You are on page 1of 37

Penyakit Menular Seksual Sifilis

Rully Wibowo (406080048)

BAB I PENYAKIT MENULAR SEKSUAL


I.1. Pendahuluan Penyakit kelamin (veneral diseases) sudah lama dikenal dan beberapa di antaranya sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan gonore. Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan, seiring dengan perkembangan peradaban masyarakat, banyak ditemukan penyakit-penyakit baru, sehingga istilah tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexually transmitted diseases (STD) atau penyakit menular seksual (PMS).3 Perubahan istilah tersebut memberi dampak terhadap spektrum PMS yang semakin luas karena selain penyakit-penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit kelamin (VD) yaitu sifilis, gonore, ulkus mole, limfogranuloma venereum dan granuloma inguinale juga termasuk uretritis non-gonore (UNG), kondiloma akuminata, herpes genitalis, kandidosis, trikomoniasis, bakterial vaginosis, hepatitis, moluskum kontagiosum, scabies, pedikulosis pubis, dan lainlain.3 PMS adalah penyakit yang hubungannya terutama melalui hubungan seksual. Cara hubungan kelamin tidak terbatas secara genito-genital saja, tetapi dapat juga secara oro-genital atau ano-genital, sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit menular seksual tidak terbatas pada daerah genital saja, tetapi dapat juga pada daerah-daerah ekstragenital.1 Meskipun demikian tidak berarti bahwa semuanya harus melalui hubungan kelamin, tetapi ada beberapa yang ditularkan melalui kontak langsung dengan alat-alat, handuk, termometer, dan sebagainya. Selain itu penyakit menular seksual juga dapat ditularkan kepada bayi dalam kandungan.1 Harus diperhatikan bahwa PMS menyerang sekitar alat kelamin tapi gejalanya dapat muncul dan menyerang mata, mulut, saluran pencernaan, hati, otak, dan organ tubuh lainnya. Contohnya, baik HIV/AIDS dan Hepatitis B dapat _________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 1

Penyakit Menular Seksual Sifilis kelamin.5

Rully Wibowo (406080048)

ditularkan melalui hubungan seks tapi keduanya tidak terlalu menyerang alat Terkadang, PMS tidak menunjukkan gejala sama sekali, sehingga kita tidak tahu kalau kita sudah terinfeksi. PMS dapat bersifat asymptomatic (tidak memiliki gejala) baik pada pria atau wanita. Beberapa PMS baru menunjukkan tanda-tanda dan gejala berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahuntahun setelah terinfeksi. Pada wanita, PMS bahkan tidak dapat terdeteksi. Walaupun seseorang tidak menunjukkan gejala-gejala terinfeksi PMS, dan tidak mengetahui bahwa mereka terkena PMS, mereka tetap bisa menulari orang lain.5 Orang yang terinfeksi HIV biasanya tidak menunjukkan gejala setelah bertahun-tahun terinfeksi. Tidak seorangpun dapat menentukan apakah betul atau tidak seseorang terinfeksi hanya berdasarkan penampilannya saja. Walaupun orang tsb mungkin terlihat sehat, mereka masih bisa menularkan HIV kepada orang lain. Kadang, orang yang sudah terinfeksi HIV tidak sadar bahwa mereka mengidap virus tsb, karena mereka merasa sehat dan bisa tetap aktif. Hanya tes laboratorium yang dapat menunjukkan seseorang telah terinfeksi HIV atau tidak.5 I.2. Gejala Umum Penyakit Menular Seksual PMS kadang tidak memiliki gejala. Gejala yang mungkin muncul termasuk: 5

Keluar Cairan/keputihan yang tidak normal dari vagina atau penis. Pada wanita, terjadi peningkatan keputihan. Warnanya bisa menjadi lebih putih, kekuningan, kehijauan, atau kemerahmudaan. Keputihan bisa memiliki bau yang tidak sedap dan berlendir.

Pada pria, rasa panas seperti terbakar atau sakit selama atau setelah kencing, biasanya disebabkan oleh PMS. Pada wanita, beberapa gejala dapat disebabkan oleh PMS tapi juga disebabkan oleh infeksi kandung kencing yang tidak ditularkan melalui hubungan seksual.

_________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 2

Penyakit Menular Seksual Sifilis

Rully Wibowo (406080048)

Luka terbuka dan atau luka basah disekitar alat kelamin atau mulut. Luka tersebut dapat terasa sakit atau tidak. Tonjolan kecil-kecil (papules) disekitar alat kelamin. Kemerahan di sekitar alat kelamin. Pada pria, rasa sakit atau kemerahan terjadi pada kantung zakar. Rasa sakit diperut bagian bawah yang muncul dan hilang, dan tidak berhubungan dengan menstruasi. Bercak darah setelah hubungan seksual. Perempuan Laki-laki Luka dengan atau tanpa rasa sakit, disekitar alat kelamin, anus, mulut atau bagian tubuh yang lain. Tonjolan kecil-kecil, diikuti luka yang sangat sakit di sekitar alat kelamin Cairan dari vagina bisa gatal, kekuningan, kehijauan, berbau atau berlendir. Duh tubuh bisa

Berikut tabel gejala umum PMS: 5 Gejala Luka

Cairan tidak normal

Cairan bening atau berwarna berasal dari pembukaan kepala penis atau anus.

juga keluar dari anus. Sakit pada saat buang air PMS pada wanita biasanya Rasa terbakar atau rasa kecil tidak menyebabkan sakit atau burning urination. Perubahan warna kulit Tonjolan seperti jengger sakit selama atau setelah urination terkadang diikuti

dengan duhtubuh dari penis. Terutama di bagian telapak tangan atau kaki. Perubahan bias menyebar ke seluruh bagian tubuh. Tumbuh tonjolan seperti jengger ayam di sekitar alat

ayam kelamin. Sakit pada bagian bawah Rasa sakit yang muncul dan hilang, yang tidak berkaitan perut dengan menstruasi bisa menjadi tanda infeksi saluran reproduksi (infeksi yang telah berpindah ke bagian dalam system reproduksi, termasuk serviks, tuba falopi, dan ovarium). _________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 3

Penyakit Menular Seksual Sifilis Kemerahan

Rully Wibowo (406080048)

Kemerahan pada sekitar alatKemerahan pada sekitar kelamin, atau diantara kaki. alat kelamin, kemerahan dan sakit pada skrotum.

Gejala lain pada penderita HIV/AIDS

Demam Keringat malam Sakit kepala Kemerahan di ketiak, paha atau leher Mencret yang terus menerus Penurunan berat badan secara cepat Batuk, dengan atau tanpa darah Bintik ungu kebiruan pada kulit

Peningkatan insidens PMS dan penyebarannya di seluruh dunia, tidak dapat diperkirakan secara tepat. Di beberapa negara disebutkan bahwa pelaksanaan program penyuluhan yang intensif akan menurunkan insidens PMS atau paling tidak dapat insidensnya relatif tetap. Namun demikian, di sebagian besar negara insidens PMS relatif masih tinggi dan setiap tahun beberapa juta kasus baru beserta komplikasi medisnya antara lain kemandulan, kecacatan, gangguan kehamilan, gangguan pertumbuhan, kanker, bahkan juga kematian memerlukan penanggulangan, sehingga hal ini akan meningkatkan biaya kesehatan.3 Selain itu pola infeksi juga mengalami perubahan, misalnya infeksi klamidia, herpes genital, dan kondiloma akuminata di beberapa negara cenderung meningkat dibanding uretritis gonore dan sifilis. Beberapa penyakit infeksi sudah resisten terhadap antibiotik, misalnya munculnya galur multiresisten Neisseria gonorrhoeae, Haemophylus ducreyi dan Trichomonas vaginalis yang resisten terhadap metronidazol. Perubahan pola infeksi maupun resistensi tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.3 I.3. Beberapa Contoh Penyakit Menular Seksual 1,2,,5,6,7,8,9 _________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 4

Penyakit Menular Seksual Sifilis I.3.1. Gonore

Rully Wibowo (406080048)

Nama lain Kencing nanah, uretritis spesifik , GO Epidemiologi Disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae. Terjadi di seluruh dunia; menyerang laki-laki dan perempuan semua usia, terutama kelompok dewasa muda. Jenis yang kebal obat sekarang muncul secara umum di mana-mana. Selama beberapa bulan, pasien yang tidak diobati bisa menulari orang lain. Terinfeksi dengan klamidia pada saat yang bersamaan juga bukanlah hal yang janggal. Gejala dan tanda Pada laki-laki dan perempuan, infeksi ini bisa tanpa gejala. Pada laki-laki, cairan yang kental dari saluran kencing akan keluar 2-7 hari setelah terinfeksi. Biasanya orang menderita sakit waktu kencing. Bila orang melakukan seks anal, mungkin juga keluar cairan yang sama dari dubur. Pada perempuan, gejalanya biasanya ringan dan ada kemungkinan untuk tidak terdeteksi. Mungkin ada perasaan tidak enak waktu kencing. Selain itu, mungkin ada sedikit cairan dari dan sedikit gangguan di vagina. Infeksi yang kronis umum terjadi dan bisa menyebabkan kemandulan. Bayi yang baru lahir yang terinfeksi gonore, matanya merah dan bengkak. Dalam waktu 1-5 hari setelah kelahiran, mata itu akan mengeluarkan cairan yang kental. Kebutaan bisa terjadi bila pengobatan khusus tidak segera diberikan. _________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 5

Penyakit Menular Seksual Sifilis

Rully Wibowo (406080048)

Diagnosis adalah dengan pemeriksaan mikroskopik gram-strain dari smear yang diambil dari cairan itu atau pun dengan cara pembiakan. Diagnosis Banding Uretritis non spesifik, kandidiasis. Penatalaksanaan Penisilin G prokain dengan dosis 2,4 4,8 juta unit + 1 g probenesid Ampisilin / amoksilin 3,5 g + 1 g probenesid. Tiamfenikol 2,5 3,5 g IM dosis tunggal. Kanamisin 2 g dosis tunggal. Rifampisin 900 1200 mg dosis tunggal. I.3.2. Klamidia

Nama lain Uretritis non-gonore (UNG), uretritis non-spesifik (UNS) Epidemiologi Antara 35-50 persen dari kasus penyakit kelamin non-gonore diperkirakan disebabkan oleh Chlamydia trachomatis, yang terjadi secara umum di seluruh dunia. Pada perempuan, penyakit ini bisa menyebabkan radang leher rahim mukopurulent walaupun infeksi biasanya tanpa gejala. Infeksi klamidia yang terjadi berulang kali biasanya bisa menyebabkan penyakit peradangan leher rahim kronis dan kemandulan. Penularan terjadi lewat sanggama. Penyakit ini bisa menyerang baik laki-laki maupun perempuan semua usia, terutama dewasa muda. _________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 6

Penyakit Menular Seksual Sifilis Gejala dan tanda

Rully Wibowo (406080048)

Sama seperti gonore. Perbedaannya adalah banyak perempuan yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apa pun. Komplikasi yang menyebabkan kemandulan pada perempuan juga umum terjadi. Infeksi mata mungkin menyerang bayi yang dilahirkan oleh perempuan yang terinfeksi. Diagnosis biasanya didasari oleh tidak adanya kuman penyebab gonore pada smear atau pada pembiakan cairan dari leher rahim atau dari uretra (lubang kencing). Hal ini bisa dipastikan dengan mengetes cairan smear untuk melihat adanya antigen klamidia. Diagnosis Banding Gonore, kandidiasis, trikomoniasis vaginalis. Penatalaksanaan *

Tetrasiklin HCl 4 x 500 mg/hari selama satu minggu Eritromisin 4 x 500 mg/hari selama satu minggu (untuk wanita hamil) Doksisiklin 2 x 100 mg/hari selama satu minggu Azitromisin dosis tunggal 1-2 gram sekali minum Tetrasiklin dan doksisiklin tidak boleh diberikan untuk wanita hamil. I.3.3. Sifilis

Nama lain Raja Singa, Lues Venerea Epidemiologi Disebabkan oleh Treponema pallidium,yaitu sebuah spirochete (bakteri yang berbentuk spiral). Terjadi di seluruh dunia, terutama menyerang dewasa muda _________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 7

Penyakit Menular Seksual Sifilis

Rully Wibowo (406080048)

usia 20-35 tahun. lebih lazim terjadi di daerah perkotaan. Baru-baru ini ada kenaikan jumlah kasus di beberapa negara industri yang dihubungkan dengan penggunaan narkoba dan pelacuran. Penularan terjadi melalui kontak langsung antara luka (yang bernanah atau yang membengkak) di kulit dengan selaput lendir atau dengan cairan tubuh (air mani, darah, cairan vagina) selama sanggama. Penularan bisa terjadi melalui tranfusi darah bila donor berada dalam tahap awal infeksi tersebut. Infeksi bisa ditularkan dari seorang ibu yang terinfeksi kepada bayinya yang belum lahir. Hal ini merupakan penyebab penting terjadinya kelahiran bayi yang meninggal di daerah daerah endermis. Gejala dan tanda Sebuah luka mula-mula muncul beberapa minggu setelah tertular. luka ini biasanya merupakan borok yang tidak sakit di daerah tempat hubungan pertama kali terjadi (penis, leher rahim, dubur, dinding belakang kerongkongan/faring). Kuman kemudian memasuki aliran darah; dalam waktu 1-3 bulan muncul tahap kedua. Tahap ini ditandai dengan ruam yang menyebar dan pembengkakan kelenjar. Setelah masa laten selama 5-20 tahun dengan sedikit atau tanpa gejala, tahap ketiga dari sifilis ini bisa termasuk penyakit-penyakit yang menyerang susunan saraf pusat atau sistem kardiovaskular, yang bisa menyebabkan kelumpuhan dan kematian muda. Diagnosis laboratorium biasanya dilakukan dengan memakai tes serologi dari darah atau cairan serebrospinal. Diagnosis Banding Herpes simpleks, skabies, limfogranuloma venereum, ulkus mole, psoariasis, morbili, pitiriasis rosea, kondiloma akuminata, dan lain-lain. Penatalaksanaan Penisilin prokain, tetrasiklin, eritromisin, doksisiklin (dosis dan lama pemberian akan dibicarakan pada bab selanjutnya). I.3.4. Ulkus Mole _________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 8

Penyakit Menular Seksual Sifilis

Rully Wibowo (406080048)

Nama lain Chancroid Epidemiologi Disebabkan oleh Haemophilus ducreyi, sebuah bakteri Gram negatif, anaerob fakultatif.. Sangat lazim terjadi di daerah tropis dan Sub-tropis di dunia. Lebih sering terjadi pada laki-laki dengan masa inkubasi berkisar antara 2-35 hari dengan waktu rata-rata 7 hari. Luka yang disebabkan oleh canchroid sangat menular. Gejala dan tanda Ditandai dengan adanya luka yang bernanah atau memborok yang akut dan sakit dibagian kelamin, biasanya satu dan diameternva berukuran kurang dari 1cm. Luka itu biasanya muncul 3-5 hari setelah tertular, dan ditandai dengan adanya pembengkakan yang sakit dari kelenjar setempat. Pada perempuan, canchroid umumnya terjadi tanpa gejala. Diagnosis bisa dipastikan melalui pembiakan cairan dari luka. Diagnosis Banding Herpes genitalis, sifilis, limfogranuloma venereum, granuloma inguinale. Penatalaksanaan Sulfatiazol 4 x 500 mg/hari, selama 10 14 hari. Trimetroprim sulfa forte 2 x (160/800 mg)/hari selama 10 -14 hari. Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari selama 10 20 hari. I.3.5. Limfogranuloma Venerum _________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 9

Penyakit Menular Seksual Sifilis

Rully Wibowo (406080048)

Nama lain LGV, Limfopatia Venereum Epidemiologi Disebabkan oleh jenis Chlamydia trachomatis yang berbeda dari jenis yang menyebabkan peradangan saluran kencing dan leher rahim. Terjadi di seluruh dunia tapi lebih umum terjadi di daerah tropis dan sub-tropis. Tidak begitu umum didiagnosis pada perempuan. Namun demikian, hal ini mungkin disebabkan oleh tingginya tingkat infeksi tanpa gejala pada perempuan. Gejala dan tanda Sebuah luka kecil yang tidak sakit di daerah kemaluan (biasanya tidak diperhatikan) biasanya diikuti oleh pembengkakan yang menyakitkan dan parah dari kelenjar dan jaringan-jaringan di sekitarnya. Hal ini terjadi antara 5-30 hari setelah penularan pertama. Diagnosis dilakukan dengan cara pembiakan cairan dari luka atau pembuktian akan adanya kuman dengan sebuah tes antigen. Diagnosis Banding Skrofuloderma, limfadenitis piogenik, hernia inguinalis. Penatalaksanaan Kotrimoksazol 3 x 2 tablet, selama 1 5 minggu. Sulfonamida 3 x 1 g/hari selama 7 hari. Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari selama 14 hari. I.3.6. Trikomoniasis vaginalis _________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 10

Penyakit Menular Seksual Sifilis

Rully Wibowo (406080048)

Nama lain Infeksi Trikomona Epidemologi Infeksi saluran urogenital yang dapat bersifat akut atau kronik dan disebabkan oleh Trichomonas vaginalis. Terjadi di seluruh dunia, dan terutama didiagnosis pada perempuan berusia 16-35 tahun. Gejala dan tanda Pada perempuan, infeksi ini menyebabkan peradangan di vagina sehingga banyak mengeluarkan cairan yang berwarna kuning dan berbau tidak enak. Sedangkan pada pria gambaran klinis lebih ringan dibandingkan dengan wanita. Dapat berupa disuria, poliuria, dan secret uretra mukoid atau mukopurulen. Walaupun begitu, infeksi ini biasanya tidak memiliki gejala. Diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopik dari cairan serta identitikasi adanya parasit. Diagnosis Banding Uretritis dan vaginitis karena sebab lainnya.

Penatalaksanaan - Metronidazol dosis tunggal 2 gram atau 3 x 500 mg/hari selama 7 hari. - Nimorazol dosis tunggal 2 gram. - Tinidazol dosis tunggal 2 gram. - Omidazol dosis tunggal 1,5 gram. _________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 11

Penyakit Menular Seksual Sifilis

Rully Wibowo (406080048)

- Secara topikal, dapat diberikan cairan berupa irigasi. Misalnya hidrogen peroksida 1-2% dan larutan asam laktat 4%. I.3.7. Herpes Genitalis

Nama lain Herpes Simpleks tipe II Epidemiologi Biasanya disebabkan oleh virus Herpes simpleks tipe 2 (HSV-2). Terjadi di seluruh dunia, dan antibodi tipe 2 ini ditemukan pada 20-90 persen orang dewasa. Keluasan sangat berhubungan dengan usia pertama kali bersanggama serta jumlah pasangan seks selama hidup. Infeksi pertama biasanya terjadi pada masa rcmaja atau segera setelah dimulainya kegiatan seks. Pengulangan infeksi adalah hal yang biasa. Melahirkan lewat vagina pada perempuan hamil dengan infeksi aktif di kemaluan (terutama yang primer), memiliki risiko tinggi menyebabkan infeksi yang parah pada anak yang baru dilahirkan tersebut. Gejala dan tanda Herpes akan kelihatan 2-30 hari sesudah bersanggama. Gejala yang paling umum adalah bintil-bintil kecil berisi cairan yang terasa sakit, di alat kelamin/dubur atau mulut. Bintil-bintil akan timbul selama 1-3 minggu, dan kemudian hilang. Beberapa waktu kemudian bintil-bintil akan muncul dan hilang secara berulang. Sebelum bintil-bintil muncul, alat kelamin akan terasa gatal atau panas. Pada waktu bintil-bintilnya ada, orang tersebut kemungkinan mengalami gejala seperti flu.Walaupun infeksi herpes di kemaluan tidak bisa diobati, perkembangan klinisnya bisa dikurangi dengan pengobatan. Penanganan stres dan gizi juga telah _________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 12

Penyakit Menular Seksual Sifilis

Rully Wibowo (406080048)

dibuktikan sebagai hal yang penting dalam usaha mengurangi dampak herpes di kemaluan, dan kemungkinannya muncul kembali. Diagnosis Banding Ulkus durum, ulkus mole, ulkus mikstum, limfogranuloma venereum. Penatalaksanaan Asiklovir 5 x 200 mg/hari selama 5 hari. Valasiklovir 2 x 500 1000 mg/hari selama 5 hari. Famsiklovir 3 x 500 mg/hari selama 5 hari. I.3.8. Kondiloma Akuminata

Nama lain Kutil anogenital, penyakit jengger ayam, genital warts Epidemiologi Kondiloma akuminata adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh Human Papiloma Virus (HPV) tipe tertentu dengan kelainan berupa fibroepitelioma pada kulit dan mukosa. Penyakit ini mempunyai frekuensi pada pria dan wanita sama. Tersebar secara kosmopolit dab transmisi melalui kontak kulit langsung. Gejala dan Tanda Penyakit ini berupa vegetasi yang bertangkai dan berwarna kemerahan kalau masih baru, jika telah lama menjadi agak kehitaman. Permukaannya berjonjot _________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 13

Penyakit Menular Seksual Sifilis

Rully Wibowo (406080048)

(papilomatosa) sehingga pada vegetasi yang besar (giant condyloma) dapat dilakukan percobaan sondase. Jika timbul infeksi sekunder warna kemerahan akan berubah menjadi keabu-abuan dan berbau tidak enak. terutama terdapat di daerah lipatan yang lembab, misalnya di daerah genitalia eksterna. Pada pria tempat predileksinya di sekitar perineum, anus, sulkus koronarius, glans penis, muara uretra eksterna, korpus, dan pangkal penis. Pada wanita di daerah vulva dan sekitarnya, intoitus vagina, dan terkadang pada porsio uteri. Diagnosis Banding Pearly penile papules, veruka vulgaris, kondiloma lata, karsinoma sel skuamosa. Penatalaksanaan 1. Kemoterapi: Tinktura podofilin 15-25 %. Podofilotoksin 0,5 %. Asam triklorasetat 50 %. 5-florourasil 1-5 %. - Bedah skalpel. - Bedah listrik. - Bedah beku (N2 cair, N2O cair). - Bedah laser (CO2 laser). 3. Interferon. 4. Immunoterapi. I.3.9. Granuloma Inguinale

2. Tindakan Bedah:

_________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 14

Penyakit Menular Seksual Sifilis Nama lain

Rully Wibowo (406080048)

Donovanosis, Granulovenereum, Granuloma Donovani Epidemiologi Infeksi ini biasanya jarang terjadi di negara-negara industri, tetapi menjadi endemi di banyak negara tropis dan sub-tropis (terutama di India bagian selatan, Papua Nugini, negara-negara Afrika, negara-negara Karibia, Amerika selatan, dan Australia tengah serta utara). Mungkin disebabkan oleh Donovania granulomatis. Gejala dan tanda Sebuah luka kecil di kulit di bagian kemaluan akan menyebar, lama kelamaan membentuk sebuah massa granulomatous (benjolan-benjolan kecil) yang bisa menyebabkan kerusakan berat pada organ-organ kemaluan. Diagnosis laboratorium biasanya dilakukan dengan mengidentifikasi adanya "bakteri Donovan" di dalam smear yang menjalani pemeriksaan mikroskopik Giemsa stain. Infeksi ini biasanya sangat kebal terhadap pengobatan. Diagnosis Banding Limfogranuloma venereum, amubiasis kutis, tuberkulosis kutis verukosa, sifilis. Penatalaksanaan Ampisilin 4 x 500 mg/hari selama 2 minggu. Streptomisin 1 g/hari IM selama 20 hari. Tetrasiklin 4 x 500 mg /hari selama 10-20 hari. Eritromisin 4 x 500 mg/ hari selama 2-3 minggu. Kotrimoksazol 2 x 2 tablet/hari selama 1 bulan.

BAB II SIFILIS
II.1. Definisi Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum, merupakan penyakit kronik dan bersifat sistemik, selama perjalanan penyakit _________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 15

Penyakit Menular Seksual Sifilis

Rully Wibowo (406080048)

dapat menyerang seluruh organ tubuh, mempunyai masa laten tanpa manifestasi lesi di tubuh, dan dapat ditularkan kepada bayi di dalam kandungan.4 Menurut sejarahnya, terdapat banyak sinonim sifilis yang tak lazim dipakai. Sinonim yang umum ialah lues venerea atau biasanya disebut lues saja. Dalam istilah Indonesia disebut raja singa.10 II.2. Etiologi

Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Schaudinn dan Hoffman ialah Treponema pallidum10, yang merupakan spesies Treponema dari famili Spirochaetaceae, ordo Spirochaetales.4 Bentuknya spiral teratur, panjangnya antara 6-15 m, lebar 0,15 m, terdiri atas delapan sampai dua puluh empat lekukan. Membiak secara pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi setiap tiga puluh jam.10 Treponema pallidum mempunyai titik ujung teratur dengan 3 aksial fibril yang keluar dari bagian ujung lapisan bawah. Sebagaimana mikroorganisme Gram-negatif, dijumpai dua lapisan. Sitoplasma yang merupakan lapisan dalam, mengandung mesosome, vakuol ribosom, dan mungkin juga bahan-bahan nukleoid. Lapisan luar dilapisi oleh bahan mukoid dan tidak dijumpai pada Treponema yang tidak patogen. Terdapat 3 macam gerakan: rotasi cepat sepanjang aksis panjang heliks, fleksi sel, dan maju seperti gerakan pembuka tutup botol. Treponema pallidum jarang melakukan gerakan rotasi.4 Klasifikasi sangat sulit dilakukan karena spesies Treponema tidak dapat dibiakkan in vitro. Sebagai dasar diferensiasi terdapat 4 spesies yaitu Treponema pallidum sub species pallidum yang menyebabkan sifilis, Treponema pallidum sub species pertenue yang menyebabkan frambusia, Treponema pallidum sub _________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 16

Penyakit Menular Seksual Sifilis menyebabkan pinta.4 II.3. Epidemiologi

Rully Wibowo (406080048)

species endemicum yang menyebabkan bejel, dan treponema carateum yang

Asal penyakit ini tak jelas. Sebelum tahun 1492 belum dikenal di Eropa. Ada yang menganggap penyakit ini berasal dari penduduk Indian yang dibawa oleh anak buah Columbus waktu mereka kembali ke Spanyol pada tahun 1492. Pada tahun 1494 terjadi epidemi di Napoli. Pada abad ke-18 baru diketahui bahwa penularan sifilis dan gonore disebabkan oleh sanggama dan pada saat itu keduanya dianggap disebabkan oleh infeksi yang sama.10 Insiden sifilis di berbagai negeri di seluruh dunia pada tahun 1996 berkisar antara 0,04-0,52 %. Insidens yang terendah di Cina, sedangkan yang tertinggi di Amerika Selatan. Di Indonesia tingkat insidensnya sekitar 0,61 %.10 II.4. Histopatologi Dari sudut histopatologis, sifilis merupakan penyakit pembuluh darah dari awal hingga akhir perjalanan penyakit, kecuali gumma mungkin merupakan suatu fenomena hiperimun.4 Dasar perubahan patologis pada sifilis ialah, infiltrat perivaskular yang terdiri atas limfosit dan plasma sel, dan merupakan tanda spesifik tetapi tidak patognomonis untuk sifilis. Dapat ditemukan endarteritis, berupa endarteritis obliterans, dan endoflebitis, di samping proliferasi endotelial dan penebalan dinding pembuluh darah yang dikelilingi sel infiltrat. Selanjutnya terjadi obliterasi dan trombosis pada lumen beberapa pembuluh darah, yang menyebabkan fokus kecil dan nekrosis. Pada sifilis sekunder dijumpai sejumlah spirochaetes pada sayatan yang diberi pewarnaan Levaditi. Pada sifilis tersier berbentuk gumma, dijumpai vaskulitis granulomatosa. Gumma terdiri atas satu pusat nekrosis koagulativa yang dikelilingi oleh sel epiteloid dan sel plasma dengan dinding fibroblastik.4 Pada sifilis stadium II lanjut dan sifilis stadium III juga terdapat infiltrat granulomatosa dengan sel-sel raksasa.10 II.5. Klasifikasi10 _________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 17

Penyakit Menular Seksual Sifilis

Rully Wibowo (406080048)

Sifilis dibagi menjadi sifilis kongenital dan sifilis akuisita (didapat). Sifilis kongenital dibagi menjadi: dini (sebelum dua tahun), lanjut (sesudah dua tahun), dan stigmata. Sifilis akuisita dapat dibagi menurut dua cara, secara klinis dan epidemiologik. Menurut cara pertama sifilis dibagi menjadi tiga stadium: stadium I/sifilis primer (S I), stadium II/sifilis sekunder (S II) dan stadium III/sifilis tersier (S III). Secara epidemiologik menurut WHO dibagi menjadi: 1. Stadium dini menular (dalam satu tahun sejak terinfeksi), terdiri atas S I, S II, stadium rekuren, dan stadium laten dini. 2. Stadium lanjut tak menular ( setelah satu tahun sejak terinfeksi), terdiri atas stadium laten lanjut dan S III. Bentuk lain ialah sifilis kardiovaskular dan neurosifilis. Ada yang memasukkannya ke dalam stadium III atau stadium IV. II.6. Patogenesis Sifilis ditularkan melalui kontak langsung dari lesi yang infeksius. T.pallidum masuk melalui selaput lendir yang utuh, atau kulit yang mengalami abrasi, menuju kelenjar limfe, kemudian masuk ke dalam pembuluh darah, dan diedarkan ke seluruh tubuh. Setelah beredar beberapa jam melalui pembuluh darah, infeksi menjadi sistemik walaupun tanda-tanda klinis dan serologis belum jelas pada saat itu. Sekitar 3 minggu setelah T.pallidum masuk, di tempat masuk pada tubuh timbul lesi primer berupa ulkus.4 Ulkus akan muncul selama 1 sampai 5 minggu, kemudian akan menghilang. Tes serologis untuk sifilis masih nonreaktif pada saat untuk pertama kali muncul, dan baru akan menjadi reaktif setelah 1 sampai 4 minggu berikutnya. Enam minggu kemudian akan timbul erupsi seluruh tubuh pada sebagian kasus sifilis sekunder. Ruam sifilis sekunder ini dapat juga muncul sebelum ulkus menghilang, namun kadang-kadang ruam sangat sedikit dan tidak begitu jelas. Ruam ini juga akan hilang sekitar 2 sampai 6 minggu, karena terjadi penyembuhan spontan.4 Kemudian perjalanan penyakit menuju ke tingkat laten, dimana tidak dijumpai tanda-tanda klinis, kecuali hasil pemeriksaan serologis yang reaktif. _________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 18

Penyakit Menular Seksual Sifilis

Rully Wibowo (406080048)

Masa laten dapat berlangsung bertahun-tahun atau seumur hidup. Pada mulanya batas antara sifilis sekunder dan laten dini tidak jelas, sampai terjadi perubahan imunologis tertentu, biasanya 1 tahun setelah infeksi dan hasil pemeriksaan serologis menunjukkan positif bervariasi.4 Pada ibu yang melahirkan dengan menderita sifilis stadium laten, dapat melahirkan bayi dengan sifilis kongenital.10 Menurut WHO (1955) masa laten dibagi dua, yaitu stadium laten dini dan stadium laten lanjut. Dari aspek epidemiologis hanya stadium laten dini yang masih dapat menularkan penyakit. Berdasarkan pengalaman ini tidak dipergunakan lagi pembagian WHO, akan tetapi dapat disimpulkan bahwa sifilis yang menular hanya pada kasus yang kurang dari satu tahun. Setelah melalui masa laten dini perjalanan penyakit menuju ke stadium laten lanjut yaitu sifilis tersier.4 Stadium laten lanjut dapat berlangsung bertahun-tahun, rupanya treponema dalam keadaan dorman. Meskipun demikian antibodi tetap ada dalam serum penderita. Keseimbangan antara treponema dan jaringan dapat mendadak berubah, sebabnya belum jelas, mungkin trauma merupakan salah satu faktor pencetus. Pada saat itu muncullah S III berbentuk guma. Meskipun pada guma tersebut tidak dapat ditemukan T.pallidum, reaksinya hebat karena bersifat destruktif dan berlangsung bertahun-tahun. Setelah mengalami masa laten yang bervariasi, guma tersebut dapat timbul di tempat-tempat lain.10 Treponema mencapai sistem kardiovaskular dan sistem saraf pada waktu dini, tetapi kerusakan terjadi perlahan-lahan sehingga memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menimbulkan gejala klinis. Penderita dengan guma biasanya tidak mendapat gangguan saraf dan kardiovaskular, demikian pula sebaliknya. Kira-kira dua pertiga kasus dengan stadium laten tidak memberi gejala.10 Pada perjalanan penyakit sifilis yang tidak diobati, dijumpai kekambuhan pada sifilis sekunder sebanyak 23,5 %. Seperempat dari kasus tersebut terjadi kekambuhan yang berulang-ulang, dan 90 % dari penderita terjadi pada tahun

_________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 19

Penyakit Menular Seksual Sifilis

Rully Wibowo (406080048)

pertama. 60 70 % penderita yang tidak diberi pengobatan dapat hidup dengan sedikit atau hampir tidak ada keluhan akibat penyakit tersebut.4 II.7. Gejala Klinis Gejala klinis dari sifilis bervariasi tergantung dari stadiumnya, organ atau bagian tubuh yang diserang, lama penyakit, luasnya penyebaran penyakit, komplikasi, dan respon terhadap obat-obatan yang diberikan. II.7.1. Sifilis primer (S I) Masa tunas biasanya dua sampai empat minggu. T.pallidum yang masuk melalui sanggama akan berkembang biak, kemudian terjadi penyebaran secara limfogen dan hematogen.10 Tanda klinis yang pertama muncul ialah ulkus, dapat terjadi dimana saja di daerah genitalia eksterna, 3 minggu setelah kontak. Lesi dapat khas atau tidak khas. Jumlah ulkus biasanya hanya satu, meskipun dapat juga multipel. Lesi awal biasanya berupa papul lentikuler yang mengalami erosi dan segera menjadi ulkus, dasarnya jaringan granulasi berwarna merah dan bersih, dindingnya tak bergaung, dan teraba keras karena terdapat indurasi yang disebut ulkus durum.4,10 Ukurannya bervariasi dari beberapa mm sampai dengan 1-2 cm. Bagian yang mengelilingi lesi meninggi dan keras. Bila tidak disertai infeksi bakteri lain, maka hampir tidak ada rasa nyeri. Pada pria selalu disertai pembesaran kelenjar limfe inguinal medial unilateral/bilateral.4 Kelainan tersebut dinamakan afek primer/lesi primer. Pada pria tempat yang sering terkena ialah sulkus koronarius, sedangkan pada wanita pada labia minor dan mayor.10 Lesi primer tidak selalu ditemukan pada genitalia eksterna, akan tetapi juga dapat ekstragenital seperti pada bibir, lidah, tonsil, puting susu, jari, dan anus. Tanpa diberi pengobatan, lesi primer akan sembuh spontan dalam waktu 4 sampai 6 minggu.4 Istilah syphilis demblee dipakai jika tidak terdapat lesi primer. Kuman masuk ke jaringan yang lebih dalam, misalnya pada transfusi darah atau suntikan.10 _________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 20

Penyakit Menular Seksual Sifilis

Rully Wibowo (406080048)

lokalisasi sifilis primer

II.7.2. Sifilis sekunder (S II) Biasanya S II timbul setelah 6 sampai 8 minggu sejak S I dan sepertiga kasus masih disertai S I. Lama S II dapat mencapai 9 bulan. Gejala umumnya tidak berat, berupa anoreksia, turunnya berat badan, malaise, nyeri kepala, demam yang tidak terlalu tinggi, dan atralgia.10 Dapat pula dijumpai pembesaran kelenjar limfe multipel superfisial pada tubuh, dan sering terjadi splenomegali.4 Manifestasi klinis sifilis sekunder dapat berupa berbagai ruam pada kulit, selaput lendir, dan organ tubuh. Lesi kulit biasanya simetris, dapat berupa makula, papula, folikulitis, papulaskuamosa, roseola, dan pustul. Jarang dijumpai keluhan gatal. Lesi vesikobulosa dapat ditemukan pada sifilis kongenital.4,10 Roseola biasanya merupakan kelainan kulit yang pertama terlihat pada S II, dan disebut roseola sifilitika. Kelainan ini mempunyai lokalisasi generalisata dan simetrik, telapak tangan dan kaki ikut terkena. Roseola akan menghilang dalam beberapa hari/minggu, dapat pula bertahan hingga beberapa bulan. Jika menghilang, umunya tanpa bekas, kadang-kadang dapat meninggalkan bercak hipopigmentasi dan disebut leukoderma sifilitikum.10 _________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 21

Penyakit Menular Seksual Sifilis

Rully Wibowo (406080048)

roseola sifilitika

Papul merupakan bentuk paling sering terlihat pada S II dan terkadang muncul bersamaan dengan roseola. Papul dapat berskuama pada bagian pinggir (papuloskuamosa) atau dapat pula menutupi permukaan papul sehingga mirip psoariasis, oleh karena itu dinamai psoariasiformis. Jika papul-papul tersebut menghilang dan meninggalkan bercak pada leher disebut leukoderma koli atau collar of Venus. Terdapat pula papul dengan likenifikasi pada dahi dengan susunan arsinar/sirsinar yang dinamakan korona venerik. Bentuk lain ialah kondiloma lata, terdiri atas papul-papul lentikuler yang akibat gesekan antar kulit permukaannya menjadi erosif, eksudatif, dan sangat menular. Tempat predileksinya di lipat paha, skrotum, vulva, perianal, di bawah mammae, dan antar jari kaki. Kejadian yang jarang terlihat ialah pada lesi primer terbentuk lagi infiltrasi dan reindurasi, yang dinamakan chancer redux.10

korona venerik

Bentuk pustul jarang terdapat, lebih sering tampak pada kulit berwarna dan jika daya tahan tubuh turun. Pustul sering disertai demam yang intermiten dan

_________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 22

Penyakit Menular Seksual Sifilis varisela.10

Rully Wibowo (406080048)

penderita tampak sakit, sehingga disebut sifilis variseliformis karena menyerupai

sifilis variseliformis

Kelainan lain yang dapat terlihat ialah banyak papul, pustul dan krusta sehingga mirip impetigo dan disebut sifilis impetiginosa. Dapat pula timbul ulkus yang ditutupi oleh krusta yang disebut ektima sifilitikum. Bila krustanya tebal disebut rupia sifilitika dan jika ulkus meluas ke perifer sehingga menyerupai kulit kerang disebut sifilis ostrasea. Sifilis berupa ulkus-ulkus pada kulit dan mukosa disertai demam dan keadaan umum buruk disebut sifilis maligna yang dapat menyebabkan kematian.10 Kelainan kulit yang dapat menyerupai berbagai penyakit kulit ini membuat sifilis dijuluki the great imitator. Gejala yang penting untuk membedakannya dengan berbagai penyakit kulit yang lain ialah: kelainan kulit pada S II umumnya tidak gatal, sering disertai limfadenitis generalisata, pada S II dini kelainan kulit juga terjadi pada telapak tangan dan kaki.10 Antara S II dini dan S II lanjut terdapat perbedaan. Pada S II dini kelainan kulit generalisata, simetrik, dan lebih cepat hilang (beberapa hari hingga beberapa minggu). Pada S II lanjut tidak generalisata lagi, melainkan setempat-setempat, tidak simetrik dan lebih lama bertahan (beberapa minggu hingga beberapa bulan).10 Pada mukosa mulut dan tenggorok, sifilis dapat berupa makula eritematosa, berkonfluens, dan berbatas tegas yang disebut angina sifilitika eritematosa. Keluhan dapat berupa nyeri pada tenggorok, terutama waktu menelan. Kelainan lain yang menyerang mukosa adalah plaque muqueuses _________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 23

Penyakit Menular Seksual Sifilis

Rully Wibowo (406080048)

(mucous patch), berupa papul eritematosa, permukaanya datar, biasanya miliar atau lentikuler, timbul bersamaan dengan S II bentuk papul pada kulit. Umumnya kelainan ini tidak nyeri.10

mucous patch

Pada rambut, S II dini sering menyebabkan kerontokan rambut difus dan tidak khas yang disebut alopesia difusa. Pada S II lanjut, sering terjadi kerontokan setempat-setempat, seolah-olah seperti digigit serangga yang disebut alopesia areolaris/moth-eaten alopecia.4,10

alopesia difusa

alopesia areolaris

Pada kuku, terdapat kelainan berupa warna kuku memutih dan kabur, rapuh, dan bagian distal lempeng kuku menjadi hiperkeratotik yang dinamakan onikia sifilitika. Dapat pula timbul radang kronik, kuku menjadi rusak, dan terkadang terlepas yang dinamakan paronikia sifilitika.10 Diagnosis sifilis sekunder ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan serologis yang reaktif dan pemeriksaan lapangan gelap positif.4 II.7.3. Sifilis laten dini Sifilis laten merupakan stadiums sifilis tanpa gejala klinis, akan tetapi pemeriksaan serologis reaktif. Dalam perjalanan penyakit sifilis selalu melalui _________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 24

Penyakit Menular Seksual Sifilis

Rully Wibowo (406080048)

tingkat laten, selama bertahun-tahun atau seumur hidup. Akan tetapi bukan berarti penyakit akan berhenti pada tingkat ini, sebab dapat berjalan menjadi sifilis lanjut, berbentuk gumma, kelainan susunan saraf pusat dan kardiovaskuler. Diagnosis sifilis laten ditegakkan setelah diperoleh anamnesis yang jelas, dan hasil pemeriksaan fisik yang menunjukkan terdapat kelainan yang awal mulanya disebabkan sifilis, dan hasil pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang yang normal tetapi hasil pemeriksaan serologis darah reaktif.4 Tes yang dianjurkan ialah VDRL dan TPHA.10 II.7.4. Stadium rekuren10 Relaps dapat terjadi baik secara klinis berupa kelainan kulit mirip S II, maupun tes serologik yang telah negatif menjadi positif. Hal ini terjadi terutama pada sifilis yang tidak diobati atau yang mendapat pengobatan tidak cukup. Umumnya bentuk relaps ialah pada S II dan terkadang pada S I. II.7.5. Sifilis laten lanjut10 Biasanya tidak menular, diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan tes serologik. Lama masa laten lanjut dapat bertahun-tahun hingga seumur hidup. Likuor serebrospinalis sebaiknya diperiksa untuk menyingkirkan kemungkinan neurosifilis asimptomatik. Demikian pula sinar-X aorta untuk melihat apakah ada aortitis. Perlu diperiksa pula, apakah ada sikatriks bekas S I pada alat genital atau leukoderma pada leher yang menunjukkan bekas S II (collar of Venus). Terkadang juga terdapat kulit hipotrofi lentikular pada tubuh bekas papul-papul S II. II.7.6. Sifilis tersier (S III)10 Lesi khas yang muncul antara tiga sampai sepuluh tahun setelah S I ialah guma, yakni infiltrat sirkumskrip, kronis, biasanya melunak, dan destruktif. Guma dapat menyerang mukosa mulut dan tenggorok, mata, tulang, hepar, esofagus, lambung, paru-paru, ginjal, vesika urinaria, prostat, ovarium, dan testis. _________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 25

Penyakit Menular Seksual Sifilis

Rully Wibowo (406080048)

Besar guma bervariasi dari lentikuler sampai sebesar telur ayam, dengan kulit yang semula tidak dijumpai kelainan dan kemudian menunjukkan tandatanda radang seperti eritem dan livid. Kemudian terjadi perforasi dan mengeluarkan cairan seropurulen, terkadang sanguinolen, dan dapat disertai jaringan nekrotik pada beberapa kasus. Tempat perforasi akan meluas menjadi ulkus, dengan infiltrat yang terdapat di bawahnya yang semula berbentuk benjolan menjadi datar. Tanpa pengobatan guma tersebut akan bertahan beberapa bulan hingga beberapa tahun.

guma pada mata

guma pada kulit

Selain guma, kelainan lain pada S III adalah nodus. Perbedaannya dengan guma adalah nodus lebih superfisial dan lebih kecil (miliar hingga lentikuler), lebih banyak, mempunyai kecenderungan untuk bergerombol atau berklofuensi; selain itu tersebar (diseminata) dan warnanya merah kecoklatan. Nodus-nodus yang berkonfluensi dapat tumbuh terus secara serpiginosa. II.7.7. Sifilis kardiovaskular Biasanya disebabkan karena nekrosis aorta yang berlanjut ke arah katub. Tanda-tanda sifilis kardivaskular adalah insufisiensi aorta atau aneurisma, berbentuk kantong pada aorta torakal. Bila komplikasi ini telah lanjut, akan sangat mudah dikenal.4 Secara teliti harus diperiksa kemungkinan adanya hipertensi, arteriosklerosis, atau penyakit jantung rematik sebelumnya. Aneurisma aorta torakales merupakan tanda sifilis kardiovaskular. Bila ada insufisiensi aorta tanpa kelainan katub pada seseorang yang separuh baya disertai pemeriksaan serologis _________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 26

Penyakit Menular Seksual Sifilis dapat dibuktikan lebih lanjut.4

Rully Wibowo (406080048)

darah reaktif, pada tahap pertama harus diduga sifilis kardiovaskular, sampai Angina pektoris merupakan gejala umum aortitis karena sifilis, yaitu disebabkan oleh stenosis muara arteria koronaria, karena jaringan granulasi dan deformitas, serta dapat menyebabkan kematian mendadak. Heart block merupakan kelainan aritmia jantung yang jarang dan terkadang disebabkan oleh sifilis. Miokarditis jarang disebabkan oleh sifilis.10 II.7.8. Neurosifilis4 Pada perjalanan penyakit neurosifilis dapat asimptomatik dan sangat jarang terjadi dalam bentuk murni. Pada semua jenis neurosifilis terjadi perubahan berupa endarteritis obliterans pada ujung pembuluh darah disertai degenerasi parenkimatosa yang mungkin sudah atau belum menunjukkan gejala pada pemeriksaan. Neurosifilis dibagi atas 3 jenis, tergantung pada tipe dan tingkat kerusakan susunan saraf pusat yaitu asimptomatik, meningovaskuler, dan parenkimatosa. 1. Neurosifilis asimptomatik Pemeriksaan serologis reaktif. Tidak ada tanda dan gejala kerusakan susunan saraf pusat. Pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang menunjukkan kenaikan sel protein total, dan tes serologis reaktif. 2. Neurosifilis meningovaskular Tanda dan gejala kerusakan susunan saraf pusat, berupa kerusakan pembuluh darah serebrum, infark, dan ensefalomalasia dengan tanda-tanda adanya fokus neurologis sesuai dengan ukuran dan lokasi lesi. Pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang menunjukkan kelainan sel, protein total, disertai pemeriksaan serologis yang reaktif. 3. Neurosifilis parenkimatosa a. Paresis Tanda-tanda dan gejala paresis sangat banyak, dan selalu menunjukkan penyebaran kerusakan parenkimatosa. Perubahan perilaku dan kejiwaan dapat terjadi, dari yang ringan hingga _________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 27

Penyakit Menular Seksual Sifilis

Rully Wibowo (406080048)

psikotik. Terdapat pula tanda-tanda fokus neurologis. Pemeriksaan sumsum tulang belakang menunjukkan kenaikan sel, protein, serta serologis reaktif. b. Tabes dorsalis Tanda dan gejala pertama tabes dorsalis akibat degenerasi kolumna posterior adalah parestesia, ataksia, arefleksia, gangguan kandung kemih, impotensi, dan perasaan nyeri seperti diptong-potong. Pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang abnormal pada hampir semua penderita dan pemeriksaan serologis sebagian menunjukkan hasil reaktif.

degenerasi parenkimatosa

tabes dorsalis

II.7.9. Sifilis kongenital Sifilis kongenital pada bayi terjadi, jika ibunya terkena sifilis, terutama sifilis dini sebab banyak T.pallidum beredar dalam darah. Treponema masuk secara hematogen ke janin melalui plasenta yang sudah dapat terjadi pada saat masa kehamilan 10 minggu.10 Gambaran klinis dapat dibagi menjadi sifilis kongenital dini (prekoks), sifilis kongenital lanjut (tarda), dan stigmata. Batas antara stadium dini dan lanjut adalah dua tahun. Yang dini bersifat menular dan menyerupai S II, sedangkan yang lanjut berbentuk guma dan tidak menular. Stigmata berarti jaringan parut atau deformitas akibat penyembuhan kedua stadium tersebut.10 Pada sifilis kongenital dini, tanda dan gejala khas yang muncul sebelum umur 2 tahun. Lebih awal munculnya manifestasi klinis, akan lebih jelek prognosisnya. Tanda-tanda tersebut adalah sebagai berikut: 4 _________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 28

Penyakit Menular Seksual Sifilis

Rully Wibowo (406080048)

1. Lesi kulit. Lesi kulit terjadi segera setelah lahir, berupa lesi vesikobulosa yang akan berlanjut menjadi erosi yang tertutup krusta. Lesi kulit yang terjadi pada beberapa minggu kemudian berupa papuloskuamosa dengan distribusi simetris. 2. Lesi pada selaput lendir. Selaput lendir hidung dan faring dapat terkena serta mengeluarkan sekresi. Sekresi hidung disertai darah pada bayi yang baru lahir, merupakan tanda khas sifilis. Kulit dan selaput lendir dipenuhi oleh T.pallidum. 3. Tulang. Terjadi osteokondrosis tulang panjang, walaupun hanya sebagian ditemukan tanda klinis, hampir semua penderita menunjukkan kelainan radiologis. 4. Anemia hemolitik. 5. Hepatosplenomegali. 6. Sistem saraf pusat. Pada sebagian penderita dijumpai kelainan cairan sumsum tulang belakang.

lesi kulit pada sifilis kongenital dini

Sifilis kongenital lanjut biasanya timbul setalah umur 2 tahun. Lebih dari setengah dari jumlah penderita tanpa manifestasi klinis, kecuali tes serologis yang reaktif. Titer serologis sering berfluktuasi, sehingga jika dijumpai keadaan demikian, dapat diduga suatu sifilis kongenital. Tanda khas penyakit ini akan

_________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 29

Penyakit Menular Seksual Sifilis

Rully Wibowo (406080048)

muncul dengan berlanjutnya perjalanan penyakit ke stadium stigmata. Sifilis kongenital lanjut tidak menular, tanda-tandanya adalah: 4 1. Keratitis interstitialis Biasanya terjadi pada umur pubertas, dan terjadi bilateral. Pada kornea timbul pengaburan menyerupai gelas disertai vaskularisasi sklera. 2. Gigi Hutchinson Kurangnya perkembangan gigi maka incisor tengah menyerupai tong disertai takik dengan ukuran yang lebih kecil dari normal. 3. Gigi Mullberry Pada molar pertama, kelainan pertumbuhan pada bagian mahkota gigi. 4. Gangguan nervus VIII Ketulian biasanya terjadi mendekati masa pubertas, tetapi kadang-kadang terjadi pada umur pertengahan. 5. Neurosifilis Dapat juga menunjukkan kelainan seperti manifestasi sifilis yang didapat. Tabes dorsalis agak jarang dibandingkan dengan sifilis yang didapat, paresis lebih sering terjadi pada orang dewasa. 6. Kelainan tulang Terjadi sklerosis, sehingga tulang kering menyerupai pedang (sabre), tulang frontal yang menonjol, atau dapat juga terjadi kerusakan akibat guma yang menyebabkan destruksi terutama pada septum nasi atau pada palatum durum. Perforasi palatum dapat terjadi pada sifilis kongenital. 7. Kelainan kulit Timbul fisura di sekitar rongga mulut dan hidung disertai ragade yang disebut sifilis rinitis infantil. 8. Cluttons joint Pada kedua sendi lutut dapat terjadi pembengkakan, disertai nyeri dan efusi yang disebut Cluttons joint. Kelainan terjadi biasanya antara umur sepuluh sampai dua puluh tahun dan bersifat kronik.

_________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 30

Penyakit Menular Seksual Sifilis

Rully Wibowo (406080048)

keratitis interstitialis

gigi Hutchinson

Lesi kongenital dini dan lanjut dapat sembuh serta meninggalkan jaringan parut dan kelainan yang khas. Parut dan kelainan demikian merupakan stigmata sifilis kongenital, akan tetapi hanya sebagian penderita yang menunjukkan gambaran tersebut.4 1. Stigmata lesi dini a. Gambaran muka yang menunjukkan saddlenose. b. Gigi menunjukkan gambaran incisor Hutchinson dan gigi Mullberry. c. Ragades. d. Atrofi dan kelainan akibat peradangan. e. Koroidoretinitis, membentuk daerah parut putih dikelilingi pigmentasi pada retina. 2. Stigmata lesi lanjut a. Lesi pada kornea: kekaburan kornea sebagai akibat ghost vessels. b. Lesi tulang : sabre tibia, akibat osteoeriostitis. c. Atrofi optik, tersendiri tanpa iridoplegia. d. Ketulian saraf.

saddle nose

sabre tibia

_________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 31

Penyakit Menular Seksual Sifilis II.8. Diagnosis4 Untuk menegakkan diagnosis sifilis,

Rully Wibowo (406080048)

diagnosis

klinis

harus

dikonfirmasikan dengan pemeriksaan laboratorium berupa: 1. Pemeriksaan dengan bahan pemeriksaan dari bagian dalam lesi, untuk menemukan T.pallidum. a. Pemeriksaan lapangan gelap (dark field). Ruam sifilis primer, dibersihkan dengan larutan NaCl fisiologis. Serum diperoleh dari bagian dasar/dalam lesi dengan cara menekan lesi sehingga serum akan keluar. Diperiksa dengan mikroskop lapangan gelap menggunakan minyak imersi. T.pallidum berbentuk ramping, gerakan lambat dan berangulasi. Harus hati-hati membedakannya dengan treponema lain yang ada di daerah genitalia. Karena di dalam mulut banyak dijumpai treponema komensal, maka bahan pemeriksaan dari rongga mulut tidak dapat digunakan. b. Mikroskop fluoresensi Bahan apusan dari lesi dioleskan pada gelas objek, difiksasi dengan aseton, sediaan diberi antibodi spesifik yang dilabel fluorescein, kemudian diperiksa dengan mikroskop fluoresensi. Penelitian lain melaporkan bahwa pemeriksaan ini dapat memberi hasil non-spesifik dan kurang dapat dipercaya dibandingkan pemeriksaan lapangan gelap. 2. Penentuan antibodi dalam serum. Pada waktu terjadi infeksi treponema, baik yang menyebabkan sifilis, frambusia, atau pinta, akan dihasilkan berbagai variasi antibodi. Beberapa tes yang dikenal sehari-hari mendeteksi antibodi non-spesifik, akan tetapi dapat menunjukkan reaksi dengan IgM dan juga IgG, ialah: a. Tes yang menentukan antibodi non-spesifik. Tes Wasserman Tes Kahn

Tes VDRL (Veneral Diseases Research Laboratory) _________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 32

Penyakit Menular Seksual Sifilis

Rully Wibowo (406080048)

Tes RPR (Rapid Plasma Reagin) Tes Automated reagin

b. Antibodi terhadap kelompok antigen, yaitu tes RPCF (Reiter Protein Complement Fixation). c. Penentuan antibodi spesifik, yaitu: Tes TPI (Treponema Pallidum Immobilization) Tes FTA-ABS (Fluorescent Treponema Absorbed) Tes TPHA (Treponema Pallidum Haemagglutination Assay) Tes Elisa (Enzyme linked immuno sorbent assay)

II.9. Diagnosis Banding Untuk lesi pada genitalia harus dipertimbangkan beberapa jenis penyakit, terutama bila tanda klinis dan pemeriksaan laboratorium untuk sifilis ternyata negatif. Perlu dipikirkan: 4,10 1. Ulkus mole. 2. Granuloma inguinale. 3. Herpes genitalis. 4. Limfogranuloma venereum. 5. Karsinoma sel skuamosa. 6. Skabies. 7. Trauma. 8. Liken planus. 9. Kondiloma akuminata 10. Erupsi akibat obat-obatan. 11. Aftosis. 12. Sindrom Reiter. 13. Penyakit Bechet. _________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 33

Penyakit Menular Seksual Sifilis

Rully Wibowo (406080048)

Sedangkan untuk lesi pada ekstragenital harus dipertimbangkan:10 1. Herpes simpleks. 2. Ulkus piogenik. 3. Penyakit Bechet. 4. Pitiriasis Rosea. 5. Morbili. 6. Psoariasis. 7. Dermatitis seboroik. 8. Alopesia areata. 9. Mikosis profunda (sporotrikosis dan aktinomikosis). 10. Varisela. 11. Skabies.

II.10. Penatalaksanaan Hingga saat ini obat pilihan utama untuk sifilis ialah penisilin, bila ternyata alergi terhadap penisilin, diberikan antibiotika lain. Diperlukan konsentrasi yang cukup dalam serum untuk membunuh treponema. Secara in vitro, T.pallidum sensitif terhadap penisilin dengan konsentrasi sekitar 0,01 u/ml. Dengan demikian konsentrasi 0,03 u/ml dalam serum dapat diperoleh dengan memberikan penisilin yang bersifat long acting. Pemberian penisilin oral tidak dianjurkan, sebab konsentrasi dalam serum rendah akibat absorbsi yang kurang baik.4 Pengobatan tidak hanya untuk membunuh treponema di dalam darah, akan tetapi juga di dalam jaringan terutama limfe dan susunan saraf pusat. Belum begitu jelas diketahui mengenai konsentrasi penisilin di dalam jaringan, karena setelah pemberian pengobatan masih ditemukan treponema di dalam cairan sumsum tulang belakang.4 II.10.1. Pemilihan Jenis Penisilin _________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 34

Penyakit Menular Seksual Sifilis

Rully Wibowo (406080048)

Pilihan pensilin yang akan diberikan harus memenuhi syarat: sedikit efek samping, tersedia, relatif murah, dan dapat disimpan pada berbagai suhu. Diperlukan jenis yang mempunyai absorbsi rendah.4 1. Penisilin G prokain dalam akua, bila diberikan dengan dosis 600.000 u akan mencapai konsentrasi yang dibutuhkan dalam serum. 2. PAM (Penisilin G prokain + 2 % aluminium monostearat) dan Benzathine penisilin G, dapat diberikan sekali suntik untuk jangka waktu tertentu yang dihitung jumlah unitnya. Dianjurkan pemberian 2,4 MU sekali suntik untuk pengobatan sifilis dini. Pemberian penisilin G benzatin 300.000 u sekali suntik akan menghasilkan konsentrasi 0,03 u/ml selama 7 hari, sehingga pemberian 2,4 MU penisilin akan bekerja selama 3-4 minggu. Pada sifilis kardiovaskular, terapi yang dianjurkan ialah dengan penisilin G benzatin 9,6 juta unit, diberikan 3 kali 2,4 juta unit, dengan interval seminggu. Untuk neurosifilis, terapi yang dianjurkan ialah penisilin G prokain dalam akua 18-24 juta unit sehari, diberikan 3-4 juta unit, i.v. setiap 4 jam selama 10-14 hari.10 Pada sifilis kongenital, terapi anjurannya ialah penisilin G prokain dalam akua 100.000 150.000 satuan/kg BB per hari, yang diberikan 50.000 unit/kg BB i.m. setiap hari selama 10 hari.10 Pada terapi sifilis dengan penisilin dapat terjadi reaksi JarishHerxheimer, yaitu suatu reaksi pseudo-alergi pada kulit berupa demam tinggi, nyeri kepala, artralgia, malaise, berkeringat, dan kemerahan pada muka.4,10 Sebab yang pasti tentang reaksi ini belum diketahui, mungkin disebabkan oleh hipersensitivitas akibat toksin yang dikeluarkan oleh banyak T.pallidum yang mati.10 Reaksi Jarisch-Herxheimer terjadi pada hari pertama setelah pemberian penisilin. Reaksi JH terjadi pada sifilis kongenital dini, terutama pada umur lebih dari 6 tahun.4 II.10.2. Pengobatan Antibiotika Selain Penisilin

_________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 35

Penyakit Menular Seksual Sifilis

Rully Wibowo (406080048)

Selain penisilin dapat digunakan antibiotika lain, kecuali aminoglikosida (streptomisin dan gentamisin), sebab tidak efektif untuk T.pallidum.4 Beberapa contoh penggunaan antibiotik selain penisilin adalah sebagai berikut: 10 1. Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari selama 15-30 hari. 2. Eritromisin 4 x 500 mg/hari selama 15-30 hari . 3. Doksisiklin 2 x 100 mg/hari selama 15-30 hari . 4. Sefaleksin 4 x 500 mg/hari selama 15 hari. 5. Sefaloridin 2 g/hari i.m. selama 10-14 hari. 6. Azitromisin 1 x 500 mg/hari selama 10 hari. II.11. Prognosis Jika sifilis tidak diobati, maka hampir seperempatnya akan kambuh, 5 % akan mendapat S III, 10 % akan mengalami sifilis kardiovaskular, neurosifilis pada 9 % pria dan 5 % wanita, sementara 23 % akan meninggal. Pada sifilis dini yang diobati, angka penyembuhan mencapai 95 % dengan kelainan kulit yang akan sembuh dalam 7-14 hari.

DAFTAR PUSTAKA
1. Fahmi Daili, Sjaiful. Tinjauan Penyakit Menular Seksual (P.M.S.). Dalam: Adhi D, Mochtar H, Siti A, ed. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2005 : 361 363. 2. Siregar, R.S. Dalam: Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2005 : 299 309. 3. Hakim, Lukman. Epidemiologi Infeksi Menular Seksual. Dalam: Sjaiful FD, Wresti IBM, Farida Z, Jubianto J, ed. Infeksi Menular Seksual. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2005 : 3 16. 4. Hutapea, Namyo. Sifilis. Dalam: Sjaiful FD, Wresti IBM, Farida Z, Jubianto J, ed. Infeksi Menular Seksual. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2005 : 70 87. _________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 36

Penyakit Menular Seksual Sifilis

Rully Wibowo (406080048)

5. http://situs.kesrepro.info/pmshivaids/index.htm 6. Handoko, Ronny. Penyakit Virus. Dalam: Adhi D, Mochtar H, Siti A, ed. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2005 : 110 118. 7. Fahmi Daili, Sjaiful. Infeksi Genital Nonspesifik. Dalam: Adhi D, Mochtar H, Siti A, ed. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2005 : 364 366. 8. Handoko, Ronny. Herpes Simpleks. Dalam: Adhi D, Mochtar H, Siti A, ed. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2005 : 379 381. 9. Fahmi Daili, Sjaiful. Trikomoniasis. Dalam: Adhi D, Mochtar H, Siti A, ed. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2005 : 382 383. 10. EC Natahusada, Adhi D. Sifilis. Dalam: Adhi D, Mochtar H, Siti A, ed. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2005 : 391 411.

_________________________________________________________________ _ Kepaniteraan Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Periode 22 Desember 2008 24 Januari 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanegara Rumah Sakit Sumber Waras 37

You might also like