You are on page 1of 81

SKRIPSI POLA KEBIJAKAN PEMERINTAH DESA TERHADAP PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN ISLAM DI DESA PERANGIAN KECAMATAN BARAKA KABUPATEN

ENREKANG

Diajukan untuk memenuhi dan melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Parepare

Oleh :

HAMIDA 206 250 188

JURUSAN TARBIYAH FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE (UMPAR) 2008

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan skripsi ini adalah hasil kerja penyusun sendiri, jika kemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan, plagiatan dibuatkan oleh orang lain, secara keseluruhan, maka skripsi dan gelar diperoleh karenanya batal demi hukum.

Parepare,

Agustus 2008

HAMIDA NIM : 206 250 188

PENGESAHAN SKRIPSI Skripsi yang berjudul Pola Kebijakan Pemerintah Desa Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang yang disusun oelh saudara Hamida NIM 206250188 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Parepare (UMPAR), telah diuji dan dipertahankan dalam sidang munaqasyah yang diselenggarakan pada hari Sabtu, tanggal 30 Agustus 2008 M, bertepatan dengan tanggal 29 Syaban 1429 H dan dinyatakan dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I) dalam Ilmu Tarbiyah, Program Studi Pendidikan Agama Islam. Parepare, 29 Syaban 1429 H 30 Agustus 2008 M Panitia Ujian 1. 2. Ketua Sekretaris : Dekan : PD. 1 ( ................................. ) ( ................................. )

Dewan Munaqisy 1. 2. 3. 4. 5. Ketua Tim Anggota Anggota : Drs. H. Syarifuddin Ondeng, M.A. : Drs. Amaluddin, M. Hum. ( ................................. ) ( ................................. )

: Drs. H. Djamaluddin M. Idris, M.Fil.I ( ................................. ) ( ................................. ) ( ................................. )

Pembimbing I : Prof. Dr. Muh. Siri Dangnga, M.S Pembimbing II : Drs. Mahsyar Idris, M.Ag Disahkan Oleh a.n. Koordinator PTAIS Wil. VIII Wakil Koordinator

Diketahui Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Parepare Dekan

Drs. H. Arifuddin Siraj, M.Pd. NIP. 150217169

Dra. St. Nurhayati Ali, M.Hum. NBM. 634 783

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul

: Pola Kebijakan Pemerintah Desa Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

Atas Nama Saudari Nama NIM Jurusan Setelah : HAMIDA : 206 250 188 : Tarbiyah diperiksa/diteliti ulang telah memenuhi persyaratan untuk

dipertahankan dalam ujian skripsi di depan Tim Penguji Universitas Muhammadiyah Parepare. Parepare, Yang Mengajukan : Agustus 2008

(H A M I D A) Menyetujui : Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H. Muhammad Siri Dangnga, M.S

Drs. Mahsyar Idris, M.Ag

ABSTRAK

Nama Nim Judul Skripsi

: HAMIDA : 206 250 188 : Pola Kebijakan Pemerintah Desa Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan Kebijakan Pemerintah Desa terhadap mutu pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Populasi penelitian adalah menyeluruh masyarakat Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, yang tersebar atau berasal dari 4 (empat) dusun, yakni Dusun Bodi 1, Bodi 2, Bakah dan Tirowali sebanayak 986 penduduk, terdiri dari 483 penduduk laki-laki dan 503 penduduk perempuan. Dari keseluruhan jumlah populasi tersebut, diantaranya sebanyak 24,04% atau 237 orang yang berstatus sebagai kepala keluarga (KK), dan di samping berstatus sebagai kepala keluarga sekaligus diantaranya sebanyak 9,30% atau 22 orang yang oleh masyarakat setempat dipandang sebagai figur atau tokoh masyarakat, baik sebagai tokoh di bidang pemerintahan, agama, pendidik, pemuda/organisasi, dan sebagainya. Sedangkan pengambilan sampel dilakukan melalui teknik kombinasi Purposive Sampling (sampel dengan tujuan tertentu) dan Cluster Sampling/kelompok (sampel area). Dari kedua teknik ini maka keseluruhan sampel yang dipilih sebanyak 20% dari jumlah populasi atau sebanyak 200 penduduk. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket. Angket digunakan untuk memperoleh data tentang Kebijakan Pemerintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang dan peningkatan mutu Pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Data yang telah terhimpun dari angket selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan teknik frekuensi dan persentase. Dari keseluruhan hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa pola kebijakan pemerintahan desa cukup meningkatkan mutu Pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Sebahagian besar penduduk menyatakan bahwa cukup meningkatkan mutu pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang karena disebabkan oleh pelaksanan Kebijakan Pemerintahan Desa yang cukup efektif di bidang pendidikan Islam.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kekhadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya lah sehingga penulis dapat merampungkan karya Ilmiah dalam wujud skripsi ini, yang berjudul Pola Kebijakan Pemerintah Desa Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan Agama Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Demikian pula salawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah SAW, sebagai nabi panutan kita dan sebagai uswatun hasanah bagi seluruh ummat manusia. Sembah sujud kepada Ayahanda Dere dan Ibunda Nuna tersayang, yang telah mengasuh dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan ketabahan disertai doa yang tulus, mulai dari masa kanak-kanak, sekolah dasar, hingga perguruan tinggi. Penulis takkan berhasil menempuh dan menyelesaikan studi jika tidak diawali dengan mengikuti pendidikan tingkat dasar dan menengah. Oleh karena itu hormat dan terima kasih untuk semua guru-guruku, baik guru di sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, yang telah mendidik dan mentransfer ilmunya dengan ikhlas kepada penulis sehingga penulis memiliki bekal pengetahuan, mental dan kemampuan akademik dalam menempuh pendidikan selanjutnya di perguruan tinggi, baik kemampuan selama mengikuti perkuliahan, menyelesaikan tugas akhir (skripsi), hingga akhirnya berhasil meraih gelar sarjana.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa dalam proses perampungan skripsi ini penulis tak sedikit mendapatkan kendala. Namun berkat bantuan maupun petunjuk dari berbagai puhak, akhirnya skripsi ini dapat terwujud dalam bentuk seperti sekarang ini. Maka sepantasnyalah pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada : 1. Drs. Syarifuddin Yusuf, M.Si selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Parepare yang telah membina dan mengarahkan jalannya perkuliahan selama penulis mengikuti perkuliahan pada perguruan tinggi yang dipimpinnya. 2. Segenap Dosen Universitas Muhammadiyah Parepare, khususnya pada jurusan Tarbiyah yang telah mentransfer disiplin ilmu kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, serta segenap staf administrasi yang telah memperlancar terlaksananya administrasi perkuliahan. 3. Prof. DR. H. Muhamammad Siri Dangnga, M.S selaku Pembimbing I dan Bapak Drs. Mahsyar Idris, M.Ag selaku Pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari rencana penelitian, penyusunan proposal hingga merampungkan skripsi ini. 4. Kepala Kantor Polisi Pamong Praja Kabupaten Enrekang yang telah memberikan Surat Izin Penelitian kepada penulis untuk melaksanakan penelitian pada lokasi yang telah direncanakan. 5. Pemerintah Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, khususnya kepala desa dan perangkat desa yang telah memberikan informasi data yang menunjang penulisan skripsi ini.

6.

Masyarakat dan tokoh masyarakat, khususnya tokoh agama dalam Wilayah Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang telah memberikan informasi data yang menunjang penulisan skripsi ini.

7.

Keluargaku, terutama suamiku tercinta, yang dengan setia mendampingi dan mengiringi langkah penulis melalui motivasi dan doa tulus guna keberhasilan penulis dalam menempuh studi.

8.

Para sahabat setiaku yang telah membantu maupun memberikan dukungan moril kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Dengan tidak bermaksud berlindung dibalik kata-kata penulis adalah

manusia biasa yang tidak pernah luput dari kesalahan dan kelemahan, maka penulispun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi bentuk maupun kualitasya. Karena itu saran dan kritik yang konstruktif dari berbagai pihak, khususnya yang terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini, senantiasa penulis harapkan guna kesempurnaan penyusunan karya ilmiah selanjutnya milik penulis pada masa yang akan datang. Akhirnya, izinkanlah penulis mempersembahkan skripsi ini. Semoga dapat bermanfaat, dan kepada semua pihak yang telah membantu dengan tulus ikhlas, maka doa penulispun menyertai selalu : semoga ketulusan anda mendapat limpahan yang sesuai dari Allah SWT. Parepare, 26 Agustus 2008

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman JUDUL ............................................................................................................. PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI................................................................... ABSTRAK ....................................................................................................... KATA PENGANTAR ..................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................... DAFTAR TABEL ............................................................................................ DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................... B. Rumusan Masalah .................................................................... C. Tujuan Penelitian ...................................................................... D. Manfaat Penelitian .................................................................... BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka ...................................................................... B. Kerangka Pikir .......................................................................... BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ......................................................................... 31 6 29 1 4 4 4 i ii iii iv vi ix xi xii xii

B. Variabel dan Desain Penelitian ................................................ C. Definisi Operasional Variabel .................................................. D. Populasi dan Sampel................................................................. E. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... F. Teknik Analisis Data ................................................................ BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ B. Kebijakan Pemerintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ............................................................... C. Mutu pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ............................................................... D. Kebijakan Pemerintahan Desa dan Perannya Terhadap Mutu Pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ............................................................... E. Pembahasan .............................................................................. BAB V Penutup A. Simpulan ................................................................................... B. Saran-saran ............................................................................... DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... LAMPIRAN-LAMPIRAN

31 32 35 38 41

46

47

49

50 52

56 56 58

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. : Keadaan Warga Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang .............................................................. : Interval, Kategori, dan Frekuensi Kebijakan Pemerintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ..... : Interval, Kategori, dan Frekuensi Mutu Pendidikan Islam Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ..... : Kebijakan Pemerintahan Desa dan Perannya Terhadap Mutu Pendidikan di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ..............................................................

Tabel 2.

Tabel 3.

Tabel 4.

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. : Kerangka Pikir ........................................................................ Gambar 2. : Desain Penelitian ....................................................................

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

: Angket Kebijakan Pemerintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang : Angket Peningkatan Mutu Pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang : Riwayat Hidup.

Lampiran 2.

Lampiran 3.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional meliputi pembangunan di segala bidang, diantaranya adalah pembangunan di bidang pendidikan. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi, desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Oleh sebab itu semua lapisan masyarakat yang terkait dengan pendidikan, baik secara langsung maupun tidak langsung, baik sebagai konseptor, pengambil kebijakan, dan pelaksana hendaknya sungguh-sungguh memiliki rasa kepedulian dan tanggung jawab terhadap suksesnya pembangunan pendidikan. Dari uraian di atas menunjukkan bahwa pembangunan Nasional pada hakikatnya dilaksanakan secara bersama-sama pemerintah dan masyarakat. Masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan dan pemerintah berkewajiban mengarahkan, membina, membimbing serta menciptakan suasana yang menunjang kegiatan pembangunan. Dengan kata lain kegiatan pemerintah dan masyarakat saling menunjang, saling mengisi, dan saling melengkapi dalam kesatuan langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan nasional, yaitu meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan lahiriah maupun batiniah serta terciptanya masyarakat yang adil dan makmur, merata material dan spiritual bagi seluruh rakyat Indonesia.

Salah satu pembangunan di bidang pendidikan adalah pendidikan di bidang keagamaan, baik yang dilaksanakan pada jalur pendidikan formal, nonformal maupun informal, baik dalam bentuk pendidikan Islam (diniyah, pesantren dan bentuk lain yang sejenis), dan pendidikan bagi agama lainnya (Kristen, budha dan Hindu), sebagai upaya meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistim pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk merealisasikan tujuan pendidikan keagamaan, maka pemerintah berusaha mengarahkan perhatian yang sebesar-besarnya pada pemanfaatan secara maksimal segala potensi sumber daya pembangunan. Salah satu upaya

memaksimalkan potensi sumber daya pembangunan adalah dengan memaksimalkan kemampuan dan peran kinerja pemerintah mulai dari (aparatur Pemerintahan Negara) Pusat dalam hingga

menyelenggarakan

pemerintahan,

Pemerintahan Desa. Dengan memaksimalkan kemapuan dan peran kinerja pemerintah maka dapat dijadikan sebagai instrumen pengendalian, pengarahan dan kontrol bagi pemerintah dalam rangka melaksanakan dan menunjang keberhasilan dan tujuan pembangunan pendidikan nasional. Oleh karena itu kebijakan-kebijakan pemerintah dalam rangka mencapai tujuan pembangunan diupayakan turut menunjang pendidikan keagamaan maupun peningkatan mutu pendidikan keagamaan itu sendiri.

Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa pemerintahan desa sebagai bentuk pendelegasian (otonom) dari pemerintahan daerah turut memikul tugas dan tanggung jawab dalam menyukseskan pendidikan keagamaan di wilayah pedesaan. Indonesia sebagai Negara yang memiliki wilayah hingga pedesaan dan mayoritas penduduknya memeluk agama Islam, Maka pembangunan pendidikan keagamaan pada tingkat desa umumnya adalah pembangunan yang mengarah pada peningkatan pendidikan Islam itu sendiri, melalui beberapa kebijakan yang terjadi pada Pemerintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Berdasarkan pengalaman penulis yang juga tercatat sebagai warga penduduk Desa Perangian bahwa kebijakan yang dilaksanakan oleh Pemerintahan Desa Perangian memiliki kecenderungan pada upaya peningkatan mutu pendidikan Islam, diantaranya dengan diselenggarakannya kegiatan baca tulis Al-Quran dan pengajian rutin setiap bulan, serta kegiatan keagamaan lainnya. Namun di sisi lain kecenderungan tersebut belumlah menunjukkan peningkatan pendidikan Islam di Desa Perangian secara keseluruhan. Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa betapa pentingnya peranan kebijakan pemerintah desa bagi peningkatan mutu pendidikan Islam. Dengan kata lain meningkat tidaknya mutu pendidikan Islam di tingkat desa ditentukan oleh pelaksanan atau implementasi kebijakan-kebijakan pemerintah desa. Oleh sebab itu dalam penelitian ini penulis merasa tertarik untuk mengkaji lebih cermat tentang kebijakan Pemerintah Desa dan peranannya terhadap mutu pendidikan Islam, yang tertuang dalam suatu skripsi dengan judul Pola Kebijakan Pemerintah Desa Terhadap

Peningkatan Mutu Pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana peran kebijakan Pemerintah Desa terhadap peningkatan mutu pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang ?

C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini pada dasarnya adalah untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan sebagai berikut : Untuk mengetahui peran kebijakan pemerintah desa terhadap peningkatan mutu pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam hal : 1. Memberikan sumbang saran bagi masyarakat, khususnya masyarakat pedesaan untuk lebih mewarnai kehidupan di Desa melalui pendidikan dan kebiasaankebiasaan menjalankan kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan.

2.

Memberikan sumbang saran bagi tokoh masyarakat, khususnya guru tokoh agama dalam hal peningkatan mutu pendidikan Islam.

3.

Sebagai masukan dan bahan refleksi bagi pemerintah, khususnya Pemerintah Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang dalam hal

mengimplementasikan kebijakan dalam rangka mendukung peningkatan mutu pendidikan Islam. 4. Sebagai masukan dan bahan refleksi bagi pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten Enrekang sebagai penyelenggara pemerintahan di tingkat daerah dalam membuat dan menyempurnakan kebijakan-kebijakan yang

pendelegasiannya dilimpahkan ke Pemerintah Desa 5. Memperkaya perbendaharaan Universitas Muhammadiyah Parepare dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang pendidikan Agama Islam.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Pemerintah Dalam suatu Negara terdapat beberapa individu atau kelompok-kelompok yang disebut masyarakat. Masyarakat yang hidup dalam suatu Negara memiliki kepentingan-kepentingan, baik kepentingan untuk dirinya maupun kelompoknya. Agar kepentingan-kepentingan tersebut dapat terwujud sesuai dengan yang diinginkan maka diperlukan suatu lembaga yang diberikan wewenang khusus untuk mengkoordinasi dan mengarahkan kepentingan masyarakat, yang disebut pemerintah. Pemerintah adalah orang yang melaksanakan pemerintahan dalam suatu wilayah tertentu menurut hukum yang berlaku dalam suatu Negara atau dengan kata lain pemerintah adalah orang yang diserahi tugas pemerintah pusat untuk menjalankan pemerintahan pada suatu wilayah tertentu berdasarkan hukum yang berlaku dalam Negara tersebut. Sehubungan dengan uraian tersebut di atas, menurut Hajar Aswad bahwa : Pemerintah adalah seseorang atau beberapa orang yang memerintah menurut hukum negaranya1

Hajar Aswad, Seminar Administrasi Pemerintahan di Daerah. Makalah tidak diterbitkan. Ujung Pandang: APDN, 1987, hal. 10

Selanjutnya Ibnu Hajar mengemukakan bahwa Pemerintah adalah badan yang memiliki kekuasaan pemerintahan Negara2 Demikian pula Alwi mengemukakan bahwa : Pemerintah adalah sekelompok orang yang diberi tugas untuk memecahkan, mengumpulkan, mengorganisasikan, menggerakkan dan mengarahkan segenap upaya masyarakat/penduduk dalam suatu Negara dalam rangka mencapai tujuan Negara yang telah ditetapkan.3 Dari beberapa pengertian di atas dapat dikemukakan bahwa pemerintah melaksanakan wewenang yang telah diberikan untuk merealisasikan tujuan Negara. Sedangkan Negara terdiri dari masyarakat. Dengan demikian tujuan masyarakat yang diemban oleh pemerintah adalah tujuan Negara. Ditinjau dari struktur atau hirarki kekuasaan dalam Negara, pemerintahan terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah/kabupaten/kota. Pemerintah daerah/kabupaten/kota mencakup pemerintahan kecamatan dan pemerintahan desa/kelurahan. Dalam sistim pemerintahan nasional, struktur atau hirarki tersebut merupakan implementasi dari tugas perbantuan atau pendelegasian wewenang pelaksanaan kekuasaan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dengan tujuan terciptanya kestabilan kehidupan masyarakat yang proporsional antara masyarakat perkotaan dan masyarakat di daerah-daerah dalam wilayah Kesatuan Republik Indonesia.

Ibnu Hajar, Tata Negara 1. Jakarta: Intan Pariwara, 1991, hal 25. Alwi, Administrasi Pemerintahan Daerah. Makalah tidak diterbitkan. Makassar: Management Solution Institut, 2003, hal. 4
3

2. Pemerintahan Desa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yuridiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat setempat yang diakui dan/atau ditentukan dalam sistim Pemerintahan Nasional. Dalam penjelasan Bab X pasal 199 ayat (5) Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 bahwa : Kawasan pedesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam, dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman pedesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.4 Desa memiliki otonomi dan diberikan kekuasaan untuk tumbuh dan berkembang melalui kendali Pemerintahan Desa sebagai wujud dari pendelegasian wewenang yang diberikan oleh Pemerintah Daerah. Pemerintahan Desa terdiri Dari unsur Kepala Desa dan Perangkat Desa. Perangkat Desa terdiri dari Sekretaris Desa dan perangkat desa lainnya. Perangkat Desa lainnya adalah Pembantu Kepala Desa yang terdiri dari Sekretariat Desa, Pelaksana Teknis Lapangan, seperti Kepala-kepala Urusan dan unsur-unsur kewilayahan seperti Kepala Dusun atau dengan sebutan lainnya. Kepala Desa dijabat oleh dan dari penduduk desa warga Negara Republik Indonesia yang tata cara pemilihannya diatur dengan Peraturan Daerah (Perda) yang berpedoman pada peraturan pemerintah. Sedangkan sekretaris desa dijabat oleh
4

Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004, Jakarta: Cipta Jaya, 2004, hal. 283

Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang memiliki persyaratan. Persyaratan dimaksud adalah bagi mereka yang belum menjadi pegawai negeri sipil maka secara bertahap diangkat menjadi pegawai negeri sipil sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sebagai perwujudan demokrasi, dalam penyelenggaraan pemerintahan desa dibentuk Badan Permusywaratan Desa (BPD) atau sebutan lain yang sesuai dengan budaya yang berkembang di desa bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga pengaturan dan penyelenggaraan desa, seperti dalam pembuatan dan pelaksanaan peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan kepala desa. Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 bahwa Badan Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menjalankan aspirasi masyarakat.5 Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa setempat yang dipilih dan ditetapkan melalui musyawarah dan mufakat masyarakat desa, sedangkan pimpinan atau ketua BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD itu sendiri. Selain BPD dapat pula dibentuk lembaga kemasyarakatan dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah, seperti Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), PKK, Karang Taruna, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, dan sebagainya. Lembaga ini sebagai mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat desa. 3. Kebijakan Pemerintah Desa Kebijakan merupakan rangkaian tindakan yang senantiasa didasarkan atau terlahir dari pemikiran sehat dan logis sehingga dapat diterima orang sebagai suatu
5

Ibid., hal. 200

pedoman pokok dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang sifatnya mengikat maupun tidak mengikat masyarakat. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia kebijakan diartikan Konsep dasar yang menjadi pedoman dalam melaksanakan suatu kepemimpinan dan cara bertindak.6 Dari pengertian di atas menggambarkan bahwa kebijakan merupakan haluan atau kendali yang dikeluarkan oleh pihak-pihak yang berwenang untuk itu dan dijadikan sebagai acuan kegiatan bermasyarakat agar tujuan hidup masyarakat dapat tercapai sebagaimana yang diinginkan. Kebijakan-kebijakan yang ada dan berlaku pada masyarakat desa diciptakan atau dikeluarkan dari beberapa pemikiran rasional perangkat desa sebagai satu kesatuan dari pemerintahan desa, dan pada dasarnya kebijakan tersebut

memperhatikan geografis desa, struktur, pola, watak dan perilaku masyarakat desa serta berpihak pada kepentingan masyarakat desa secara keseluruhan. Kebijakankebijakan tersebut mencakup kebijakan bidang ekonomi, sosial dan politik dengan tetap mengahargai kultur budaya atau perilaku-perilaku yang sudah diterima dan sebagai suatu kebiasaan atau kelaziman bagi masyarakat desa. Hal tersebut sesuai dengan amanat yang tertuang dalam pasal 215 ayat (2) Undang-Undang RI Nomor 32 tahun 2004 bahwa pelaksanaan ketentuan pengembangan desa diatur dengan Peraturan Daerah dengan memperhatikan ;

EM. Zul Fajri Ratu Aprilia Senja. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Difa Publisher, hal. 166

a. b. c. d. e.

Kepentingan masyarakat desa; Kewenangan desa; Kelancaran pelaksanaan investasi; Kelestarian lingkungan hidup; Keserasian kepentingan antara kawasan dan kepentingan umum7

Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah desa bukanlah atas dasar rancangan pemikiran dan inisiatif sepenuhnya dari pemerintah desa namun merupakan bentuk implementasi dari pendelegasian pemerintah daerah. Dalam rangka

mengimplementasikan kebijakan-kebijakan pemerintah daerah maka pemerintah desa membuat aturan pelaksanaan kebijakan atau peraturan pemerintahan desa yang tertuang dalam keputusan kepala desa. Sebagaimana yang tersebut pada pasal 206 Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 bahwa kewenangan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan desa mencakup : a. Urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal-usul desa; b. Urusan pemerintah yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa; c. Tugas perbantuan dari pemerintah, pemerintah propinsi, dan/atau pemerintah kabupaten /kota; d. Urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang-undangan diserahkan kepada desa8 Kebijakan-kebijakan pemerintahan desa sebagai upaya pengembangan desa pelaksanaannya melibatkan Badan Permusywaratan Desa (BPD) dan seluruh unsur masyarakat desa sehingga pembangunan di tingkat desa dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan
7 8

Undang-Undang Ri No. 32 Tahun 2004, op. Cit, hal. 2002 Ibid., hal 199

4. Kebijakan Pemerintah Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang Sebagaimana dengan desa-desa dalam wilayah Indonesia maka Desa Perangian juga memiliki pemerintahan desa yang melaksanakan segala urusan pemerintahan daerah di tingkat desa. Desa Perangian merupakan salah satu wilayah otonom Pemerintahan Dearah Kabupaten Enrekang. Ditinjau dari letak geografis, Desa Perangian merupakan wilayah yang berada pada daerah pegunungan dan salah satu bagian dari wilayah kuasa pemerintahan Kecamatan Baraka. Meskipun struktur kehidupan masyarakatnya sebahagian besar masih tergantung pada kondisi alam namun mereka masih dapat menyesuaikan kehidupan modern yang semakin merambah dari tahun ke tahun dan menganggap bahwa hal tersebut merupakan bagian dari upaya pemerintah daerah mengembangkan desa tersebut. Dalam rangka pengembangan Desa Perangian maka pemerintah daerah mengeluarkan beberapa kebijakan-kebijakan yang pendelegasiannya diserahkan kepada Pemerintah Desa Perangian. Bertolak pada struktur geografis desa, pola, watak dan perilaku masyarakat desa maka Pemerintahan Desa Perangian diberikan kewenangan penuh mengembangkan kebijakan-kebijakan tersebut dengan tetap mengutamakan pada kepentingan serta menunjang kegiatan-kegiatan kehidupan masyarakat Desa Perangian. Kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan Pemerintahan Desa Perangian secara umum meliputi kebijakan di bidang ekonomi, sosial dan budaya.

Sebagai masyarakat yang terkenal religuis maka pemerintahan desa senantiasa mengupayakan agar kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan memberikan dampak yang positif terhadap kehidupan beragama dan peningkatan pendidikan di bidang keagamaan, khususnya Agama Islam, yang mayoritas dianut oleh masyarakat Desa Perangian. Beberapa kebijakan di bidang peningkatan keagamaan, diantaranya mengupayakan agar seluruh masyarakat Desa Perangian mampu menghayati tetap rutin melaksanakan ibadah dalam menjalani kehidupannya sehari-hari, yakni dengan menyelenggarakan baca tulis Al-Quran melalui metode Iqra dan pengajian rutin bulanan, serta kegiatan-kegiatan agama lainnya. 5. Hakikat Pendidikan a. Pengertian Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal kearah pemenuhan tugasnya. Melalui pendidikan maka seseorang akan lebih mampu berpikir lebih dewasa dalam berbuat dan bertindak. Beberapa rumusan tentang pendidikan telah dikemukakan oleh beberapa ahli. Seringkali perumusan atau tafsiran mereka berbeda satu sama lain. Namun dari perbedaan-perbedaan tersebut pada prinsipnya tetap menunjukkan pengertian yang sama tentang pendidikan. Suatu konsepsi yang telah lazim dianut oleh masyarakat kita mengenai rumusan pendidikan adalah konsepsi yang menyatakan bahwa pendidikan adalah

hasil peradaban suatu bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi. Dunia pendidikan kita pernah bertolak dari konsepsi pendidikan yang dikemukakan Langeveld (dalam Soemanto) bahwa Pendidikan sebagai pemberian bimbingan dan pertolongan rohani dari orang dewasa kepada mereka yang masih memerlukannya, untuk membawa mereka ke tingkat kedewasaan.9 Hal ini berarti pendidikan memerlukan interaksi atau pergaulan antara pendidik sebagai orang dewasa dengan anak didik sebagai pihak yang perlu dibimbing dan ditolong. Salah satu segi positif dari konsepsi ini adalah bahwa belajar anak didik cukup terpimpin dan terarah kearah tujuan yang hendak dicapai. Soemanto memberikan rumusan bahwa Pendidikan adalah proses pengalaman yang menghasilkan pengalaman yang memberikan kesejahteraan pribadi, baik lahiriah maupun batiniah.10 Dari rumusan di atas memberikan pengertian bahwa pendidikan bukanlah sekedar bimbingan dan bukan pula sekedar daya upaya. Pendidikan tidak selalu menuntut keterlibatan orang dewasa, sebab pendidikan dapat pula dilakukan oleh diri sendiri, sebab pendidikan bukan sekedar interaksi antara anak didik dengan pendidik dimana anak didik dalam keadaan pasif, melainkan terjadi interaksi yang kompleks antara anak didik dengan lingkungan, baik lingkungan personal maupun nonformal.

10

Wasty Soemanto. Pendidikan Wiraswasta, Jakarta: Bumi Aksara, 1993, hal 21 loc. Cit,

Labih jauh Soemanto mengemukakan bahwa dari batasan ini terdapat dua perkataan, yang pertama, dapat diartikan sebagai interaksi diri pribadi dengan lingkungan sehingga lingkungan itu sendiri berubah dalam diri si pelajar. Istilah yang kedua, diartikan pengalaman sebagai proses dan sebagai hasil belajar. Selanjutnya seorang tokoh pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara sebagaimana yang dikutip Abdul Jalal Ishak memberikan batasan bahwa : Pendidikan diartikan sebagai daya upaya untuk memberikan tuntunan kepada segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka baik secara manusia maupun sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebanggaan hidup lahir dan batin setinggi-tingginya.11 Batasan yang dikemukakan oleh Bapak Pendidikan Nasional kita tersebut di atas memberikan gambaran bahwa pendidikan adalah membimbing dan mengarahkan anak sesuai dengan kodratnya sebagai manusia, agar mereka memperoleh keselamatan lahir batin dalam menghadapi kehidupannya kelak. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional Bab 1 pasal 1 dirumuskan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.12

Abdul Jalal Ishak, 1999. Peranan Pendidikan Keluarga dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. Skripsi Tidak Diterbitkan. Enrekang: STKIP Muhammadiyah, 1999, hal 4. 12 Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretaris Jenderal Departemen Pendidikan Naskional, 2003, hal 5.

11

Dari rumusan tersebut terkandung hal penting yang perlu digaris bawahi bahwa usaha sadar yang dimaksud mengindikasikan bahwa pendidikan

diselenggarakan berdasarkan rencana yang mantap, jelas, lengkap, dan menyeluruh, berdasarkan pemikiran rasional objektif. Dengan kata lain pendidikan

diselenggarakan secara tak sengaja atau bersifat insidental atau berdasarkan mimpi di siang hari dan penuh fantasi. Hal yang tidak jauh berbeda dikemukakan pula oleh Hamalik bahwa : Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dalam lingkungan, dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi dalam kehidupan masyarakat.13 Dari beberapa uraian di atas dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud pendidikan adalah proses dinamis dalam rangka membangun diri dan kepribadian seseorang yang dilaksanakan secara sadar dan penuh tanggung jawab untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta nilai-nilai kemanusiaan lingkungannya. b. Fungsi dan Tujuan Pendidikan 1. Fungsi Pendidikan Pada hakikatnya pendidikan itu bukan hanya pewarisan budaya dan hasil peradaban manusia. Lebih dari pada itu, pendidikan dilangsungkan untuk membantu perkembangan seluruh aspek kepribadian manusia sehingga dengan demikian
13

dan

kehidupan

sehingga

mampu

menyesuaikan

diri

dengan

Oemar Hamalik. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2001, hal. 3.

manusia dapat mengusahakan kehidupannya sendiri yang sejahtera. Kesejahteraan hidup pribadi dapat dicapai apabila manusia mengalami perkembangan pribadi secara maksimal. Dengan demikian fungsi pendidikan adalah daya upaya untuk menolong manusia memperoleh kesejahteraan hidup. Soemanto mengemukakan bahwa : Fungsi pendidikan adalah memberikan kondisi yang menunjang perkembangan segala aspek kepribadian manusia. Pendidikan sebagai pertolongan agar dengan potensi dan kapasitas pribadi yang ada, manusia akhirnya dapat hidup secara mandiri, bertanggung jawab atas kesejahteraan orang lain.14 Batasan yang dikemukakan oleh Soemanto ini menyiratkan bahwa fungsi pendidikan adalah membentuk kepribadian manusia agar dapat hidup sebagai manusia yang bertanggung jawab demi mencapai kesejahteraan untuk dirinya sendiri maupun orang lain. 2. Tujuan Pendidikan Pembuatan pendidikan merupakan bagian dari suatu proses untuk menuju ke suatu tujuan. Pendidikan dilangsungkan untuk membantu perkembangan seluruh aspek kepribadian manusia sehingga dapat mengusahakan kehidupan yang sejahtera, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Pendidikan telah menjadi kebutuhan penting dan menjadi tanggung jawab manusia agar manusia dapat mewujudkan kehidupan sejahtera. Oleh karena itu kita patut memiliki pandangan serta pemahaman tentang tujuan akhir pendidikan itu

14

Wasty Soemanto, op.cit., 1993, hal 28.

sendiri. Dengan kata lain setiap usaha pendidikan akan mencapai tujuan, apabila tujuan itu sendiri dipahami dengan jelas oleh para pemikir dan pelaksana pendidikan. Menurut Soemanto bahwa : Tujuan pendidikan adalah mewujudkan pribadi-pribadi yang menolong diri sendiri maupun orang lain, sehingga dengan demikian terwujudlah kehidupan manusia yang sejahtera. Untk mencapai tujuan tersebut pendidikan berusaha untuk memberikan pertolongan agar manusia mengalami perkembangan pribadi. Untuk itu pendidikan memberikan latihan-latihan terhadap karakter, kognisi, serta jasmani manusia.15 Hal senada dikemukakan pula oleh Hamalik sebagai berikut : Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang tercapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan, pengajaran, dan atau latihan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam konteks ini, tujuan pendidikan merupakan suatu komponen sistim pendidikan yang menempati kedudukan dan fungsi sentral.16 Uraian di atas menggambarkan bahwa tujuan pendidikan adalah memberikan karakter terhadap pribadi manusia guna menolong dan mewujudkan kehidupan untuk diri sendiri maupun orang lain. Bagi Bangsa Indonesia tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang dituangkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3, yakni Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

15 16

loc. Cit, Oemar Hamalik, loc. Cit,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 6. Mutu Pendidikan Dalam pengertian umum mutu mengandung makna derajat (tingkat) keunggulan suatu produk (hasil kerja/upaya), baik berupa barang maupun jasa. Dalam konteks pendidikan pengertian mutu mengacu pada proses pendidikan, dan hasil pendidikan. Dalam proses pendidikan yang bermutu melibatkan berbagai input, seperti : bahan ajar (kognitif, afektif dan psikomotorik), metodologi (bervariasi sesuai kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi, sarana dan prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana belajar yang kondusif. Hal tersebut sebagaimana yang dinyatakan oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah bahwa : Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu menyangkut input, proses, dan output pendidikan.17 Lebih jauh dijelaskan pengertian mutu yang mencakup input, proses, dan output pendidikan tersebut sebagai berikut : Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa sumber daya dan perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi

berlangsungnya proses. Input sumber daya meliputi kepala sekolah, guru (termasuk

Dirjen Pendidikan Dasar dan menengah, Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Buku 1 Konsep dan Pelaksanaan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2001, hal. 25

17

guru BP), karyawan dan siswa, sedangkan sumber daya selebihnya meliputi peralatan, perlengkapan, uang, bahan dan sebagainya. Input perangkat lunak meliputi struktur organisasi sekolah, peraturan perundang-undangan, deskripsi tugas, rencana program dan sebagainya. Sedangkan input harapan-harapan berupa visi, misi, tujuan dan sasaran-sasaran yang ingin dicapai oleh sekolah. Kegiatan input sangat diperlukan agar proses dapat berlangsung dengan baik. Oleh karena itu tinggi rendahnya mutu input dapat diukur dari tingkat kesiapan input. Semakin tinggi tingkat kesiapan input, semakin tinggi pula mutu input tersebut. Proses pendidikan adalah berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpangaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan berskala mikro (tingkat sekolah), proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar dan proses monitoring dan evaluasi, dengan catatan bahwa proses belajar mengajar memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibandingkan dengan proses-proses lainnya. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian serta pemaduan input sekolah (guru, siswa, kurikulum, uang, peralatan dan sebagainya) dilakukan secara harmonis, sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan (enjoyable learning), mampu mendorong motivasi dan minat belajar, dan benar-benar mampu memberdayakan peserta didik. Dalam konteks bahwa peserta didik tidak sekedar menguasi pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, tetapi pengetahuan tersebut juga telah menjadi muatan hati nuraninya, dihayati, diamalkan

dalam kehidupan sehari-hari, dan yang lebih penting lagi peserta didik tersebut mampu belajar cara belajar (mampu mengembangkan dirinya). Output pendidikan merupakan kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efesiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya dan moral kerjanya. Khusus yang berkaitan dengan mutu output sekolah, dapat dikatakan bahwa output sekolah berkualitas/bermutu tinggi jika prestasi sekolah, khususnya prestasi siswa menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam misalnya : (1) prestasi akedemik berupa nilai ulangan umum, EBTA EBTANAS, karya ilmiah, lomba-lomba akademik; dan (2) non akademik, seperti kejujuran, kesopanan, olahraga, kesenian, keterampilan kejuruan, dan kegiatankegiatan ekstrakurikuler lainnya. Mutu sekolah dipengaruhi oleh banyak tahapan kegiatan yang saling berhubungan (proses), misalnya perencanaan, pelaksanan, pengawasan. Pengertian mengenai mutu pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan termasuk pendidikan di sekolah dasar, sampai saat ini belum digambarkan secara jelas. Masalah ini merupakan masalah yang telah lama berkembang hampir di setiap Negara, termasuk Negara-negara maju. Di Indonesia, mewujudkan mutu pendidikan sudah menjadi suatu tekad nasional. Dengan demikian sangat dipandang perlu adanya suatu pengertian yang operasional tentang mutu pendidikan.

Dikaitkan dengan pendidikan formal, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah memberikan pengertian tentang mutu pendidikan sebagai berikut : Kemampuan sekolah dalam pengelolaan secara operasional dan efisien terhadap komponen-komponen yang berkaitan dengan sekolah, sehingga menghasilkan nilai tambah terhadap komponen tersebut menurut norma/standar yang berlaku.18 Pengertian mutu pendidikan di sini bukanlah suatu yang statis, melainkan suatu konsep yang dapat berkembang seirama dengan tuntutan kebutuhan hasil pendidikan yang berkaitan dengan kemajuan ilmu dan teknologi yang melekat pada wujud pengembangan-pengembangan kualitas sumber daya manusia. Dari pengertian tersebut juga menunjukkan bahwa untuk mendapatkan suatu konsep dasar tentang mutu pendidikan secara lengkap, maka perlu mengkaji tentang pengertian, dan komponen-komponen yang mempengaruhi mutu pendidikan itu sendiri. 7. Pendidikan Agama Islam Setiap agama di dunia ini umumnya diberi nama menurut nama orang yang membawa atau mengembangkan agama tersebut, atau menurut nama bangsa dimana agama tersebut diajarkan. Di Persia misalnya, ada agama Zoroaster, karena agama ini disesuaikan dengan nama penyebar dan pengajarnya, yaitu Zoroaster. Di India termasuk di Indonesia, ada agama Budha atau Budhisme, karena didasarkan pada nama pembawanya, yaitu Sidharta Budha Gautama yang lahir di India. Di Yahudi ada

Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1996, hal. 8

18

nama agama Judaisme, karena didasarkan pada nama bangsa dimana agama ini diajarkan. Demikian pula dengan agama Kristen atau Nasrani, nama agama ini di dasarkan atas nama pembawanya, yaitu Yesus Kristus, yang di lahirkan di Nazaret. Bagaimana dengan Agama Islam? Apakah nama lain Agama Islam adalah nama Muhammad karena dibawa dan diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Kata-kata Islam memiliki perbedaan yang amat jelas dan mendasar dengan agama-agama lainnya. Kata-kata Islam tidak mempunyai hubungan dengan orangorang atau golongan serta bangsa tertentu. Nama Agama Islam didasarkan oleh Allah SWT sendiri. Hal ini antara lain dijelaskan dalam beberapa ayat Al-Quran sebagaimana yang dikutip oleh Ali Hasan dan Abuddin Nata sebagai berikut :

n=M}$## !$# y e$!$# )


Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.19

zy9$# z tzF$# uu t6) n=s $Y n=M}$# ux tG;t tu


Artinya : Barangsiapa mencari agama selain agama islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orangorang yang rugi..20

Dengan

berdasarkan pada beberapa ayat tersebut di atas maka dapat

disimpulkan bahwa nama Agama Islam bukanlah berasal dari nama Nabi Muhammad
19

Ali Hasan dan Abuddin, Materi Pokok Agama Islam. PPG 12201/2 SKS. Modul 1 6. Jakarta: Direktotat Jenderal Pembinaan Kebudayaan Agama Islam, 1998. Hal. 3. 20 loc. Cit,

SAW atau paham Muhammad, melainkan diberikan langsung oleh Allah SWT. Dengan kata lain, sebagai suatu agama, Islam adalah agama yang ajaran-ajarannya disampaikan oleh Allah SWT kepada ummat manusia melalui Rasulnya, Nabi Muhammad SAW. Jika ditilik dari kosa katanya, Islam berasal dari Bahasa Arab yaitu Salima yang artinya selamat sentausa. Dari kata tersebut kemudian dibentuk menjadi kata Aslama yang artinya memeliharakan diri dalam keadaan selamat sentausa, yang berarti juga menyerahkan diri, patuh dan tunduk. Kata Aslama inilah yang menjadi pokok dari kata-kata Islam, yang mengandung segala arti yang tercakup dari arti pokoknya itu. Dalam ajaran Islam dikenal kata Muslim, artinya orang yang telah menyatakan patuh, tunduk dan taat serta berserah diri kepada Allah SWT. Ajaran Islam yang sesungguhnya berlainan dengan ajaran Islam yang umumnya diketahui. Ajaran Islam yang sesungguhya tidak hanya mencakup satu atau dua aspek dari kehidupan manusia, seperti aspek yang berkenaan dengan aspek keimanan, peribadatan, akhlak, sejarah, kebudayaan, dan ilmu pengetahuan modern. Ajaran Islam mencakup berbagai aspek kehidupan yang bersumber pada Al-Quran dan Hadits. Dengan kata lain intisari dari ajaran Islam adalah agar menjadikan manusia sebenar-benarnya manusia mulia yang memiliki empat unsur pokok kepribadian, yakni keimanan, ibadah, Al-Quran, dan akhlak. Secara keseluruhan sistim

pendidikan Islam hanya mengacu pada jalinan konsep-konsep dasar yang meliputi insan, ilmu dan marifat, dan kulliyat jamiah. 8. Mutu Pendidikan Agama Islam Ajaran Islam sebagai pengajaran yang meliputi aspek keimanan,

peribadatan, akhlak, sejarah, kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang bersumber dari Al-Quran dan Hadits maka pengajarannya tidak semata-mata hanya untuk mengetahui makna Al-Quran dan Hadits tetapi juga menjadikan seseorang sebagai manusia yang berkualitas. Dalam upaya mewujudkan kualitas manusia yang berakhlakul kharimah pada pengajaran Islam maka perlu memperhatikan mutu pendidikan Islam itu sendiri, baik dimulai dari pengajar maupun pada proses pelaksanaan pengajarannya sehingga dengan mutu yang baik maka diharapkan meningkatkan pula output keislaman. Pelaksanan pengajaran Islam seyogyanya dilakukan secara konsepsional melalui beberapa lembaga yang memiliki kapasitas atau kewenangan untuk itu. Dengan demikian mutu pendidikan Islam adalah suatu kemampuan lembaga Islam dalam pengelolaan secara operasional dan efisien terhadap komponenkomponen yang berkaitan dengan Islam, sehingga menghasilkan nilai tambah keimanan menurut norma-norma Islam. 9. Kebijakan Pemerintah Terhadap Pendidikan Islam Bagi Bangsa Indonesia pembangunan di bidang pendidikan keagamaan, khususnya agama Islam dilakukan secara berkesinambungan sekaligus sebagai upaya peningkatan kualitas keislaman manusia dan masyarakat Indonesia berdasarkan

kemampuan nasional dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang di dunia, kekuatan perubahan dan pembaharuan masyarakat dalam pembangunan masih sangat lemah. Oleh karena itu elit pemerintah selayaknya tanggap dan tampil ke depan sebagai motor penggerak pembangunan, karena mempunyai kekuasaan dan kekuatan untuk itu. Artinya perubahan kearah yang lebih baik secara menyeluruh dalam masyarakat dapat dikembangkan pemerintah dengan mengimplementasikan perannya sesuai dengan tugas dan wewenangnya, dengan berorientasi/berpusat pada masyarakat (people centered development) sebagai tujuan sentral pembangunan nasional. Sebagaimana Karten dalam bukunya Strategy of Management for People Centered Development, dikutip oleh Tjokroamidjojo bahwa : Pendekatan dalam kegiatan pembangunan yang berorientasi pada masyarakat (people oriented) harus diubah dengan pendekatan pembangunan yang berpusat pada masyarakat (people centered development) artinya usaha pembangunan yang berlangsung dalam masyarakat dengan pendekatan pembanguan berorientasi pada masyarakat sebagai figur sentral pembangunan dengan berbagai dimensinya.21 Terkait dengan pendidikan keagamaan maka tujuan pembangunan nasional pada dasarnya adalah meningkatkan keimanan dan ketakwaan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang mulia dan bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Bintoro Tjokroamidjojo, Kebijaksanaan dan Administrasi Pembangunan (Perkembangan, Teori, dan Penerapan). Jakarta: LP3ES, 1998, hal. 15

21

Dalam proses pembangunan di bidang keagamaan maka peran yang dapat diimplementasikan pemerintah diantaranya adalah menyelenggarakan pendidikan keagamaan. Hal ini sebagaimana dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional bahwa Pendidikan keagamaan dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal dan informal.22 Selanjutnya disebutkan bahwa .pendidikan agama Islam dapat dilaksanakan melalui lembaga atau yayasan seperti, diniyah, pesantren dan sebagainya. 10. Peran Pola Kebijakan Pemerintah Terhadap Pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang Pola atau perangkat adat-istiadat tertentu dinamakan peranan (role) yang biasanya dirumuskan serta diakui oleh warga-warga suatu sistim sosial tertentu. Peranan berhubungan erat dengan harapan-harapan mengenai perilaku-perilaku yang dianggap pantas. Peranan-peranan tertentu bersifat terbuka dan dapat diberikan kepada setiap warga masyarakat. (dalam Soejono Soekanto).23 Gross, Mason dan Mc Eachern sebagaimana yang dikutip oleh David Berry, mendefinisikan peranan sebagai perangkat harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu.24 Pokok pandangan Gros, Mason dan Mc Eachern adalah bahwa harapanharapan yang dimaksud dalam peranan merupangan imbangan dari norma-norma sosial dan oleh karena itu dapat dikatakan bahwa peranan-peranan itu ditentukan oleh
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, op.cit, Soejono Seokanto, Beberapa Teori Sosiologi Tentang Struktur Masyarakat. Jakarta: CV. Rajawali, 1983, hal. 25 24 David Berry, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi. Jakarta: CV. Rajawali, 1992, hal. 99
23 22

norma-norma di dalam masyarakat, artinya kita diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat di dalam pekerjaan itu, baik di dalam keluarga maupun di dalam peranan-peranan lainnya. Dari beberapa uraian di atas dapat dikemukakan bahwa peranan adalah perilaku-perilaku individu atau kelompok sosial yang diharapkan dan dianggap

pantas yang ditentukan oleh norma-norma sosial yang berlaku dan diakui dalam masyarakat. Jika dikaitkan dengan peranan pemerintah desa maka peran Pemerintah Desa Perangian di bidang agama Islam adalah melaksanakan atau mengimplementasikan kebijakan-kebijakan yang menunjang peningkatan mutu pendidikan Islam dalam wilayah wewenangannya, dalam hal ini peningkatan mutu pendidikan Islam di Desa Perangian. Salah satu implementasi peningkatan mutu Pendidikan Islam di Desa Perangian adalah baca tulis Al-Quran dan Pengajian Rutin Bulanan, serta kegiatankegiatan agama lainnya. Warga yang mengikuti kegiatan baca tulis Al-Quran ternyata sebahagian besar juga bergabung dalam kelompok Pengajian Rutin Bulanan.

B. Kerangka Pikir Berangkat dari latar belakang masalah dan tinjauan pustaka maka dikemukakan alur pemikiran penulis atau kerangka pikir dalam bentuk paradigma sebagai berikut :

DESA PERANGIAN

KEBIJAKAN PEMERINTAH DESA

MUTU PENDIDIKAN ISLAM

Baca Tulis Al-Quran

Pengajian Rutin Bulanan

Kegiatan Agama Lainnya

Gambar 1. Kerangka Pikir Skema atau gambar tersebut menunjukkan bahwa untuk merealisasikan tujuan pembangunan di Wilayah Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, maka pemerintah desa berusaha mengeluarkan kebijakan-kebijakan pembangunan, salah satu diantaranya adalah kebijakan yang terkait dengan peningkatan mutu pendidikan Islam.

Dalam mengimplementasikan kebijakan maka Pemerintah Desa Perangian mengarahkan perhatian yang sebesar-besarnya pada pemanfaatan secara maksimal segala potensi sumber daya pembangunan di desa. Salah satu usaha memaksimalkan potensi sumber daya pembangunan adalah dengan memaksimalkan kemampuan dan peran kinerja pemerintah desa. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa pemerintahan desa sebagai bentuk pendelegasian (otonom) dari pemerintahan daerah turut memikul tugas dan tanggung jawab dalam menyukseskan pendidikan keagamaan di wilayah pedesaan. Beberapa kebijakan Pemerintahan Desa Perangian memiliki kecenderungan pada upaya peningkatan mutu Pendidikan Islam di Desa Perangian. Dengan kata lain meningkat tidaknya mutu pendidikan Islam di Desa Perangian disamping ditentukan oleh masyarakatnya sendiri juga ditentukan oleh implementasi kebijakan-kebijakan Pemerintah Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian tingkat eksplanasi dengan metode analisis kualitatif yang sifatnya memberikan gambaram atau penjelasan tentang suatu gejala atau peristiwa sebagaimana adanya atau sesuai yang terjadi di lapangan. Dalam Penelitian ini digambarkan tentang kebijakan pemerintah desa dan perannya terhadap mutu pendidikan Islam di desa setempat. Dalam hal ini adalah kebijakan Pemerintahan Desa dan perannya terhadap peningkatan mutu pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. B. Variabel dan Desain Penelitian 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan variabel-variabel sebagai berikut : a. Variabel Bebas, yakni kebijakan pemerintah desa. b. Variabel Terikat, yakni mutu pendidikan Islam. Variabel kebijakan pemerintahan desa memberikan kontribusi yang positif terhadap mutu pendidikan Islam di desa. Artinya, semakin baik tingkat efektivitas implementasi kebijakan pemerintah desa diikuti oleh semakin baik atau meningkatnya mutu pendidikan Islam. Sebaliknya, semakin jarang atau rendahnya frekuensi implementasi kebijakan pemerintah desa akan diikuti pula oleh semakin rendahnya atau tidak meningkatnya mutu pendidikan Islam di desa.

2. Desain Penelitian Penelitian ini tidak bermaksud untuk mengetahui pengaruh secara kausal variabel kebijakan pemerintah desa terhadap mutu pendidikan Islam. Namun hanya bermaksud menunjukkan bagaimana kaitan secara deskriptif atau gambaran bagaimana peranan kebijakan pemerintahan desa terhadap mutu pendidikan Islam, yang didesain sebagai berikut : Variabel Bebas Kebijakan Pemerintahan Desa Variabel Terikat Mutu Pendidikan Islam

Keterangan : = garis peran yang sifatnya mempengaruhi Gambar 2. Desain Penelitian

C. Definisi Operasional Variabel Guna menghindari perbedaan penafsiran terhadap variabel yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulis memberikan batasan pengertian atau definisi operasional variabel sebagai berikut : 1. Kebijakan Pemerintahan Desa Kebijakan pemerintahan desa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah beberapa aturan Pemerlintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang yang merupakan pedoman pokok dalam melaksanakan pemerintahan terkait dengan kegiatan-kegiatan di bidang pendidikan Islam.

Kebijakan pemerintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, meliputi tiga kebijakan pemerkintahan desa, sebagai berikut : 1. Menyelenggarakan baca tulis Al-Quran melalui metode Iqra. Meliputi kegiatan : a. Sosialisasi pemerintah desa ke seluruh masyarakat desa tentang perlunya mengetahui, dan lancar membaca maupun menulis AlQuran b. Memberikan dan mempermudah penyediaan perangkat, fasilitas, sarana dan prasarana pelaksanaan baca tulis Al-Quran c. Intensitas kehadiran unsur pemerintah desa pada saat pelaksanaan baca tulis Al-Quran sebagai bentuk motivasi bagi peserta didik baca tulis Al-Quran d. Pemberian motivasi langsung ke seluruh masyarakat agar mengikuti kegiatan baca tulis Al-Quran. e. Kegiatan-kegiatan lain yang sifatnya menunjang peningkatan, menunjang kuantitas dan kualitas penyelenggaraan. 2. Pengajian Rutin Bulanan. Meliputi kegiatan : a. Sosialisasi pemerintah desa ke seluruh masyarakat desa tentang perlunya dibentuk kelompok-kelompok pengajian rutin bulanan. b. Memberikan dan mempermudah penyedian perangkat, fasilitas, sarana dan prasarana pelaksanaan baca tulis Al-Quran

c. Intensitas kehadiran unsur pemerintah desa saat pelaksanaan pengajian rutin bulanan. d. Pemberian motivasi langsung ke seluruh masyarakat agar aktif mengikuti kegiatan pengajian rutin bulanan. e. Kegiatan-kegiatan lain yang sifatnya menunjang kuantitas dan kualitas pelaksanaan baca tulis Al-Quran. 3. Kegiatan-kegiatan lainnya di bidang keagamaan, seperti : a. Pesantren kilat b. Rehab/renovasi masjib c. Pengajian bersama (gabungan) antara dusun/desa/daerah d. Anjangsana (silaturrahmi) oleh tokoh agama dari dusun/desa/daerah lainnya dan anjangsana (silaturrahmi) oleh tokoh agama dari dusun atau desa setempat ke dusun/desa/daerah lainnya. e. Mengadakan dan mengkoordinir perlombaan-perlombaan keagamaan antara dusun/desa/daerah. f. Mengikuti dan mengirimkan wakil desa pada perlombaan-

perlombaan keagamaan antar dusun/desa/daerah. g. Kegiatan lain-lain yang sifatnya menunjang peningkatan kuantitas dan kualitas pendidikan islam. 2. Mutu Pendidikan Islam Mutu Pendidikan Islam yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adanya nilai tambah, baik pengetahuan, pemahaman, maupun penguasaan tentang keislaman

pada masyarakat Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang dari kegiatan pendidikan Islam yang diikuti dalam kurun waktu tertentu, yang ditunjukkan dengan perubahan sikap dan perilaku.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, yang tersebar atau berasal dari 4 (empat) dusun, yakni Dusun Bodi 1, Bodi 2, Bakah dan Tirowali. Berdasarkan observasi awal pada lokasi penelitian, yakni pengamatan pada papan potensi Kantor Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang terungkap bahwa jumlah keseluruhan warga Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang sebanyak 986 orang, terdiri dari 483 laki-laki dan 503 perempuan. Dari keseluruhan jumlah populasi tersebut, diantaranya sebanyak 237 (24,04%) orang yang berstatus sebagai Kepala Keluarga (KK), dan di samping berstatus sebagai kepala keluarga sekaligus diantaranya sebanyak 22 (9,30%) orang yang oleh masyarakat setempat dipandang sebagai figur atau tokoh masyarakat, baik sebagai tokoh di bidang pemerintahan, agama, pendidik, pemuda/organisasi dan sebagainya.

2. Sampel Penentuan besar atau jumlah sampel mengacu pada pendapat Suharsimi Arikunto yang mengemukakan bahwa : Apabila subjek penelitian kurang dari 100 orang lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjek besar, diambil antara 10% - 15% atau 20% 25% atau tergantung dari (a) kemampuan peneliti dari segi waktu, tenaga dan dana; (b) wilayah pengamatan; dan (c) besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.25 Berdasarkan jumlah populasi dan pendapat tersebut di atas serta untuk menghindari resiko hasil penelitian maka jumlah sampel yang diambil sebanyak 20% dari kerseluruhan populasi = 2-% x 986 = 197 sampel. Guna mempertahankan sifat generasilisasi dan lebih refresentatif (mewakili populasi) maka jumlah sampel digenapkan ke atas menjadi 200 sampel. Penambahan sampel ini mengacu pada pendapat Winarno Surakhmad yang mengemukakan bahwa untuk jaminan ada baiknya sampel selalu ditambah sedikit lagi dari jumlah matematik tadi.26 Berdasarkan pendapat tesebut maka jumlah sampel ditambah sebanyak 3 orang, sehingga dengan demikian jumlah keseluruhan sampel penelitian sebanyak 200 penduduk. Oleh karena populasi yang berasal dari beberapa dusun maka pengambilan sampel dilakukan melalui teknik kombinasi Purposive Sampling (sampel dengan
Suharsimi Arikunti, Prosedur Penelitian (suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta, 1995, hal. 72. 26 Winarno Surakhmad, 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah (Dasar, Metode dan Teknik). Bandung: Tarsito, 1994, hal. 100
25

tujuan tertentu) dan Cluster Sampling (sampel kelompok). Teknik Purposive Sampling dilakukan karena tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran dan implementasi kebijakan pemerintahan desa di bidang pendidikan dan keagamaan. Sedangkan teknik Cluster Sampling di samping bertolak dari pendapat Arikunto di atas (wilayah pengamatan) juga karena populasi yang berasal dari 4 (empat) dusun. Dari 200 sampel yang dipilih diantaranya sebanyak 120 (60%) orang yang berstatus sebagai kepala keluarga (KK) yang di dalamnya terdapat 22 (18,33%) yang dipandang sebagai tokoh masyarakat oleh penduduk setempat dari 30 tokoh masyarakat yang menjadi sampel. Dengan maksud mempertajam refresentatif sampel (mewakili masyarakat keempat dusun) maka pemilihan sampel dari setiap dusun dilakukan secara proporsional melalui teknik Cluster Sampling berdasarkan kuantitas penduduk setiap dusun. Untuk lebih jelasnya keadaan sampel warga Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang sebagai sampel penelitian ini terangkum dalam tabel 1.

Tabel 1. Keadaan Warga Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang Sebagai Populasi Penelitian
Tokoh Masyarakat Dan Kedudukan /Jabatan Kades Sekdes Kepsek SD Guru Agama SD Kepala Dusun Ketua Pengajian Guru Mengaji Tokoh Agama Tokoh Pemuda Tokoh Masyarakat lainnya Jumlah Masyarakat biasa Total Status di Keluarga dan Nama dusun Kepala Keluarga Bukan Kepala Keluarga
Bodi 1 Bodi 2 Bakah Tiro wali Bodi 1 Bodi 2 Bakah Tiro wali

A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Jum lah 1 1 1 1 4 4 4 6 4 4 30 170 200

1 1 1 1 1 1 6 20 26

1 1 1 1 2 1 7 35 42

1 1 1 1 4 25 29

1 1 2 1 5 10 15

1 1 2 15 17

1 1 30 31

1 1 2 25 27

1 1 1 3 10 13

Sumber : Data Hasil Pengolahan Penulis Tahun 2008

E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Studi Pustaka Teknik ini digunakan dengan cara melakukan pengumpulan, mengkaji secara selektif beberapa buku atau literatur guna memperoleh acuan atau landasan teoritis yang relevan dengan permasalahan penelitian ini. 2. Kuisioner (angket) Teknik ini digunakan dengan cara menyusun dan membagikan angket kepada masing-masing penduduk sebagai responden dalam bentuk daftar pertanyaan yang berkaitan dengan kebijakan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten

Enrekang sebagai implementasi upaya peningkatan mutu pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, dan angket tentang mutu pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Pembagian angket dilakukan langsung oleh penulis sekaligus melakukan pengawasan pengisian ynag dilakukan responden guna menghindari rekayasa maupun pengaruh sesama responden atau oknum di luar responden saat pengisian angket berlangsung. Daftar pertanyaan dalam angket Kebijakan Pemerintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang dengan upaya peningkatan mutu Pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, terdiri dari 3 item, sebagai berikut : a. Penyelenggaraan kegiatan baca tulis Al-Quran melalui metode Iqra. b. Pengajian rutin bulanan c. Kegiatan-kegiatan lainnya di bidang keagamaan. Angket kebijakan Pemerintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang terdiri dari 3 item, yakni item yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan baca tulis Al-Quran melalui metode Iqra, pengajian rutin bulanan, dan kegiatan-kegiatan lainnya di bidang keagamaan, yang masing-masing itemnya terdiri dari 5 butir pertanyaan dalam bentuk multiple choice (pilihan ganda) dengan hanya mewajibkan responden memilih satu dari tiga alternatif jawaban yang disediakan yakni sering, kadang-kadang, dan Tidak pernah, dengan skor setiap jawaban sebagai berikut :

Menjawab Menjawab Menjawab

Sering Kadang-kadang Tidak pernah

: Skor 3 : Skor 2 : Skor 1

Dengan demikian jumlah seluruh pertanyaan dalam angket sebanyak 15 butir dengan skor tertinggi jawaban dari setiap butir pertanyaan adalah 3 sedangkan skor terendah adalah 1, sehingga skor total tertinggi jawaban untuk seluruh butir pertanyaan adalah 3 x 15 = 45 sedangkan skor total terendah adalah 1 x 15 = 15. Angket mutu pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang untuk mengetahui dampak dari kebijakan Pemerintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang juga terdiri dari 10 butir pertanyaan yang masih terkait dengan penyelenggaraan kegiatan baca tulis Al-Quran melalui metode Iqra, pengajian rutin bulanan, dan kegiatan-kegiatan lainnya di bidang keagamaan, dalam bentuk multiple choice (pilihan ganda) dengan hanya mewajibkan responden memilih satu dari dua alternatif jawaban yang disediakan yakni Ya, dan Tidak, dengan skor setiap jawaban sebagai berikut : Menjawab Menjawab Ya Tidak : Skor 2 : Skor 1

Dengan demikian jumlah seluruh pertanyaan dalam angket sebanyak 10 butir dengan skor tertinggi jawaban dari setiap butir pertanyaan adalah 2 sedangkan skor terendah adalah 1, sehingga skor total tertinggi jawaban untuk seluruh butir pertanyaan adalah 2 x 10 = 20 sedangkan skor total terendah adalah 1 x 10 = 10.

3. Wawancara Teknik ini digunakan dengan cara melakukan wawancara langsung dengan setiap responden penelitian yang terkait dengan kebijakan Pemerintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang dan perannya terhadap peningkatan mutu pendidikan Islam. Wawancara lisan ini dilakukan untuk menemukan relevansi jawaban responden melalui angket juga untuk menunjang kevalidan data yang diperoleh dari angket.

F. Teknik Analisis Data Data yang telah dihimpun selanjutnya diolah dengan menggunakan prosedur analisis statistik deskriptif dengan teknik tabulasi, frekuensi dan persentase. Proses analisis deskriptif dilakukan melalui prosedur sebagai berikut : 1. Kebijakan Pemerintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang a. Menentukan skor total tertinggi dan skor total terendah jawaban angket tentang kebijakanPemerintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Jumlah seluruh pertanyaan angket Kebijakan Pemerintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka

Kabupaten Enrekang masing-masing sebanyak 15 butir dengan skor tertinggi jawaban dari setiap butir pertanyaan adalah 3 sedangkan skor terendah adalah 1, sehingga skor total tertinggi jawaban untuk

seluruh butir pertanyaan adalah 3 x 15 = 45 sedangkan skor terendah adalah 1 x 15 = 15. b. Menentukan interval kategori skor dengan cara skor tertinggi jawaban angket dikurangi skor terendah jawaban angket, hasilnya dibagi dengan lima interval kategori keefektivan (sangat efektif, Cukup efektif, Tidak efekf, dan sangat tidak efektif), sehingga interal dan kategori skor Kebijakan Pemerintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang sebagai berikut : 38 45 31 37 24 30 17 23 10 16 .................... .................... .................... .................... .................... Sangat efektif Efektif Cukup efektif Tidak efektif Sangat tidak efektif

Penentuan interval dan kategori skor menggunakan formula sebagaimana yang dikemukakan oleh Bambang Soepeno sebagai berikut : r i = Jumlah intreval Keterangan : i = r =
27

Isi setiap kelas/interval Skor tertinggi skor terendah27

Bambang Soepeno, Statistik Terapan (Dalam Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial dan Pendidikan). Jakarta: Rineka Cipta, 1997, hal. 26

c. Merekapitulasi frekuensi dan persentase responden berdasarkan kategori jawaban dari angket kebijakan Pemerintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang Perhitungan frekuensi dan persentase menggunakan formula : f % = N Keterangan : % = Persentase f N = Frekuensi dalam satu kategori = Jumlah keseluruhan sampel dari keseluruhan kategori x 100 %

2. Mutu pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang a. Menentukan skor total tertinggi dan skor total terendah jawaban angket tentang kebijakan Pemerintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Jumlah seluruh pertanyaan angket mutu pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang sebanayk 10 butir dengan skor tertinggi jawaban dari setiap butir pertanyaan adalah 3 sedangkan skor terendah adalah 1, sehingga skor total tertinggi jawaban untuk seluruh butir pertanyaan adalah 2 x 10 = 20 sedangkan skor total terendah adalah 1 x 10 = 10

b. Menentukan interval dan kategori skor dengan cara skor tertinggi jawaban angket dikurangi skor terendah jawaban angket, hasilnya dibagi dengan lima interval kategori keefektivan (sangat Meningkat, Cukup Meningkat, Tidak Meningkat, dan sangat tidak Meningkat), sehingga interal dan kategori skor Kebijakan Pemerintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang sebagai berikut : 18 20 16 17 14 15 12 13 10 11 .................... .................... .................... .................... .................... Sangat meningkat Meningkat Cukup Meningkat Tidak Meningkat Sangat tidak Meningkat

Perhitungan frekuensi dan persentase menggunakan formula : f % = N Keterangan : % = Persentase f N = Frekuensi dalam satu kategori = Jumlah keseluruhan sampel dari keseluruhan kategori x 100 %

c. Merekapitulasi frekuensi dan persentase responden berdasarkan kelima kategori mutu (sangat Meningkat, Cukup Meningkat, Tidak Meningkat, dan sangat tidak Meningkat) pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, dengan

menggunakan analisis frekuensi dan persentase sebagaimana formula: f % = N Keterangan : % = Persentase f N = Frekuensi dalam satu kategori = Jumlah keseluruhan sampel dari keseluruhan kategori x 100 %

d. Menunjukkan keterkaitan atau peran kebijakan Pemerintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang terhadap mutu pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang dengan menggunakan tabulasi silang, frekuensi dan persentase, yang selanjutnya memeberikan beberapa penjelasan umum tentang data pada tabulasi silang, frekuensi dan persentase tersebut, disertai beberapa kesimpulan guna memberikan pemahaman terhadap hasil analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum lokasi Penelitian Desa Perangian merupakan salah satu wilayah otonom Pemerintahan Daerah Kabupaten Enrekang, yang terdiri dari 4 (empat) dusun, yakni Dusun Bodi 1, Bodi 2, Bakah dan Tirowali. Ditinjau dari letak geografis, Desa Perangian merupakan wilayah yang berada pada daerah perbukitan (pegunungan) dan salah satu bagian dari Pemerintahan Kecamatan Baraka. Letaknya yang berada di daerah pegunungan menjadikan Desa Perangian sebagai wilayah yang memiliki panorama alam yang indah, bila seseorang berada di daerah ini maka sejauh mata memandang akan tampak beberapa deretan perbukitan yang elok dan unik. Jumlah penduduk Desa Perangian sebanyak 986 dengan 237 kepala keluarga. Sebagian besar penduduknya bermukim pada lereng-lereng pegunungan dan kondisi ini menyebabkan sebahagian besar pencaharian penduduknya tergantung pada hasil bumi (pertanian). Seiring dengan perkembangan zaman maka desa dan masyarakatnyapun mengalami perkembangan, sehingga di samping mata

perncaharian di sektor pertanian juga sebahagian pada usaha perdagangan, transportasi dan pegawai pemerintahan. Tanaman yang dikembangkan masyarakat adalah tanaman jangka panjang dan jangka pendek. Tanaman jangka panjang seperti salak, coklat dan merica.

Tanaman jangka pendek seperti bawang merah, tomat, kubis dan Lombok. Hasil bumi ini di samping untuk dikonsumsi sendiri, juga dipasarkan ke daerah-daerah tetangga lainnya, bahkan sampai ke mancanegara.

B. Kebijakan Pemerintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang Setelah melakukan pengumpulan dan pengolahan data dari angket tentang kebijakan Pemerintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif dengan teknik frekuensi dan persentase. Hasil analisis angket tentang kebijakan Pemerintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang terangkum dalam tabel 2. Tabel 2. Interval, Kategori, dan Frekuensi Kebijakan Pemerintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

interval 38 45 31 37 24 30 17 23 10 16

Kategori Sangat Efektif Efektif Cukup Efektif Tidak Efektif Sangat tidak Efektif Jumlah

Frekuensi 20 60 80 25 15 200

% 10,00 30,00 40,00 12,50 7,50 100,00

Sumber : Data Hasil Pengolahan Penulis Tahun 2008

Data pada tabel 2 dijelaskan sebagai berikut : 1. Sebanyak 20 (10,00%) dari 200 penduduk Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang yang menyatakan bahwa kebijakan Pemerintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang sangat efektif. 2. Sebanyak 60 (30,00%) dari 200 penduduk Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang yang menyatakan bahwa kebijakan Pemerintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang efektif. 3. Sebanyak 80 (40,00%) dari 200 penduduk Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang yang menyatakan bahwa kebijakan Pemerintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang cukup efektif. 4. Sebanyak 25 (12,50%) dari 200 penduduk Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang yang menyatakan bahwa kebijakan Pemerintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang tidak efektif. 5. Sebanyak 15 (7,50%) dari 200 penduduk Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang yang menyatakan bahwa kebijakan Pemerintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang sangat tidak efektif. Dari penjelasan tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa secara umum penduduk berpendapat Kebijakan Pemerintahan Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang cukup efektif.

C. Mutu Pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang Hasil analisis angket tentang mutu pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang terangkum dalam tabel 3. Tabel 3. Interval, Kategori, dan Frekuensi Mutu Pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

interval 18 20 16 17 14 15 12 13 10 11

Kategori Sangat Meningkat Meningkat Cukup Meningkat Tidak Meningkat Sangat tidak Meningkat Jumlah

Frekuensi 10 47 110 23 10 200

% 5,00 23,50 55,00 11,50 5,00 100,00

Sumber : Data Hasil Pengolahan Penulis Tahun 2008 Data pada tabel 3 dijelaskan sebagai berikut : 1. Sebanyak 10 (5,00%) dari 200 penduduk Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang yang menyatakan bahwa mutu Pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang sangat meningkat. 2. Sebanyak 47 (23,50%) dari 200 penduduk Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang yang menyatakan bahwa mutu Pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang Meningkat.

3.

Sebanyak 110 (55,00%) dari 200 penduduk Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang yang menyatakan bahwa mutu Pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang cukup meningkat.

4.

Sebanyak 23 (11,50%) dari 200 penduduk Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang yang menyatakan bahwa mutu Pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang tidak meningkat.

5.

Sebanyak 10 (5,00%) dari 200 penduduk Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang yang menyatakan bahwa mutu Pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang sangat tidak meningkat. Dari penjelasan tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa secara

umum penduduk berpendapat bahwa mutu Pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang cukup meningkat

D. Kebijakan Pemerintahan Desa dan Perannya Terhadap Mutu Pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang Hasil analisis data tentang kebijakan Pemerintahan Desa dan perannya terhadap mutu Pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang terangkum dalam tabel 4.

Tabel 4. Kebijakan Pemerintahan Desa dan Perannya Terhadap Mutu Pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang MPI
Sangat Meningkat Cukup Meningkat Tidak meningkat Sangat Tidak Meningkat

Meningkat

Jumlah

KPD
Sangat efektif Efektif Cukup efektif Tidak efektif Sangat tidak Efektif Jumlah

f
10 10

%
5,00 5,00

f
5 20 20 2 47

%
2,50 10,00 1,00 23,50

F
15 40 50 3 2 110

%
7,50 20,00 25,00 1,50 1,00 55,00

F
10 13 23

%
5,00 6,50 11,50

F
5 5 10

%
2,50 2,50 5,00

F
20 60 80 25 15 200

Sumber : Tabel No. 2 dan 3 KPD MPI : Kebijakan Pemerintahan Desa : Mutu Pendidikan Islam Data pada tabel 4 menggambarkan bahwa dari 200 penduduk Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang yang menjadi responden penelitian ini sebanyak 110 (55,00%) penduduk yang menyatakan Mutu Pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang cukup meningkat, diantaranya sebanyak 15(10%) yang menyatakan bahwa cukup meningkatnya mutu pendidikan islam tersebut karena pelaksanaan kebijakan pemerintahan desa yang sangat efektif, sebanyak 40 (20%) yang menyatakan efektif, sebanyak 50 (25%0 yang menyatakan karena cukup efektif, sebanyak 3 (1,50%) yang menyatakan tidak efektif, dan sebanyak 2 (1,00%) yang menyatakan karena sangat tidak efektif.

Dari penjelasan tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa secara umum penduduk menyatakan mutu pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang cukup meningkat dan hal tersebur disebabkan oleh pelaksanaan kebijakan pemerintahan desa yang juga cukup efektif.

E. Pembahasan Berdasarkan temuan data sebagai hasil analisis dengan menggunakan prosedur analisis deskriptif kualitatif mengungkapkan bahwa kebijakan pemerintahan desa sangat terkait dan berperan dalam meningkatkan dengan mutu pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Data pada tabel 2 mencerminkan bahwa dari 200 orang penduduk Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang sebahagian besar menyatakan bahwa kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintahan desanya ternyata berlangsung cukup efektif. Keefektifan ini terlihat pada upaya-upaya pemerintah desa mengimplementasikan kebijakan-kebijakan tersebut pada masyarakat setempat, diantaranya dengan mensosialisasikan kegiatan pendidikan keagamaan, khususnya pada pentingnya pelaksanaan kegiatan bca tulis Al-Quran dan kelompok pengajian rutin bulanan. Sebagai konsekwensi dari sosialisasi tersebut maka pemerintah desa mengupayakan kemudahan fasilitas atau sarana dan prasarana sebagai penunjang kegiatan tersebut, dan dalam rangka lebih mempererat kepercayaan dari masyarakat maka pemerintah desa atau unsurnya menghadiri kegiatan tersebut dengan senantiasa memberikan motivasi kepada masyarakat agar terlibat serta dalam kegiatan-kegiatan

tersebut. Dalam rangka terus menunjang peningkatan pendidikan Islam maka pemerintah juga memberikan perhatian pada kegiatan keagamaan lainnya, diantaranya adalah kegiatan pesantren kilat, renovasi/rehabilitasi mesjid, dan untuk memperluas/meningkatkan wawasan masyarakat desa di bidang keagamaan mereka mengupayakan perlunya kegiatan rutin anjangsana atau silaturrahmi ke desa/daerahdaerah lainnya atau sebaliknya dengan dan oleh tokoh-tokoh masyarakat, khususnya dengan para tokoh agama. Upaya-upaya implementasi kebijakan pemerintahan desa tersebut

memberikan dampak pada peningkatan mutu pendidikan Islam di Desa Perangian, meskipun peningkatan tersebut belum menyentuh ke semua kegiatan keagamaan. Hal ini tercermin pada rangkuman tabel 3 yang menunjukkan bahwa dari 200 orang penduduk Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang sebahagian besar menyatakan bahwa mutu pendidikan Islam di desa mereka menjadi cukup meningkat. Cukup meningkatkan pendidikan Islam tersebut diperlihatkan dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, baik karena anjuran pemerintah desa maupun dengan kesadarannya sendiri untuk mengikuti kegiatan pendidikan keagamaan, di samping itu semakin bertambahnya masyarakat yang mampu menulis huruf Arab dan membaca Al-Quran. Cukup efektifnya implementasi kebijakan pemerintah desa di bidang pendidikan keagamaan memiliki keterkaitan dengan peningkatan pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Hal ini tercermin pada rangkuman tabel 4 yang menunjukkan bahwa dari 200 orang penduduk Desa

Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, diantaranya sebanyak 80 (40%) penduduk yang menyatakan bahwa kebijakan yang dilaksanakan oleh pemerintahan desanya ternyata berlangsung cukup efektif dan memberikan dampak bagi kegiatan keagamaan di desa mereka, yakni pendidikan Islam di desa mereka menjadi cukup meningkat dibandingkan sebelumnya Meningkatnya mutu pendidikan Islam di pedesaan sebagai akibat dari adanya kebijakan-kebijakan pemerintah desa dalam rangka penyelengaraan pemerintahan desa merupakan indikator bahwa kebijakan-kebijakan pemerintah desa merupakan satu dimensi penyelengaraan pemerintahan di tingkat desa yang perlu terus dikaji dan ditingkatkan dengan mengedepankan peningkatan ilmu pengetahuan masyarakat di bidang Islam dan amaliah melalui konsep-konsep sistim pendidikan Islam. Naquib Al-Attas sebagaimana yang dikutip oleh Fachrurrozi bahwa Sistim pendidikan Islam harus mengacu pada jalinan-jalinan konsep-konsep dasar yang meliputi konsep diin, insan, ilmu dan marifat, hikmah dan kulliyat jami;ah.28 Dengan demikian kebijakan-kebijakan pemerintah desa yang dilaksanakan secara efektif merupakan usaha pemerintah desa untuk menjadikan masyarakatnya sebagai masyarakat desa yang berbudi pekerti luhur serta bertakwa kepada Allah SWT. Kegiatan-kegiatan keagamaan dalam masyarakat desa juga dapat

A. Fachrurrozi, Konsep Pendidikan Islam dalam Perspektif Naquib Al-Attas. Mimbar Ilmiah Universitas Islam Djakarta. Tahun V No. 20. Jakarta: Universitas Islam Jakarta, 1995, hal. 53.

28

menjembatani hubungan antar anggota masyarakat desa atau sebagai wadah komunikasi nurani yang efektif antara masyarakat desa dengan Sang Pencipta. Oleh karena itu pemerintah desa perlu terus memberikan perhatian dan mengembangkan kegiatan pendidikan Islam di lingkungan kewenangan tugasnya. Tugas tersebut selain sebagai implementasi tanggung jawab, bukan saja tanggung jawab terhadap pemerintahan di atasnya tetapi juga tanggung jawab kepada Allah SWT. Dari beberapa uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa cukup efektifnya pelaksanaan kebijakan pemerintah desa memberikan kontribusi atau berperan positif terhadap mutu pendidikan keagamaan, khususnya pada bidang pendidikan Islam. Dan efektif tidaknya pelaksanaan kebijakan pemerintah desa ditentukan pula oleh kesadaran dan kemampuan seluruh anggota masyarakat melaksanakan maupun mentransfer nilai-nilai keagamaan itu sendiri. Yang terpenting dari kegiatan-kegiatan pendidikan keagamaan adalah mengarahkan anak dan seluruh warga desa untuk senantiasa melaksanakan amar maruf nahi munkar guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan selama menjalani dan mengabdikan hidup di muka bumi ini.

BAB V PENUTUP

A. Simpulan Setelah melakukan pengumpulan dan pengolahan data terhadap variabelvariabel penelitian, maka kesimpulan dari keseluruhan hasil penelitian ini adalah : Pola kebijakan pemerintahan desa cukup meningkatkan mutu pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Sebahagian besar penduduk menyatakan bahwa cukup meningkatkan mutu pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang karena disebabkan oleh pelaksanaan kebijakan pemerintahan desa yang cukup efektif di bidang pendidikan Islam. B. Saran-saran Merujuk pada kesimpulan di atas, maka diajukan beberapa saran dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan Islam, sebagai berikut : 1. Pemerintah a. Pemerintah desa, sebagai perangkat penyelenggara otonom pemerintahan daerah di tingkat desa agar lebih bersinergi dengan masyarakat desa maupun Badan Permusyawaratan Desa (BPD) setempat dalam mengimplementasikan kebijakan-kebijakan sehingga dalam pelaksanaannya mendapat dukungan atau legitimasi dari warga masyarakat desa setempat yang berdampak pada pencapaian kualitas masyarakat desa yang lebih optimal. Di samping itu perlu

senantiasa melakukan refleksi sebagai bahan evaluasi penyempurnaan implementasi kebijakan-kebijakan di masa yang akan datang, khususnya implementasi kebijakan yang terkait dengan upaya peningkatan mutu pendidikan Islam. b. Pemerintah daerah, sebagai penyelenggara pemerintahan di tingkat daerah dalam membuat kebijakan-kebijakan untuk tingkat desa hendaknya mengacu pada karasteristik atau kultur budaya masyarakat desa setempat. 2. Tokoh masyarakat, khususnya tokoh agama bersama-sama pemerintah setempat senantiasa berbuat lebih banyak dalam hal peningkatan mutu pendidikan Islam, baik dalam bentuk motivasi maupun inovasi, dan tauladan di bidang keagamaan. 3. Masyarakat pedesaan hendaknya dengan kesadarannya sendiri lebih mewarnai kehidupan desanya melalui pendidikan dan kebiasaan-kebiasaan menjalankan kegiatan-kegiatan keagamaan. 4. Umum Hasil penelitian ini belum dapat dikatakan berlaku secara kolektif untuk semua wilayah di tingkat desa, baik di dalam maupun di luar Kabupaten Enrekang, karena hanya dilaksanakan pada satu desa, yakni pada Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang. Oleh karena itu bagi peneliti selanjutnya disarankan agar dapat melakukan penelitian pada desa lain dengan menggunakan variabel-variabel dan permasalahan yang sama yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembanding dengan hasil penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Alwi. 2003. Administrasi Pemerintahan Daerah (Teori dan Paradigma Administrasi Pemerintahan). Lembaga Manajemen Triscom. Makassar : management Solution Institut Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta. Aswad, Hajar. 1987. Seminar Administrasi Pemerintahan di Daerah. Makalah Tidak Diterbitkan. Ujung Pandang: APDN. Berry, David. 1992. Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi. Jakarta: CV. Rajawali. Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia. 2003. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistim Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretaris Jenderal Departemen Pendidikan Nasional. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. 1996. Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah Buku 1 konsep dan Pelaksanaan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Fachrurrozi, A, 1995. Konsep Pendidikan Islam dalam Perspektif Naquib Al-Attas. Mimbar Ilmiah Universitas Islam Djakarta. Tahun V No. 20. Jakarta: universitas Islam Jakarta. Hajar, ibnu. 1991. Tata Negara 1. Jakarta: Intan Pariwara. Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara Hasan, Ali dan Abuddin. 1998. Materi Pokok Agama Islam. PPG 12201/2 SKS. Modul 1 6. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kebudayaan Agama Islam. Ishak, Abdul Jalal. 1999. Peranan Pendidikan Keluarga dalam Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia. Skripsi Tidak Diterbitkan. Enrekang: STKIP Muhammadiyah.

Soekanto, Soejono. 1983. Beberapa Teori Sosiologi tentang Struktur Masyarakat. Jakarta: CV. Rajawali. Soemanto, Wasty. 1993. Pendidikan Wiraswasta. Jakarta: Bumi Aksara. Soepeno, Bambang. 1997. Statistik Terapan (Dalam Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial dan Pendidikan). Jakarta: Rineka Cipta. Surakhmad, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah (Dasar, Metode dan Teknik). Bandung: Tarsito. Tjokroamidjojo, Bintoro, 1998. Kebijaksanaan dan Administrasi Pembangunan (Perkembangan, teori, dan Penerapan). Jakarta: LP3S. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Zul Fajri, EM dan Ratu Aprilia Senja. 2005. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta: Difa Publisher.

Lampiran 1. ANGKET Kebijakan Pemerintah Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

I.

PETUNJUK a. Tulislah terlebih dahulu identitas anda (asal dusun/desa dan jenis kelamin). b. Lingkarilah salah satu jawaban yang anda anggap paling sesuai dengan pengalaman-pengalaman anda sebagai warga Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, pada pertanyaan-pertanyaan di bawah ini. c. Hasil dari jawaban anda tidak untuk mengganggu kehidupan pribadi anda sebagai warga desa. Oleh karena itu anda tidak perlu bekerja sama dengan sesama warga.

II. IDENTITAS RESPONDEN a. Asal dusun : .. b. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan (coret yang tidak perlu) III. PERTANYAAN 1. Apakah pemerintah desa mensosialisasikan tentang perlunya diadakan kegiatan baca tulis Al-Quran kepada anda ? a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 2. Apakah pemerintah desa atau beberapa unsurnya memberikan motivasi (dorongan) kepada anda untuk mengikuti kegiatan baca tulis Al-Quran ? a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 3. Apakah pemerintah desa mempermudah pengadaan/penyediaan perangkat/fasilitas sarana dan prasarana dalam pelaksanaan kegiatan baca tulis Al-Quran di desa anda ? a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

4. Apakah pemerintah desa atau beberapa unsurnya hadir saat berlangsungnya kegiatan baca tulis Al-Quran di desa anda ? a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 5. Apakah pemerintah desa atau beberapa unsurnya melakukan kegiatankegiatan lainnya yang terkait dengan pelaksanan baca tulis Al-Quran di desa anda ? a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 6. Apakah pemerintah desa mensosialisasikan tentang perlunya pembentukan kelompok pengajian rutin bulanan di desa anda? a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 7. Apakah pemerintah desa atau beberapa unsurnya memberikan motivasi (dorongan) kepada anda untuk mengikuti pengajian rutin bulanan di desa anda ? a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 8. Apakah pemerintah desa mempermudah pengadaan/penyediaan perangkat/fasilitas sarana dan prasarana dalam pelaksanaan kegiatan pengajian rutin bulanan di desa anda ? a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 9. Apakah pemerintah desa atau beberapa unsurnya hadir saat berlangsungnya kegiatan pengajian rutin bulanan di desa anda ? a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

10. Apakah pemerintah desa atau beberapa unsurnya melakukan kegiatankegiatan lainnya yang terkait dengan pelaksanan pengajian rutin bulanan di desa anda ? a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 11. Apakah pemerintah desa menaruh perhatian dan menganjurkan perlunya diadakan kegiatan Pesantren Kilat atau sejenisnya di desa anda ? a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 12. Apakah pemerintah desa mempermudah pengadaan/penyediaan perangkat /fasilitas sarana dan prasarana dalam pelaksanaan kegiatan baca tulis AlQuran di desa anda ? a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 13. Apakah pemerintah desa menaruh perhatian dan dukungan terhadap upaya merenovasi/merehabilitasi tempat ibadah (masjid) ? a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 14. Apakah pemerintah desa mengundang tokoh agama dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan keagamaan di desa anda ? a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah 15. Apakah pemerintah desa bersama dengan beberapa warga masyarakat melakukan anjangsana (silaturrahmi) ke daerah atau desa lain untuk mengikuti kegiatan keagamaan ? a. Sering b. Kadang-kadang c. Tidak pernah

Lampiran 2. ANGKET Peningkatan Mutu Pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang

I.

PETUNJUK a. Tulislah terlebih dahulu identitas anda (asal dusun/desa dan jenis kelamin). b. Lingkarilah salah satu jawaban yang anda anggap paling sesuai dengan pengalaman-pengalaman anda sebagai warga Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, pada pertanyaan-pertanyaan di bawah ini. c. Hasil dari jawaban anda tidak untuk mengganggu kehidupan pribadi anda sebagai warga desa. Oleh karena itu anda tidak perlu bekerja sama dengan sesama warga.

II. IDENTITAS RESPONDEN c. Asal dusun : .. d. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan (coret yang tidak perlu) III. PERTANYAAN 1. Apakah menurut anda sosialisasi dari pemerintah desa tentang perlunya diadakan kegiatan baca tulis Al-Quran menyebabkan warga memahami tentang hakikat atau makna dari baca tulis Al-Quran ? a. Ya b. Tidak 2. Apakah menurut anda motivasi dari pemerintah desa atau beberapa unsurnya untuk mengikuti kegiatan baca tulis Al-Quran menyebabkan warga desa sudah mulai menyadari dan segera mengikuti kegiatan bca tulis Al-Quran di desa anda ? a. Ya b. Tidak 3. Apakah menurut anda kemudahan memperoleh pengadaan/penyediaan perangkat, fasilitas, sarana dan prasarana dari pemerintah desa dalam pelaksanaan, kegiatan baca tulis Al-Quran menyebabkan penyelenggaraan kegiatan baca tulis Al-Quran di desa anda berlangsung lancar ? a. Ya b. Tidak 4. Apakah menurut anda kehadiran pemerintah desa atau beberapa unsurnya saat berlangsungnya kegiatan baca ltulis Al-Quran di desa anda menyebabkan warga semangat selama mengikuti kegiatan baca tulis Al-Quran tersebut ?

a. Ya b. Tidak 5. Apakah menurut anda kegiatan-kegiatan lainnya yang terkait dengan pelaksanaan baca tulis Al-Quran yang dilakukan oleh pemerintah desa atau beberapa unsurnya menunjang kelancaran baca tulis Al-Quran di desa anda ? a. Ya b. Tidak 6. Apakah menurut anda sosialisasi dari pemerintah desa tentang perlunya pembentukan kelompok pengajian rutin bulanan menyebabkan warga memahami tentang hakikat atau makna dari pengajian rutin bulanan ? a. Ya b. Tidak 7. Apakah menurut anda motivasi dari pemerintah desa atau beberapa unsurnya untuk mengikuti kelompok pengajian rutin bulanan menyebabkan warga desa sudah mulai menyadari dan segera mengikuti kelompok pengajian rutin bulanan di desa anda ? a. Ya b. Tidak 8. Apakah menurut anda kemudahan memperoleh pengadaan/penyediaan perangkat, fasilitas, sarana dan prasarana dari pemerintah desa dalam pelaksanaan, kegiatan kelompok pengajian rutin bulanan menyebabkan penyelenggaraan kegiatan kelompok pengajian rutin bulanan di desa anda berlangsung lancar ? a. Ya b. Tidak 9. Apakah menurut anda kehadiran pemerintah desa atau beberapa unsurnya saat berlangsungnya kegiatan pengajian rutin bulanan di desa anda menyebabkan warga semangat selama mengikuti kegiatan pengajian rutin bulanan tersebut ? a. Ya b. Tidak 10. Apakah menurut anda kegiatan-kegiatan lainnya yang terkait dengan pelaksanaan pengajian rutin bulanan yang dilakukan oleh pemerintah desa atau beberapa unsurnya menunjang kelancaran pengajian rutin bulanan di desa anda ? a. Ya b. Tidak

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tirowali Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang, Propinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 4 Agustus tahun 1981, sebagai anak ke 4 dari 7 bersaudara. Merupakan putri dari pasangan Dere dan Nuna Mulai memasuki pendidikan tingkat dasar (SD) pada tahun 1988 dan tamat tahun 1994. Kemudian pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan ke tingkat menengah pertama (SMP) dan tamat pada tahun 1997. Selanjutnya memasuki Madrasah Aliah Negeri (MAN) yang ditamatkan pada tahun 2001. Setelah tamat di Madrasah Aliah Negeri (MAN) satu tahun kemudian, yakni tahun 2002 melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi Universitas Muhammadiyah Parepare pada program Diploma (D.II) yang diselesaikan pada tahun 2005. Saat masih mengikuti pendidikan tersebut tepatnya tahun 2004 mengabdikan diri sebagai tenaga pengajar pada Madrasah Ibtidaiyah (MIS) Bolong sampai sekarang. Tahun 2006 melanjutkan pendidikan ke jenjang Strata Satu (S.1) mengambil Jurusan Kependidikan Islam (Tarbiyah), dan pada tahun 2008 berhasil meraih gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I), setelah di hadapan Tim Penguji berhasil mempertahankan skripsinya, dengan judul : Pola Kebijakan Pemerintahan Desa Terhadap Peningkatan Mutu Pendidikan Islam di Desa Perangian Kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang.

PEMERINTAH KABUPATEN ENREKANG DESA PERANGIAN KECAMATAN BARAKA JLN. POROS PERANGIAN BODI 91753
SURAT KETERANGAN NOMOR : 64/DP/IX/2008 Yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Desa Perangian Kecamatan Baraka menerangkan bahwa : Nama : Hamida NIM : 206 250 188 Pekerjaan : Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Parepare Alamat : Jln. Jend. Ahmad Yani Km. 6 Benar telah mengadakan penelitian/pengambilan data pada Kepala Desa Perangian pada tangga 17 Juli 18 Agustus 2008. Sehubungan dengan penyusunan Skripsi yang berjudul : POLA KEBIJAKAN PEMERINTAH DESA TERHADAP PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN ISLAM DI DESA PERANGIAN KECAMATAN BARAKA KABUPATEN ENREKANG Demikian Surat Keterangan ini dibuat dengan sesungguhnya dan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Bodi, 18 Agustus 2008 KEPALA DESA PERANGIAN

JASMAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE

LEMBAGA PENELITIAN
Alamat : Jln. Jend. Ahmad Yani Km. 6 Tlp. (0421) 25524 Kode Pos 91112 Pare-pare Nomor Lamp. Hal : 274/LEMLIT/II.3.AU.F.1429/2008 : : Permohonan Izin Penelitian Kepada Yth. Bapak Kepala Desa Di Tempat Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Dengan petunjuk Allah SWT, kami memohon kepada Bapak/Ibu agar berkenan memberikan izin untuk melaksanakan penelitian kepada: Nama : HAMIDA Tempat, Tgl. Lahir : Tirowali, 4 Agustus 1981 NIM : 206 250 188 Jurusan : Tarbiyah Fakultas : Agama Islam Alamat : Tirowali Desa Perangian Sasaran Penelitian : Judul Karya Ilmiah : POLA KEBIJAKAN PEMERINTAH DESA TERHADAP PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN ISLAM DI DESA PERANGIAN KECAMATAN BARAKA KABUPATEN ENREKANG Demikian permohonan ini, atas bantuan Bapak/Ibu diucapkan terima kasih. Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Parepare, ...2008 Sekretaris Lemlit,

Drs. Muh. Syakir Radhy, M.Pd NIP. 131 692 348

You might also like