You are on page 1of 4

MESENTERIC ADENITIS

Gipsy Ayu Baby Larasati 0602005165

Mesenteric adenitis merupakan peradangan pada kelenjar getah bening Mesenteric pada abdomen. Proses ini bisa akut maupun kronik, tergantung agen penyebab. Penyakit ini sering menimbulkan gejala klinis yang susah dibedakan dari Appendisitis akut. Patofisiologi : agen microbial mengakses kelenjar getah bening melalui limfatik intestinal. Organisme kemudian memperbanyak diri dan tergantung dari kemampuan virulensi dari pathogen, menyebabkan berbagai derajat peradangan dan kadang-kadang supurasi. Kelenjar getah bening kemudian membesar. Mesentery sekitar bisa menjadi bengkak, dengan atau tanpa eksudat. Secara mikroskopis pada kelenjar getah bening tampak hyperplasia non spesifik dan pada infeksi supuratif nekrosis dengan berbagai sel yg berisi nanah. Mesenterik adenitis secara umum merupakan penyakit yang jinak, namun jika terjadi sepsis bisa menyebabkan keadaan yang fatal. Penyakit ini mengenai laki-laki maupun wanita secara ekual. Mesenteric adenitis bisa terjadi pada orang dewasa namun paling sering terjadi pada anak-anak dan remaja yang berumur kurang dari 15 tahun. Beberapa gejala klinis dari mesenteric adenitis diantaranya nyeri perut terutama sering pada kuadran kanan bawah perut namun bisa juga lebih difus, demam, diare, malaise, anoreksia, infeksi saluran pernafasan atas, mual, muntah. Berdasarkan pemeriksaan fisik bisa didapatkan pasien dengan demam (380-38,50C), nyeri tekan pada kuadran kanan bawah (ringan dengan atau tanpa rebound tenderness), rectal tenderness, rhinorrhea, faring hiperemis, peripheral

lymphadenopathy yg berkaitan (bisaanya cervical) pada 20% kasus.

Beberapa organism dikultur dari kelenjar getah bening mesenteric dan darah dan berikut organism-organisme yang ditemukan sebagai penyebab Mesenteric adenitis : y Beta-hemolytic streptococcus, spesies Staphylococcus, Escherichia coli, Streptococcus viridians, spesies Yersinia (saat ini merupakan penyebab tersering), Mycobacterium tuberculosis, Giardia lamblia, dan nonSalmonella typhoid. y Virus diantaranya coxsackieviruses (A dan B), virus rubeola, dan adenovirus serotype 1, 2, 3, 5, dan 7. Virus lainnya yang diduga sebagai penyebab mesenteric adenitis diantaranya Epstein-Barr virus (EBV), Acute Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Cat Scratch Disease (CSD). y Kondisi yang sering diasosiasikan adalah pasien dengan infeksi saluran pernafasan atas, yang kemungkinan disebabkan masuknya pathogen. y Transmisi fecal-oral terjadi pada infeksi Y enterocolitika dan bisa menyebabkan wabah. Infeksi ini juga berkaitan dengan daging, susu dan kontaminasi air. Yang lebih jarang terjadi adalah penularan dari manusia ke manusia atau kontak hewan dengan fecal carrier. Penyakit-penyakit lain yang sebaiknya dipertimbangkan dengan gejala klinis yang menyerupai Mesenteric adenitis diantaranya Meckel diverticulitis, Duplikasi Intestinal, Enteritis regional, Intususepsi, Limfoma intestinal, penyebab lain dari akut abdomen (porphyria, sickle cell vasoocclusive crises, tumor cecal) Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan diantaranya : Pemeriksaan laboratorium : y Hitung darah lengkap : leukositosis dengan WBC melebihi 10.000/mL terjadi pada kurang lebih 50% kasus. y Kimia darah : hasil kimia darah bisaanya dalam batas normal kecuali pada pasien dengan mual dan muntah parah yang bisa terjadi dengan metabolic alkalosis dan azotemia.

Serologi bisa mendukung untuk diagnosis dari agen etiologi yakni Y enterocolitica. Tes serologi sering ditunda dan beberapa antigen mungkin harus dites.

Urinalisis berguna ketika diagnosis masih belum jelas dan untuk mengeksklusi infeksi saluran kencing.

Pada pasien dengan gejala klinis diare, kultur feses seharusnya dikerjakan.

Kultur darah dikerjakan untuk membantu menentukan terapi yag tepat dan evaluasi lebih lanjut terutama pada pasien dengan septicemia.

Pemeriksaan imaging : y CT Contrast menunjukkan pembesaran kelenjar getah bening mesenteric dengan atau tanpa penebalan dinding ileal atau ileocecal, dan appendik terlihat normal. Rao et al menspesifikkan criteria dengan 3 atau lebih kelenjar dengan axis diameter pendek setidaknya 5 kluster pada kuadran kanan bawah. y Abdominal ultrasound scanning dengan Doppler scanning berguna untuk mengeksklusi diagnosis banding. Sebagai contoh, adanya penebalan mural dari ileum terminal dan penebalan mesenteric menunjukkan adanya regional enteritis. Pemeriksaan ultrasound sering disukai sebagai prosedur pemeriksaan diagnosis awal khususnya pada anak-anak dengan nyeri perut tanpa komplikasi. Prosedur : y Spesimen kelenjar getah bening : pada pasien laparotomy, kelenjar getah bening menunjukkan inflamasi atau supurasi dan kultur diperlukan untuk menentukan organism penyebab. Penatalaksanaan : y Pasien dengan sakit sedang hingga berat bisa diberikan antibiotic empiris, spectrum luas dan sebaiknya juga bisa menangani strain Yersinia sebagai penyebab tersering dari Mesenteric adenitis. Antibiotik awal yang bisa dipertimbangkan diantaranya trimethoprim-

sulfamethoxazole (TMP-SMX), cephalosporins generasi ketiga, fluoroquinolones, aminoglycosides, dan doxycycline. Terapi antibiotic kemudian sebaiknya disesuaikan dengan sensitivitas dari pathogen yang diisolasi. Durasi terapi tergantung dari penyebab dan derajat keparahan penyakit. Pada kasus tanpa komplikasi, terapi antibiotic biasanya tidak diberikan. y Supportive care umum diantaranya hidrasi dan penanganan nyeri setelah mengeksklusi surgical abdomen akut. y Pasien dengan penurunan volume, ketidakseimbangan elektrolit yang signifikan, dan atau sepsis perlu masuk rumah sakit. y Pembedahan bisaanya diindikasikan pada kasus supurasi/abses, dengan tanda-tanda peritonitis atau jika appendicitis akut tidak bisa dieksklusi dengan pasti. y Pada laparotomi, diagnosis secara umum jelas. Appendiktomi sebaiknya dikerjakan untuk mencegah berulangnya lymph adenitis. Prognosis dari Mesenteric adenitis umumnya baik.

Sumber : Mesenteric Lymphadenitis. Available at: http://www.webmd.com/a-to-zguides/mesenteric-lymphadentitis (Accessed: 4th August 2011).

You might also like