You are on page 1of 13

TUGAS MATA KULIAH JUDUL BUDIDAYA TANAMAN LADA

(Piper nigrum. L)
OLEH ; 1. BANG SURYADI NPM; 081016154211005 2. MUSWADAH NPM; 081016154211183

UNIVERSITAS MUARO BUNGO (UMB) TAHUN 2011/201

KATA PENGANTAR
Puji an syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehinga tugas makalah ini dapat diselesaikan, untuk itu ucapan terim kasih kepada semua teman - teman yang ikut membantu dalam pembuatan tugas ini, semoga dapat bermafaat bagi penulis khususnya dan pem baca umumnya.

Dalam penyusuna tugas ini, masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu diharapkan kritik dan saran nya yang sifatnya membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang

DAFTAR ISI

Halaman KATA PENGANTAR.i DAFTAR ISIii

I. PENDAHULUAN.....1 1.1. Latar belakang.........1 II. TINJAUAN PUSTAKA....2 2.1. Iklim..2 2.2. Media Tanam.....2 2.3. Varitas...2 III. PEDOMAN TEKNIK BUDIDAYA..4 3.1. Pembibitan.....4 3.2. Pengolahan Tanah..4 3.3. Teknik penanaman.....4 3.4. Pemeliharaan Tanaman..5

IV . PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT8 4.1. Hama..8 4.2. Penyakit.....8

V. PANEN.9 5.1. Ciri dan Umur panen..9

I. PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan


Lada merupakan salah satu pro-duk tertua dan terpenting dari produk rempahrempah yang diperdagangkan di dunia. Theophratus yang hidup 372-287 SM (sebelum masehi), menyebut-kan dua jenis lada yang telah diguna-kan oleh bangsa Mesir dan Romawi pada waktu itu yaitu lada hitam (Black pepper) dan lada panjang (Pepper longum). Purseglove (1968) menyebut-kan bahwa lada merupakan produk pertama yang diperdagangkan antara Barat dan Timur. Pada abad per-tengahan tahun 1.100 1.500 M, perda-gangan lada memiliki kedudukan yang sangat penting. Pada waktu itu lada digunakan sebagai alat tukar dan mas kawin, selain untuk keperluan rempah-rempah. Tanaman lada (Piper nigrum. L) merupakan salah satu komoditas per-kebunan yang memiliki peluang stra-tegis dalam system usaha perkebunan, baik secara ekonomi maupun sosial. Secara ekonomi lada dapat menjadi salah satu sumber utama pendapatan petani dan devisa negara sektor non migas, sedangkan secara sosial meru-pakan komoditas tradisional yang telah dibudidayakan sejak lama dan kebera-daannya merupakan penyedia lapangan kerja yang cukup luas terutama di daerah sentra produksi. Usaha tani lada di Indonesia umumnya diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat. Pada dekade terakhir turunnya harga lada bukan hanya disebabkan persaingan antar negara-negara produ-sen, seperti Indonesia, Malaysia, India, dan Brazil, tetapi juga disebabkan oleh munculnya negara-negara baru peng-hasil lada seperti Thailand, Srilanka, dan Vietnam. Di sisi lain semakin kritisnya negara-negara konsumen terhadap mutu lada turut memperkuat terjadinya persaingan untuk merebut pangsa di pasaran internasional seperti kekhawatiran konsumen akan adanya residu pestisida dan kontaminasi mik-roba seperti Escherichia coli, Salmonolla spp. dan jamur yang menghasilkan defatoksin. Untuk memper-tahankan produk lada sebagai salah satu komoditas ekspor non migas andalan, upaya antisipatif yang dilakukan, tentunya tidak hanya pada peningkatan produktivitas, melainkan lebih difokus-kan pada perbaikan teknologi budidaya dan mutu lada yang memiliki keung-gulan dalam menekan biaya produksi dan meningkatkan kualitas hasil.

II. SYARAT PERTUMBUHAN

2.1. Iklim

- Curah hujan 2.000-3.000 mm/th. - Cukup sinar matahari (10 jam sehari). - Suhu udara 200C - 340C. - Kelembaban udara 50% - 100% lengas nisbi dan optimal antara 60% - 80% RH. - ketingian tempat, 0 sampai dengan 1.450 m dari permukaan laut

2.2. Media Tanam - Subur dan kaya bahan organik - Tidak tergenang atau terlalu kering - pH tanah 5,5-7,0 - Warna tanah merah sampai merah kuning seperti Podsolik, Lateritic, Latosol dan Utisol. - Kandungan humus tanah sedalam 1-2,5 m. - Kelerengan/kemiringan lahan maksimal 300. Ketinggian tempat 300-1.100 m dpl.

2.3. Varietas Di Indonesia, terdapat sekitar 40 jenis lada. Meskipun begitu, jenis yang telah banyak ditanam tergantung kepada daerahnya. Di Lampung misalnya, jenis yang banyak ditanam adalah Belantung dan Kerinci. Di Bangka jenis yang banyak ditanam adalah "Lampung Daun Kecil" (LDK), dan "Lampung Daun Lebar" (LDL), Merapin, Chunuk dan Jambi. Di Kalimantan, jenis yang banyak ditanam adalah varietas Bengkayang. Di Provinsi Jawa Barat, jenis yang banyak ditanam adalah varietas LDK dan LDL. Luas areal pertanaman lada di Jabar, belum seluas di Lampung, Bangka, dan Kalimantan. Tetapi

lada ternyata dapat tumbuh baik di Kab. Tasikmalaya, Cianjur, Rangkasbitung, dan Sumedang.). Varietas lada unggul yang direkomendasikan adalah Petaling 1, Petaling 2, Natar 1, Natar 2, Chunuk, LDK, dan Bengkayang. Varietas Natar 1 toleran terhadap penyakit busuk pangkal batang (BPB

Budidaya Lada Panjat Bibit berasal dari stek cabang panjat (5-7 ruas). Memiliki akar lekat, pada bukubuku ruasnya dan sifatnya memanjat. Oleh karena itu, cara budidaya lada panjat membutuhkan tiang panjat. Penggunaan tiang panjat hidup, (dadap, lamtoro, dsb) yang selalu dipangkas setiap empat bulan sekali. Pada musim penghujan, dipangkas berat sedang pada musim kemarau dipangkas ringan. Keuntungan memakai tiang panjat hidup, antara lain: mudah didapat, ditumbuhkan dan harganya murah. Selain itu biomasa hasil pangkasan, dan daun-daun yang berguguran dapat digunakan untuk pakan ternak, mulsa dan pupuk/kompos. Budidaya Lada Perdu Bibit berasal dari stek cabang buah, memiliki percabangan yang sympodial, tidak memiliki akar lekat (sulur panjat) sehingga budidayanya tidak memerlukan tiang panjat. Tinggi tanaman lada perdu, hanya mencapai sekitar 100 cm. Keuntungan memakai budidaya lada perdu, antara lain: bahan tanaman banyak tersedia, tidak perlu tiang panjat, jumlah tanaman per ha lebih banyak, pemeliharaan dan panen lebih praktis. Bila pada lada biasa, kerapatan tanaman 2.000 batang/ha. M

III. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

3.1. Pembibitan - Terjamin kemurnian jenis bibitnya - Berasal dari pohon induk yang sehat - Bebas dari hama dan penyakit - Berasal dari kebun induk produksi yang sudah berumur 10 bulan-3 tahun (Kebutuhan bibit 2.000 bibit tanaman perhektar)

3.2. Pengolahan Media Tanam a. Cangkul 1, pembalikan tanah sedalam 20-30 cm. b. Taburkan kapur pertanian dan diamkan 3-4 minggu.

Dosis kapur pertanian : - Pasir dan Lempung berpasir: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha. - Lempung: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 1,7 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 0,9 ton/ha. - Lempung Berdebu: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 2,6 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 3,2 ton/ha. - Lempung Liat: pH Tanah 3,5 ke 4,5 = 0,6 ton/ha; pH Tanah 4,5 ke 5,5 = 3,4 ton/ha; pH Tanah ke 6,5 = 4,2 ton/ha. c. Cangkul 2, haluskan dan ratakan tanah

3.3. Teknik Penanaman - Sistem penanaman adalah monokultur (jarak tanam 2m x 2m). Tetapi juga bisa ditanam dengan tanaman lain. - Lubang tanam dibuat limas ukuran atas 40 cm x 35 cm, bawah 40 cm x 15 cm dan kedalaman 50 cm.

- Biarkan lubang tanam 10-15 hari barulah bibit ditanam. - Waktu penanaman sebaiknya musim penghujan atau peralihan dari musim kemarau ke musim hujan, pukul 6.30 pagi atau 16.30-18.00 sore. - Cara penanaman : menghadapkan bagian yang ditumbuhi akar lekat kebawah, sedangkan bagian belakang (yang tidak ditumbuhi akar lekat) menghadap keatas. - Taburkan pupuk kandang 0,75-100 gram/tanaman yang sudah dicampur NATURAL GLIO . - Tutup lubang tanam dengan tanah galian bagian atas yang sudah dicampur pupuk dasar : - NPK 20 gram/tanaman - Untuk tanah kurang subur ditambahkan 10 gram urea, 7 gram SP 36 dan 5 gram KCl per tanaman. - Segera setelah ditutup, disiram SUPERNASA : - Alternatif 1 : 0,5 sendok makan/ 5 lt air per tanaman. - Alternatif 2 : 1 botol SUPER NASA diencerkan dalam 2 liter (2000 ml) air dijadikan larutan induk. Kemudian setiap 1 liter air diberi 20 ml larutan induk tadi untuk penyiraman setiap pohon. - Pemberian SUPERNASA selanjutnya dapat diberikan setiap 3 - 4 bulan sekali.

3.4. Pemeliharaan Tanaman 3.4.1. Pengikatan Sulur Panjat Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan: 1. pemangkasan tajar pada seminggu sebelum pemupukan untuk mengoptimalkan serapan hara oleh tanaman lada, 2. pemangkasan sulur panjat lada pada tanaman muda untuk merangsang terbentuknya cabang buah sehingga membentuk kanopi yang ideal, dan 3. pemangkasan sulur cacing dan sulur gantung yang merupakan parasit bagi tanaman lada. Pemangkasan dilakukan apabila percabangan lada di dekat permukaan tanah terlalu lebat, dengan tujuan mengurangi kelembapan di sekeliling pangkal batang agar

terhindar dari serangan patogen penyakit BPB. Panjatkan pada tiang panjat menggunakan tali. Ikatkan dengan dipilin dan dilipat hingga mudah lepas bila sulur tumbuh besar dan akar lekatnya sudah melekat pada tiang panjat.

3.4.2. Penyiangan dan Pembumbunan Penyiangan setiap 2-3 bulan sekali. Pembubunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.

3.4.4. Perempalan Perempalan atau pemangkasan dilakukan pada: Batang, dahan, ranting yang tidak produktif, atau terserang hama dan penyakit. Pucuk/batang, karena tidak memiliki dahan yang produktif Batang yang sudah tua agar meremajakan tanaman menjadi muda kembali.

3.4.5. Pemupukan Pemupukan menggunakan N, P, K, dan Mg dengan tanaman per tahun untuk

tanaman produktif, bergantung pada jenis tanah. Pupuk diberikan sesuai kebutuhan tanaman, yaitu dengan cara dibagi menjadi empat. Pemupukan dilakukan selama musim hujan dengan interval 40 hari. Tanaman lada umur 1 tahun memerlukan 1/8 takaran yang dibagi menjadi empat (diberikan pada umur 5, 7, 9, dan 11 bulan), sedangkan tanaman umur 2 tahun, pupuk diberikan 1/8 takaran selama musim hujan dandibagiempat.

Pemupukan Populasi tanaman 2.500 batang/ha. Diberikan dalam alur dangkal. 3-4 kali/tahun selama hujan mencukupi. Umur 1-2 tahun

N 135 kg/ha. P 126 kg/ha. K 156 kg/ha. Kaptan 100 kg/ha.

Tanaman dewasa N 675 kg/ha. P 720 kg/ha. K 780 kg/ha. Kaptan 600 kg/ha.

3.4.6. Pengairan dan Penyiraman Pada musim kemarau penyiraman sehari sekali di sore hari. Pada musim hujan tidak boleh tergenang.

3.4.7. Pemberian Mulsa Usia 3-5 bulan, beri mulsa alami berupa dedaunan tanaman tahunan ataupun alang-alang.

3.4.8. Penggunaan Tajar ( Ajir) Sebaiknya gunakan ajir Gamal atau dadap atau bahan kayu. Pangkal tajar diruncingkan, bagian ujung dibuat cabang untuk menempatkan batang lada yang panjangnya telah melebihi tinggi tajar. Panjang tajar 2,5-3 m.. Tiang panjat
.

IV. PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT

4.1 Hama dan Penyakit 4.1.1. Hama a. Hama Penggerek Batang (Laphobaris Piperis)

Ciri: berwarna hitam, ukuran 3-5 mm. Serangga dewasa lebih suka menyerang bunga, pucuk daun dan cabang-cabang muda. Akibat lain bila Nimfanya (serangga muda) berupa ulat akan menggerek batang dan cabang tanaman. Pengendalian: memotong cabang batang; penyemprotan PESTONA.

b. Hama bunga Ciri: Serangga dewasa berwarna hitam, sayap seperti jala, terdapat tonjolan pada punggungnya, ukuran panjang tubuh 4,5 mm dan lebar 3 mm. Gejala: serangga dewasa/nimfanya menyerang bunga berakibat bunga rusak dan menimbulkan kegagalan pembuahan, siklus hidupnya sekitar 1 bulan. Pengendalian: penyemprotan PESTONA, serta dapat juga dilakukan pemotongan pada tandan bunga.

c. Hama buah Ciri: serangga berwarna hijau kecoklatan, nimfanya tidak bersayap, berwarna bening dan empat kali ganti kulit. Serangga dewasa atau nimfanya menyerang buah sehingga isi buah kosong. Telurnya biasa diletakkan pada permukaan daun atau pada tandan buah, siklus hidupnya sekitar 6 bulan. Pengendalian: musnahkan telur dipermukaan daun, cabang, dan yang ada pada tandan buah. Gunakan PESTONA.

4.2. Penyakit a. Penyakit busuk pangkal batang (BPB) Penyebab: jamur Phytopthora Palmivora Var Piperis. Gejala: awal serangan sulit diketahui. Bagian yang mulai terserang pada pangkal batang memperlihatkan garisgaris coklat kehitaman dibawah kulit batang. Daun berubah warna menjadi layu (berwarna kuning). Pencegahan : penanaman jenis lada tahan penyakit BPB. Pemberian Natural Glio sebelum dan sesudah tanam.

b. Penyakit Kuning Penyebab: tidak terpenuhinya berbagai persyaratan agronomis serta serangan cacing halus (Nematoda) Radhophalus similis yang mungkin berasosiasi dengan nematoda lain seperti Heterodera SP, M incognita dan Rotylenchus Similis. Gejala: menyerang akar tanaman lada, ditandai menguningnya daun lada, akar rambut mati, membusuk dan berwarna hitam. Cepat lambatnya gejala daun menguning tergantung berat ringannya infeksi dan kesuburan tanaman. Pengendalian: Pemberian pupuk kandang, pengapuran, pemupukan tepat dan seimbang, pemberian Natural Glio sebelum dan sesudah tanam.

Catatan : Jika pengendalian hama penyakit dengan menggunakan pestisida alami belum mengatasi dapat dipergunakan pestisida kimia yang dianjurkan. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki. Penyemprotan herbisida (untuk gulma) agar lebih efektif dan efisien dapat di campur Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml (1/2 tutup)/tangki.

V. PANEN 5.1 . Panen 5.1.1 Ciri dan Umur Panen Panen pertama umur tiga tahun atau kurang. Ciri-ciri: tangkainya berubah agak kuning dan sudah ada buah yang masak (berwarna kuning atau merah).

5.1.2. Cara Panen Pemetikan dari buah bagian bawah hingga buah bagian atas, dengan mematahkan persendian tangkai buah yang ada diketiak dahan.

You might also like