan mempengaruhi jantung serta pembuluh dar ah untuk menyesuaikan curah jantung dan resistensi perifer total sebagai usaha untuk memulihkan tekanan darah ke normal. Refleks baroreseptor mencakup reseptor, jalur aferen, pusat integrasi, jalur eferen dan organ efektor. Respon terpenting dalam pengatur an tekanan darah adalah sinus karotikus dan baroreseptor lengkung aorta, yang merupakan mekanoreseptor yang peka terhadap perubahan tekanan arteri rata rata dan tekanan nadi. Ketangggapan reseptor -reseptor tersebut terhadap fluktuasi tekanan nadi meningkat kan kepekaan mereka sebagai sensor tekanan, karena perubahan kecil pada tekanan sistolik atau diastolic dapat mengubah tekanan nadi tanpa mengubah tekanan rata rata. Baroresptor terletak di tempat strategis untuk menyediakan informasi mengenai tekanan darah arteri di pembuluh pembuluh yang meglir ke otak (baroresptor sinus karotikus) dan di arteri utama yaitu baroresptor lengkung aorta. Baroresptor secara kontinue mengah asilkan potensial aksi sebagai respon terhadap tekanan di dalam arteri. Jika tekanan arteri (tekanan rata rata atau nadi) meningkat, potensial reseptor di kedua baroreseptor itu meningkat, sehingga kecepatan pembentukan potensial aksi di neuron aferen yang bersangkutan juga meningkat, berlaku juga jiga sebaliknya, apabila tekanan darah men urun kecepatan pembentuka aksi di neuron aferen oleh baroreseptor berkurang. Pusat integrasi yang menerima impuls aferen adalah pusat kontrol kardiovaskular, terletak di medulla di system batang otak. Sebagai jalur aferen adalah system sara otonom, pusat k ardiovaskular mengubah rasio antara aktivitas simpatis dan parasimpatis ke organ organ efektor (jantung dan pembuluh darah).

I.

Tes peninggian tekanan darah dengan pendinginan (Cold -presor test) Perubahan temperatur lingkungan menjadi dingin merupakan salah satu

contoh pengaruh fisik lokal pada otot, sehingga tekanan darah dapat berubah. Bila pada pendinginan, tekanan sistolik naik lebih besar dari 20 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 15 mmHg dibandingkan dengan tekanan basal, maka o.p tergolong hiperreaktor. Bila kenaikan tekanan darah o.p masih di bawah angka angka tersebut, o.p tergolong hiporeaktor . II. Percobaan naik turun bangku (Harvard Step Test) Saat berolahraga, terjadi peningkatan metabolisme dalam tubuh. Hal ini mempengaruhi tekanan darah, dan termasuk sebagai pengaruh lokal kimiawi. Sebab olahraga menyebabkan: a. Penurunan O 2 oleh karena sel -sel yang aktif melakukan metabolism menggunakan lebih banyak O 2 untuk fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan ATP. b. Peningkatan CO 2 sebagai produk sampingan fosforilasi oksidatif peningkatan produksi CO 2 akibat peningkatan aktivitas metabolic. Juga terjadi penimbunan asam laktat apabila yang digunakan untuk menghasilkan ATP adalah jalur glikoli tik. d. Peningkatan K + -- potensial aksi yang terjadi berulang -ulang dan mengalahkan kemampuan pompa Na + untuk mengembalikan gradient konsentrasi istirahat, menyebabkan peningkatan K + di cairan jaringan. e. Peningkatan osmolaritas ketika metabolism sel meningkat karena

c. Peningkatan asam lebih banyak asam karbonat yang dihasilkan dari

meningkatnya pembentukan partikel -partikel yang secara osmotis aktif. f. Pengeluaran adenosin sebagai respon terhadap peningkatan aktivitas metabolism atau kekurangan O 2, terutama di otot jantung. g. Pengeluaran prostaglandin Tekanan sistolik dan diastol ik dalam keadaan istirahat dan dalam keadaan setelah beraktivitas (misalnya : olahraga) akan berbeda karena saat olahraga terjadi peningkatan aliran balik vena. Efek aktivitas otot rangka selama berolahraga adalah salah satu cara untuk mengalirkan simpanan darah di vena ke jantung. Penekanan vena eksternal ini menurunkan kapasitas vena dan meningkatkan tekanan vena. Peningkatan aktivitas otot mendorong lebih banyak darah keluar dari vena dan masuk ke jantung.

Pada Harvard Step Test menggunakan parameter w aktu lama kerja dan frekuensi denyut nadi, Denyut nadi dapat diketahui dengan menghitung denyut arteri radialis, suara detak jantung, atau dengan bantuan eleftrokardiogram. Dengan memakai kedua factor tersebut dapat dihitung indeks kesanggupan badan, yang dibedakan antara kesanggupan kurang sampai kesanggupan amat baik. G. Kesimpulan 1. Efek pendinginan menyebabkan tekanan darah seseorang meningkat. Tekanan darah yang meningkat disebabkan oleh penyempitan pemb uluh darah atau vasokonstriktor dan adanya respon stress yang merangsang hormon adrenalin. 2. Peningkatan frekuensi denyut nadi dapat terjadi karena adanya peningkatan curah jantung dan juga dipengaruhi oleh saraf otonom yang akan merangsang saraf simpatis sehingga denyut nadi meningkat. H. Daftar Pustaka 1. Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi ke -11. Jakarta: EGC, 2007 2. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Ed.6. Jakarta: EGC, 2011 3. Dorland, W. A Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC, 2006 4. Andrajati, Retnosari dkk. Penuntun Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia . Depok: Departemen Farmasi FMIPA UI, 2008.

You might also like