You are on page 1of 12

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP NOMOR : 7 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN (RTHKP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMENEP

Menimbang

a. bahwa bahwa tanggung jawab terhadap kelestarian lingkungan hidup merupakan tanggung jawab bersama antara Pemerintah Daerah dan masyarakat serta seiring dengan laju pembangunan Kabupaten terdapat adanya kecenderungan masyarakat untuk memanfaatkan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP) untuk berbagai kepentingan dengan fungsi lain; b. bahwa dalam rangka mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan guna meningkatkan mutu kehidupan bagi generasi saat ini dan yang akan datang diperlukan kebijakan Pemerintah Daerah menyangkut perencanaan, pemanfaatan, pengendalian dan pengawasan terhadap Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP); c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, dan b, perlu menetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Sumenep tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP).

Mengingat

: 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 09); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3469); 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3470);

5. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3209); 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); 7. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4401); 8. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); 9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah kedua kali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); 10. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); 11. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4725) ; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3258); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4242); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; 17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pedoman Operasional Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah Dalam Penegakan Peraturan Daerah; 18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2006 tentang Jenis dan Bentuk Produk Hukum Daerah; 19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2006 tentang Prosedur dan Penyusunan Produk Hukum Daerah. 20. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP); 21. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN SUMENEP Dan BUPATI SUMENEP MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN (RTHKP)

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Sumenep; 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Sumenep; 3. Bupati adalah Bupati Sumenep; 4. Ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah yang lebih luas baik dalam bentuk area/kawasan maupun dalam bentuk area memanjang/jalur yang dalam penggunaannya lebih bersifat terbuka yang pada dasarnya tanpa bangunan; 5. Kawasan Perkotaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi; 6. Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang selanjutnya disingkat RTHKP adalah bagian dari ruang terbuka suatu kawasan perkotaan yang diisi oleh tumbuhan dan tanaman guna mendukung manfaat ekologi, sosial, budaya, ekonomi dan estetika; 7. Penataan RTHKP adalah proses perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian RTHKP;

8. RTHKP Publik adalah RTHKP yang penyediaan dan pemeliharaannya menjadi tanggungjawab Pemerintah Daerah; 9. RTHKP Privat adalah RTHKP yang penyediaan dan pemeliharaannya menjadi tanggungjawab pihak/lembaga swasta, perseorangan dan masyarakat yang dikendalikan melalui izin pemanfaatan ruang oleh Pemerintah Daerah; 10. Rencana Tata Ruang adalah hasil perencanaan tata ruang; 11. Hutan Kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang; 12. Vegetasi adalah keseluruhan tumbuhan dan tanaman yang menutupi permukaan tanah; 13. Tanaman khas daerah adalah jenis tumbuhan atau tanaman yang khas tumbuh dan menjadi identitas daerah; 14. Sempadan pantai/sungai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai atau kiri kanan sungai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai/sungai; 15. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel; 16. Median jalan adalah ruang yang disediakan pada bagian tengah dari jalan untuk membagi jalan dalam masing-masing arah serta untuk mengamankan ruang bebas samping jalur lalu lintas; 17. Pedestrian adalah areal yang diperuntukkan bagi pejalan kaki; 18. Jalur hijau, adalah jalur penempatan tanaman serta elemen lansekap lainnya yang terletak di dalam ruang milik jalan maupun di dalam ruang pengawasan jalan yang dominasi elemen lansekapnya adalah tanaman yang pada umumnya berwarna hijau; 19. Plasma nutfah adalah substansi yang terdapat dalam kelompok mahluk hidup, dan merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan untuk menciptakan jenis tumbuhan maupun hewan dan jasad renik; 20. Biogeografi adalah keadaan lapisan muka bumi atau aspek relief permukaan bumi berupa karakteristik material permukaan bumi baik batuan/tanah maupun strukturnya, proses geomorfik dan tatanan keruangannya dan aspek kehidupan di dalamnya; 21. Taman adalah adalah lahan terbuka yang berfungsi sosial dan estetik sebagai sarana kegiatan rekreatif, edukasi atau kegiatan lain; 22. Kawasan adalah suatu area yang dimanfaatkan untuk kegiatan tertentu dengan fungsi utama lindung atau budidaya; 23. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan;

24. Sarana Penunjang adalah bangunan pada Ruang Tebuka Hijau Kawasan Perkotaan yang sesuai dengan fungsi Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan; 25. Kearifan lokal adalah kecerdasan, kreativitas, inovasi dan pengetahuan tradisional masyarakat lokal berupa kearifan ekologis dalam pengelolaan dan pelestarian ekosistem/sumberdaya lingkungan alam sekitar atau berupa kearifan sosial dalam bentuk tatanan sosial yang menciptakan keharmonisan dan kedinamisan hidup bermasyarakat yang telah dijalani turun temurun dan telah menunjukkan adanya manfaat yang diterima masyarakat dalam membangun peradabannya; 26. Penutup tanah adalah semua jenis tumbuhan yang difungsikan sebagai penutup tanah; 27. Perdu adalah tumbuhan berkayu dengan percabangan mulai dari pangkal batang dan memiliki lebih dari satu batang utama; 28. Pohon, adalah semua tumbuhan berbatang pokok tunggal berkayu keras. BAB II TUJUAN, FUNGSI DAN MANFAAT Pasal 2 Tujuan penataan RTHKP adalah : a. Menjaga keserasian dan keseimbangan ekosistem lingkungan; b. Mewujudkan kesimbangan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan; c. Meningkatkan kualitas lingkungan yang sehat, indah, bersih dan nyaman; dan d. Menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air. Pasal 3 Fungsi RTHKP adalah : a. Pengamanan keberadaan kawasan lindung; b. Pengendali pencemaran dan kerusakan tanah, air dan udara; c. Tempat perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati; d. Pengendali tata air; dan e. Sarana estetika kota. Pasal 4 Manfaat RTHKP adalah : a. sarana untuk mencerminkan identitas daerah; b. sarana penelitian, pendidikan dan penyuluhan; c. sarana rekreasi aktif dan pasif serta interkasi sosial; d. meningkatkan nilai ekonomi lahan; e. menumbuhkan rasa bangga dan meningkatkan prestise daerah; f. sarana aktivitas sosial bagi anak-anak, remaja, dewasa dan manula;

g. sarana ruang evakuasi untuk keadaan darurat; h. memperbaiki iklim mikro; dan i. meningkatkan cadangan oksigen. BAB III PEMBENTUKAN DAN JENIS RTHKP Pasal 5 (1) Pembentukan RTHKP disesuaikan dengan bentang alam berdasar aspek biogeografis dan struktur ruang serta estetika. (2) Pembentukan RTHKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencerminkan karakter alam dan/atau budaya setempat yang bernilai ekologis, historik, panorama yang khas dengan tingkat penerapan teknologi. Pasal 6 Jenis RTHKP meliputi: a. taman kota; b. taman wisata alam; c. taman rekreasi; d. taman lingkungan perumahan dan permukiman; e. taman lingkungan perkantoran dan gedung komersial; f. taman hutan raya; g. hutan kota; h. hutan lindung; i. bentang alam seperti gunung, bukit, lereng dan lembah; j. cagar alam; k. kebun raya; l. kebun binatang; m. pemakaman umum; n. lapangan olah raga; o. lapangan upacara; p. parkir terbuka; q. lahan pertanian perkotaan; r. jalur dibawah tegangan tinggi (SUTT dan SUTET); s. sempadan sungai, pantai, bangunan, situ dan rawa; t. jalur pengaman jalan, median jalan, rel kereta api, pipa gas dan pedestrian; u. kawasan dan jalur hijau; v. daerah penyangga (buffer zone) lapangan udara; dan w. taman atap (roof garden). BAB IV PENATAAN RTHKP Bagian Kesatu Penataan Pasal 7 Penataan RTHKP meliputi kegiatan perencanaan, pemanfaatan, dan pengendalian RTHKP.

Bagian Kedua Perencanaan Pasal 8 (1) RTHKP merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumenep. (2) RTHKP dituangkan dalam Rencana Detail Tata Ruang dengan skala peta sekurang-kurangnya 1:5000 atau Rencana Teknis dengan skala peta sekurang-kurangnya 1:1000. Pasal 9 (1) Luas RTHKP minimal 30% dari luas Kawasan Perkotaan; (2) Luas RTHKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup RTHKP publik dan privat. (3) Luas RTHKP publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) penyediaannya menjadi tanggung jawab Pemerintah Daerah. (4) RTHKP privat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) penyediaannya menjadi tanggung jawab pihak/lembaga swasta, perseorangan dan masyarakat yang dikendalikan oleh Pemerintah Daerah. Pasal 10 (1) Perencanaan RTHKP dilakukan oleh Pemerintah Daerah. (2) Penjabaran perencanaan dimaksud dalam bentuk rancangan /desain yang dapat digunakan sebagai dasar dalam penyediaan, pemanfaatan dan pengendalian RTHKP. (3) Setiap orang atau badan dapat menyiapkan perencanaan dan perancangan RTHKP sebagai tindak lanjut dari Rencana Tata Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (4) Perencanaan RTHKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati setelah dikonsultasikan dengan DPRD. Bagian Ketiga Pemanfaatan Pasal 11 (1) Pemanfaatan RTHKP mencakup kegiatan pembangunan baru, pemeliharaan, dan pengamanan RTHKP. (2) Pemanfaatan RTHKP publik dikelola oleh Pemerintah Daerah dengan melibatkan para pelaku pembangunan. (3) RTHKP publik tidak dapat dialihfungsikan. (4) Pemanfaatan RTHKP publik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga. (5) Pemanfaatan RTHKP privat dikelola oleh perseorangan atau lembaga/badan hukum sesuai dengan peraturan perundangan-undangan. (6) Pemanfaatan RTHKP diperkaya dengan memasukkan berbagai kearifan lokal dalam penataan ruang dan konstruksi bangunan taman yang mencerminkan budaya setempat. (7) Pemanfaatan RTHKP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) dan ayat (5), dikembangkan dengan mengisi berbagai macam vegetasi yang disesuaikan dengan ekosistem dan tanaman khas daerah.

Pasal 12 (1) Pemanfaatan RTHKP milik atau yang dikuasai oleh Daerah adalah kewenangan Pemerintah Daerah. (2) Setiap orang atau Badan dapat melakukan pengelolaan dan pemanfaatan RTHKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atas izin dari Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. (3) Terhadap RTHKP milik orang atau badan, Pemerintah Daerah berwenang mengatur pemanfaatannya. Pasal 13 (1) Pemanfaatan RTHKP dilaksanakan secara terpadu oleh Instansi Pemerintah Daerah, masyarakat dan pelaku pembangunan lainnya sesuai dengan bidang tugas dan tanggung jawab masing-masing. (2) Pelaku pembangunan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah PT. (Persero) Telkom. PT. (Persero) Perusahaan Listrik Negara (PLN), Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan instansi utilitas lainnya. (3) Setiap penghuni atau pihak yang bertanggung jawab atas rumah/bangunan atau persil yang terbangun diwajibkan untuk menghijaukan halaman/perkarangan atau persil dimaksud dengan menanam pohon pelindung, perdu, semak hias, penutup tanah/rumput serta memelihara dengan baik. (4) Pemanfaatan RTHKP dilaksanakan berdasarkan Rencana Tata Ruang yang ditetapkan atau atas ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah serta wajib memperhatikan keseimbangan lingkungan. Bagian Keempat Pengendalian Pasal 14 (1) Lingkup pengendalian RTHKP meliputi: a. target pencapaian luas minimal 30% dari total luas kawasan; b. fungsi dan manfaat jenis RTHKP; c. luas dan lokasi RTHKP; dan d. kesesuaian spesifikasi konstruksi dengan desain teknis. (2) Pengendalian RTHKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui perizinan, pemantauan, pelaporan dan penertiban. (3) Penebangan pohon di areal RTHKP publik dibatasi secara ketat dan harus seizin Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. Pasal 15 Dalam rangka pembinaan dan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau, Pemerintah Daerah berkewajiban mewujudkan, menumbuhkan, mengembangkan dan meningkatkan kesadaran, tanggung jawab dan kemitraan semua pihak baik Pemerintah Daerah, swasta pengusaha dan masyarakat dalam upaya pengelolaan, pemanfaatan dan pelestarian tanaman dan RTHKP.

Pasal 16 (1) Guna Pengendalian pemanfaatan RTHKP, setiap usaha atau kegiatan oleh dan/atau untuk kepentingan perorangan atau badan yang memakai lokasi RTHKP tidak boleh menyimpang dari fungsinya dan harus memperoleh izin dari Bupati atau Pejabat yang ditunjuk sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (2) Dalam Surat Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dicantumkan persyaratan dan kewajiban untuk melakukan pengendalian dan pelestarian RTHKP dan dapat ditambah persyaratan lain yang ditetapkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. (3) Ketentuan perijinan dimaksud pada ayat (1), dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Pasal 17 (1) Pemegang izin dimaksud dalam Pasal 16 dilarang melakukan kegiatan yang menyimpang dari izin yang telah diberikan. (2) Sarana penunjang bagi kepentingan RTHKP luasnya dibatasi dengan ketentuan paling luas 10% (sepuluh persen) dari luas RTHKP dilokasi setempat. (3) Ketentuan paling luas 10% (sepuluh persen) dari RTHKP dilokasi setempat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah 10% dari luas kawasan yang ada dilokasi tersebut. Pasal 18 (1) Izin pemakaian RTHKP dapat dicabut oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk apabila pemamanfatan RTHKP tidak sesuai dengan izin yang dikeluarkan. (2) Izin pemakaian RTHKP tidak dapat diperpanjang apabila pemanfaatan RTHKP tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang. (3) Dalam hal surat izin tidak berlaku lagi maka lokasi (RTHKP) yang bersangkutan harus dikosongkan dengan sebaik-baiknya atas beban pemegang izin. (4) Bupati dapat melimpahkan kewenangan pelayanan perizinan dimaksud dalam Peraturan Daerah ini kepada Pejabat yang ditunjuk. Pasal 19 Bupati atau Pejabat yang ditunjuk berwenang melakukan pengawasan dan penertiban terhadap pengelolaan, pemanfaatan dan pengendalian RTHKP. BAB V SANKSI ADMINISTRASI Pasal 20 (1) Barang siapa memanfaatkan RTHKP tanpa memperoleh izin sebagaimana di maksud dalam Pasal 12 ayat (2) dan Pasal 16 ayat (1) maka orang atau badan tersebut harus menghentikan, mengosongkan dan mengembalikan sesuai keadaan semula atas beban yang bersangkutan.

(2) Dalam hal ketentuan tersebut tidak dipenuhi maka Bupati atau Pejabat yang ditunjuk berwenang melaksanakan penghentian kegiatan secara paksa, pengosongan lokasi RTHKP dan mengembalikan sesuai keadaan semula atas beban pelanggar yang bersangkutan dengan ketentuan biaya yang ditetapkan oleh Bupati. (3) Dalam hal kewajiban tersebut dalam Pasal 17 ayat (3) tidak dipenuhi, maka pengosongan dapat dilaksanakan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atas beban pemegang izin.

Pasal 21 Barang siapa memanfaatkan RTHKP yang menyimpang/ bertentangan dari izin yang diberikan maka izin dicabut. BAB VI KETENTUAN PIDANA Pasal 22 Barang siapa karena kesalahannya mengakibatkan rusaknya RTHKP atau melakukan pelanggaran terhadap ketentuanketentuan tersebut dalam Peraturan Daerah ini diancam dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan, denda paling banyak Rp. 5.000.000,00 ( lima juta rupiah ). BAB VII KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 23 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini. (2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melaksanakan tugas penyidikan berwenang untuk : a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana yang dilakukan agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumendokumen lain berkenaan dengan tindak pidana; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka penyidikan tindak pidana;

g. menyuruh berhenti atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimasud pada huruf e; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. menghentikan penyidikan; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 24 (1) Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini semua ketentuan yang berkaitan dengan Penataan RTHKP yang telah ada tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini. (2) Izin pemanfaatan RTHKP yang telah diberikan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk tetap berlaku sampai dengan batas waktu berakhirnya izin. (3) Izin pemanfaatan RTHKP yang telah diberikan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan/atau diperoleh melalui prosedur yang tidak benar, batal demi hukum. (4) Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat dimintakan penggantian yang layak kepada Pemerintah Daerah. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 Peraturan Bupati dan peraturan-peraturan lain yang terkait dengan Peraturan Daerah ini diselesaikan paling lambat 2 (dua) tahun terhitung sejak Peraturan Daerah ini ditetapkan. Pasal 26 Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, Peraturan Daerah Kabupaten Sumenep Nomor 08 Tahun 1988 tentang Pemeliharaan Ruang Terbuka Hijau dan Pemotongan Pohon, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 27 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Sumenep.

Ditetapkan di : Sumenep pada tanggal : 25 September 2008

BUPATI SUMENEP ttd. KH. MOH. RAMDLAN SIRAJ, SE, MM

Diundangkan di : Sumenep pada tanggal : 25 Maret 2009 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN SUMENEP ttd. H. FEN A. EFFENDY SAID, SE, MSi, MM Pembina Utama Muda NIP. 510 087 567

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMENEP TAHUN 2009 NOMOR 02

You might also like