You are on page 1of 35

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Saat ini belum ada kesepakatan batas umur usia lanjut di Indonesia Memper hatikan pada umur harapan hidup saat ini yang berkisar antara 52-57 tahun dan umur masa pensiun 55 tahun dan UU No. 4 tahun 65 yang dimaksud usia lanjut dalam program adalah mereka yang berusia 55 tahun ke atas. Secara Demografis berdasarkan sensus tahun 1990, penduduk berusia 55 tahun ke atas kurang lebih 7,7 % dari seluruh penduduk dan perkiraan tahun 2000, jumlahnya akan meningkat menjadi kurang lebih 9,9 % dari seluruh penduduk dengan angka harapan hidup antara 65-70 tahun, perkiraan 2004-2010 umur usia harapan hidup antara 68-70,5 tahun. Peningkatan itu mencapai 9,77 %. (Sumber Data BPS) Dalam pelita IV keberhasilan upaya menurunkan angka kematian umum dan kematian bayi sangat membantu peningkatan umur harapan hidup. Ternyata upaya tersebut telah berhasil meningkatkan Umur Harapan Hidup waktu lahir dari 56 tahun 1983 menjadi 63 tahun pada tahun 1988. Perubahan dasar demografi ini akan berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan usia lanjut baik secara individu maupun dalam kaitannya dengan keluarga dan masyarakat. Menyadari akan proporsi penduduk berusia 55 tahun keatas akan meningkatkan mutu kesehatan usia sejalan dengan peningkatan dan membaiknya 1

kondisi sosial ekonomi dan sosial budaya bangsa dimasa-masa yang akan datang maka perlu dilakukan pengkajian lebih mendasar secara individu, pengaruh proses ketuaan menimbulkan berbagai masalah baik-baik secara fisik biologis, mental maupun social ekonominya. Angka kesaktian pada usia 55 tahun ke atas menurut survey rumah tangga tahun 1980 adalah 25,7 % dan diharapkan pada tahun 2000 angka ini menurun menjadi 12,3 % (SKN). Pada SKRT 1986 didapat angka kesaktian pada usia 55 tahun ke atas adalah 15,1 %.(Depkes, 2000) Dibandingkan dengan keadaan sebelumnya dalam pelita IV terlihat pula adanya perubahan urutan pola penyakit. Angka kesakitan pada penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit kardiosvakuler dan penyakit degenaratif lainnya memperlihat kecendrungan yang kian meningkat. Demikian pula halnya dengan gangguan jiwa serta penyakit yang disebabkan oleh penyalahgunaan obat atau zat yang bersifat adikatif. Dalam kurun waktu 15 tahun (1985-2000) penyakit jantung dan pembuluh darah berkembang menjadi penyebab ketiga dari kematian umum, dengan prevalensi dari 1,1 per penduduk pada tahun 1985 menjadi 5,9 per 100 pennduduk pada tahun 2000. (Depkes RI, 2000) Didalam penyelenggara upaya pelayanan kesehatan bagi usia lanjut ini. Pada umumnya membutuhkan biaya yang besar sesuai dengan gangguan kesehatan / penyakit yang dideritanya, begitu pula data-data, tenaga dan sarana yang pada saat ini belum memadai. 2

Berkaitan dengan hal ini bahwasanya Gerontologi-Geriarti belum tercantum dalam kurikulum pendidikan kesehatan di lingkungan Departemen Pendidikan Kesehatan. Demikian pula fasilitas kemudahan dan peraturan /Perundang-undangan yang mendukung pembinaan kesehatan usia lanjut masih belum memenuhi keinginan yang dibutuhkan. Disamping hal-hal tersebut diatas kerjasama lintas program maupun lintas sector dan peran serta masyarakat dalam mendukung pembinaan kesehatan usia lanjut belum berkembang sepenuhnya. Melihat permasalahan-permasalahan yang telah dikemukakan perlu kiranya diambil langkah-langkah upaya Pembina kesehatan bagi usia lanjut untuk mencapai tujuan yang telah digariskan dalam pembangunan kesehatan yaitu terwujudnya kemampuan hidup sehat secara optimal bagi setiap individu termasuk didalammnya penduduk berusia lanjut. Cakupan usila bagi dipuskesmas mencapai 90 % ini merupakan kebijakan pemerintah.( Depkes RI, 2000) Labuhanbatu mempunyai 11 kecamatan 98 desa, 47 posyandu usila, pangkatan kecamatan pangkatan yang mempunyai 1 posyandu memiliki 3 orang kader dengan jumlah usila 206 orang. Sementara yang mengikuti terdaftar di posyan du 80 orang (19.5 %) dan yang aktif setiap bulannya sebanyak sebanyak 15 orang (5.8 5).

Sehingga masih rendahnya kunjungan usila ke posyandu tidak lepas dari adanya masalah dan faktor-faktor penyebab antara lain meliputi fisik biologis, mental, sosial dan ekonomi ditengah-tengah masyarakat, dalam pemanfaatan posyandu usila.

1.2 Perumusan Masalah Bagaimana Kunjungan usila terhadap Kegiatan Posyandu Usila Di Desa Pangkatan kecamatan pangkatan Kabupaten Labuhanbatu tahun 2011 .

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya, kunjungan usila di Posyandu di Desa Pangkatan Kecamatan Pangkatan Kabupaten labuhanbatu 2011.

1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui Faktor sarana kesehatan terhadap rendahnya kunjungan posyandu usila. 2. Untuk mengetahui pengaruh faktor dukungan keluarga terhadap rendahnya posyandu usila. 3. Untuk mengetahui pengaruh faktor pengetahuan usila terhadap rendahnya kunjungan ke posyandu usila 4

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Petugas Kesehatan Untuk lebih meningkatkan upaya kegiatan. Pelayanan dan komunikasi infomasi dan edukasi (KIE) untuk ikut mendapatkan pelayanan posyandu usila. 1.4.2 Manfaat Bagi Keluarga Untuk menambahkan Pelayanan dan wawasan keluarga untuk mensport anggota keluarga (USILA) untuk mendapat pelayanan posyandu usila. 1.4.3 Bagi Masyarakat Untuk mendapatkan Pelayanan dan informasi tentang posyandu lebih meluas di masyarakat. 1.4.4 Bagi Peneliti Bermanfaat untuk mengaplikasi ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti kuliah serta untuk menambahkan pengetahuan wawasan dan pengalaman bagi penulis dalam melakukan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Lansia atau lanjut usia merupakan kelompok umur pada munusia yang telah memasuki tahap akhir dari fase kehidupannya . Pada kelompok yang dikatagorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process. Ilmu yang mempelajari fenomena panuaan meliputi proses menua dan digenerasi sel termasuk masalah masalah yang ditemui dan harapan lansia disebut gerontology ( Cunnung & Brookban , 1998 ). Penduduk lansia adalah orang orang yang berumur 60 tahun ke atas . Definisi Lansia dasarnya baik secara jasmani , rohani maupun sosialnya. (Depkes R.I.1995)

2.2. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Kunjungan Posyandu Usila 2.2.1 Faktor Sarana / Prasarana Dari Tenaga Kesehatan Seiring kemajuan tingkat perawatan kesehatan dan penurunan jumlah kelahiran , jumlah penduduk usia lanjut ( usia lanjut ) juga semakin meningkat . Keadaan ini tidak hanya terjadi di negara Industri tapi juga di negara berkembang . SUPAS Lembaga Demografi UI 1985 memperkirakan jumlah usia lanjut di Indonesia dewasa ini mencapai 15 juta jiwa atau 7,5 % dari jumlah penduduk . Jumlah

penduduk yang berusia lebih dari 60 tahun pada tahun 2005 diperkirakan akan mencapai 19,9 juta atrau 8,48 % dari jumlah penduduk . Jumlah ini akan meningkat lagi pada tahun 2020 menjadi 28,8 juta atau 11,34 % dari seluruh populasi. Hidup Peningkatan jumlah usia lanjut diperkirakan diikuti dengan peningkatan usia harapan hidup dari usia 59,8 tahun pada tahun 1990 menjasdi 71,7 tahun pada tahun 2020. Berdasarkan data statistik Indonesia tahun 1993 , populasi usia lanjut di Indonesia diperkirakan meningkat 41,4 % atau empat kali lipat pada tahun 2025 (dibanding tahun 1990) dan ini merupakan jumlah tertinggi didunia . (Direktorat Gizi dan Bina Masyarakat Depkes 2003) Sebagian besar penduduk usia lanjut tinggal didaerah pedesaan (68,4%) sedangkan 31,58 % tinggal didaerah perkotaan . Mayoritas dari mereka (76,89%) berpendidikan rendah : tidak lulus sekolah dasar (SD) atau bahkan tidak pernah mendapat pendidikan sama sekali. Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistika (BPS) tahun 1990, sekitar 25,9 juta penduduk Indonesia hidup dibawah garis kemiskinan dan diperkirakan 33,6 juta diantaranya berusia lanjut. Dengan adanya krisis ekonomi, jumlah itu meningkat hingga 9 10,8 juta . Berbagai pihak menyadari bahwa jumlah warga usia lanjut di Indonesia yang semakin bertambah akan membawa pengaruh besar dalam pengolahan masalah kesehatannya. Saat ini angka kesakitan akibat penyakit degeneratif meningkat jumlahnya disamping masih adanya kasus penyakit infeksi dan kekurangan gizi. Dari pengamatan dikatakan lebih kurang 74 % usia lanjut menderita penyakit Kronik . Lima penyakit utama yang banyak diderita oleh penduduk usia lanjut di Indonesia 7

adalah : Anemia (50%) , infeksi saluran pernapasan (12,2%) , kanker (12,2%) , TBC (11,5%) dan penyakit jantung pembuluh darah (29,5%) . Hal lain yang perlu diperhatikan adalah aspek kejiwaan , gangguan emosional dapat menjadi beban dan pencetus pada usia lanjut . Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 1990, 1991 dan 1992 menunjukkan peningkatan prevalensi penyakit Kardiovaskuler yang menyolok sebagai penyebab kematian dan sejak 1993 diduga sebagai penyebab kematian nomor satu . Didalam era globalisasi sekarang , dimana terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan , Indonesia menghadapi masalah gizi ganda . Di satu pihak masalah kurang gizi yaitu : gizi buruk , anemia gizi , Gangguan akibat kurang yodium (GAKY) dan kurang vitamin (KVA) masih merupakan kendala yang harus ditanggulangi , namun masalah gizi lebih cenderung meningkat terutama di kota kota besar . Hasil survey indeks masa tubuh (IMT) tahun 1995 1997 di 27 ibukota propinsi menunjukkan bahwa prevelansi gizi lebih mencapai 6,8 % pada laki laki dewasa dan 13,5 % pada perempuan dewasa . Walaupun angka diatas tidak menunjukkan bahwa secara langsung jumlah usia lanjut yang mengalami kegemukan atau obesitas , namun penelitian Monica (1994) menunjukkan bahwa hipertensi didapati pada 19,9 % usia lanjut yang gemuk dan 29,8 % pada usia lanjut dengan obesitas .

Maka untuk meningkatkan kesehatan usia lanjut tenaga kesehatan berperan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian usila melalui kegiatan program posyandu usila ada beberapa hal penting yang masih mengalami kendala, yakni : 1) Petugas : belum siapnya petugas baik kader dan petugas kesehatan bagaimana bentuk pelaksanaan kegiatan posyandu usila dalam hal ini perlu adanya pelatihan bagi petugas kesehatan dan kader posyandu usila . 2) Sarana dan prasarana yang kurang : peralatan yang minim memungkinkan kegiatan tidak bisa optimal .

2.2.2

Kegiatan Dukungan Keluarga Lansia merupakan salah satu masalah sosial yang membutuhkan perhatian dan

penenangan dari semua pihak di dalam masyarakat . Prediksi kependudukan menunjukkan bahwa pada 2005 akan terdapat lansia sebanyak 18.4 jiwa atau 8,4 % dari jumlah penduduk Indonesia ( Kalla , 2002) . Di Jawa Barat pada 2002 terdapat 5,9 juta lansia atau 17,9 % dari penduduk ( Buldansyah , 2002 ) . Diberikan di beberapa media cetak , bahwa ada 211.000 orang lansia di Jawa Barat yang mengalami ketelantaran , sementara jumlah panti werda yang ada sebanyak 26 panti hanya mampu menampung 100 orang lansia ( Republika, 30 Mei 2002). Data tersebut baru menunjukkan jumlah lansia yang terlantar secara sosial ekonomi , yaitu mereka yang berada dalam kondisi kehidupan rendah ( miskin ) ; dan menurut Kadis Sosial Jawa Barat . Selain itu jumlah lansia mengalami ketelantaran sosial tidak terdeteksi , padahal jumlahnya sangat mungkin tidak sedikit . Lebih jauh , 9

persoalan lansia bukan sekedar persoalan jumlah orang tua yang membutuhkan santunan , melainkan menyangkut nilai nilai budaya masyarakat yang menjadi landasan kelangsungan hidup masyarakat itu sendiri . Mengingat urgensi masalah lansia , maka masalah lansia ini membutuhkan perhatian dan penanganan dari semua pihak di dalam masyarakat . Selama ini model penanganan yang dilakukan dan banyak di kenal masyarakat adalah penampungan para lansia di panti panti werda . Dengan perubahan pandangan terhadap orang tua , muncul pertanyaan , apakah model panti tersebut akan dapat menanggulangi masalah lansia terlantar , atau malah akan mendorong warga masyarakat untuk lebih mudah menelantarkan para lansia tersebut , dengan segala dampak yang ditimbulkannya. Sudah dibutuhkan model penanganan masalah lansia yang berbasis nilai nilai masyarakat kita sendiri , namun adaptif terhadap perubahan tuntutan zaman, (jurusan)Kesejahteraan Sosial FISIP UNPAD sedang terus mengembangkan model termaksud . keluarga merupakan motivator dalam meningkatkan kesehatan anggota usila di tengah keluarga , tetapi juga kurang memperdulikan manfaat dari Posyandu usila lebih banyak tinggal di rumah saja .

2.2.3

Faktor Faktor Pengetahuan

Fungsi dan kegunaan Posyandu usila bagi usia lanjut atau usila belum merata ataupun sebagian tidak mengerti , sebab masih mempunyai kendala , yakni : 1) Pihak Pemerintah / Institusi di wilayah setempat : permasalahan yang ada biasanya adalah belum dijadikan program ini sebagai program unggulan 10

sehingga di dalam satu wilayah Kecamatan Posyandu usila kurang diperhatikan atau kurangnya informasi baik media masa maupun non media masa yang tersebar luas dimasyarakat secara merata tanpa adanya dukungan dari pemerintah daerah tersebut. 2) Masyarakat : tingkat pengetahuan masyarakat yang masih kurang

tentang manfaat posyandu usila , sehingga banyak anggota usila di titipkan di Panti Werda ( Jompo ) dan tidak diperhatikan .

Menurut Lawrence Green (1980), perilaku ini ditentukan oleh 3 faktor utama, yaitu( dalam Notoadmodjo, 2008) a. Faktor Predisposisi (Predisposing factors) Faktor yang dapat mempermudah terjadinya perilaku pada seseorang atau masyarakat adalah pengetahuan atau sikap seseorang atau masyarakat tersebut terhadap apa yang dilakukannya. Misal: perilaku seorang ibu untuk memeriksa kehamilannya akan dipermudah bila si ibu tersebut tahu apa manfaat pemeriksaan kehamilan, siapa yang memeriksa dan dimana pemeriksaan kehamilan tersebut. b. Factor Pemungkin (Enabling Factors) Faktor pemungkin atau pendukung perilaku adalah fasilitas, sarana atau prasarana yang mendukung atau memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Misal: untuk ibu agar perilaku pemeriksaan kehamilan ibu baik, maka factor pendukung adalah tersedianya bidan 11

atau dokter, fasilitas pemeriksaan kehamilan seperti Puskesmas, Rumah Sakit, Klinik, Posyandu c. Factor Penguat ( Reinforcing Factors) Pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tersedia kadang belum menjamin terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Sering terjadi bahwa masyarakat sudah tahu manfaat ber-KB, dan juga tahu di lingkungannya terdapat fasilitas pelayanan KB, tetapi mereka ternyata belum ikut program Keluarga Berencana ini karena pemuka agama atau tokoh masyarakat yang dihormatinya tidak atau belum mengikuti Keluarga Berencana juga. Dari contoh di atas terlihat bahwa tokoh masyarakat merupakan factor penguat bagi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat.

2.3

Puskesmas Dan Posyandu Usila Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kab / Kota yang

bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan Kesehatan disatu atau sebagian wilayah Kecamatan , seabagi unit pelaksana teknis : melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan Kab/Kota . ( Depkes 2009 ) Indikator keberhasilan dalam pelayanan medis dan pelayanan non medis yaitu : 1. 2. 3. Skring Kesehatan pada 30 % lansia Skrining Kesehatan pada 100 % lansia di panti werda 30 % puskesmas melaksakan 12

4. 5. 6.

70 % puskesmas membina kelompok lansia 50 % Desa mempunyai kelompok lansia 50 % kelompok lansia melaksanakan senam lanjut usila

2.3.1 Fungsi Puskesmas a. Pusat pembangunan Berkawasan kesehatan

yang bertujuan untuk penekanan pada promotif , kesehatan memberi warna dalam setiap kegiatan pembangunan . b. Pusat pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk

: profesional , bermutu , dan menjamin pelanggan. c. Pusat pemberdayaan masyarakat yang bertujuan

untuk : masyarakat mempunyai power ( berdaya ) dalam pengambilan keputusan masyarakat secara aktif mulai dari perencanaan , pelaksanaan , monitoring dan evaluasi . d. Puskesmas santun usia lanjut ini merupakan

satu cabang dari puskesmas yang dibentuk oleh masyarakat yang disebut Posyandu adalah melakukan pelayanan kepada usia lanjut , meliputi aspek promotif , preventatif disamping aspek kuratif & sopan , serta memberi kemudahan dan dukungan bagi usia lanjut .

2.3.2 Ciri Ciri Puskesmas Ciri Ciri Puskesmas Santun usia lanjut atau posyandu bertujuan untuk : 13

1. Pelayanan baik , berkualitas & sopan 2. Kemudian dalam yankes 3. Keringanan / Penghapusan biaya 4. Dukungan / Bimbingan dalam proaktif 5. Kerja sama dengan LP & LS 6. Puskesmas adalah pelayanan kesehatan lansia

2.3.3 Pelayanan Kesehatan Posyandu Usila 1. Pemanfaatan Aktifitas sehari hari yaitu pemantauan kegiatan dasar

meliputi kemampuan / kemandirian . 2. Pemeriksaan Status Mental

Mengetahui gangguan mental emosional yang terjadi pada usia lanjut melalui pertanyaan ; 3. Pemeriksaan Status Gizi

Untuk Mengetahui status gizi usia lanjut melalui : a) b) Pengukuran tinggi badan Penimbangan berat badan

Yang kemudian dicatat pada KMS dengan bantuan grafik indeks massa tubuh ( IMT Normal 18,5 25 ). 4. Pengukuran Tekanan Darah

Tujuan : mengetahui apakah usia lanjut mempunyai tekanan darh normal , tinggi atau kurang 14

Hasil pengukuran di catat dalam KMS

5.

Pemeriksaan Kadar Darah / HB

Tujuan : mengetahui apakah usia lanjut kekurangan kadar darah atau tidak yang akan berpengaruh pada kondisi kesehatannya. Pemeriksaan dilakukan menggunakan buku HB Talquist atau metode ahli atau slanmet. 6. Pemeriksaan Air Seni untuk kadar gula & zat putih telur

Tujuan : mengetahui apakah usia lanjut menderita penyakit gula / diabetes dan / atau gangguan ginjal 7. Penyuluhan dan konseling

Tujuan : a) Memberikan pengetahuan kepada usia lanjut untuk

memahami dan melaksanakan prilaku hidup bersih dan sehat , agar dapat tetap sehat , mandiri dan produktif b) Bersama usia lanjut mencarikan pemecahan terhadap

masalah / kondisi yang di derita usia lanjut . 8. Pengobatan dan rujukan

Pengobatan dan rujukan dilakukan terhadap usia lanjut yang memerlukan , yaitu : a) Usia Lanjut yang sakit pada saat kegiatan dilakukan 15

b) pengobatan rutin

Usia lanjut dengan penyakit kronis yang memerlukan

9.

PMT Penyuluhan

Tujuan : Memberikan contoh makanan yang baik untuk dikonsumsi oleh usia lanjut sesuai kebutuhan dan kondisi usia lanjut Contoh menu yang di hidangkan sebaiknya berganti ganti 10. Kunjungan Rumah

Tujuan : a) Mengetahui keadaan anggota kelompok yang tidak

hadir pada saat kegiatan , misalnya : sakit b) Mengetahui keadaan anggota kelompok menderita

sakit kronis , pasca perawatan . Kunjungan dilaksanakan oleh kader bersama petugas kesehatan . Dalam kaitannya ini dapat dilakukan pengobatan , penyuluhan dan konseling.

16

Prinsip Geriatri ( Terbentuknya Faktor Penuaan ) (Cunnung & Brookban, 1998).

Berdasarkan pelayanan kesehatan teori Geriatri


Faktor Genetik Faktor Endogenik Perubahan

Faktor Genetik Diet atau MerokokTi Pendidikan Obat Penyinaran

Penuaan Dini Resiko Penyakit Pharmakogenetik Warna Kulit Tipe atau

struktural dan penurunan fungsional / Skill Daya Kapasitas Adaptasi Kemampuan

asupan gizi ngkat Polusi

kepribadian seseorang

Sinar Ultra Violet

Beresiko datangnya penyakit 17 Penyakit Kanker Diabetes Dimensia DLL

Beresiko datangnya penyakit 2.3.4 Pelaksanaan pelayanan usila penyediaan pangan 1) Tahap persiapan a. Pertemuan kelompok dengan susunan rencana & jadwal b. Siapkan tempat & peralatan c. Pengumuman dan pemberitahuan d. Undang nara sumber 2) Tahap pelaksanaan Meja 1 : Pendaftaran Sarana : a. Meja Kursi b. Alat Tulis c. Buku registrasi dan buku pencatatan kesehatan d. KMS Pelaksanaan : kader Meja II : Pencataan kegiatan sehari-hari, penimbangan berat badan dan tinggi badan Kebutuhan Zat Gizi Status Gizi Terapi Gizi untuk diet

khusus kebutuhan asisten dalam

18

Sarana : a) Meja kursi b) Alat Tulis c) KMS d) Steteskop e) Timbangan f) Meteran Pelaksana : Kader dan Petugas Meja III : Pengukuran tensi, pemeriksaan kesehatan, pemeriksaan status mental Sarana : a) Meja Kursi b) Alat tulis c) KMS d) Steteskop e) Tensimeter f) Kartu pemeriksaan kesehatan Pelaksana : Petugas / dibantu kader Meja IV : Pemeriksaan laboraturium, Pemeriksaan HB, dan urine Sarana : a) Hb talquist,sahli, cupri sulfat b) Combur test 19

Pelaksana : Petugas Kesehatan Meja V : Penyuluhan dan Konseling Sarana : a) Meja, Kursi b) KMS Usila c) Leaflet d) Poster e) Buku Pemeriksaan kesehatan Pelaksanaan : Petugas Kesehatan 2.3.5. Tahap Evaluasi A. Absensi B. Catatan Pelaksanaan Kegiatan C. Masalah masalah D. Penyelesaian Masalah E. Hasil Penyelesaian 2.3.6. Evaluasi Tingkat Perkembangan Kegiatan Posyandu Usila B. Kehadiran Kader C. Pelayanan Kesehatan D. Senam Usia lanjut E. Kegiatan sektor terkait F. ketersediaannya 2.3.7. Strata Kelompok Usila Di Bidang Kesehatan 20

A. Pratama : Belum mantap, kegiatan terbatas, tidak rutin, < 8 kali pertahun, jumlah kader aktif terbatas, perlu dukungan dana pemerintah B. Madya : Berkembang, ada kegiatan tiap bulan, >8 kali pertahun, jumlah Kader aktif > 3 orang cakupan < 50%, perlu dukungan dan pemerintah. C. Purnama : Sudah Mantap, kegiatan lengkap > 10 kali pertahun, ada beberapa kegiatan tambahan, cakupan > 60 %. D. Mandiri : Kelompok Purnama dengan kegiatan tambahan yang beragam, dana sendiri. 2.3.7. Strata Poksila Indikator Frek. Pertemuan x/Tahun Kehadiran Kader (orang) Yankes : CB CL CK CP Senam Usila Keg.Sektor Terkait (Jenis) Pratama <8 <3 < 50 % < 25 % < 50 % < 50 % <8 0 21 Madya 8-9 >3 50% - 50% 25% - 50% 50% - 60% 50% - 60% 8-9 1 Purnama > 10 >3 > 60% > 50% > 60% > 60% > 10 2 Mandiri > 10 >3 > 60% > 50% > 60% > 60% > 10 >2

Pendanaan dari masyarakat Sumber : Depkes, 2008

< 50%

> 50%

A.

Menumbuhkan : membentuk kelompok usila di suatu wilayah / kelompok yakni : 1. Pembinaan umum a. Dukungan politis : sosialisasi & advokasi kepada penentu kebijakan, untuk memperoleh dukungan kebijakan lintas sektor & tokoh masyarakat di berbagai tatanan. b. Persiapan petugas : memantapkan pemahaman konsep kelompok usila 2. Pembina lokal a. Pendekatan PKMD : 1) Pendekatan kepada tokoh masyarakat Upaya ini kemudian dilakukan, untuk memperoleh persetujuan dan kemudian. 2) Survei mawas diri (SMD) a) Untuk mengenali keadaan kesehatan usila, potensi yang

dimiliki b) c) Ajang diagnosis masalah oleh masyarakat bersama provider Identifikasi calon penggerak / kader

22

3) Musyawarah masyarakat desa (MMD) a) SMD b) Kesepakatan tentang cara penanggulangan masalah yang Mengenal masalah kesehatan usila yang ditemukan dalam

dihadapi c) Menyusun rencana kegiatan untuk mengatasi masalah yang

dihadapi

4. Pelaksanaan kegiatan a) b) Merupakan community treatment Masyarakat menjalankan upaya penanggulangan masalah,

sesuai rencana kegiatan kelompok usila, pembentukan keluarga usila baru. c) Dilakukan secara bertahap

5. Pembina dan pengembangan a) Merupakan siklus lanjut dari lingkaran pemecahan masalah b) Terpeliharanya kelancaran pelaksanaan oleh masyarakat c) Meningkatkan hasil kegiatan oleh masyarakat d) Dikenanya masalah oleh masyarakat 6. Mengembangkan : meningkatkan strata kelompok usila

23

a) Melakukan

analisis

perkembangan,

sehingga

diketahui

strata

kelompok usilka yang bersangkutan b) Memberi berbagai alternatif intervensi untuk meningkatkan strata kelompok usila c) Menentukan alternatif terpilih, yang dipandang cocok dengan situasi dan kondisi setempat d) Melaksanakan alternatif terpilih e) Pemantauan pelaksanaan & evaluasi f) Pertimbangan lebih lanjut

2.4. Dukungan Keluarga Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan atau peran seta mewujudkan suatu sikap menjadi suatu perbuatan nyata atau peran serta diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Sikap keuarga yang positip terhadap kegiatan posyandu terutama dukungan dari pihak lainnya yang terdekat contoh; anak menantu. (Notoatmojo, 2003).

2.5 Pengetahuan Masyarakat Dalam Menumbuh Kembangkan Posyandu Usila Kemandirian masyarakat, termasuk kaum usila cukup potensial dalam mengatasi masalah dan menjalankan pemecahannya sendiri dan dapat berkontribusi dalam pembangunan kesehatan masyarakat, kelompok usila memiliki kesempatan untuk

24

berpartisipasi dalam penyelenggaraan berbagai upaya kesehatan dengan suadaya yang dimiliki (Pasal 71 UU 23/1992). Dibeberapa Kabupaten Kota pada hampir semua Propinsi telah mengembangkan kelompok usila. Untuk mengembangkan dan mendekatkan pelayanan terhadap kaum usila, perlu menggerakkan masyarakat untuk menumbuhkan kelompok baru yakni : Kelompok usila yang tumbuh perlu upaya peningkatan kualitasnya.

2.5.1 Sasaran Usila Sebagai sasaran dapat dibagi berikut : 1. Sasaran Utama a) Usia lanjut virilitas b) Usia lanjut prasenium : 45 54 th : 55 64 th

c) Usia lanjut senesces : kurang lebih 65 th dan resiko tinggi d) Keluarga yang memiliki usia lanjut e) Petugas panti 2. Sasaran antara : a. Pengambilan keputusan mulai dari kelurahan s/d tingkat pusat b. Kelompok potensial masyarakat (formal dan informasi) c. Petugas PSM di Kecamatan d. Pengelola panti 25

e. LSM (Rotary Clup, Masjid, Gereja dan lain- lain) f. LKMD dan PKK g. Organisasi Usila, PWRI, LVRI PERGERI, Perkumpulan Werda, Angkatan 45 h. Kantor pensiun, Tim Instansi Pemerintah dan Swasta i. Kader

2.5.2 a.

Kebijakan Pemberdayaan masyarakat dilakukan melalui berbagai jalur dengan

menerapkan teknologi KIE (Konfirmasi Informasi dan Edukasi). b. Pembinaan kepemimpinan yang berorientasi kesehatan terhadap pemimpin / toma dalam setiap organisasi kemasyarakatan. c. Pemberian kemampuan, kekuatan dan kesempatan yang lebih banyak kepada organisasi kemasyarakatan untuk berkiprah dalam menumbuh kembangkan kelompok usila. 2.5.3 Strategi a. Mematangkan kesiapan masyarakat untuk berperan serta menumbuh kembangkan kelompok usila.

26

b. Mewujudkan pemimpin / perintis di menumbuh kembangkan kelompok usila c. Mengenal, mengajak, memberi kesemptan dan melibatkan berbagai organisasi kemasyarakatan untuk berkiprah dalam menumbuh kembangkan kelompok usila d. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan berkelanjutan bagi

pengelola kelompok usila.

2.5.4

Kelompok usila di bentuk apabila a. Bila masyarakat menghadapi masalah kesehatan usila yang dirasakan perlu pemecahannya b. Tersedianya potensi masyarakat yang dapat digunakan untuk upaya kesehatan c. Ada tokoh / pemuka masyarakat yang peduli terhadap kesehatan masyarakat d. e. Ada kader yang bersedia menjadi penggerak Ada fasilitator yang berkesinambungan membina & mengembangkan kelompok usila

27

2.5.5

Pembentukan & pengembangan kelompok usila Pembina kelompok usila mengandung dua pengertian, yaitu : menumbuh dan

mengembangkan 2.5.7 Cara Pembinaan 1. Mengembangakan evaluasi : dalam bentuk manajemen yang ARIF 2. Secara berkala rapat koordinasi untuk membahas kemajuan pelaksanaan kegiatan 3. Melakukan bimbingan dan kunjungan : Pelaksanaan kegiatan , masalah dan solusinya 4. Secara berkala menghadiri rapat rapat yang diadakan oleh masyarakat guna 5. Secara berkala rapat dengan petugas kecamatan dan masyarakat / kader untuk menilai bersama 6. Reward : Widyakarya , tanda penghargaan , palatihan , dll

2.6

Kerangka pikir penelitian

a.Sarana kesehatan b.Dukungan Keluarga c.Pengetahuan

Redahnya Kunjungan Usila ke Posyandu Usila

28

2.7

Hipotesa a. Ada pengaruh sarana kesehatan terhadap kunjungan usila di posyandu usila b. Ada pengaruh dukungan keluarga terhadap kunjungan usila di posyandu usila. c. Ada pengaruh pengetahuan terhadap kunjungan usila di posyandu usila.

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis Penelitian ini bersifat Analitik dengan design cross sectional yaitu pengambilan data dengan variable bebas dan variabel terikat, focus penelitian yaitu gambaran terhadap factor-faktor yang mempengaruhi rendahnya, kunjungan usila di Posyandu Usila di Desa Pangkatan Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhanbatu tahun 2011.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pangkatan Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhanbatu. Bulan Februari 2011 - April tahun 2011 dengan alasan

29

rendanya kunjungan usila di posyandu usila Pangkatan ini belum pernah dilakukan penelitian tentang posyandu usila.

3.3 Populasi dan sampel 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Usila di Desa Pangkatan Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhanbatu yaitu sebanyak 206 orang.

3.3.2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah populasi yaitu berjumlah 136 orang, pengambilan sample dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling, dengan ( Notoatmojo, 2002 ) rumus pengambilan sample sebagai berikut :

Rumus ;
n N 1 + N (d 2 )

n=

206 _____________ 1 + 206 (0.05)2 N = 136 Dimana : n = besarnya sample yang diinginkan

30

N D2

= populasi = Derajat ketepatan yang diinginkan

3.3

Metode Pengumpulan data Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan

cara sebagai berikut : A.Data Primer Didapat langsung dari responden dengan cara wawancara yang berpedoman pada kuisoner telah ada di buat. B.Data Sekunder Data yang diperoleh dari Dinas kesehatan Kabupaten Labuhanbatu, Kantor lurah Pangkatan Kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhanbatu, Puskesmas

Pangkatan kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhanbatu.

3.4

Definisi Operasional 1. Sarana kesehatan Sarana kesehatan adalah segala peralatan yang ada pada waktu pelayaan posyandu, ini dilihat langsung pada waktu pelayanan posyandu. 2. Dukungan Keluarga Dorongan yang diberikan pihak keluarga dianggap penting dalam pengambilan keputusan.

31

3. Adalah pengetahuan yang diberikan untuk lansia terhadap fungsi dan kegiatan posyandu berkaitan dengan program posyandu usila.

3.5 Aspek Pengukuran Dalam pengukuran ada 3 jenis variabel yaitu : Sarana, dukungan keluarga, pengetahuan. Menurut Ari Kunto (2002) memberikan gambaran untuk

mengklasifikasi dengan perhitungan : a. Baik Bila total nilai adalah 76% -100 %

b.Sedang Bila total nilai adalah 60%-75 % a. Kurang

Bila total nilai adalah < 60 % 1. Sarana Peralatan posyandu usila didasarkan pada jawaban yang diberikan atas 10 pertanyaan dimana dijawab baik, maka nilainya 3, sedang nilainya 2 dan apabila kurang nilainya 1. Berdasarkan jumlah nilai yang dapat mengklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu : a. Peralatan Baik b. Peralatan Sedang c. Peralatan Kurang 32

2. Dukungan Keluarga Pengaruh Keluarga di dasarkan pada jawaban yang diberikan atas 4 pertanyaan dimana nilai tertinggi 3, nilai sedang 2 dan terendah 1,dan berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori : a. b. c. 3. Pengetahuan Pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dari pengetahuan didasarkan pada jawaban yang diberikan atas 4 pertanyaan dimana, dari 4 pertannyaan dijawab baik maka nilainya 3, sedang nilai 2 dan apabila buruk nilainya 1. Berdasarkan jumlah nilai dapat diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu : a. Respon Baik b. Respon Sedang c. Respon Kurang Respon Baik Respon Sedang Respon Kurang

3.6

Analisa data Informasi yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan uji X2 dengan

L=0,05 maka Hipotesa diterima bila p < 0.05 dan ditolak bila p > 0.05

33

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN ...1 1.1. Latar Belakang ...1 1.2. Perumusan Masalah4 1.3. Tujuan Penelitian4 1.3.1 Tujuan Umum.4 1.3.2 Tujuan Khusus4 1.4. Manfaat Penelitian.5 1.4.1 Bagi Petugas Kesehatan.5 1.4.2 Manfaat Bagi Keluarga..5 1.4.3 Bagi Masyarakat.5 1.4.4 Bagi Peneliti...5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............6 2.1. Defenisi .6 2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Kunjungan Posyandu Usila......6 2.2.1 Faktor sarana/prasarana dari tenaga kesehatan6 2.2.2 Kegiatan dukungan keluarga...9 2.2.3 Faktor-faktor pengetahuan ....10 2.3. Puskesmas Dan Posyandu Usila .12 2.3.1 Fungsi Puskesmas13 34

2.3.2 Ciri-ciri Puskesmas..13 2.3.3 Pelayanan Kesehatan Posyandu Usila.....14 2.3.4 Pelaksanaan Pelayaan Usila ....18 2.3.5 Tahap Evaluasi 20 2.3.6 Evaluasi Tingkat Perkembangan kegiatan posyandu usila..20 2.3.7 Strata Kelompok Usila di bidang kesehatan ...21 2.3.8 Strata Poskila21 2.4. Dukungan Keluarga.24 2.5. Pengetahuan Masyarakat Dalam Menumbuhkembangkan Posyandu Usila..24 2.5.1 Sasaran Usila25 2.5.2 Kebijakan.26 2.5.3 Strategi.....26 2.5.4 Kelompok Usila Dibentuk27 2.5.5 Pembentukan dan pengembangan kelompok Usila..27 2.5.6 Cara Pembinaan27 2.6 Kerangka Pikir Penelitian..28 2.7 Hipotesa................. ...............................................................................28 BAB III METODE PENELITIAN..29 3.1. Jenis Penelitian.29 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian29 3.3. Populasi dan Sample.29 3.3.1 Populasi.29 3.3.2 Sampel...29 3.4. Metode Pengumpulan Data ..30 3.4.1 Data Primer....30 3.4.2 Data skunder......31 3.5. Defenisi Operasional..31 3.6. Aspek Pengukuran.....31 3.7. Analisis Data..33

BAB IV HASIL DAN PEMBATASAN PENELITIAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

35

You might also like