You are on page 1of 30

Ilmu merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, masdar dari alima yalamu yang berarti tahu

u atau mengetahui. Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) itu (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran islam , hal ini terlihat dari banyaknya ayat AL quran yang memandang orang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulya disamping hadis-hadis nabi yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu. Aqidah merupakan masalah yang paling pokok dan paling mendasar bagi setiap mukmin. Aqidah menjadi pintu awal masuknya seseorang ke dalam Islam dan aqidah pula yang harus dia pertahankan hingga akhir hidupnya. Seorang mukmin dituntut untuk membawa serta kalimah tauhid, kalimat ikhlas laa ilaaha illallah hingga menghembuskan napas yang terakhir agar dia dikategorikan ke dalam hamba-hamba Allah Swt. yang husnul khatimah . Semua mukmin meyakini bahwa barang siapa yang demikian adanya pasti meraih ridha Allah Swt., rahmat-Nya dan surga-Nya. Oleh karena itu bahasan tentang aqidah menjadi masalah paling urgen dan krusial bagi setiap mukmin. Terdapat banyak istilah tentang aqidah yang diperkenalkan oleh ulama. Berikut ini adalah sebagian istilah tersebut beserta relevansinya sesuai dengan makna dan maksud dari pengistilahannya

1.2 Rumusan Masalah


Pengertian Aqidah? Hal-hal yang berhubungan dengan Aqidah? Ruang lingkup pembahasan Aqidah? Tingkatan Aqidah Sumber-sumber Aqidah? Macam-macam kaidah Aqidah? Fungsi Aqidah? Ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan Aqidah?

1.3 Tujuan
Dapat mengetahui pengertian Aqidah Dapat mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan Aqidah Dapat mengetahui ruang lingkup pembahasan Aqidah

Dapat mengetahui tingkatan Aqidah Dapat mengetahui sumber-sumber Aqidah Dapat mengetahui macam-macam kaidah Aqidah Dapat mengetahui fungsi Aqidah Dapat mengetahui ayat-ayat Al-Quran yang berhubungan dengan Aqidah

BAB II Pembahasan
A.Pengertian Aqidah
Pengertian Aqidah Secara Bahasa (Etimologi) : Kata "aqidah" diambil dari kata dasar "al-aqdu" yaitu ar-rabth(ikatan), al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam(penguatan), at-tawatstsuq(menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah(pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk(pengokohan) dan alitsbaatu(penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin(keyakinan) dan aljazmu(penetapan). "Al-Aqdu" (ikatan) lawan kata dari al-hallu(penguraian, pelepasan). Dan kata tersebut diambil dari kata kerja: " Aqadahu" "Ya'qiduhu" (mengikatnya), " Aqdan" (ikatan sumpah), dan " Uqdatun Nikah" (ikatan menikah). Allah Ta'ala berfirman, "Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja ..." (Al-Maa-idah : 89). Aqidah berasal dari kata aqd yang berarti pengikatan. Aqd berarti juga janji, ikatan (kesepakatan) antara dua orang yang mengadakanperjanjian. Aqidah secara definisi adalah suatu keyakinan yang mengikathati manusia dari segala keraguan. Aqidah dalam istilah umum yaitukeimanan yang mantap dan hukum yang tegas, yang tidak dicampur keragu-raguan terhadap orang yang mengimaninya. Ini adalah aqidah secara umum,tanpa memandang aqidah tersebut benar atau salah. Aqidah secara terminology adalah sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya,membuat jiwa tenang, dan menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan. Aqidah menurut syara berarti iman kepada Allah, para Malaikat-Nya, Kitabkitab-Nya, para Rasul-Nya dan kepadaHari Akhir, serta kepada qadar dan qadha, baik takdir yang baik maupunyang buruk. Aqidah tersebut dalam tubuh manusia ibarat kepalanya. Maka apabilasuatu umat sudah rusak, bagian yang harus direhabilitasi adalah aqidahnyaterlebih dahulu. Di sinilah pentingnya aqidah

ini, apalagi ini menyangkutkebahagiaan dan keberhasilan dunia dan akhirat. Aqidah merupakan kunci kita menuju surga. Aqidah juga menjadi dasar dari seluruh hukum-hukumagama yang berada di atasnya. Aqidah Islam adalah tauhid, yaitumengesakan Tuhan yang diungkapkan dalam syahadat pertama. Sebagaidasar, tauhid memiliki implikasi terhadap seluruh aspek kehidupankeagamaan seorang Muslim, baik ideologi, politik, sosial, budaya,pendidikan dan sebagainya. Aqidah sebagai dasar utama ajaran Islam bersumber pada Al Qurandan sunnah Rasul. Aqidah Islam mengikat seorang Muslim sehingga iaterikat dengan segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu,menjadi seorang Muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatuyang diatur dalam ajaran Islam, seluruh hidupnya didasarkan kepada ajaranIslam.

B.Hal-hal yang berhubungan dengan Aqidah


Nama - nama 'Aqidah : 1. Al - Iman 'Aqidah disebut juga dengan al Iman sebagaimana yang disebutkan dalam Al Qur'an dan hadits hadits Nabi saw, karena 'aqidah membahas rukun iman yang enam dan hal - hal yang berkaitan dengannya. Sebagaimana penyebutan al?Iman dalam sebuah hadits yang masyhur disebut dengan hadits jibril as. Dan para ularna sering menyebut istilah 'Aqidah dengan al Iman dalarn kitab - kitab mereka. 2. 'Aqidah (Itiqaad dan 'Aqaa'id) Para ularna juga sering menyebut ilmu 'Aqaa'id dan al'I'tiqaad. 3. Tauhid 'Aqidah dinamakan dengan Tauhid karena pembahasannya berkisar seputar Tauhid atau pengesaan kepada Allah di dalam Rububiyyah, Uluhiyyah dan Asma' wa Shifat. jadi, Tauhid merupakan kajian ilmu 'Aqidah yang paling mulia dan merupakan tujuan utamanya. Oleh karena itulah ilmu ini disebut dengan ilmu Tauhid. 4. As Sunnah Disebut As Sunnah karena para penganutnya mengikuti jalan yang diternpuh oleh Rasulullah dan para Sahabat ra, di dalam masalah 'aqidah. Dan istilah ini merupakan istilah masyhur (populer) pada tiga generasi pertama.

5. Ushuluddin dan Ushuluddiyanah Ushul artinya rukun - rukun Iman, rukun - rukun Islam dan masalah - masalah yang qath'i serta hal - hal yang telah menjadi kesepakatan para ulama. 6. Al Fiqhul Akbar Ini adalah nama lain Ushuluddin dan kebalikan dari al Fiqhul Ashghar, yaltu kumpulan hukum hukum ijtihadi. 7. Asy Syari'ah Maksudnya adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah saw, dan RasulNya berupa jalan - jalan petunjuk, terutama dan yang paling pokok adalah Ushuluddin (dasar - dasar agama). PENAMAAN AQIDAH MENURUT FIRQAH (SEKTE) LAIN: Ada beberapa istilah lain yang dipakai oleh firqah (sekte) selain Ahlus Sunnah sebagai nama dari ilmu aqidah, dan yang paling terkenal di antaranya adalah: 1. Ilmu Kalam Penamaan ini dikenal di seluruh kalangan aliran teologis mu-takallimin (pengagung ilmu kalam), seperti aliran Mutazilah, Asyaairah [9] dan kelompok yang sejalan dengan mereka. Nama ini tidak boleh dipakai, karena ilmu Kalam itu sendiri merupakan suatu hal yang baru lagi diada-adakan dan mempunyai prinsip taqawwul (mengatakan sesuatu) atas Nama Allah dengan tidak dilandasi ilmu. Dan larangan tidak bolehnya nama tersebut dipakai karena bertentangan dengan metodologi ulama Salaf dalam menetapkan masalah-masalah aqidah. 2. Filsafat Istilah ini dipakai oleh para filosof dan orang yang sejalan dengan mereka. Ini adalah nama yang tidak boleh dipakai dalam aqidah, karena dasar filsafat itu adalah khayalan, rasionalitas, fiktif dan pandangan-pandangan khurafat tentang hal-hal yang ghaib. 3. Tashawwuf Istilah ini dipakai oleh sebagian kaum Shufi, filosof, orientalis serta orang-orang yang sejalan dengan mereka. Ini adalah nama yang tidak boleh dipakai dalam aqidah, karena merupakan pe-namaan yang baru lagi diada-adakan. Di dalamnya terkandung

igauan kaum Shufi, klaim-klaim dan pengakuan-pengakuan khurafat mereka yang dijadikan sebagai rujukan dalam aqidah.

Penamaan Tashawwuf dan Shufi tidak dikenal pada awal Islam. Penamaan ini terkenal (ada) setelah itu atau masuk ke dalam Islam dari ajaran agama dan keyakinan selain Islam. Dr. Shabir Thaimah memberi komentar dalam kitabnya, ash-Shuufiyyah Mutaqadan wa Maslakan: Jelas bahwa Tashawwuf dipengaruhi oleh kehidupan para pendeta Nasrani, mereka suka memakai pakaian dari bulu domba dan berdiam di biara-biara, dan ini banyak sekali. Islam memutuskan kebiasaan ini ketika ia membebaskan setiap negeri dengan tauhid. Islam memberikan pengaruh yang baik terhadap kehidupan dan memperbaiki tata cara ibadah yang salah dari orang-orang sebelum Islam.[10] Syaikh Dr. Ihsan Ilahi Zhahir (wafat th. 1407 H) rahimahullah berkata di dalam bukunya at-Tashawwuful-Mansya wal Mashaadir: Apabila kita memperhatikan dengan teliti tentang ajaran Shufi yang pertama dan terakhir (belakangan) serta pendapat-pendapat yang dinukil dan diakui oleh mereka di dalam kitab-kitab Shufi baik yang lama maupun yang baru, maka kita akan melihat dengan jelas perbedaan yang jauh antara Shufi dengan ajaran Al-Qur-an dan As-Sunnah. Begitu juga kita tidak pernah melihat adanya bibit-bibit Shufi di dalam perjalanan hidup Nabi Shallallahu alaihi wa sallam dan para Sahabat beliau Radhiyallahu anhum, yang mereka adalah (sebaik-baik) pilihan Allah Subhanahu wa Taala dari para hamba-Nya (setelah para Nabi dan Rasul). Sebaliknya, kita bisa melihat bahwa ajaran Tashawwuf diambil dari para pendeta Kristen, Brahmana, Hindu, Yahudi, serta kezuhudan Budha, konsep asy-Syuubi di Iran yang merupakan Majusi di periode awal kaum Shufi, Ghanusiyah, Yunani, dan pemikiran Neo-Platonisme, yang dilakukan oleh orang-orang Shufi belakangan. 4. Ilaahiyyat (Teologi) Illahiyat adalah kajian aqidah dengan metodologi filsafat. Ini adalah nama yang dipakai oleh mutakallimin, para filosof, para orientalis dan para pengikutnya. Ini juga merupakan pena-maan yang salah sehingga nama ini tidak boleh dipakai, karena yang mereka maksud adalah filsafatnya kaum filosof dan penjelasan-penjelasan kaum mutakallimin tentang Allah Subhanahu wa Taala menurut persepsi mereka.

C.Ruang Lingkup Aqidah


Kajian aqidah menyangkut keyakinan umat Islam atau iman. Karena itulah, secara formal, ajaran dasar tersebut terangkum dalam rukun iman yang enam. Oleh sebab itu, sebagian para ulama dalam pembahasan atau kajian aqidah, mereka mengikuti sistematika rukun iman yaitu: iman kepada Allah, iman kepada malaikat (termasuk pembahasan tentang makhluk ruhani seperti jin, iblis, dan setan), iman kepada kitab-kitab Allah, iman kepada Nabi dan rasul Allah, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qadha dan qadar Allah swt.

Sementara Ulama dalam kajiannya tentang aqidah islam menggunakan sistematika sebagai berikut: 1. Ilahiyat: yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan ilah (Tuhan, Allah), seperti wujud Allah, nama-nama dan sifat-sifat Allah,perbuatanperbuatan (afal) Allah dan sebagainya. 2. Nubuwat: yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan nabi dan Rasul, termasuk pembicaraan mengenai kitab-kitab Allah, mukjizat, karamat dan sebagainya. 3. Ruhaniyat: yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan alam metafisik seperyi Malaikat, Jin, Iblis, Setan, Roh dan lain sebaginya. 4. Samiyat: yaitu pembahasan tentang segala sesuatu yang hanya bisa diketahui lewat sama, yaitu dalil naqli berupa al-quran dan as-sunnah, seperti alam barzakh, akhirat, azab kubur, tanda-tanda kiamat, surga, neraka dan sebaginya.

Berbeda dengan dua sistematika di atas, Prof. Dr. H. Syahrin Harahap, MA, dalam Ensiklopedi Aqidah Islam menjabarkan obyek kajian aqidah mengacu pada tiga kajian pokok, yaitu: 1. Pengenalan terhadap sumber ajaran agama (marifatul mabda), yaitu kajian mengenai Allah. Termasuk dalam bidang ini sifat-sifat yang semestinya ada (wajib), yang semestinya tidak ada (mustahil), dan yang boleh ada dan tiada (jaiz) bagi Allah. Menyangkut dengan bidang ini pula, apakah Tuhan bisa dilihat pada hari kiamat (ruyat Allah). 2. Pengenalan terhadap pembawa kabar (berita) keagamaan (marifat alwasithah). Bagian ini mengkaji tentang utusan-utusan Allah (nabi dan rasul), yaitu kemestian keberadaan mereka, sifat-sifat yang semestinya ada (wajib), yang semestinya tidak ada (mustahil), serta yang boleh ada dan tiada (jaiz) bagi mereka. Dibicarakan juga tentang jumlah kitab suci yang wajib dipercayai, termasuk juga cirri-ciri kitab suci. Kajian lainya ialah mengenai malaikat, menyangkut hakekat, tugas dan fungsi mereka. 3. Pengenalan terhadap masalah-masalah yang terjadi kelak di seberang kematian (marifat al-maad). Dalam bagian ini dikaji masalah alam barzakh, surga, neraka, mizan, hari kiamat dan sebagainya.

D.Tingkatan Aqidah
Tingkatan aqidah seseorang berbeda-beda antara satu dengan yang lainya tergantung dari dalil, pemahaman, penghayatan dan juga aktualisasinya. Tingkatan aqidah ini paling tidak ada empat, yaitu: 1. Taqlid, 2. Ilmul yaqin, 3. Ainul yaqin, dan 4. Haqqul yaqin. 1. Tingkat Taqlid . Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. Tingkat taqlid berarti menerima suatu kepercayaan dari orang lain tanpa diketahui alasanalasanya. Sikap taklid ini dilarang oleh agama Islam sebagaimana disebutkan dalam QS al-Isra (17): 36. 2. Tingkat Ilmul Yaqin. Tingkat ilmul yaqin adalah suatu keyakinan yang diperoleh berdasarkan ilmu yang bersifat teoritis. Sebagaimana yang disebutkan dalam QS at-takatsur (102): 1-5. ! ! ! ! ! Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin. 3. Tingkat Ainul Yaqin Tingkat ainul yaqin adalah suatu keyakinan yang diperoleh melalui pengamatan mata kepala secara langsung tanpa perantara. Hal ini disebutkan di dalam QS at-Takatsur (102): 6-7. ! ! Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan `ainul yaqin.

4. Tingkat Haqqul Yaqin Tingkat haqqul yaqin adalah suatu keyakinan yang diperoleh melalui pengamatan dan penghayatan pengamalan (empiris). Sebagaimana disebutkan di dalam QS al-Waqiah (56): 88-89. ! ! ! ! ! ! Adapun jika dia (orang yang mati) termasuk orang yang didekatkan (kepada Allah), maka dia memperoleh ketenteraman dan rezki serta surga keni`matan. Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan, maka keselamatan bagimu karena kamu dari golongan kanan. Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang mendustakan lagi sesat, maka dia mendapat hidangan air yang mendidih, dan dibakar di dalam neraka. Sesungguhnya (yang disebutkan ini) adalah suatu keyakinan yang benar. Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Maha Besar. ! ! !

E.Sumber Aqidah
Al-Quran Sebagai Sumber Akidah Al Quran adalah firman Alloh yang diwahyukan kepada Rasululloh sholallahu alaihi wassalam melalui perantara Jibril. Di dalamnya, Alloh telah menjelaskan segala sesuatu yang dibutuhkan oleh hamba-Nya sebagai bekal kehidupan di dunia maupun di akhirat. Ia merupakan petunjuk bagi orang-orang yang diberi petunjuk, pedoman hidup bagi orang yang beriman, dan obat bagi jiwa-jiwa yang terluka. Keagungan lainnya adalah tidak akan pernah ditemui kekurangan dan celaan di dalam Al Quran, sebagaimana dalam firman-Nya Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (Al Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-Nya dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (Q.S. Al Anam:115) Al Imam Asy Syatibi mengatakan bahwa sesungguhnya Alloh telah menurunkan syariat ini kepada Rasul-Nya yang di dalamnya terdapat penjelasan atas segala sesuatu yang dibutuhkan manusia tentang kewajiban dan peribadatan yang dipikulkan di atas pundaknya, termasuk di dalamnya perkara akidah. Alloh menurunkan Al Quran sebagai sumber hukum akidah karena Dia tahu kebutuhan manusia sebagai seorang hamba yang diciptakan untuk beribadah kepada-Nya. Bahkan jika dicermati, akan ditemui banyak ayat dalam Al Quran yang menjelaskan tentang akidah, baik secara tersurat maupun secara tersirat. Oleh karena itu, menjadi hal yang wajib jika kita mengetahui dan memahami akidah yang bersumber dari Al Quran karena kitab mulia ini merupakan penjelasan langsung dari Rabb manusia, yang haq dan tidak pernah sirna ditelan masa. As Sunnah: Sumber Kedua Seperti halnya Al Quran, As Sunnah adalah satu jenis wahyu yang datang dari Alloh

subhanahu wataala walaupun lafadznya bukan dari Alloh tetapi maknanya datang dari-Nya. Hal ini dapat diketahui dari firman Alloh Dan dia (Muhammad) tidak berkata berdasarkan hawa nafsu, ia tidak lain kecuali wahyu yang diwahyukan (Q.S An Najm : 3-4) Rasululloh sholallahu alaihi wassalam juga bersabda: Tulislah, Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak keluar darinya kecuali kebenaran sambil menunjuk ke lidahnya. (Riwayat Abu Dawud) Yang menjadi persoalan kemudian adalah kebingungan yang terjadi di tengah umat karena begitu banyaknya hadits lemah yang dianggap kuat dan sebaliknya, hadits yang shohih terkadang diabaikan, bahkan tidak jarang beberapa kata mutiara yang bukan berasal dari Rasululloh sholallahu alaihi wassalam dinisbatkan kepada beliau. Hal ini tidak lepas dari usaha penyimpangan yang dilakukan oleh musuh-musuh Alloh untuk mendapatkan keuntungan yang sedikit. Akan tetapi, Maha Suci Alloh yang telah menjaga kemurnian As Sunnah hingga akhir zaman melalui para ulama ahli ilmu. Alloh menjaga kemurnian As Sunnah melalui ilmu para ulama yang gigih dalam menjaga dan membela sunnah-sunnah Rasululloh sholallahu alaihi wassalam dari usaha-usaha penyimpangan. Ini tampak dari ulama-ulama generasi sahabat hingga ulama dewasa ini yang menjaga sunnah dengan menghafalnya dan mengumpulkannya serta berhati-hati di dalam meriwayatkannya. Para ulama inilah yang disebut sebagai para ulama Ahlusunah. Oleh karena itu, perlu kiranya jika kita menuntut dan belajar ilmu dari mereka agar tidak terseret dalam jurang penyimpangan. Selain melakukan penjagaan terhadap Sunah, Alloh menjadikan Sunnah sebagai sumber hukum dalam agama. Kekuatan As Sunnah dalam menetapkan syariattermasuk perkara akidah-ditegaskan dalam banyak ayat Al Quran, diantaranya firman Alloh yang artinya : Dan apa yang diberikan Rasul kepada kalian maka terimalah dan apa yang ia larang maka tinggalkanlah (Q.S Al Hasyr:7) Dan firman-Nya Wahai orang-orang yang beriman taatilah Alloh dan taatilah Rasul (Q.S An Nisaa:59) Firman Alloh tersebut menunjukkan bahwa tidak ada pilihan lain bagi seorang muslim untuk juga mengambil sumber-sumber hukum akidah dari As Sunnah dengan pemahaman ulama. Ibnul Qoyyim juga pernah berkata Alloh memerintahkan untuk mentaati-Nya dan mentaati Rasul-Nya sholallohu alaihi wassalam dengan mengulangi kata kerja (taatilah) yang menandakan bahwa menaati Rasul wajib secara independent tanpa harus mencocokkan terlebih dahulu dengan Al Quran, jika beliau memerintahkan sesuatu. Hal ini dikarenakan tidak akan pernah ada pertentangan antara Quran dan Sunnah.

Ijma Para Ulama Ijma adalah sumber akidah yang berasal dari kesepakatan para mujtahid umat Muhammad sholallohu alaihi wassalam setelah beliau wafat, tentang urusan pada suatu masa. Mereka bukanlah orang yang sekedar tahu tentang masalah ilmu tetapi juga memahami dan mengamalkan ilmu. Berkaitan dengan Ijma, Alloh subhanahu wataala berfirman yang artinya Dan barangsiapa yang menentang Rasul setelah jelas kebenaran baginya dan mengikuti kebenaran baginya dan mengikuti jalan bukan jalannya orang-orang yang beriman, maka Kami akan biarkan ia leluasa berbuat kesesatan yang ia lakukan dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali (Q.S An Nisaa:115) Imam Syafii menyebutkan bahwa ayat ini merupakan dalil pembolehan disyariatkannya ijma, yaitu diambil dari kalimat jalannya orang-orang yang beriman yang berarti ijma. Beliau juga menambahkan bahwa dalil ini adalah dalil syari yang wajib untuk diikuti karena Alloh menyebutkannya secara bersamaan dengan larangan menyelisihi Rasul. Di dalam pengambilan ijma terdapat juga beberapa kaidah-kaidah penting yang tidak boleh ditinggalkan. Ijma dalam masalah akidah harus bersandarkan kepada dalil dari Al Quran dan Sunnah yang shahih karena perkara akidah adalah perkara tauqifiyah yang tidak diketahui kecuali dengan jalan wahyu. Sedangkan fungsi ijma adalah menguatkan Al Quran dan Sunnah serta menolak kemungkinan terjadinya kesalahan dalam dalil yang dzoni sehingga menjadi qothai. Akal Sehat Manusia Selain ketiga sumber akidah di atas, akal juga menjadi sumber hukum akidah dalam Islam. Hal ini merupakan bukti bahwa Islam sangat memuliakan akal serta memberikan haknya sesuai dengan kedudukannya. Termasuk pemuliaan terhadap akal juga bahwa Islam memberikan batasan dan petunjuk kepada akal agar tidak terjebak ke dalam pemahaman-pemahaman yang tidak benar. Hal ini sesuai dengan sifat akal yang memiliki keterbatasan dalam memahami suatu ilmu atau peristiwa. Agama Islam tidak membenarkan pengagungan terhadap akal dan tidak pula membenarkan pelecehan terhadap kemampuan akal manusia, seperti yang biasa dilakukan oleh beberapa golongan (firqoh) yang menyimpang. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, Akal merupakan syarat untuk memahami ilmu dan kesempurnaan dalam amal, dengan keduanyalah ilmu dan amal menjadi sempurna. Hanya saja ia tidak dapat berdiri sendiri. Di dalam jiwa, ia berfungsi sebagai sumber kekuatan, sama seperti kekuatan penglihatan pada mata yang jika mendapatkan cahaya iman dan Al Quran ia seperti mendapatkan cahaya matahari dan api. Akan tetapi, jika ia berdiri sendiri, ia tidak akan mampu melihat (hakikat) sesuatu dan jika sama sekali dihilangkan ia akan menjadi sesuatu yang berunsur kebinatangan. Eksistensi akal memiliki keterbatasan pada apa yang bisa dicerna tentang perkaraperkara nyata yang memungkinkan pancaindera untuk menangkapnya. Adapun masalah-masalah gaib yang tidak dapat tersentuh oleh pancaindera maka tertutup jalan bagi akal untuk sampai pada hakikatnya. Sesuatu yang abstrak atau gaib, seperti

akidah, tidak dapat diketahui oleh akal kecuali mendapatkan cahaya dan petunjuk wahyu baik dari Al Quran dan As Sunnah yang shahih. Al Quran dan As Sunnah menjelaskan kepada akal bagaimana cara memahaminya dan melakukan masalah tersebut. Salah satu contohnya adalah akal mungkin tidak bisa menerima surga dan neraka karena tidak bisa diketahui melalui indera. Akan tetapi melalui penjelasan yang berasal dari Al Quran dan As Sunnah maka akan dapat diketahui bahwasanya setiap manusia harus meyakininya. Mengenai hal ini Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa apa yang tidak terdapat dalam Al Quran, As Sunnah, dan Ijma yang menyelisihi akal sehat karena sesuatu yang bertentangan dengan akal sehat adalah batil, sedangkan tidak ada kebatilan dalam Quran, Sunnah dan Ijma, tetapi padanya terdapat katakata yang mungkin sebagian orang tidak memahaminya atau mereka memahaminya dengan makna yang batil. Fitrah Kehidupan Dalam sebuah hadits Rasululloh sholallohu alaihi wassalam bersabda Setiap anak yang lahir dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang membuat ia menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi (H.R Muslim)
Dari hadits ini dapat diketahui bahwa sebenarnya manusia memiliki kecenderungan untuk menghamba kepada Alloh. Akan tetapi, bukan berarti bahwa setiap bayi yang lahir telah mengetahui rincian agama Islam. Setiap bayi yang lahir tidak mengetahui apa-apa, tetapi setiap manusia memiliki fitrah untuk sejalan dengan Islam sebelum dinodai oleh penyimpangan-penyimpangan. Bukti mengenai hal ini adalah fitrah manusia untuk mengakui bahwa mustahil ada dua pencipta alam yang memiliki sifat dan kemampuan yang sama. Bahkan, ketika ditimpa musibah pun banyak manusia yang menyeru kepada Alloh seperti dijelaskan dalam firman-Nya. Dan apabila kalian ditimpa bahaya di lautan niscaya hilanglah siapa yang kalian seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan kalian ke daratan, kalian berpaling, dan manusia adalah sangat kufur (Q.S Al Israa:67) Semoga Alloh memahamkan kita terhadap ilmu yang bermanfaat, mengokohkan keimanan dengan pemahaman yang benar, memuliakan kita dengan amalan-amalan yang bermakna. Wallahualam.

F.Macam-macam Kaidah Aqidah


Apa yang saya dapat dengan indera saya, saya yakini adanya, kecuali bila akal saya mengatakan tidak berdasarkan pengalaman masa lalu. Keyakinan, di samping diperoleh dengan menyaksikan langsung, juga bisa melalui berita yang diyakini kejujuran si-pembawa berita. Anda tidak berhak memungkiri wujudnya sesuatu, hanya karena anda tidak bisa menjangkaunya dengan indera mata. Seseorang hanya bisa mengkhayalkan sesuatu yang sudah pernah dijangkau oleh inderanya. Akal hanya bisa menjangkau hal-hal yang terikat dalam ruang dan waktu.

Iman adalah fitrah setiap manusia. Kepuasan materiil di dunia sangat terbatas Keyakinan pada hari akhir adalah konsekuensi logis dari keyakinan tentang adanya Allah.

G.Fungsi Kaidah
Sesuai dengan fungsinya sebagai dasar agama, maka keberadaan aqidah Islam sangat menentukan bagi seorang muslim, sebab dalam system teologi agama ini diyakini bahwa sikap, perbuatan dan perubahan yang terjadi dalam perilaku dan aktivitas seseorang sangat dipengaruhi oleh system teologi atau aqidah yang dianutnya. Untuk itu signifikansi akidah dalam kehidupan seseorang muslim dapat dilihat paling tidak dalam empat hal, yaitu: 1. Aqidah Islam merupakan landasan seluruh ajaran Islam. Di atas keyakinan dasar inilah dibangun ajaran Islam lainya, yaitu syariah (hukum islam) dan akhlaq (moral Islam). Oleh karena itu, pengamalan ajaran Islam lainya seperti shalat, puasa, haji, etika Islam (akhlak) dan seterusnya, dapat diamalkan di atas bagunan keyakinan dasar tersebut. Tanpa keyakinan dasar, pengamalan ajaran agama tidak akan memiliki makna apa-apa. 2. Akidah Islam berfungsi membentuk kesalehan seseorang di dunia, sebagai modal awal mencapai kebahagiaan di akhirat. Hal ini secara fungsional terwujud dengan adanya keyakinan terhadap kehidupan kelak di hari kemudian dan setiap orang mempertanggungjawabkan perbuatanya di dunia. 3.Akidah Islam berfungsi menyelamatkan seseorang dari keyakinan-keyakinan yang menyimpang, seperti bidah, khurafat, dan penyelewengan-penyelewengan lainya. 4. Akidah islam berfungsi untuk menetapkan seseorang sebagai muslim atau non muslim. Begitu pentingnya kajian akidah islam hingga bidang ini telah menjadi perbincangan serius di kalangan para ahli sejak zaman awal Islam sampai hari ini, termasuk di Indonesia. Di dalam apresiasinya, kajian mengenai bidang ini melahirkan beberapa aliran, seperti Suni [ Maturidiyah, Asyariyah,-Ahlussunnah wal Jamaah] Murjiah,Muktazilah,Wahabiyah, Syiah, Khawarij, Qadariyah, Jabbariyah dan lain-lain.

Sebagai hal yang sangat fundamental bagi seseorang, aqidah oleh karenanya disebut sebagai titik tolak dan sekaligus merupakan tujuan hidup. Atas dasar itu maka aqidah memiliki peran yang sangat penting di dalam memunculkan semangat peningkatan kualitas hidup seseorang. Fungsi tersebut antara lain:

A. Akidah Dapat Menimbulkan Optimisme Dalam Kehidupan. Sebab manusia yang di dalam dirinya tertanam akidah atau keyakinan yang kuat, akan selalu merasa optimis dan merasa akan berhasil dalam segala usahanya. Keyakinan ini didorong oleh keyakinan yang lain bahwa allah sangat dekat padanya, bahkan selalu menyertainya dalam usaha dan aktivitas-aktivitasnya. Sementara bagi orang yang tidak memiliki akidah yang benar dan kuat tidak akan memilki keyakinan yang kuat, jiwanya akan menjadi gersang dan hampa, dan selalu diliputi keraguan dalam bertindak. Sehingga jika tertimpa sedikit cobaan dan rintangan, ia menjadi gelisah, keluh kesah, yang sering kali berakhir dengan putus asa, karena ia tidak memiliki pegangan batin yang kuat di luar kemampuanya. B. Akidah Dapat Menumbuhkan Kedisiplinan. Disiplin dimaksud, seperti disebut oleh beberapa Ulama, adalah kepatuhan dan ketaatan dalam mengikuti semua ketentuan dan tata tertib yang berlaku, termasuk hukum alam (sunnah allah) dengan kesadaran dan tanggung jawab. Akidah yang mantap akan mampu menempatkan diri seseorang sebagai makhluk berdisiplin tinggi dalam kehidupanya. Disiplin adalah kata kunci untuk keberhasilan. Karena itu bila seseorang muslim ingin berhasil, ia harus berdisplin. Tanpa dsiplin, tidak munngkin seseorang dapat meraih kesuksesanya. Dalam konteks peningkatan kualitas hidup displin sangat dituntut terutama: Disiplin dalam waktu. Artinya, tertib dan teratur dalam memanfaatkannya dalam penanganan kerja maupun dalam melakukan ibadah mahdhah. Disiplin dalam bekerja. Artinya, seorang muslim yang berakidah menyadari bahwa ia harus bekerja, sebagai pelaksanaan tanggung jawabnya sebagai khalifah Allah. Dan agar kerjanya berhasil baik, diperlukan sikap displin. Sebab penangan kerja dengan kedisplinan akan menghasilkan sesuatu secara maksimal dan membahagiakan. C. Aqidah Berpengaruh Dalam Peningkatan Etos Kerja. Sebab seseorang yang memilki keyakinan yang mantap akan selalu berupaya keras untuk keberhasilan kerjanya, sebagai bagian dari pemenuhan kataatanya pada Allah. Dengan demikian melalui aqidahnya akan tersembul etos kerja yang baik yang tercermin dari ciri-ciri berikut ini: Memiliki jiwa kepeloporan dalam menegakan kebenaran Kepeloporan disini dimaksud sebagai mengambil peran secara aktif untuk mempengaruhi orang lain agar dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Jadi, ia memilki kemampuan untuk mengambil posisi dan sekaligus memainkan peran (role) sehingga kehadiranya selalu dirasakan memberikan spirit bagi munculnya semangat peningkatan kualitas hidup setiap oran di sekitarnya. Memiliki perhitungan (kalkulatif)

Setiap langkah dalam hidupnya selalu diperhitungkan dari segala aspek, termasuk untung dan resikonya, dan tentu saja sebuah perhitungan yang rasional. Memiliki rasa iri yang mendalam pada perbuatan tidak merasa puas dalam berbuat kebajikan. Tipe muslim yang memilki aqidah yang kaut akan tampak dari semangatnya yang tak kenal lelah melakukan berbagai aktivitas untuk mencapai dan menegakan kebaikan. Sekali dia berniat, ia akan menepati cita-citanya secara serius dan cermat, serta tidah mudah menyerah bila berhadapan dengan cobaan dan rintangan. Dengan semangat semacam ini seorang muslim selalu berusaha mengambil posisi dan memainkan peranan positif, dinamis, dan keratif dalam penanganan kerjanya, dan memberi contoh kepada orang yang disekitarnya.

H.Ayat-Ayat Al-Quran yang berhubungan dengan Aqidah


a. Surat Al-Ikhlas

Artinya: 1. Dialah Allah, Yang Maha Esa 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. 3. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, 4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia Kandungan Surat Al-Ikhlas Surat ini meliputi dasar yang paling penting dari risalah Nabi SAW. yaitu mentauhidkan Allah dan menyucikan-Nya serta meletakkan pedoman umum dalam beramal sambil menerangkan amal perbuatan yang baik dan yang jahat, menyatakan keadaan manusia sesudah mati mulai dari sejak berbangkit sampai dengan menerima balasannya berupa pahala atau dosa. 1. Dialah Allah, Yang Maha Esa

Pada ayat ini Allah menyuruh Nabi-Nya menjawab pertanyaan orang-orang yang menanyakan tentang sifat Tuhannya, bahwa Dia adalah Allah Yang Maha Esa, tidak tersusun dan tidak berbilang, karena berbilang dalam susunan zat berarti bahwa bagian kumpulan itu memerlukan bagian yang lain, sedang Allah sama sekali tidak memerlukan sesuatu apapun. Keesaan Allah itu meliputi tiga hal: 1. Dia Maha Esa pada zat-Nya ( berarti zat-Nya tidak tersusun dari beberapa zat atau bagian ) 2. Maha Esa pada sifat-Nya ( berarti tidak ada satu sifat makhlukpun yang menyamai-Nya ) 3. Maha Esa pada afal-Nya ( berarti hanya Dialah yang membuat semua perbuatan. 2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Pada ayat ini Allah menambahkan penjelasan tentang sifat Tuhan Yang Maha Esa itu, yaitu Dia adalah Tuhan tempat meminta dan memohon. 3. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan Dalam ayat ini Allah menegaskan bahwa Maha Suci Dia dari mempunyai anak. Ayat ini juga menentang dakwaan orang-orang musyrik Arab yang mengatakan bahwa malaikat-malaikat adalah anak-anak perempuan Allah dan dakwaan orang Nasrani bahwa Isa anak laki-laki Allah. 4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia Dalam ayat ini Allah menjelaskan lagi bahwa tidak ada yang setara dan sebanding dengan Dia dalam zat, Sifat dan perbuatan-Nya. Ini adalah tantangan terhadap orang-orang yang beriktikad bahwa ada yang setara dan menyerupai Allah dalam perbuatannya, sebagaimana pendirian orang-orang musyrik Arab yang menyatakan bahwa malaikat itu adalah sekutu Allah.

b. Surat Al-Kafirun

Artinya: 1. Katakanlah: Wahai orang-orang kafir, 2. Aku tidak menyembah apa yang kamu sembah. 3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. 4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, 5. dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. 6. Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku. Kandungan Surat Al-Kafirun Surat ini merupakan surat yang menyatakan berlepas diri dari perbuatan yang dikerjakan oleh orang-orang musyirik, memerintahkan untuk berbuat ikhlas kepada Allah, bersikap bara' terhadap orang-orang kafir dan juga tidak ada toleransi dalam hal aqidah (Keyakinan). 1. Katakanlah: Wahai orang-orang kafir, Mencangkup semua orang kafir yang ada dipermukaan bumi. Akan tetapi, yang dituju oleh ayat ini, ketika itu adalah orang-orang kafir Quraisy. Dikatakan bahwa mereka itu, karena kebodohan mereka juga, mengajak Rasulullah untuk bersama-sama menyembah patung mereka selama satu tahun dan kelak mereka akan menyembah tuhan Rasulullah selama satu tahun pula. Lalu, Allah menurunkan surah ini dan memerintahkan Rasulullah SAW untuk berlepas diri dari agama mereka secara menyeluruh. 2. Aku tidak menyembah apa yang kamu sembah. Yang terdiri dari patung-ptung dan saingan-saingan, dan kamu bukan penyembah tuhan yang aku sembah." Yaitu, Allah yang Mahatunggal. Tidak ada serikat bagi-Nya.

3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dalam ayat ini Allah menambahkan lagi pernyataan yang disuruh sampaikan kepada orangorang kafir dengan menyatakan, "Kamu tidak menyembah Tuhanku yang aku panggil kamu untuk menyembah-Nya, karena berlainan sifat-sifat-Nya dari sifat-sifat "tuhan" yang kamu sembah dan tidak mungkin dipertemukan antara kedua macam sifat tersebut 4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,

Yaitu, aku tidak akan pernah melakukan peribadatan kamu, artinya, aku tidak akan menjalaninya dan tidak akan mencontohnya. Yang aku sembah hanyalah Allah semata, sesuai dengan cara yang disukai dan direstui-Nya. 5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Yaitu, kamu tidak akan pernah mengikuti perintah-perintah dan syariat-syariat Allah dalam beribadah kepada-Nya, bahkan kamu telah mengada-ngadakan suatu perkara sesuai dengan keinginan nafsu-nafsu kamu. 6. Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku. Mustahil semua manusia bersatu dalam satu keyakinan dan keimanan yang sama. Jalan yang terbaik dan paling realistis adalah mengakui perbedaan keyakinan msing-masing dan saling menghormati satu sama lain.

c. Surat Al-Maidah 72-77


() () () () () ( Artinya: 72. Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. 73. Sesungguhnya kafirlah orang0orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah seorang dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.

74.Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya ?.Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. 75. Al Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). 76.Katakanlah: "Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfa'at ?"Dan Allah-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. 77.Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, janganlah kamu berlebih-lebihan (melampaui batas) dengan cara tidak benar dalam agamamu. Dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang telah sesat dahulunya (sebelum kedatangan Muhammad) dan mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia), dan mereka tersesat dari jalan yang lurus". Kandungan Ayat 72: Allah swt. menegaskan dengan sesungguhnya bahwa orang-orang Nasrani adalah orang-orang kafir karena mereka berkeyakinan bahwa Allah itu adalah Isa Al-Masih anak Maryam. Pendirian inilah yang menjadikan mereka itu kafir dan sesat, oleh sebab mereka berlebih-lebihan memuji Isa a.s. sebagaimana orang Yahudi keterlaluan pula menghina Isa terutama terhadap Maryam. Pendirian orang-orang Nasrani terhadap diri Isa a.s. tersebut adalah suatu pendirian yang dianut oleh mayoritas golongan Nasrani dan siapa di antara mereka yang menyimpang dari pendirian tersebut, maka dianggaplah murtad. Orang-orang Nasrani berpendirian bahwa Tuhan itu terdiri dari unsur-unsur yang mereka namakan tiga oknum, yaitu Bapak, Putra dan Ruhul Kudus. Isa adalah putra, Allah adalah Bapak yang menjelma pada anak yang merupakan Ruhul Kudus dan mereka adalah tiga kesatuan yang tidak terpisah-pisah. Dengan demikian Allah itu adalah Isa dan dan Isa itu adalah Allah. Ayat 73: Ayat ini menerangkan bahwa Allah swt. menegaskan dengan sesungguhnya akan kekafiran orang Nasrani yang berkata bahwa Allah yang menciptakan langit dan bumi adalah salah satu dari tiga oknum yaitu Bapak, Putra, dan Roh Kudus. Demikianlah sesatnya pendirian orang Nasrani. Jika ditinjau dari segi logika, karenanya pada ayat ini Allah memperingati orang Nasrani supaya meninggalkan kepercayaan yang salah dan hendaklah mereka kembali kepada

ajaran-ajaran tauhid dan jika mereka masih tetap pada kekafiran, yaitu mempersekutukan Allah, maka akan dimasukkan ke dalam azab api neraka. Ayat 74: Ayat ini menerangkan bahwa tingkah laku orang-orang Yahudi itu sangat mengherankan karena telah menerima ayat-ayat yang mengandung cercaan yang disertai ancaman-ancaman namun tidaklah tergerak hati mereka untuk kembali kepada Allah dan memohon ampunan-Nya padahal Allah sangat luas rahmat-Nya, Maha Pengampun, Maha Penerima tobat hamba-Nya yang tenggelam dalam kesesatan kemudian benar-benar beriman dan bertakwa dengan iringan amalamal saleh. Ayat 75: Ayat ini menerangkan keistimewaan kedudukan Al-Masih (Isa) dan keistimewaan kedudukan ibunya (Maryam) kemudian menerangkan pula tentang hakikat kepribadian mereka berdua. Keistimewaan Al-Masih ialah dia adalah utusan Allah, tidak ada perbedaannya dengan rasul-rasul yang datang pada masa sebelumnya, karena masing-masing membawa tanda kerasulan dari Allah.Ayat ini menegaskan bahwa Al-Masih adalah seperti rasul-rasul yang lain, yaitu manusia biasa yang mempunyai kebutuhan-kebutuhan jasmani yang antara lain makan makanan untuk menghindari lapar dan menjaga kesehatan untuk kelanjutan hidup. Ayat 76: Ayat ini menerangkan betapa sesatnya orang-orang Nasrani yang menyembah Al-Masih. Nabi Muhammad mendapat perintah dari Allah supaya menanyakan kepada orang-orang Nasrani, mengapa mereka itu menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak memberi mudarat dan tidak memberi manfaat. Tidakkah mereka mengetahui bahwa orang Yahudi itu memusuhi Al-Masih dan mereka hendak membinasakannya, sedang Al-masih sendiri ternyata tidak sanggup memberi mudarat kepada orang-orang Yahudi itu dan sahabat Al-Masih tidak dapat menolongnya. Wajarkah orang yang tidak mempunyai kesanggupan itu dipandang sebagai Tuhan. Ayat 77: Pada ada ayat ini Allah melarang Ahli Kitab yang di masa Nabi Muhammad bertindak keterlaluan di dalam agama sebagaimana nenek moyang mereka dahulu dan melarang mereka mengikuti sebab-sebab yang membawa nenek moyang mereka kepada kesesatan sehingga menyesatkan pula orang lain dari jalan pertengahan (ajaran Islam) dengan sebab mereka meninggalkan hukum syariat dan mengikuti hawa nafsu yang buruk. Jadi dengan ayat ini dapatlah disimpulkan bahwa Ahli Kitab itu adalah:

a. Orang-orang yang sesat sejak dahulu disebabkan karena mengikuti hawa nafsu dalam urusan agama, membuat bidah, menghalalkan yang haram dan meninggalkan sunah Rasul. b. Orang-orang lain menjadi sesat karena mereka setelah sesat berusaha menyesatkan orang lain, yaitu memperluas bidah yang diada-adakan oleh para pendeta mereka.

c. Orang-orang yang berpaling dari agama Islam, terus-menerus berada dalam kesesatan, berarti mereka telah berbuat melampaui batas, berbuat bidah dan menyimpang dari iktikad yang benar.

d. Surat At-Taubah 30-33

Artinya:

30. Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nashrani berkata: "Al-Masih itu putera Allah". Itulah ucapan yang keluar dari mulut mereka, meniru ucapan orang-orang kafir dahulu kala.Allah mengutuki mereka. Mengapa mereka sampai mengingkari ke Esaan Tuhan 31.Mereka mentaati pendeta-pendeta dan paderi-paderinya sebagai tuhan selain Allah, sementara orang-orang Nashrani menuhankan Al-Masih putera Maryam.Padahal mereka tidak diperintah kecuali menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan kecuali Dia! Maha Suci Tuhan dari apa yang mereka persekutukan. 32. Mereka hendak memudarkan cahaya agama Allah dengan ucapan-ucapan mereka Termasuk propaganda-propaganda dalam segala bentuk., tetapi Allah tidak membiarkan bahkan hendak menyempurnakan cahaya-Nya itu, meskipun orang-orang yang kafir tidak menyukai. 33.Dialah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk Al-Qur'an dan agama yang benar, untuk dibuktikan-Nya keunggulannya di atas semua agama, sekalipun orang-orang musyrik tidak menyukai.

e. Surat Al-Mukminun 91

Artinya: Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu.

f. Surat Al-Maidah 116-120

Artinya: 116.Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: `Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia:` Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah? `. Isa menjawab:`Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib ` 117. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan) nya yaitu:` Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu `, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka.Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. 118. Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 119. Allah berfirman:` Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka syurga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha terhadap-Nya.Itulah keberuntungan yang paling besar `. 120. Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

g. Surat Az-Zumar 65

Artinya: Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu:` Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.

Kandungan surat Az-Zumar : Pada ayat ini Allah menegaskan kepada Nabi Muhammad saw bahwa Dia telah mewahyukan kepadanya dan kepada Nabi-nabi sebelumnya, bahwa sesungguhnya apabila dia

mempersekutukan Allah, maka hapuslah segala amal baiknya yang telah lalu. Inilah suatu peringatan keras dari Allah kepada manusia agar ia jangan sekali-kali mempersekutukan Allah dengan lain-Nya, karena perbuatan itu adalah syirik dan dosa syirik itu adalah dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah. Bila seseorang mati dalam keadaan syirik akan hapuslah pahala semua amal baiknya dan dia akan dijerumuskan ke dalam neraka Jahanam.Kepada Nabi Muhammad sendiri Allah SWT memberi peringatan sedangkan dia adalah Rasul yang diutus-Nya, Rasul kesayangan-Nya yang rasanya tidak mungkin akan mempersekutukan Allah, namun Allah memberi peringatan juga kepadanya agar jangan sekali-kali terlintas pikirannya untuk menganut agama syirik. Apalagi kepada manusia lainya tentu peringatan ini hams mendapat perhatian yang serius. Sungguh tidaklah pantas seseorang yang mengetahui betapa besar nikmat Allah terhadapnya, terhadap manusia seluruhnya, akan mengingkari nikmat itu dan melanggar

perintah pemberi nikmat itu dengan mempersekutukan-Nya, dengan memohonkan pertolongan kepada berhala-berhala, kuburan-kuburan, pobon-pohon dan sebagainya.

h. Surat An-Nisa 116

Artinya: Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.

i. Surat Al-Anbiyaa 21-22

Artinya: 21.Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan dari bumi, yang dapat menghidupkan (orang-orang mati)?

22. Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai Arsy daripada apa yang mereka sifatkan

Kandungan surat Al-Anbiyaa:

Ayat 21: Dalam ayat ini Allah SWT. menunjukkan kesesatan dan kebodohan kaum P musyrikin, yaitu : mereka tidak: berpegang kepada ajaran tauhid, bahkan menyembah kepada "tuhantuhan yang berasal dari bumi", yaitu patung patung yang merupakan benda mati, yang dibuat oleh tangan mereka sendiri yang berasal dari benda-benda bumi. Dan sudah pasti, bahwa benda mati tidak akan dapat memelihara dan mengelola makhluk hidup apalagi menghidupkan orangorang yang sudah mati. Sedang Tuhan kuasa berbuat demikian.Patung-patung yang mereka sembah
itu disebut dalam ayat ini sebagai tuhan-tuhan dari bumi". ini menunjukkan betapa rendahnya martabat tuhan mereka itu. sebab tuhan-tuhan tersebut mereka buat dari tanah, atau dari benda-benda yang lain yang terdapat di bumi ini, dan hanya disembah oleh sebagian manusia sebagai makhluk yang ada di bumi. Sedang Tuhan yang sebenarnya, disembah oleh seluruh makhluk, baik di bumi maupun di langit. Dengan demikian jelaslah betapa sesatnya kepercayaan dan perbuatan kaum musyrikin itu, karena mereka mempertuhankan apa-apa yang tidak sepantasnya untuk dipertuhan.

Ayat 22: Pada ayat ini Allah memberikan bukti yang rasional berdasarkan kepada benarnya kepercayaan tauhid, keimanan kepada Allah Yang Maha Esa, yaitu: jika seandainya di langit dan di bumi ada dua Tuhan, niscaya rusaklah dia, dan binasalah semua makhluk yang ada padanya. Sebab, jika seandainya ada dua Tuhan, maka ada dua kemungkinan akan terjadi. Pertama: Bahwa kedua tuhan itu mungkin tidak sama pendapatnya dan keinginan mereka dalam mengelola dan mengendalikan alam ini. lalu keinginan mereka yang berbeda itu semuanya terlaksana, di mana yang satu ingin menciptakan, sedangkan yang lain tidak ingin menciptakannya, sehingga alam ini terkatung-katung antara ada dan tidak. Atau hanya keinginan pihak yang satu saja yang terlaksana, maka tuhan yang satu lagi tentunya menganggur dan berpangku tangan.Keadaan semacam ini tidak pantas bagi tuhan. Kedua: Bahwa tuhan-tuhan tersebut selalu sepakat dalam mencipta sesuatu, sehingga sesuatu makhluk diciptakan oleh dua pencipta ini menunjukkan ketidak mampuan masing-masing tuhan itu untuk menciptakan sendiri makhluk-makhluknya. ini juga tidak patut bagi tuhan. Oleh sebab itu, kepercayaan yang benar adalah mengimani tauhid yang murni kepada Allah SWT., tidak ada sesuatu yang berserikat dengan-Nya dalam mencipta dan memelihara alam ini. Kepercayaan inilah yang paling sesuai dengan akal yang sehat.

j. Surat Al-Anbiyaa 25

Artinya: Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: `Bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku`. Kandungan surat Al-Anbiya 25 : Ayat Allah SWT yang mulia ini menjelaskan bahwa risalah yang dibawa oleh setiap nabi dan rasul adalah satu, yang menjadi inti dakwah mereka. Yaitu menyeru umatnya untuk beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Taala dan meninggalkan segala jenis peribadahan kepada selain-Nya.

k. Surat Ar-Rum 30

Artinya:

Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui

Kandungan surat Ar-Rum 30 Seharusnya tidak ada keberatan sama sekali bagi manusia untuk memeluk Islam. Sebaliknya, dia akan merasa berat dan susah ketika harus keluar dari Islam. Pasalnya, memeluk Islam sesungguhnya merupakan fitrah manusia. Secara tersirat, ayat ini menegaskan akan realitas tersebut. Para mufassir menafsirkan kata fithrah Allh dengan kecenderungan pada akidah tauhid dan Islam, bahkan Islam itu sendiri sehingga manusia tidak bisa menolak dan mengingkarinya. Fitrah yang dimaksudkan tentu tidak cukup hanya sebatas keyakinan fitri tentang Tuhan atau kecenderungan pada tauhid. Fitrah di sini harus diartikan sebagai akidah tauhiditu sendiri. Frasa ini memperkuat perintah untuk mempertahankan penerimaan total terhadap Islam, tidak condong pada agama batil lainnya, dan terus memelihara sikap istiqamah.

BAB III Penutup

1.4 Kesimpulan
Secara keseluruhannya, konsep akidah amat mudah dipelajari dan difahami secara umum kepada sesiapa sahaja yang ingin mengamalkan akidah secara istiqamah(berterusan). Secara tidak langsung, masyarakat yang mengamalkan konsep akidah yang betul akan melahirkan sebuah negara yang tinggi ilmu, amal dan akhlaknya. Dari pemsbahasan di atas dapat kitarik kesimpulan bahwa aqidah secara bahasa diambil dari kata yang mempunyai arti ikatan, pengesahan, penguatan dan penetapan. Maksudnya adalah apa yang menjadi ketetapan hati seseorang secara yakin. Sedangkan pengertian aqidah secara istilah ada beberapa pendapat yang mendefinisikannya. Salah satu diantaranya adalah al-Jazairy yang mengatakan bahwa aqidah merupakan sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati serta diyakini keshahihan dan keberadaannya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu. Kita sebagai umat Islam hendaknya bersyukur karena pertanyaan-pertanyaan yang sering mengusik hati manusia yang berakal dapat telah dijawab oleh Aqidah kita yaitu Aqidah Islamiyah yang sekaligus menjadi pegangan kita untuk menjalani hidup serta mengabdi kepada Allah saw.

1.5 Saran

Sebagai umat muslim perlu memahami aqidah yang benar dan tauhidnya. Sebagai umat muslim menjauhi larangan-larangan yang berkaitan dengan pelanggaran terhadap kaidah. Sebagai umat islam patut dan wajib untuk menerapkan ajaran-ajaran tentang kaidah yang benar dalam kehidupan sehari-hari

DAFTAR PUSTAKA

Katsir, Ibnu, Tafsir Al-Quran Al-Adzhiem, Beirut: Darul Jiil, 1411H, Jilid IV Ar-Rifai, Muhammad Nasib, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 4, Jakarta: Gema Insani Press, 2005

Busyra, Zainudin Achmad. 2010. Buku pintar Aqidah Akhlak dan Quran-Hadist. Yogyakarta: In azna book
Shaleh, K.H.Q, dan Dahlan, H.A.A, Asbaabun Nuzuul, Bandung; Diponegoro, 2004

You might also like