Professional Documents
Culture Documents
BAB 2
SAMBUNGAN
Umumnya mesin terdiri dari beberapa bagian yang disambung menjadi sebuah
mesin yang utuh. Sambungan keling umumnya diterapkan pada jembatan, bangunan,
• Beban Sentris
• Beban Eksentris
Sambungan
D B
P P
C A
Gambar diatas, dua buah plat disambung dengan satu deret paku keling. Biasanya
dalam perhitungan diasumsikan bahwa seluruh paku keling akan mendapat tegangan
Yang sebenarnya terjadi, plat dibagian B dan C akan mengalami perpanjangan yang
besar, karena memikul hampir seluruh beban P. Plat dibagian A dan D mengalami
Karena mengalami perubahan panjang yang tidak sama : paku keling yang terletak
diujung akan mendapat beban yang paling besar, paku keling berikutnya lebih kecil.
min. 3 d
• Jika jarak antar paku terlalu besar dapat terjadi buckling. Jarak maksimum biasanya
• Jarak dan pusat paku keling dengan sisi plat tidak boleh terlalu kecil, sebab dapat
terjadi kegagalan.
Karena sambungan keling banyak dipakai pada ketel dan tangki, maka perlu diketahui
tegangan yang terjadi pada silinder berdinding tipis yang mendapat tekanan dalam,
diameter
> 10
dinding
Asumsi yang digunakan adalah bahwa distribusi tegangan sepanjang tebal dinding adalah
∫ p sin θrdθ = 2σ
o
tt t
tegangan
π
pr ∫ sin dθ = 2σ t t
o
pr (− cosθ oπ = 2σ t t
pr
2 pr = 2σ t t → σ t =
t
gaya aksial
pr
σa =
2t
σt
σt σt
(a) (b)
σa
t
P r
σa
(c)
contoh :
Plat tebal 19 mm
Tebal 13 mm
(plat penyambung)
C C
B B
A A
210 mm 210 mm
Buatl perhitungan gaya yang menyebabkan terjadinya kegagalan yang mungkin terjadi.
Hitung besarn efisiensi sambungan jika sambungan ini digunakan pada tangki silindris
berdiameter 1500 mm, dan tentukan besar tekanan dalam yang diizinkan.
Penyelesaian :
380
F = ( 210 – 31 mm) x 19 mm
5
F = 258476 N
π
A = (31mm) 2 = 754,77 mm 2
4
300
F = x 9 x 754,77
5
F = 407574,80 N
(c). Tekanan paku terhadap plat, di B – B dan C – C kegagalan terjadi pada plat
A = 4 x 31 mm x 19 + 31mm x 13 mm = 2759 mm 2
650
F = x 2759 = 358670 N
5
A = (210 mm – 2 x 31 mm) x 19 mm
A = 2812 mm 2
380 300
F = (2812) + (754,77)
5 5
F = 258998,2 N
380 650
F = (2812) + (31 mm x 13 mm)
5 5
F = 266102 N
650 300
F = (4 x 31 mm x 19 mm) + (754,77)
5 5
F = 351566,2 N
380
F = (210 mm x 19 mm)
5
F = 303240 N
258476
(h). Efisiensi sambungan F = = 85,24 %
303240
( I ). F = r
F 258476 N
P = = = 1,64
r (750)( 210) mm 2
Bila beban yang bekerja pada sistem paku keling adalah eksentris maka harus
diperhitungkan pula pengaruh teori atau momen yang terjadi. Misalkan suatu sambungan
keling mendapat momen Pe. Titik O adalah titik berat dari sekelompok paku keling
tersebut.
P/N F1
e P/N
P P
R1 F2
F1 P/N P/N Gaya akibat beban P
R3
F2 P/N o P?N Gaya Resultan (R)
R3 F3
F3
y
A2 A3 A = luas penampang paku
keling. luas penampang paku
G
A4 keling A1, A2, ….tidak perlu
sama.
y A1 A5
x
x
Maka lokasi G (titik berat) adalah ; ………….. ……………… ….(Shigley Jilid 1 Hal. 407)
n
A1.X1 + A2.X2 + A3.X3 + A4.X4 + A5.X5 ∑ Ai. Xi
i
X = =
n
A1 + A2 + A3 + A4 + A5 ∑ Aii
n
A1.y1 + A2.y2 + A3.y3 + A4.y4 + A5.y5 ∑ Ai. yi
i
y = =
n
A1 + A2 + A3 + A4 + A5 ∑ Aii
Besarnya gaya yang dialami oleh tiap paku keling tergantung pada jaraknya terhadap c.g.
: paku yang terletak paling jauh dari c.g mengalami beban yang terbesar sebaliknya paku
yang terdekat dengan c.g mengalami beban yang paling kecil, oleh karena itu :
F1 F2 F3
= =
F1 F2 F3
M.r n
Fn =
r 1 2 + r 1 2 + r 2 2 +r 2 2 + r 3 2 + r 3 2 + r 4 2 + r 4 2 …
Contoh (1) :
75 75 50 300
penyelesaian :
Titik berat O dari sistem paku keling dapat ditentukan berdasarkan simetris :
Fc”
C FC B
FC’ rC rB FB’ FB”
FB
M O
FD” rD V rA
FD D A
FD’ FA” FA’
FA
V = 16 KN
rA = rB = rC = rD = r = (60) 2 + (75) 2 = 96 mm
V 16
FA” = FB” = FC” = FD” = F = = = 4 KN
N 4
Mr M 6800
FA” = FB” = FC” = FD” = F = = = = 17,7 KN
4r 2 4r 4(96)
FA = FB = 21 KN
FC = FD = 13,8 KN
F
τ =
A
21x1000
τ = π
(16) 2
4
τ = 104 MN / m 2
( c). Oleh karena kanal lebih tipis dari pada plat Utama, maka tekanan yang terbesar
F (21).(1000)
σ = = = 131 MN / m 2
A 160
(d). Tegangan lentur kritis pada batang terjadi pada penampang yang sejajar dengan sumbu y
dan melalui paku A dan B. Pada penampang tersebut, momen lentur yang terjadi :
I = I batang - 2 ( I batang + (r 1 ) 2 A )
15(200) 15(16)3
= -2( + (60) 2 (15)(16) )
12 12
= 8,26 x 10 6 mm 4
r =60
200
16
15
Mc (5600).(100)
maka : σ = = (10 3 )
I (8,26)(106 )
σ = 67,8 MN / m 2
Untuk memasang mesin, berbagai bagian harus disambung atau diikat untuk
menghindari gerakan terhadap sesamanya. Baut, pena, pasak dan paku keling banyak
dipakai untuk maksud ini. Tapi ada pula penyambungan dengan cara pengelasan, pres dan
sebagainya.
Ulir Standar ( American National atau Unified ) dan ulir ISO (International Standard
P/8
d dm dr
dm = diameter puncak
dr = diameter minor
P/2 P
P/2
d dr
Berdasarkan hasil pengujian tarik terhadap batang berulir, didapatkan bahwa : suatu
dm + dr
batang tanpa ulir yang berdiameter d, ( dimana d = ) mempunyai kekuatan
2
tarik yang sama dengan batang berulir dengan dimensi d, dm dan dr. Luas penampang
5"
Ulir Unified - 18 UNF ulir halus
8
ulir per in
5
diameter utama = in
8
diameter Utama = 12 mm
metrik
Garis tengah baut (d) M6 M8 M10 M12 M16 M20 M24 M30
Luas bidang tegangan A (mm) 20,1 36,6 58 84,2 157 245 352 561
menjadi gerakkan linier, contohnya pada mesin bubut dan dongkrak mobil. Gambar
mur
F/2 F/2
Bentuk ulir dapat terjadi bila sebuah lembaran berbentuk segi tiga digulung pada
sebuah silinder, pada gambar 2.4. Dalam pemakaian, ulir selalu bekerja dalam pasangan
antara ulir luar dan ulir dalam. Ulir pengikat pada umumnya mempunyai profil
penampang berbentuk segi tiga sama kaki. Jarak antara satu puncak dengan puncak
πd2
Ulir tersebut mendapat gaya tekan F. Diperlukan hubungan untuk torsi yang
dibutuhkan untuk menaikan atau menurunkan beban. Misalkan kita ambil satu ulir yang
µ.N F F
µ.N
P
πdm πdm
Σ FH = P - N sin ψ - µN cos ψ = 0
Σ Fv = F + µN sin ψ - N cos ψ = 0
Σ FH = - P - N sin ψ + µN cos ψ = 0
Σ Fv = F - µN sin ψ - N cos ψ = 0
F (sinψ + µ cosψ )
P =
cosψ − µ sinψ
F ( µ cosψ − sinψ )
P =
cosψ − µ sinψ
Penyebut dan pembilang dibagi oleh cos ψ dan dengan menggunakan hubungan tan ψ =
maka :
πdm
F( + µ)
P = πdm
µ
1− ( )
πdm
F (µ − ( )
P = πdm
µ
1+ ( )
πdm
dm
Dengan menggunakan hubungan T = P ( ), maka :
2
Fdm + πµdm
T = ( ( ) ………….……………(1)
2 πdm − µ
Fdm πµdm +
T = ( ) ……………………..…(2)
2 πdm − µ
(Torsi ini dibutuhkan untuk mengatasi sebagian dari gesekan pada waktu menurunkan
beban). Dapat terjadi bahwa, beban besar atau gesekan kecil, sehingga beban akan turun
dengan sendirinya dan menyebabkan ulir berputar dengan sendirinya, dalam hal ini T ≤ 0.
Untuk “ self-locking “ :
πµdm ≥
πµdm
( )≥
πdm πdm
µ ≥ tan ψ
F
untuk ulir pengangkat ini dikenal istilah “efisiensi “ jika µ = 0 → To = ... (pers.1)
2π
To F
Efisiensi : e = =
T 2πT
contoh (2) :
a = 18 cm
P
1 2
a
3 4
a b
(a). Agar batang P tidak melengkung / bengkok ke bawah, maka diberi gaya momen.
M = Gaya x jarak → M = P x L
M = P ( b + ½.a )
y 1 2
y 3 4
O x
x
catatan :
x1 =0 cm y 1 = 18 cm
x 2 = 18 cm y 2 = 18 cm
x 3 = 18 cm y3 =0 cm
x4 =0 cm y4 =0 cm
π 2
A1 = A2 = A3 = A4 = (d )
4
3,14 2
= (12 )
4
= 113,04 cm 2
Jadi harga : x = 9 cm
y = 9 cm y
1 2
r1 r2
18 G
y= 9 r3 r4 x
x =9
18
mencari luas segi tiga dengan menggunakan Dalil Phytagoras : A2 = B2 + C 2
y=9 y =9 r1 r3 y =9
r4
x = 9 atau (18 – x) x=9 r3 = r4
r1 = r2 = r3 = r4 = 92 + 92
= 81 + 81
= 12,72 cm
M = 39.000 kg.cm
1.
2
10 mm P = 2500 lb
1
15 mm 3
15 8 8 mm 80 mm
Baut yang digunakan : baut 1 = M12 dan baut 2 & 3 = M15, dengan diberi pembebanan
P sebesar 2500 pound (lb). Tentukanlah Resultan masing-masing baut dan Momen yang
Diketahui :
2.
Berat Crane P = 65 lb
Baut 1&2 = M10 x 1,25
Baut 3&4 = M15 x 1,25
P a = 25 mm
b = 60 mm
a c = 300 mm
b
a c
Tentukan : (a). R
(b). M
65 mm 250 mm
3.
P = 0,5 kg
2
5 mm
3
350 mm 25 25 mm
Sebuah gantungan celana (kait) di bautkan pada sebuah papan. Panjang dari gantungan
tersebut adalah 350 mm, dimana gantungan ini akan digantung sebuah celana LEVIS 999
yang beratnya 0,5 kg pada 3 buah baut yang diameternya berbeda. Hitunglah momen
60 °
60 ° 45 °
penguat / kekuatan A
F F
tinggi leher h
F
Tegangan normal rata-rata yang terjadi pada las : σ =
h
Tinggi h tidak termasuk penguat. Penguat tersebut berguna untuk menutupi cacat-cacat
pada las, penguat tersebut juga menimbulkan kosentrasi tegangan di A apabila terjadi
Lap joints :
Leher leher
F h
h
luas permukaan leher = 0,707 h
metoda yang umum dipakai adalah bahwa kegagalan terjadi karena tegangan geser pada
F
Tegangan geser rata-rata : τ =
1,414h
h
F F
h
las
karena ada 2 bagian yang di las, maka luas permukaan leher las = (2). (0,707 h )
F
1,414 hl tegangan geser rata-rata τ =
1,414hl
Reaksi pada kantilever selalu terdiri dari garis lintang V dan Momen M, akibat gaya
V
τ“ =
A
Momen yang terjadi akan menimbulkan tegangan geser sekunder atau torsi,
Mr
τ“ =
J
x =0
d3
d G A = 0,707 hd Ju =
y = d /2 12
y
d A = 1,414 hd
y