Professional Documents
Culture Documents
antaranya di neraka dan hanya satu yang di surga yaitu al-Jama’ah”. (H.R. Abu
Dawud)
Akal adalah syahid (saksi dan bukti) akan kebenaran syara’. Inilah sebenarnya
yang dilakukan oleh ulama tauhid atau ulama al-kalam (teologi). Yang mereka
lakukan adalah taufiq (pemaduan) antara kebenaran syara’ dengan kebenaran
akal, mengikuti jejak nabi Ibrahim -seperti dikisahkan al-Quran- ketika
membantah raja Namrud dan kaumnya, di mana beliau menundukkan mereka
dengan dalil akal. Fungsi akal dalam agama adalah sebagai saksi bagi kebenaran
syara’ bukan sebagai peletak dasar bagi agama itu sendiri. Berbeda dengan para
filosof yang berbicara tentang Allah, malaikat dan banyak hal lainnya yang hanya
berdasarkan penalaran akal semata. Mereka menjadikan akal sebagai dasar agama
tanpa memandang ajaran yang dibawa para nabi.
Tuduhan kaum Musyabbihah; kaum yang sama sekali tidak memfungsikan akal
dalam agama, terhadap Ahlussunnah sebagai ’Aqlaniyyun (kaum yang hanya
mengutamakan akal) atau sebagai kaum Mu’tazilah atau Afrakh al-Mu’tazilah
(anak bibitan kaum Mu’tazilah) dengan alasan karena lebih mengedepankan akal,
adalah tuduhan yang salah alamat. Ini tidak ubahnya seperti seperti kata pepatah
arab “Qabihul Kalam Silahulliam” (kata-kata yang jelek adalah senjata para
pengecut). Secara singkat namun komprehensif, kita ketengahkan bahasan tentang
Ahlissunnah sebagai al-Firqah an-Najiyah (golongan yang selamat), asal-usulnya,
dasar-dasar ajaran dan sistematikanya.
PEMBAHASAN
Sejarah mencatat bahwa di kalangan umat Islam dari mulai abad-abad permulaan
(mulai dari masa khalifah sayyidina Ali ibn Abi Thalib) sampai sekarang terdapat
banyak firqah (golongan) dalam masalah aqidah yang faham satu dengan lainnya
sangat berbeda bahkan saling bertentangan. Ini fakta yang tak dapat dibantah.
Bahkan dengan tegas dan gamblang Rasulullah telah menjelaskan bahwa umatnya
akan pecah menjadi 73 golongan. Semua ini tentunya dengan kehendak Allah
dengan berbagai hikmah tersendiri, walaupun tidak kita ketahui secara pasti. Dia-
lah yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Namun Rasulullah juga telah
menjelaskan jalan selamat yang harus kita
tempuh agar tidak terjerumus dalam kesesatan. Yaitu dengan mengikuti apa yang
diyakini oleh al-Jama’ah; mayoritas umat Islam. Karena Allah telah menjanjikan
kepada Rasul-Nya, Muhammad , bahwa umatnya tidak akan tersesat selama
mereka berpegang teguh kepada apa yang disepakati oleh kebanyakan mereka.
Allah tidak akan menyatukan mereka dalam kesesatan. Kesesatan akan menimpa
mereka yang menyempal dan memisahkan diri dari keyakinan mayoritas.
Mayoritas umat Muhammad dari dulu sampai sekarang adalah Ahlussunnah Wal
Jama’ah. Mereka adalah para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka
dalam Ushul al-I’tiqad (dasar-dasar aqidah); yaitu Ushul al-Iman al-Sittah (dasar-
dasar iman yang enam) yang disabdakan Rasulullah dalam hadits Jibril:
“ÃæÕíÕﺄö ﻛﻢ ﺑõ ÍﻲöﺑÇ ﻟﺬÇ ﺛﻢﱠíä íﻟﻮõä ﻟﺬøÇ ﮬﻢ ﺛﻢﱠíä íäﻟﻮõ
åã“¡ æÝíå “ﻠﻲóﻋ ﻛﻢõ ﻢóﺎﻟﺠöﺑÇÚÉ æÅ ﻛﻢõ ﯾﺎ æﻔﺮõﻟÇáÇ ﱠä ﻗﺔ ﻓﺈ Ôíóäﻃﺎ
ãÚ ÇáæÇÍÏ æ åæ ãä ﻦúﻻﺛÇíÈà öäÚ ﻢó ﻓÏä ÃÑÇÏ ÈÍÈæÍ É
óﻟﺞÇﻲú ﻓﻠóﻧﺔﺰúﻟﻢóﻟﺠÇ öãÇÚÉ”. (ÑæÇå ÇáÊÑãÐ í æÍ óáﺎóﻗÓä
Al-Jama’ah dalam hadits ini tidak boleh diartikan dengan orang yang selalu
menjalankan shalat dengan berjama’ah, jama’ah masjid tertentu atau dengan arti
ulama hadits, karena tidak sesuai dengan konteks pembicaraan hadits ini sendiri
dan bertentangan dengan hadits-hadits lain. Konteks pembicaraan hadits ini jelas
mengisyaratkan bahwa yang dimaksud al-Jama’ah adalah mayoritas umat
Muhammad dari sisi kuantitas.
Penafsiran ini diperkuat juga oleh hadits yang kita tulis di awal pembahasan. Yaitu
hadits riwayat Abu Dawud yang merupakan hadits Shahih Masyhur, diriwayatkan
oleh lebih dari 10 orang sahabat. Hadits ini memberi kesaksian akan kebenaran
mayoritas umat Muhammad bukan kebenaran firqah-firqah yang menyempal.
Jumlah pengikut firqah-firqah yang menyempal ini, dibanding pengikut
Ahlussunnah Wal Jama’ah sangatlah sedikit.
Pada masa ulama salaf ini, di sekitar tahun 260 H, mulai menyebar bid’ah
Mu’tazilah, Khawarij, Musyabbihah dan lainnya dari kelompok-kelompok yang
membuat faham baru. Kemudian dua imam agung; Abu al-Hasan al-Asy’ari (W.
324 H) dan Abu Manshur al-Maturidi (W. 333 H) –semoga Allah meridlai
keduanya– dating dengan menjelaskan aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah yang
diyakini para sahabat nabi dan orang-orang yang mengikuti mereka, dengan
mengemukakan dalil-dalil naqli (nash-nash al-Quran dan Hadits) dan dalil-dalil aqli
(argumen rasional) disertai dengan bantahan-bantahan terhadap syubhat-syubhat
(sesuatu yang dilontarkan untuk mengaburkan hal yang sebenarnya) Mu’tazilah,
Musyabbihah, Khawarij tersebut di atas dan ahli bid’ah lainnya. Sehingga
Ahlussunnah dinisbatkan kepada keduanya. Mereka; Ahlussunnah Wal Jamaah
akhirnya dikenal dengan nama al-Asy’ariyyun (para pengikut imam Abu al-Hasan
Asy’ari) dan al-Maturidiyyun (para pengikut imam Abu Manshur al-Maturidi). Hal
ini tidak menafikan bahwa mereka adalah satu golongan yaitu al-Jama’ah. Karena
sebenarnya jalan yang ditempuh oleh al-Asy’ari dan al-Maturidi dalam pokok
aqidah adalah sama dan satu.
Adapun perbedaan yang terjadi di antara keduanya hanya pada sebagian masalah-
masalah furu’ (cabang) aqidah. Hal tersebut tidak menjadikan keduanya saling
menghujat atau saling menyesatkan, serta tidak menjadikan keduanya lepas dari
ikatan golongan yang selamat (al-Firqah al-Najiyah). Perbedaan antara al-
Asy’ariyyah dan al-Maturidiyyah ini adalah seperti halnya perselisihan yang terjadi
antara para sahabat nabi, perihal apakah Rasulullah melihat Allah pada saat
Mi’raj?. Sebagian sahabat, seperti ‘Aisyah dan Ibn Mas’ud mengatakan bahwa
Rasulullah r tidak melihat Tuhannya pada waktu Mi’raj. Sedangkan Abdullah ibn
‘Abbas mengatakan bahwa Rasulullah r melihat Allah dengan hatinya. Allah
memberi kemampuan melihat kepada hati Nabi Muhammad r sehingga dapat
melihat Allah. Namun demikian al-Asy’ariyyah dan al-Maturidiyyah ini tetap
sepaham dan sehaluan dalam dasar-dasar aqidah. Al-Hafizh Murtadla az-Zabidi
(W. 1205 H) mengatakan:
“Jika dikatakan Ahlussunnah wal Jama’ah, maka yang dimaksud adalah al-
Asy’ariyyah dan al-Maturidiyyah “. (al-Ithaf, juz 2 hlm 6)
Jadi aqidah yang benar dan diyakini oleh para ulama salaf yang shalih adalah
aqidah yang diyakini oleh al-Asy’ariyyah dan al-Maturidiyyah. Karena sebenarnya
keduanya hanyalah meringkas dan menjelaskan aqidah yang diyakini oleh para
nabi dan rasul serta para sahabat. Aqidah Ahlusssunnah adalah aqidah yang
diyakini oleh ratusan juta umat Islam, mereka adalah para pengikut madzhab
Syafi’i, Maliki,
Hanafi, serta orang-orang yang utama dari madzhab Hanbali (Fudhala’ al-
Hanabilah). Aqidah ini diajarkan di pesantren-pesantren Ahlussunnah di negara
kita, Indonesia. Dan al-Hamdulillah, aqidah ini juga diyakini oleh ratusan juta
kaum muslimin di seluruh dunia seperti Indonesia, Malaysia, Brunei, India,
Pakistan, Mesir (terutama al-Azhar), negara-negara Syam (Syiria, Yordania,
Lebanon dan Palestina), Maroko, Yaman, Irak, Turki, Daghistan, Checnya,
Afghanistan dan masih banyak lagi di negara-negara lainnya. Maka wajib bagi kita
untuk senantiasa penuh perhatian dan keseriusan dalam mendalami aqidah al-
Firqah al-Najiyah yang merupakan aqidah golongan mayoritas.
Karena ilmu aqidah adalah ilmu yang paling mulia, sebab ia menjelaskan pokok
atau dasar agama. Abu Hanifah menamakan ilmu ini dengan al-Fiqh al-Akbar.
Karenanya, mempelajari ilmu ini harus lebih didahulukan dari mempelajari
ilmuilmu lainnya. Setelah cukup mempelajari ilmu ini baru disusul dengan ilmu-
ilmu yang lain. Inilah metode yang diikuti para sahabat nabi dan ulama
rabbaniyyun dari kalangan salaf maupun khalaf dalam mempelajari agama ini.
Tradisi semacam ini sudah ada dari masa Rasulullah, sebagaimana dikatakan
sahabat Ibn ‘Umar dan sahabat Jundub:
“õßäÇ æäÍ ä ÝÊíÍ ñäÇÒÑöæÇã ñÉÚ Ñ ÓæÕ öﷲÇ öáÚ õﷲÇ ﻟﱠﻰﻲóﻟå
æÓ ﻟﻢø ÊÚ ﻟﻢøäÇ ÇáÅíãæ óäÇﻢóﻟ äÊÚﻟﻘﺮÇ öﻢøﻟõË óäÇóÁ ã ÊÚﻟﱠﻢäÇ
ﻘﺮõﻟÇﺎó ﻓóäÇóÁ ÒÏÏäﮫö ﺑÇ ÅíãÇäÇ” (ÑæÇå ÇÈä ãÇÌå æÕÍÍå ÇáÍÇÝÙ
ÇáÈæÕíöÑ í)
iman (tauhid) dan belum mepelajari al-Qur’an. Kemudian kami mempelajari al-
Qur’an maka bertambahlah keimanan kami”. (H.R. Ibnu Majah dan dishahihkan
oleh al-Hafidz al-Bushiri).
Ilmu aqidah juga disebut dengan ilmu kalam. Hal tersebut dikarenakan banyaknya
golongan yang mengatas namakan Islam justru menentang aqidah Islam yang
benar dan banyaknya kalam (adu argumentasi) dari setiap golongan untuk
membela aqidah mereka yang sesat.
Tidak semua ilmu kalam itu tercela, sebagaimana dikatakan oleh golongan
Musyabbihah (kelompok yang menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya). Akan
tetapi ilmu kalam terbagi menjadi dua bagian: ilmu kalam yang terpuji dan ilmu
kalam yang tercela. Ilmu kalam yang kedua inilah yang menyalahi aqidah Islam
karena sengaja dikarang dan ditekuni oleh golongan-golongan yang sesat seperti
Mu’tazilah, Musyabbihah (golongan yang menyerupakan Allah dengan makhluk-
Nya, sepeti kaum Wahabiyyah) dan ahli bid’ah lainnya. Adapun ilmu kalam yang
terpuji ialah ilmu kalam yang dipelajari oleh Ahlussunah untuk membantah
golongan yang sesat. Dikatakan terpuji karena pada hakekatnya ilmu kalam
Ahlussunnah adalah taqrir dan penyajian prinsip-prinsip aqidah dalam formatnya
yang sistematis dan argumentatif; dilengkapi dengan dalil-dalil naqli dan aqli.
Dasar-dasar ilmu kalam ini telah ada di kalangan para sahabat. Di antaranya,
sahabat ‘Ali ibn Abi Thalib dengan argumentasinya yang kuat dapat mengalahkan
golongan Khawarij, Mu’tazilah juga dapat membantah empat puluh orang yahudi
yang meyakini bahwa Allah adalah jism (benda). Demikian pula sahabat ‘Abdullah
ibn Abbas, al-Hasan ibn ‘Ali ibn Abi Thalib dan ‘Abdullah ibn Umar juga
membantah kaum Mu’tazilah. Sementara dari kalangan tabi’in; imam al-Hasan al-
Bashri, imam al-Hasan ibn Muhamad ibn al-Hanafiyyah; cucu sayyidina Ali ibn Abi
Thalib dan khalifah Umar ibn Abdul Aziz juga pernah membantah kaum
Mu’tazilah. Kemudian juga para imam dari empat madzhab; imam Syafi’i, imam
Malik, imam Abu Hanifah, dan imam Ahmad juga menekuni dan menguasai ilmu
kalam ini. Sebagaimana dituturkan oleh al-Imam Abu Manshur al-Baghdadi (W
429 H) dalam kitab Ushul ad-Din, al-Hafizh Abu al-Qasim ibn ‘Asakir (W 571 H)
dalam kitabTabyin Kadzib al Muftari, al-Imam az-Zarkasyi (W 794 H) dalam kitab
Tasynif al- Masami’ dan al ‘Allamah al Bayyadli (W 1098 H) dalam kitab Isyarat al-
Maram dan lain-lain.
Allah berfirman:
disembah) kecuali Allah dan mohonlah ampun atas dosamu”. (Q.S. Muhammad :19)
Ayat ini dengan sangat jelas mengisyaratkan keutamaan ilmu ushul atau tauhid.
Yaitu dengan menyebut kalimah tauhid (la ilaha illallah) lebih dahulu dari pada
Maknanya: “Akulah yang paling mengerti di antara kalian tentang Allah dan paling
takut kepada-Nya”. (H.R. Bukhari)
Karena itu, sangat banyak ulama yang menulis kitab-kitab khusus mengenai
penjelasan aqidah Ahlussunnah Wal Jama’ah ini. Seperti Risalah al-’Aqidah ath-
Thahawiyyah karya al-Imam as-Salafi Abu Ja’far ath-Thahawi (W 321 H), kitab
al‘Aqidah an-Nasafiyyah karangan al Imam ‘Umar an-Nasafi (W 537 H), al-‘Aqidah
al-Mursyidah karangan al-Imam Fakhr ad-Din ibn ‘Asakir (W 630 H), al ‘Aqidah
ash-Shalahiyyah yang ditulis oleh al-Imam Muhammad ibn Hibatillah al-Makki (W
599H); beliau menamakannya Hadaiq al-Fushul wa Jawahir al Uqul,
kemudianmenghadiahkan karyanya ini kepada sultan Shalahuddin al-Ayyubi (W
589 H).Tentang risalah aqidah yang terakhir disebutkan, sultan Shalahuddin sangat
tertarik dengannya hingga beliau memerintahkan untuk diajarkan sampai kepada
anakanak kecil di madrasah-madrasah, yang akhirnya risalah aqidah tersebut
dikenal
Kita memohon kepada Allah semoga kita meninggal dunia dengan membawa
aqidah Ahlissunah Wal Jamaah yang merupakan aqidah para nabi dan rasul Allah.
Amin.
Habib Abdullah ibn Alawi al-Haddad menegaskan bahwa “kelompok yang benar
adalah kelompok Asy’ariyah yang dinisbatkan kepada Imam Asy’ari. Aqidahnya
juga aqidah para sahabat dan tabi’in, aqidah ahlul haqq dalam setiap masa dan
tempat, aqidahnya juga menjadi aqidah kaum sufi sejati. Hal ini sebagaimana
diceritakan oleh Imam Abul Qasim al-Qusyayri. Dan alhamdulillah aqidahnya juga
menjadi aqidah kami dan saudara-saudara kami dari kalangan habaib yang
dikenal dengan keluarga Abu Alawi, juga aqidah para pendahulu kita. Kemudian
beliau melantunkan satu bait sya’ir:
“Jadilah pengikut al Asy’ari dalam aqidahmu, karena ajarannya adalah sumber yang
Ibnu ‘Abidin al Hanafi mengatakan dalam Hasyiyah Radd al Muhtar ‘ala ad-Durr al
Mukhtar : “Ahlussunnah Wal Jama’ah adalah al Asya’irah dan al Maturidiyyah“.
Dalam kitab ‘Uqud al Almas al Habib Abdullah Alaydrus al Akbar mengatakan :
Bahkan jauh sebelum mereka ini Al Imam al ‘Izz ibn Abd as-Salam
mengemukakan bahwa aqidah al Asy’ariyyah disepakati oleh kalangan pengikut
madzhab Syafi’i, madzhab Maliki, madzhab Hanafi dan orang-orang utama dari
madzhab Hanbali (Fudlala al Hanabilah). Apa yang dikemukakan oleh al ‘Izz ibn
Abd as-Salam ini disetujui oleh para ulama di masanya, seperti Abu ‘Amr Ibn al
Hajib (pimpinan ulama Madzhab
Secara garis besar aqidah asy’ari yang juga merupakan aqidah ahlussunnah wal
jama’ah adalah meyakini bahwa Allah ta’ala maha Esa dan tidak ada sekutu bagi-
Nya, Allah bukanlah benda yang bisa digambarkan juga bukan benda yang
berbentuk dan berukuran. Allah tidak serupa dengan sesuatupun dari makhluk-
Nya (laysa kamitslihi syai’). Allah ada dan tidak ada permulaan atau penghabisan
bagi ada-Nya, Allah maha kuasa dan tidak ada yang melemahkan-Nya, serta Ia
tidak diliputi arah. Ia ada sebelum menciptakan tempat tanpa tempat, Iapun ada
setelah menciptakan tempat tanpa tempat. tidak boleh ditanyakan tentangnya
kapan, dimana dan bagaimana ada-Nya. Ia ada tanpa terikat oleh masa dan tempat.
Maha suci Allah dari bentuk (batasan), batas akhir, sisi-sisi, anggota badan yang
besar dan anggota badan yang kecil. Ia tidak diliputi satu arah atau enam arah
penjuru. Ia tidak seperti makhluk-Nya. Allah maha suci dari duduk, bersentuhan,
bersemayam, menyatu dengan makhluk-Nya, berpindah-pindah dan sifat-sifat
makhluk lainnya.
Ia tidak terjangkau oleh fikiran dan Ia tidak terbayang dalam ingatan, karena
apapun yang terbayang dalam benakmu maka Allah tidak seperti itu. Ia maha
hidup, maha mengetahui, maha kuasa, maha mendengar dan maha melihat. Ia
berbicara dengan kalam-Nya yang azali sebagaimana sifat-sifat-Nya yang lain juga
azali, karena Allah berbeda dengan semua makhluk-Nya dalam dzat, sifat dan
perbuatan-Nya. Barang siapa menyifati Allah dengan sifat makhluknya sungguh ia
telah kafir.
Allah yang telah menciptakan makhluk dan perbuatan-perbuatan-Nya, Ia juga
yang mengatur rizki dan ajal mereka. Tidak ada yang bisa menolak ketentuan-Nya
dan tidak ada yang bisa menghalangi pemberian-Nya. Ia berbuat dalam kerajaan-
Nya ini apa yang Ia kehendaki. Ia tidak ditanya perihal perbuatan-Nya melainkan
hamba-Nyalah yang akan diminta pertanggungjawaban atas segala perbuatan-Nya.
Apa yang Ia kehendaki pasti terlaksana dan yang tidak Ia kehendaki tidak akan
terjadi. Ia disifati dengan kesempurnaan yang pantas bagi-Nya dan Ia maha suci
dari segala bentuk kekurangan. Nabi Muhammad adalah penutup para nabi dan
penghulu para rasul. Ia diutus Allah ke muka bumi ini untuk semua penduduk
bumi, jin maupun manusia. Ia jujur dalam setiap apa yang disampaikannya. []
Tidak Semua Yang Baru Itu Sesat Pemberian titik dan syakal pada mushaf itu
tidak ada pada masa Rasul dan Rasul tidak pernah memerintahkan sahabat-
sahabatnya untuk melakukan itu, tapi sampai saat ini tidak ada yang berani
mengatakan itu sesat dan yang sesat masuk neraka. Demikian juga adzan kedua
pada hari jum’at yang dirintis pertama kali oleh sahabat Utsman ibn Affan karena
melihat umat Islam sudah semakin banyak. Pada masa Rasul, Abu Bakar dan
Umar adzan pada hari jum’at hanya dilakukan sekali ketika khatib naik mimbar,
kemudian pada masa Utsman adzan ditambah sebelum khatib naik mimbar. Adzan
yang pertama ditujukan untuk memperingatkan umat bahwa waktu dzuhur sudah
masuk dan bersegera untuk meninggalkan aktifitas duniawinya dan datang ke
masjid. Apakah kemudian Utsman disebut ahli bid’ah?! Bukankah Rasulullah telah
memberikan keleluasan (rukhshah) kepada umatnya untuk berinovasi dalam hal
kebaikan?! dalam haditsnya Rasul bersabda: “Barang siapa merintis perkara baru
yang baik dalam Islam maka ia mendapatkan pahala dari upayanya serta pahala
orang yang menjalankannya” .
************************************************************************
*******************************************
Risalah Mujahidin Edisi 7 Th I Rabiul Awal 1428 H / April 2007 M, hal. 42-46
Lihat catatan redaksi *)
FAKTA ini tentu amat mengejutkan, bahkan sulit dipercaya. Betapa kelompok Salafy
yang selama ini dikenal sebagai kelompok Islam yang berdakwah untuk Ihyaus Sunnah
(menghidup-hidupkan sunnah Nabi SAW), gerakan dakwah mereka ternyata didanai oleh
jaringan intelejen Israel, Mossad. Tujuannya untuk menimbulkan fitnah dan perpecahan
di kalangan kaum Muslim.
Badan intelejen Palestina mengijinkan harian Al-Hayat dan Televisi Libanon, LBC, untuk
mewawancarai orang-orang Palestina yang menjadi agen Mossad, dan sekarang ditawan
oleh pemerintah Palestina. Mereka telah menyebabkan terbunuhnya sejumlah Mujahidin.
Dalam sebuah wawancara, salah seorang agen mengungkapkan cara perekrutan mereka
serta peranan yang mereka lakukan dalam memantau para mujahidin dan memicu fitnah
lewat perselisihan, perpecahan, dan kebencian demi merealisasikan kepentingan strategis
Zionisme.
Wawancara ini diterbitkan oleh tabloid An-Nas nomor 127 mengutip harian Al-Hayat
yang terbit di London dan juga ditayangkan televisi LBC. Tabloid Al-Basya’ir kembali
menyiarkan wawancara tersebut mengingat pentingnya fakta-fakta yang diungkapkan
oleh agen ini. Wawancara di bawah ini, yang diterjemahkan oleh Jati Utomo Dwi
Hatmoko, M.Sc. , mahasiswa Structural Engineering and Construction Management
University of Newcastle Upon Tyne United Kingdom, dan dikutip dari Hidayatullah.com,
laporan Bahrum A. Rambe. Berikut hasil wawancara dimaksud:
Wartawan: Bagaimana para zionis itu dapat memperalat anda untuk kepentingan mereka
dalam konspirasi dan pengkhianatan terhadap bangsa dan negara anda?
Agen: Awalnya saya membaca iklan di koran lokal tentang adanya pusat studi strategis
kemasyarakatan yang bertempat di Singapura, mereka membutuhkan reporter di Tepi
Barat untuk melakukan studi sosial dan publisistik tentang lingkungan, kemiskinan, dan
lain-lain.
Lalu saya kirim biodata dan ijazah saya. Setelah dua pekan, datang balasan penerimaan
saya di lembaga tersebut yang ternyata dikendalikan oleh intelejen zionis Mossad, dan
dilaksanakan oleh orang-orang Palestina yang bekerja sama dengan zionisme untuk
merekrut orang Arab Palestina dengan cara jahannam yang tidak terpikir oleh siapapun.
Kondisi berkembang sedikit demi sedikit sampai permainan ini tersingkap, mereka
memberi kepada saya lisensi untuk menemui orang-orang penting di Tel Aviv. Di sana
mereka menyambut saya di sebuah hotel bintang lima. Mereka memberi saya seluruh
sarana kenikmatan, tapi ternyata mereka merekam saya ketika berada dalam kondisi
memalukan dengan seorang wanita. Hal ini sebagai salah satu cara mereka untuk
memperbudak dan mengendalikan saya di kemudian hari.
Dari sini pekerjaan menjadi lebih akurat. Mereka melatih saya seluruh dasar kerja
intelejen. Dan komunikasi kami lewat internet, mengirim informasi lewat telepon seluler
yang mereka berikan. Dari sini saya mulai mengumpulkan informasi yang paling akurat
dan vital tentang tokoh-tokoh intifadhah secara rutin. Posisi saya sebagai reporter,
membuat saya dapat bergabung dengan seluruh unsur Mujahidin.
Saya mendapatkan informasi yang sangat penting karena saya dianggap sebagai pejuang.
Karena kedekatan saya dengan para pemimpin perlawanan dan pantauan saya terhadap
posisi gerakan dan tempat tidur mereka saya telah memudahkan banyak pembunuhan
melalui pesawat, penangkapan malam hari atau dengan menembak kendaraan. Dan saya
telah merekrut banyak orang untuk kepentingan zionis dengan upah rendah tidak lebih
dari 1500 chikel per bulan.
Begitulah, kami dapat menembus banyak mata rantai Mujahidin dan merasuk ke dalam
tubuh mereka dengan mengatasnamakan Islam dan jihad. Dan yang lebih berbahaya,
kami dapat memperalat orang-orang yang bersemangat tinggi, khususnya orang-orang
Salafiy untuk menyebarkan buku-buku yang menimbulkan fitnah dan perpecahan di
kalangan umat Islam. Buku-buku ini, sebenarnya dicetak dan dibiayai dengan biaya dari
Mossad untuk membuat pertempuran marginal antara aktivis Islam, khususnya antara
Syi’ah dan Sunnah di Palestina, Pakistan, Yaman, dan Yordan.
Puluhan judul buku-buku yang menyerang Syi’ah dengan cara menjijikkan, dan buku lain
yang menyerang Sunnah, sudah dicetak. Dan dimanfaatkan juga orang-orang yang
fanatik dari kedua belah pihak, setelah diyakinkan bahwa buku-buku tersebut dicetak
oleh para dermawan Teluk dengan cetakan lux. Selebihnya, pekerjaan akan dilakukan
oleh mereka yang teripu dari kelompok fanatik Sunnah seperti Salafiyyin dan lain-lain.
Tujuan utama dari pencetakan dan penyebaran buku ini, adalah menimbulkan fitnah dan
kebencian serta saling mengkafirkan antarpihak dan menyibukkan mereka dengan
pertarungan sampingsan sesama mereka, agar Israel dapat merealisasikan tujuannya,
yaitu menghancurkan Islam, menelan tanah air, menghapus identitas generasi muda
melalui penyebaran dekadensi moral, atau menggunakan orang-orang yang tersingkir di
luar kehidupan, fanatik dan keras kepala. Hati mereka penuh dengan kebencian terhadap
saudara mereka sesama Muslim, baik Sunnah atau Syi’ah.
Dalam hal ini, jaringan Mossad telah cukup sukses menjalankan missinya. Anda dapat
melihat kira-kira semua masjid dan perkumpulan anak muda di Yaman, Pakistan, dan
Palestina tenggelam dengan buku-buku ini, yang dicetak dan dibagikan secara gratis;
yang dikesankan seolah-olah dibiayai dari kocek para donatur kaya Arab Saudi, padahal
Mossad ada di belakang semua ini. Sayang sekali, banyak orang-orang yang tidak
menyadari, termasuk para imam masjid, khatib-khatib, dan da’i-da’i yang menyibukkan
diri secara ikhlas dan serius dengan menyebarkan buku-buku beracun minimal bisa
dikatakan buku-buku lancang dan fitnah. Fitnah lebih berbahaya dari pembunuhan.
Karena pikiran mereka sempit, maka mereka tidak berpikir tentang tujuan sebenarnya
dari penyebaran buku-buku ini, yang meniupkan kebencian, perpecahan dan fitnah
khususnya hari-hari belakangan ini.
Buku-buku ini telah mulai menuai pengaruhnya di Pakistan. Orang-orang yang menyebut
dirinya pengikut Ahlu Sunnah wal jama’ah, membentuk Tentara Shahabat dan
menyerang kaum Syi’ah dalam ritual dan rumah-rumah, membunuh mereka ketika shalat
Shubuh.
Sebuah pembantaian ganas yang menyedihkan meninggalkan ribuan mayat. Di lain pihak
membentuk Tentara Muhammad bereaksi dengan balasan yang lebih keras, ratusan orang
terbunuh di kedua belah pihak tiap bulan. Pembantaian berdarah, kedengkian, membuat-
buat pertempuran sampingan, fitnah yang berbahaya dengan pahlawan Khawarij zaman
sekarang, dimanfaatkan oleh Mossad untuk menyulut fanatisme, pengkafiran,
pembunuhan, untuk melemahkan negara Islam pertama yang memiliki bom atom,
Pakistan.
Sedangkan rencana mereka di Yaman, sampai saat ini pekerjaan masih berjalan dengan
serius dan hasilnya sebentar lagi akan bisa dilihat. Namun sangat disayangkan, khusus
tentang pemicu fitnah di Palestina, seluruh tujuan tidak tercapai seperti di Pakistan dan
Yaman.
Wartawan: Sekarang apakah anda menyesal? Di mana mata hati anda ketika anda
menunjukkan tempat-tempat persembunyian tokoh-tokoh perlawanan kepada zionis, agar
dibunuh dengan keji beserta keluarga mereka dengan pesawat Apache dan roket-roket
mereka?
Agen: Apalah gunanya penyesalan. Saya merasa sedih ketika mereka memusnahkan
sebuah bangunan beserta penghuninya hanya untuk membunuh salah seorang Mujahidin
yang dicari, di mana operasi ini menyebabkan terbunuhnya 17 anak kecil dan wanita juga
sang Mujahid yang dicari. Sayalah penyebabnya, sungguh sayang. Karena itu, saya
berhak dihukum dengan hukuman yang diputuskan pengadilan, yaitu eksekusi.
Penting bagi aktivis Islam untuk mengenal di antara karakteristik ormas, orpol, maupun
gerakan Islam, yang kadangkala tanpa disadari menjadi alat musuh untuk menghancurkan
Islam. Berdasarkan kajian dan pengalaman karakteristik mereka itu dapat dikenali antara
lain:
Risalah Mujahidin Edisi 7 Th I Rabiul Awal 1428 H / April 2007 M, hal. 42-46
Menyelewengkan pendapat ulama 4 madzab ttq aqidah dah menjadi darah daging
wahabi…..
Merubah2 tafsir ulama sunni dgn kedok mentkhrij sudah menjadi kerja harian mufti2
negri saudi alyahudiah…..
padahal pengikut2 wahabi hanya kerbau2 dungu yang sok tau yang tak pernah membaca
kitab2 tsb…jgnkan membaca melihat sampul kitabnya pun belum…..(gimana mau
baca….ga sempat belajar nahwu shorof…sibuk diajari debat/nentang pendapat ulama2
sunni terus)…..(pengalaman ikut taklim salafi…)
ini adalah scan kitab2 aqidah yang ditulis ulama2 terkemuka ahlusunnah …hanya orang2
fasiq ygjelas kefasikannya yg menentang pendapat mereka :
Rujukan tentang akidah aswaja dapat dilihat pada kitab2 ulama salafusalih scan
kitab2nya…:
1. Hujjah Imam Abu Hanifah yg beliau tulis dalam kitab wasiat nya :
( DIATAS ADALAH KENYATAAN IMAM ABU HANIFAH DALAM KITAB
WASIAT BELIAU PERIHAL ISTAWA )
Imam Abu Hanifah (w150h) merupakan ulama Islam yang dikategorikan sebagai ulama
Salaf iaitu yang hidup sebelum 300H. Beliau merupakan ulama Islam yang hebat dan
cukup mementingkan ilmu akidah. Inilah keutamaan para ulama Islam memastikan ilmu
akidah Islam sebenar tersebar luas moga-moga dengan itu ilmu Islam yang lain lebih
tersusun dengan benarnya akidah yang dibawa oleh para pendakwah.
Perkataan ‘semayam atau bersemayam’ lebih membawa erti yang tidak layak bagi Allah
iaitu duduk atau bertempat. Sifat duduk dan bertempat merupakan sifat yang dinafikan
oleh para ulama kepada Allah kerana ianya bukan sifat Allah.
Maha suci Allah dari sifat duduk atau bertempat.
Istawa apabila disandarkan kepada Allah sebaiknya diterjemahkan dengan mengunakan
kaedah “tafsir ayat dengan ayat” kerana itu merupaka kaedah yang disepakati
keutamaannya oleh seluruh ulama Islam.
Apabila Istawa datang dengan makna Qoharo iaitu menguasai dan pada waktu yang sama
Allah juga menyifatkan diriNya dengan Qoharo maka tidak salah sekiranya Istawa disitu
diterjemahkan dengan Menguasai kerana sudah dan pastinya Maha Menguasai itu adalah
sifat Allah.
Manakala duduk atau bersemayam yang bererti mengambil tempat untuk duduk maka itu
sudah pasti BUKAN sifat Allah.
Ulama Islam mengthabitkan sifat Istawa bagi Allah tanpa menetapkan tempat bagi Allah.
Begitu juga mereka menetapkan bagi Allah sifat Istawa dalam masa yang sama
menafikan erti bersemayam/duduk bagi Allah.
Perkara ini telah dijelaskan secara nasnya (teks) oleh Imam As-Salaf sebenar iaitu Imam
Abu Hanifah sendiri telah menafikannya sifat duduk/bersemayam dan menafikan sifat
bertempat atas arasy bagi Allah.
“ Berkata Imam Abu Hanifah: Dan kami ( ulama Islam ) mengakui bahawa Allah ta’al
ber istawa atas Arasy tanpa Dia memerlukan kepada Arasy dan Dia tidak bertetap di atas
Arasy, Dialah menjaga Arasy dan selain Arasy tanpa memerlukan Arasy, sekiranya
dikatakan Allah memerlukan kepada yang lain sudah pasti Dia tidak mampu mencipta
Allah ini dan tidak mampu mentadbirnya sepeti jua makhluk-makhluk, kalaulah Allah
memerlukan sifat duduk dan bertempat maka sebelum diciptaArasy dimanakah Dia?
Maha suci Allah dari yang demikian”. Tamat terjemahan daripada kenyatan Imam Abu
Hanifah dari kitab Wasiat beliau.
Amat jelas di atas bahawa akidah ulama Salaf sebenarnya yang telah dinyatakan oleh
Imam Abu Hanifah adalah menafikan sifat bersemayam(duduk) Allah di atas Arasy.
Semoga Mujassimah diberi hidayah sebelum mati dengan mengucap dua kalimah
syahadah kembali kepada Islam.
2. Imam Asy’Ary
Dalam Semua kitab2 aqidah beliau semakna dgn aqidah yang dpegang university Alashar
dan aswaja seluruh dunia.
Termasuk dalam kitab terakhir Beliau ,kitab Al ibanah.
Scan Kitab Al ibanah :
http://bp0.blogger.com/_rRS1Og6ei4o/RymXc3IyZMI/AAAAAAAAAL0/_EJtmSigAno
/s1600-h/lastscan.jpg
3. Fatwa Imam syafei tentang akidah Allah Ada Tanpa Tempat dan Arah
(Akidah Mayoritas Muslim Di dunia, akidah ulama2 University Al ashar)
ﺑﻊÇ
ﻟﺮÇö
ÁﻟﺠﺰÇﻟﺜﺎﻣﻨﺔÇö
ﻟﻤﺎﺋﺔÇö
äﻋﯿﺎÃ ﻓﻲö
ﻟﻜﺎﻣﻨﺔÇö
Ñó
ÑﻟﺪﱡÇö
ﮫö
ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑò
ﺣﺠﺮõ
ﺑﻦÇõ
ﻟﺤﺎﻓﻆÇõ
ﻤﮫó
ﺗﺮﺟø
ﺷﻲó
ﺮõ
ﻟﻘÇﻢø
ﻌﻠõ
ö ﻟﻤÇõ : Õ 197
ﺑﻦÇ
ﮫõ
õ ﻣﺎ ﻧﺼóáﻗﺎ:
ﻟÇö
ﻋﺒﺪö
ﺑﻦó
ﻋﻤﺮö
ﺑﻦó
ä ﻋﺜﻤﺎö
ﺑﻦö
ﻣﺤﻤﺪõ
ﺑﻦõ
ﻣﺤﻤﺪõ
ÝæﻟﻤﻌﺮÇöﻟﺪﯾﻦÇﺤﯿﻲõ
ﻣõ ﺑﻦö
ﻟﺪﯾﻦÇõﱡ ﻓﺨﺮíﺼﺮö
ﻟﻤÇﻟﻘﺮﺷﻲﱡÇò
ﺣﺴﻦö
ﺑﻦö
ﺨﺎﻟﻖ
ﺳﻨﺔò
ó áÇ
ﻓﻲ ﺷﻮó
ﻟﺪæö
ﻌﻠﻢõ
ﻟﻤÇö
ﺑﺎﺑﻦ660 åÜ .
ϲδϴ˴ϘϟϱΩΎϬϟ˶ΪΒϋϦϣϭ˳ϢϴϠγ˶ϦΑ˶έϮμϨϣ˴ΞϳήΨΗ˵Ϫ˴ΘΨϴθ˴ϣ˶αΎΤ͉Ϩϟ˶ϦΑϦϣϭ˶ΔϗΎτ˶Βϟ˴βϠΠϣϕϼ˴ϋ˶ϦΑ˴ϦϣϊϤγϭ
ﺮöﻏﯿæøﻧﻲÇ
ö ﺮﱠó
ﻟﺤÇö
ﻟﻨﱠﺠﯿﺐÇ æﺋﯿﺔÇÑöÏ ﺑﺎﻟﺒﺎó
ÏﻋﺎÃ
æÊﻋﺎö ÑÐóÃ
æö ﻟﺨﻠﯿﻞÇö ﺑﻠﺪó
Á ﻗﻀﺎó ﻲö
ﻟæó
æÊﻟﻤﻘﺎﻣﺎÇó ﺣﻔﻆð
ﻓﺎﺿﻼó
äﻛﺎæó Ëﺣﺪﱠæﮬﻢ
ΔϨγ˶ΓήΧϵϯΩΎϤ˵Οϲϓ˴ΕΎϣϭ˲Ϣψ˴ϧϭ˲ΕΎϔ͉Ϩ˴μ˵ϣ˵Ϫϟ˱ΩϮΟϥΎϛϭ725 ó ﺑﺪﻣﺸﻖÜﮬ.
Õ øﺮﺷﻲõ
ö ﻟﻘÇö
ﻌﻠﻢõ
ﻟﻤÇö ﻻﺑﻦíﮭﺘﺪõﻟﻤÇö Èﻓﻲ ﻛﺘﺎæ551: õ
ﻧﺠﻢö ﻣõ
åõ
ﻦ ﻛﻔﺮó
ﻣñﻈﻢó
ﻨﺘõ
ﻣÇﮬﺬæöﺒﻠﺔö
ﻟﻘÇö
ﮬﻞÃ ﻣﻦõ
åﻣﻦ ﻛﻔﱠﺮﻧﺎæö
ﻋﻠﯿﮫñﺠﻤﻊ
ﻋﻠﻰñ
ﺟﺎﻟﺲó
ﷲÇäÃõ ﻣﻦ ﯾﻌﺘﻘﺪÇ
ﻛﺬæöÑ ﺑﺎﻟﻘﺪõ
ﺆﻣﻦõ
ﻣﻦ ﻻ ﯾæﮬﺎö
Ïﺟﻮæó ﻗﺒﻞö
Êﻣﺎæﻌﺪó
ﻟﻤÇõ
ﻻ ﯾﻌﻠﻢõ
ﺑﺄﻧﮫæö
äÇÁﻟﻘﺮÇö ﺑﺨﻠﻖó
ﻛﺎﻟﻘﺎﺋﻠﯿﻦ
ﻟﺸﺎﻓﻌﻲÇø
ö
ø ﻋﻦ ﻧﺺñ
ö ﺴﯿﻦõ
ﻟﻘﺎﺿﻲ ﺣÇõ
å ﻛﻤﺎ ﺣﻜﺎö
Ô ﻟﻌﺮÇ.
Terjemahan pada teks yang telah dihitamkan: ” Begitu juga kafir sesiapa yang berakidah
Allah duduk atas Arasy berdasarkan teks kenyataan oleh Imam Syafie’ yang disebut oleh
Al-Qodhi Husain”.
Õ ö ﻟﻘﺮﺷﻲÇﻌﻠﻢõ ﻟﻤÇö ﻻﺑﻦíﮭﺘﺪõ ﻟﻤÇö ﻧﺠﻢÈﻓﻲ ﻛﺘﺎæ588: áﷲ ﻋﻨﮫ ﻗﺎÇﺿﻲÑø ﻋﻦ ﻋﻠﻲ: “ﻣﱠõ
ò ﻷÇå ﻣﻦ ﮬﺬñ ã ﻗﻮõ
ﻊö
ﺮﺟó
ﺳﯿΪϨϋ˶Δ
ϝΎϘϓˮ˶έΎϜϧϹΎΑϡ˶ΙΪΣϹΎΑΫΎϤΑϢ˵ϫ˵ήϔ˵ϛ˴ϦϴϨϣΆϤϟ˴ήϴϣΎϳ˲ϞΟέϝΎϗ˱έΎϔϛ˶ΔϋΎδϟ˶ΏήΘϗ: ﮭﻢó
ﺧﺎﻟﻘó
äæﻨﻜﺮõﯾö
Ñﺑﻞ ﺑﺎﻹﻧﻜﺎ
˶˯ΎπϋϷϭ˶ϢδΠϟΎΑϪ˴ϧϮϔμϴϓ”.
ﻓﻌﻲﱡÇ
ﻟﺮÇö
ﻟﻜﺮﯾﻢÇõ
ﻋﺒﺪãﻹﻣﺎÇá ﻗﺎ٬ﻟﺸﺎﻓﻌﻲÇö
ãﻹﻣﺎÇÈﺻﺤﺎÃö
ﻛﺎﺑﺮà ﻣﻦñ : ßÇ
ﻟﻘﺎﺿﻲ ﺣﺴﯿﻦÇ äæÇíáÞÈö
ﻷﻣﺔÇó ﻧﮫæ.
ﺣﺒﺮõ
ﺑﻼ ﺟﺴﻢõ
ò ﮫõ
ﺛﺒﺎﺗÅ
“ Dan hendaklah menetapakan bahawa Allah tidak berjisim”.
Dan ramai serta jutaan ulama islam lagi yang menyatakan akidah islam antaranya adalah
Allah Tidak Berjisim.
7. Dr. Yusuf Qardawi sendiri yang mengatakan bahkan mengajar kepada orang
awam bahawa Allah Tidak berjisim:
Berkata Dr. Yusuf Qardawi dalam Majalah Mujtama’, Bilangan 1370, Tarikh 25 Jamadul
Akhir/1420 Bersamaan 5/10/1999M
Yang mana majalah tersebut dibaca oleh orang yang alim dan masyarakat umum:
ÝáíÓ ããÇíæÇ ÝÞ Ç áßÊÇ È æÇáÓäÉÌãÚåÇÝí äÓÞ æÇ ÍÏíæåãÊÕ æÑãÇáÇíáíÞ ÈßãÇ áÇ ááå
ÊÚÇ áì ¡ßãÇíÞæáÈÚÖ åã: íÌÈ Ã äÊÄãäÈà äááåÊÚÇ áìæÌåÇ¡æÃ
ÚíäÇ¡æíÏíä¡æà ÕÇÈÚ¡
æÞÏãÇ¡æÓÇ ÞÇ¡.. ÅáÎ ¡ÝÅ äÓíÇ ÞåÇãÌÊãÚÉÈåÐåÇ áÕ æÑÉÞÏíæåãÈà äÐÇ
ÊÇ á ﻛﻞﱞÓﺗﻘﺪæﻟﮫ ﺗﻌﺎﻟﻰ
ãÑßÈ ãäà ÌÒÇÁ¡Ã æÌÓããßæäãäà ÚÖ Ç Á..æáãíÚÑÖ å ÇÇ
áÞÑÂäÇáßÑíãæáÇÇáÍÏíË ÇáÔÑíÝ
ÈåÐåÇáÕ æÑÉ¡æáãíÔÊÑØ Ç áÑÓæááÏÎæáà ÍÏÝí Ç áÅÓáÇ
ãÃäíÄãäÈÇ ááåÊÚÇ áì ÈåÐÇ
Ç
áÊÝÕ íáÇ áãÐßæÑ.
Erinya: ” Maka bukanlah dikira sebagai perkara yang dipersetujui oleh Al-Quran dan As-
Sunnah dengan mengumpulnya dalam satu bahagian membawa kepada gambaran yang
tidak layak bagi kesempurnaan Allah ta’aal seperti yang dilakukan oleh sebahagian orang
mereka mengatakan: Wajib beriman bagi Allah itu wajah, mata, dua tangan, jari, kaki,
betis dan lain-lain.
Ini kerana kenyataan seperti ini mengambarkan kesilapan
yang besar bagi zat Allah itu bercantuman dengan bahagian-bahagian ataupun ianya
membawa kepada Allah itu berjisim”.
8. Ibnu Taimiyah Ahirnya Bertobat Dari Akidahnya Yang Salah kembali pada
akidah Allah Ada Tanpa Tempat Dan Arah
jangan sampai menjadikan buku2 ibnu taimiyah sebagai rujukan dalam perkara2 aqidah
karena kitab2 karangan beliau yang beredar sekarang masih berisi ttg aqidah beliau yang
salah…..
ARTIKEL LENGKAPNYA :
Ramai yang tidak mengkaji sejarah dan hanya menerima pendapat Ibnu Taimiah sekadar
dari bacaan kitabnya sahaja tanpa merangkumkan fakta sejarah dan kebenaran dengan
telus dan ikhlas.
Dari sebab itu mereka (seperti Wahhabiyah) sekadar berpegang dengan akidah salah yang
termaktub dalam tulisan Ibnu Taimiah khususnya dalam permasaalahan usul akidah
berkaitan kewujudan Allah dan pemahaman ayat ” Ar-Rahman ^alal Arasy Istawa”.
Dalam masa yang sama mereka jahil tentang khabar dan berita sebenar berdasarkan
sejarah yang diakui oleh ulama dizaman atau yang lebih hampir dengan Ibnu Taimiah
yang sudah pasti lebih mengenali Ibnu Taimiah daripada kita dan Wahhabiyah.
Dengan kajian ini dapatlah kita memahami bahawa sebenarnya akidah Wahhabiyah
antaranya :
1-Allah duduk di atas kursi.
2-Allah duduk dan berada di atas arasy.
3-Tempat bagi Allah adalah di atas arasy.
4-Berpegang dengan zohir(duduk) pada ayat “Ar-Rahman ^alal Arasy Istawa”.
5-Allah berada di langit.
6-Allah berada di tempat atas.
7-Allah bercakap dengan suara.
8-Allah turun naik dari tempat ke tempat
dan selainnya daripada akidah kufur sebenarnya Ibnu Taimiah telah bertaubat daripada
akidah sesat tersebut dengan mengucap dua kalimah syahadah serta mengaku sebagai
pengikut Asyairah dengan katanya “saya golongan Asy’ary”.
(Malangnya Wahhabi mengkafirkan golongan Asyairah, lihat buktinya :http://abu-
syafiq.blogspot.com/2007/05/hobi-wahhabi-kafirkan-umat-islam.html).
Syeikhul Islam Imam Al-Hafiz As-Syeikh Ibnu Hajar Al-Asqolany yang hebat dalam
ilmu hadith dan merupakan ulama hadith yang siqah dan pakar dalam segala ilmu hadith
dan merupakan pengarang kitab syarah kepada Sohih Bukhari berjudul Fathul Bari beliau
telah menyatakan kisah taubat Ibnu taimiah ini serta tidak menafikan kesahihannya dan
ianya diakui olehnya sendiri dalam kitab beliau berjudul Ad-Durar Al-Kaminah Fi ‘ayan
Al-Miaah As-Saminah yang disahihkan kewujudan kitabnya oleh ulama-ulama Wahhabi
juga termasuk kanak-kanak Wahhabi di Malaysia ( Mohd Asri Zainul Abidin).
Kenyatan bertaubatnya Ibnu Taimiah dari akidah sesat tersebut juga telah dinyatakan
oleh seorang ulama sezaman dengan Ibnu Taimiah iaitu Imam As-Syeikh Syihabud Din
An-Nuwairy wafat 733H.
Ini penjelasannya :
Berkata Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany dalam kitabnya berjudul Ad-Durar Al-Kaminah
Fi “ayan Al-Miaah As-Saminah cetakan 1414H Dar Al-Jiel juzuk 1 m/s 148
dan Imam As-Syeikh Syihabuddin An-Nuwairy wafat 733H cetakan Dar Al-Kutub Al-
Misriyyah juzuk 32 m/s 115-116 dalam kitab berjudul Nihayah Al-Arab Fi Funun Al-
Adab nasnya:
æà ãÇÊÞí Ç áÏíäÝÅ äåÇÓÊãÑÝí Ç áÌÈ ÈÞáÚÉÇ áÌÈáÅ áì ÃäæÕ áÇ áÃãíÑÍÓÇ ãÇáÏíäãå äÇÅáì
ÇáÃÈæÇÈÇ áÓáØÇ äíÉÝí ÔåÑÑÈíÚÇ áÃæáÓäÉÓÈÚæÓÈÚãÇ ÆÉ¡ÝÓà áÇáÓáØÇ äÝí à ãÑå
æÔÝÚÝíå¡Ýà ãÑÈÅ ÎÑÇ Ìå¡Ýà ÎÑÌ Ýí íæãÇ áÌãÚÉÇáËÇ áË æÇ áÚÔÑíäãäÇ áÔåÑæà ÍÖ ÑÅ áì
ÏÇÑÇ áäíÇ ÈÉÈÞáÚÉÇ áÌÈá¡æÍÕ áÈÍË ãÚÇ áÝÞåÇ Á¡ËãÇ ÌÊãÚÌãÇ ÚÉãäà ÚíÇ äÇ áÚáãÇÁæáã
ÊÍÖ ÑåÇ áÞÖ Ç É¡æÐáß áãÑÖ ÞÇ Ö íÇ áÞÖ Ç ÉÒíäÇ áÏíäÇ áãÇáßí ¡æáãíÍÖ ÑÛíÑåãä
ÇáÞÖ Ç É¡æÍÕ áÇ áÈÍË ¡æßÊÈ ÎØåææÞÚÇ áÅÔåÇ
ÏÚáíåæßÊÈ ÈÕ æÑÉÇ áãÌáÓ ãßÊæÈ
ãÖ ãæäå: ÈÓãÇ ááåÇ áÑÍãäÇ áÑÍíãÔåÏãäíÖ ÚÎØå ÎÑåà äåáãÇÚÞÏãÌáÓ áÊÞí Ç áÏíäà ÍãÏ
ÈäÊíãíÉÇ áÍÑÇ äí Ç áÍäÈáí ÈÍÖ ÑÉÇ áãÞÑÇ áÃÔÑÝ Ç áÚÇáí Ç áãæáæí ÇáÃãíÑí Ç áßÈíÑí
ÇáÚÇ áãí ÇáÚÇÏáí Ç áÓíÝí ãáß Ç áÃãÑÇÁÓáÇ ÑÇáãáßí ÇáäÇ Õ Ñí äÇ ÆÈ Ç áÓáØäÉÇ áãÚÙãÉà ÓÈÛ
ÇááåÙáå¡æÍÖ ÑÝíåÌãÇ ÚÉãäÇ áÓÇ ÏÉÇ
áÚáãÇ ÁÇáÝÖ áÇ ÁÃåáÇ áÝÊíÇÈÇ áÏíÇ ÑÇ áãÕ ÑíÉ
ÈÓÈÈ ãÇäÞáÚäåææÌÏÈÎØåÇ áÐí ÚÑÝ ÈåÞÈáÐáß ãäÇ áÃãæÑÇ áãÊÚáÞÉÈÇ ÚÊÞÇ ÏåÃäÇááå
ÊÚÇ áì íÊßáãÈÕ æÊ ¡æà äÇáÇÓÊæÇ ÁÚáì ÍÞíÞÊå¡æÛíÑÐáß ããÇåæãÎÇ áÝ áà åáÇáÍÞ ¡
ÇäÊåì Ç áãÌáÓ ÈÚÏà äÌÑÊ ÝíåãÈÇ ÍË ãÚåáíÑÌÚÚäÇ ÚÊÞÇ ÏåÝí Ðáß ¡Å áì à äÞÇ áÈÍÖ ÑÉ
ÔåæÏ: ( à ÔÚÑí ) æÑÝÚßÊÇ
äÇà ÈÇ áÃ
ÔÚÑíÉÚáì Ñà Óå¡æà ÔåÏÚáíåÈãÇßÊÈ ÎØÇæÕ æÑÊå:
(( ÇáÍãÏááå¡Ç áÐí à ÚÊÞÏåà äÇ áÞÑÂäãÚäì ÞÇ ÆãÈÐÇ ÊÇ ááå¡æåæÕ ÝÉãäÕ ÝÇ Ê ÐÇ ÊåÇáÞÏíãÉ
ÇáÃÒáíÉ¡æåæÛíÑãÎáæÞ ¡æáíÓ ÈÍÑÝ æáÇÕ æÊ ¡ßÊÈåà ÍãÏÈäÊíãíÉ. æÇ áÐí ÃÚÊÞÏåãä
Þæáå: ( Ç áÑÍãäÚáì Ç áÚÑÔ Ç ÓÊæì ) à äåÚáì ãÇÞÇ áåÇáÌãÇ ÚÉ¡Ã äåáíÓ Úáì ÍÞíÞÊåæÙÇ åÑå¡
æáÇà ÚáãßäåÇ áãÑÇÏãäå¡ÈááÇíÚáãÐáß Å áÇÇááåÊÚÇ áì ¡ßÊÈåà ÍãÏÈäÊíãíÉ. æÇ áÞæáÝí
Ç
áäÒæáßÇ áÞæáÝí Ç áÇ ÓÊæÇ Á¡Ã ÞæáÝíåãÇà ÞæáÝíå¡æáÇà ÚáãßäåÇ áãÑÇ
ÏÈåÈááÇíÚáãÐáß
ÅáÇÇááåÊÚÇ áì ¡æáíÓ Úáì ÍÞíÞÊåæÙÇ åÑå¡ßÊÈåà ÍãÏÈäÊíãíÉ¡æÐáß Ýí íæãÇ áÃÍÏ
ÎÇ ãÓ ÚÔÑíäÔåÑÑÈíÚÇ áÃæáÓäÉÓÈÚæÓÈÚãÇ ÆÉ)) åÐÇÕ æÑÉãÇßÊÈåÈÎØå¡æà ÔåÏÚáíå
ÃíÖ Çà äåÊÇ ÈÅ áì Ç ááåÊÚÇ áì ããÇíäÇ Ýí åÐÇÇáÇÚÊÞÇ ÏÝí Ç áãÓÇ ÆáÇ áÃÑÈÚÇ áãÐßæÑÉÈÎØå¡
æÊáÝÙ ÈÇ áÔåÇ ÏÊíäÇ áãÚÙãÊíä¡æà ÔåÏÚáíåÈÇ áØæÇ ÚíÉæÇ áÇÎÊíÇ ÑÝí Ðáß ßáåÈÞáÚÉ
ÇáÌÈáÇ áãÍÑæÓÉãäÇ áÏíÇ ÑÇáãÕ ÑíÉÍÑÓåÇÇ ááåÊÚÇ áì ÈÊÇ ÑíÎ íæãÇ áÃÍÏÇ áÎÇãÓ æÇ áÚÔÑíä
ãäÔåÑÑÈíÚÇ áÃæáÓäÉÓÈÚæÓÈÚãÇ ÆÉ¡æÔåÏÚáíåÝí åÐÇÇ áãÍÖ ÑÌãÇ ÚÉãäÇ áÃÚíÇ ä
ÇáãÞäÊíäæÇ áÚÏæá¡æà ÝÑÌ ÚäåæÇ ÓÊÞÑÈÇ áÞÇåÑÉ
Saya terjemahkan beberapa yang penting dari nas dan kenyataan tersebut:
1-
ææÌÏÈÎØåÇ áÐí ÚÑÝ ÈåÞÈáÐáß ãäÇ áÃãæÑÇ áãÊÚáÞÉÈÇ ÚÊÞÇÏåÃäÇááåÊÚÇ áì íÊßáã
ÈÕ æÊ ¡æà äÇ áÇÓÊæÇ ÁÚáì ÍÞíÞÊå¡æÛíÑÐáß ããÇåæãÎÇ áÝ áà åáÇ áÍÞ
Terjemahannya: “Dan para ulama telah mendapati skrip yang telah ditulis oleh Ibnu
Taimiah yang telahpun diakui akannya sebelum itu (akidah salah ibnu taimiah sebelum
bertaubat) berkaitan dengan akidahnya bahawa Allah ta’ala berkata-kata dengan suara,
dan Allah beristawa dengan erti yang hakiki (iaitu duduk) dan selain itu yang
bertentangan dengan Ahl Haq (kebenaran)”.
Saya mengatakan :
Ini adalah bukti dari para ulama islam di zaman Ibnu Taimiah bahawa dia berpegang
dengan akidah yang salah sebelum bertaubat daripadanya antaranya Allah beristawa
secara hakiki iaitu duduk.
Golongan Wahhabiyah sehingga ke hari ini masih berakidah dengan akidah yang salah
ini iaitu menganggap bahawa Istiwa Allah adalah hakiki termasuk Mohd Asri Zainul
Abidin yang mengatakan istawa bermakna duduk cuma bagaimana bentuknya bagi Allah
kita tak tahu. lihat dan dengar sendiri Asri sandarkan DUDUK bagi Allah di : http://abu-
syafiq.blogspot.com/2007/06/asri-menghidupkan-akidah-yahudi-allah.html .
2-
ÞÇáÈÍÖ ÑÉÔåæÏ: ( à ÔÚÑí ) æÑÝÚßÊÇ
äÇà ÈÇ áÃ
ÔÚÑíÉÚáì Ñà Óå
Terjemahannya: ” Telah berkata Ibnu Taimiah dengan kehadiran saksi para ulama: ‘ Saya
golongan Asy’ary’ dan mengangkat kitab Al-Asy’ariyah di atas kepalanya (
mengakuinya)”.
Saya mengatakan :
Kepada Wahhabi yang mengkafirkan atau menghukum sesat terhadap Asya’irah, apakah
mereka menghukum sesat juga terhadap Syeikhul islam mereka sendiri ini?!
Siapa lagi yang tinggal sebagai islam selepas syeikhul islam kamu pun kamu kafirkan
dan sesatkan?! Ibnu Taimiah mengaku sebagai golongan Asy’ary malangnya Wahhabi
mengkafirkan golongan Asya’ry pula, rujuk bukti Wahhabi kafirkan golongan As’y’ary
:http://abu-syafiq.blogspot.com/2007/05/hobi-wahhabi-kafirkan-umat-islam.html.
3-
æÇ
áÐí à ÚÊÞÏåãäÞæáå: ( Ç áÑÍãäÚáì Ç áÚÑÔ Ç ÓÊæì ) à äåÚáì ãÇÞÇ áåÇ
áÌãÇÚÉ¡ÃäåáíÓ Úáì
ÍÞíÞÊåæÙÇ åÑå¡æáÇà ÚáãßäåÇ áãÑÇÏãäå¡ÈááÇíÚáãÐáß Å áÇÇááåÊÚÇáì ¡ßÊÈåà ÍãÏÈä
ÊíãíÉ
Terjemahan khot tulisan Ibnu Taimiah dihadapan para ulama islam ketika itu dan mereka
semua menjadi saksi kenyataan Ibnu Taimiah :
” Dan yang aku berpegang mengenai firman Allah ‘Ar-Rahman diatas Arasy istawa’
adalah sepertimana berpegangnya jemaah ulama islam, sesungguhnya ayat tersebut bukan
bererti hakikatnya(duduk) dan bukan atas zohirnya dan aku tidak mengetahui maksud
sebenar-benarnya dari ayat tersebut bahkan tidak diketahui makna sebenr-benarnya dari
ayat tersebut kecuali Allah.Telah menulis perkara ini oleh Ahmad Ibnu Taimiah”.
Saya mengatakan:
Ibnu Taimiah telah bertaubat dan mengatakan ayat tersebut bukan atas zohirnya dan
bukan atas hakikinya iaitu bukan bererti Allah duduk mahupun bertempat atas arash.
( Bukti Ibnu Taimiah pernah dahulunya berpegang dengan akidah salah: ‘Allah Duduk’
Malangnya kesemua tok guru Wahhabi sehingga sekarang termasuk Al-Bani, Soleh
Uthaimien, Bin Baz dan kesemuanya berpegang ayat tersebut secara zohirnya dan
hakikatnya (duduk dan bertempat atas arasy). Lihat saja buku-buku mereka jelas
menyatakan sedemikian.
Maka siapakah syeikhul islam sekarang ini disisi Wahhabiyah atau adakah syeikhul islam
anda wahai Wahhabi telah kafir disebabkan taubatnya?!
4-
æÃÔåÏÚáíåà íÖ Çà äåÊÇ ÈÅáì Ç ááåÊÚÇ áì ããÇíäÇÝí åÐÇÇáÇÚÊÞÇ ÏÝí Ç áãÓÇÆáÇ áÃÑÈÚ
ÇáãÐßæÑÉÈÎØå¡æÊáÝÙ ÈÇ áÔåÇÏÊíäÇ áãÚÙãÊíä
Terjemahannya berkata Imam Nuwairy seperti yang dinyatakan juga oleh Imam Ibnu
Hajar Al-Asqolany : ” Dan aku antara saksi bahawa Ibnu Taimiah telah bertaubat kepada
Allah daripada akidah yang salah pada empat masaalah akidah yang telah dinyatakan,
dan Ibnu Taimiah telah mengucap dua kalimah syahadah(bertaubat daripada akidah yang
salah pernah dia pegangi terdahulu)”.
Saya mengatakan:
Ibnu Taimiah telah memeluk islam kembali dengan mengucap dua kalimah syahadah dan
mengiktiraf akidahnya sebelum itu adalah salah dan kini akidah yang salahnya itu pula
dipegang oleh golongan Wahhabiyah.
Maka bilakah pula golongan Wahhabiyah yang berpegang dengan akidah yang salah
tersebut akan memluk agama islam semula seperti yang dilakukan oleh rujukan utama
mereka yang mereka sendiri namakan sebagai Syeikhul Islam?!.
Jadikan qudwah dan ikutan Ibnu Taimiah dalam hal ini wahai Wahhabiyah!.
Ayuh! bertaubatlah sesungguhnya kebenaran itu lebih tinggi dari segala kebatilan. Pintu
taubat masih terbuka bagi Wahhabi yang belum dicabut nyawa.
Selain Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany dalam kitabnya berjudul Ad-Durar Al-Kaminah Fi
“ayan Al-Miaah As-Saminah cetakan 1414H Dar Al-Jiel juzuk 1 m/s 148
dan Imam As-Syeikh Syihabuddin An-Nuwairy wafat 733H cetakan Dar Al-Kutub Al-
Misriyyah juzuk 32 m/s 115-116 dalam kitab berjudul Nihayah Al-Arab Fi Funun Al-
Adab yang menyatakan kisah taubat Ibnu Taimiah ramai lagi ulama islam yang
menyaksikan dan menceritakan kisah pengakuan tersebut antaranya lagi :
-As-Syeikh Ibnu Al-Mu’allim wafat tahun 725H dalam kitab Najmul Muhtadi Wa
Rojmul Mu’tadi cetakan Paris nom 638.
-As-Syeikh Ad-Dawadai wafat selepas 736H dalam kitab Kanzu Ad-Durar - Al0Jam’-
239.
-As-Syeikh Taghry Bardy Al-Hanafi bermazhab Hanafiyah wafat 874H dalam Al-Minha
As-Sofi m/s576 dan beliau juga menyatakn sepertimana yang dinyatakan nasnya oleh
Imam Ibnu Hajar Al-Asqolany dalam kitabnya yang lain berjudul An-Nujum Az-Zahirah
Al-Jami’ 580.
Merekalah dan selain mereka telah menyatakan taubat Ibnu Taimiah daripada akidah
Allah Duduk dan bertempat di atas arasy.
Wahai Wahhabiyah yang berakidah Allah Duduk di atas arasy. Itu adalah akidah kristian
kafir dan yahudi laknat (Rujuk bukti :http://abu-
syafiq.blogspot.com/2007/05/penjelasan1-allah-duduk-atas-arasy.html .
Berpeganglah dengan akidah salaf sebenar dan khalaf serta akidah ahli hadith yang di
namakan sebagai akidah Ahli Sunnah Wal Jamaah iaitu Allah tidak memerlukan kepada
mana-mana makhlukNya termasuk tempat dilangit mahupun tempat di atas arasy.
Sememang kebenaran akidah Islam tidak dapat ditolak oleh golongan munafiq mahupun
kafir Mujassim. Ini kerana burhan dan adillah (hujjah dan dalil) yang terbit dari sumber
yang mulia iaitu Al-Quran dan Hadith tiada secebis pun keraguan manakan pula
kebatilan. Antara akidah Islam adalah “ Allah Wujud Tanpa Bertempat” dan inilah antara
yang Ahlu Sunnah Wal Jama’ah war-warkan bagi memberi kefahaman yang tepat dalam
perbincangan akidah Islam dalam mentauhidkan diri kepada Allah.
Semua Wahhabi di Malaysia yang berakidah Allah Bertempat telah menghukum kafir
terhadap umat Islam yang berakidah benar Allah Wujud Tanpa Bertempat. Pada masa
yang sama Wahhabi di Malaysia alpa akan akidah tok guru mereka sendiri Nasiruddin
Al-Bany dan rujukan utama mereka Al-Hafiz Az-Zahaby yang juga berakidah Allah
Wujud Tanpa Bertempat, malangnya Wahhabi mengkafirkan sesiapa yang berakidah
sedemikian. Ini amat jelas semua Wahhabi di Malaysia bukan hanya mengkafirkan umat
Islam bahkan turut mengkafirkan tok guru dan rujukan utama mereka sendiri iaitu Al-
Bani dan Az-Zahabi.
Silakan pembaca rujuk teks kenyataan Allah Wujud Tanpa Bertempat Dan Tanpa
Berarah oleh Al-Bani & Az-Zahabi :
Kenyataan teks Al-Bani bersumber kitab di atas : “ Apabila kamu telah mendalami
perkara tersebut, denganizin Allah kamu akan faham ayat-ayat Al-Quran dan Hadith
Nabai serta kenyataan para ulama Salaf yang telah dinyatakan oleh Az-Zahabi dalam
kitabnya ini Mukhtasor bahawa erti dan maksud sebalik itu semua adalah makna yang
thabit bagi Allah iaitu ketinggian Allah pada makhluk-makhlukNya ( bukan ketinggian
tempat), istawanya Allah atas arasyNya layak bagi keagonganNya dan Allah tidak ber
arah dan Allah tidak bertempat”.
(Sila rujuk kitab tersebut yang telah di scan di atas).
Saya menyatakan:
Al-Bani telah nukilan lafaz akidah yang benar walaupun ulama Islam telah maklum
bahawa golongan Mujassimah dan Tabdi’ ini pada hakikatnya akidah mereka sering
berbolak balik. Albani pun mengatakan Allah tidak bertempat tetapi Wahhabi di
Malaysia pula berakidah Allah itu bertempat bahkan mereka mengkafirkan pula sesiapa
yang percaya Allah wujud tanpa bertempat. Kenyatan Al-Bani menafikan tempat bagi
Allah adalah secara mutlak dan tidak disebut tempat yang makhluk atau tidak dan ini juga
adalah bukti Al-Bani dan Az-Zahabi menafikan Allah Bersemayam/Duduk Atas Arasy.
Sememangnya Al-Bani dan Az-Zahabi sering menolak akidah Allah Bersemayam/Duduk
Atas ‘Arasy.
Soalan saya kepada Wahhabi..mengapa kamu mengkafirkan Muhaddith kamu ini?
Adakah Syeikh Islam kamu, ulama kamu dan Muftary kamu termasuk Albani ini adalah
kafir kerana berakidah Allah Tidak Bertempat? Sekiranya TIDAK maka mengapa kamu
bawa akidah palsu dan sekiranya YA maka kamu semua adalah NAJIS SYAITON!.
- Hafiz Az-Zahabyi berakidah “ Allah Wujud Tanpa Bertempat dan Tanpa Ber Arah ”
tetapi Wahhabi Malaysia kafirkan akidah tersebut bahkan Wahhabi berakidah Allah
bertempat. Sila rujuk bukti:
http://abu-syafiq.blogspot.com/2007/12/buku-wahhabi-yang-tersebar-di-seluruh.html
Apapun saya doakan hidayah keimanan diberikan oleh Allah kepada Wahhabi yang
masih hidup.
*Bersemayam yang bererti Duduk adalah sifat yang tidak layak bagi Allah dan Allah
tidak pernah menyatakan demikian, begitu juga NabiNya.
________________________________________________________________________
___
Hakikat kebenaran tetap akan terserlah walaupun lidah syaitan Wahhabi cuba
merubahnya.
Kali ini dipaparkan bagaimana rujukan utama Wahhabi iaitu Al-Hafiz Az-Zahabi sendiri
mnghukum kafir akidah sesat: Allah Bersemayam/Duduk yang dipelopori oleh Wahhabi
pada zaman kini. Az-Zahabi adalah Syamsuddin Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad
bin Uthman bin Qaymaz bin Abdullah ( 673-748H ). Pengarang kitab Siyar An-Nubala’
dan kitab-kitab lain termasuk Al-Kabair.
Az-Zahabi mengkafirkan akidah Allah Duduk sepertimana yang telah dinyatakan olehnya
sendiri di dalam kitabnya berjudul Kitab Al-Kabair. Demikian teks Az-Zahabi kafirkan
akidah “ Allah Bersemayam/Duduk” :
Terjemahan.
Berkata Al-Hafiz Az-Zahabi:
“Faidah, perkataan manusia yang dihukum kufur jelas terkeluar dari Islam oleh para
ulama adalah: …sekiranya seseorang itu menyatakan: Allah Duduk untuk menetap atau
katanya Allah Berdiri untuk menetap maka dia telah jatuh KAFIR”. Rujuk scan kitab
tersebut di atas m/s 142.
Wahai Mohd Asri Zainul Abidin dan Wahhabi yang lain…ketahuilah apabila anda semua
mengatakan Allah Duduk merupakan kekufuran yang telah dihukum oleh Az-Zahabi
sendiri dan ulama Islam.
Tidak perlu ditunggu kenyataan “ Allah Duduk Seperti MakhlukNya” baru nak dihukum
kafir akan tetapi dengan mengatakan Allah Duduk maka ia merupakan perkataan kufur
terkeluar dari Islam sepertimana yang dinyatakan oleh Al-Hafiz Az-Zahabi.
Assalamualaikum.
Oleh: abu_syafiq
Islam dan ulamanya tidak harus dikafirkan seperti yang dilakukan oleh Wahhabi..habis
dikafirkan semua.
Mungkin sekiranya Nabi Muhammad masih hidup dimuka bumi ini pun baginda tidak
akan terlepas dari dikafiran oleh golongan Wahhabiyah ini.
Tidak mustahil pada suatu hari nanti Allah pun Wahhabi kafirkan…wal iyazubillah.
Wahhabi bukan sahaja mengkafirkan Sultan Solahuddin Al-Ayyubi.
tetapi…. WAHHABI TURUT MENGKAFIRKAN IMAM NAWAWI DAN IMAM
IBNU HAJAR AL-ASQOLANY!
Abadi
Menyatakan bahawa Ibnu Taymiyyah adalah hamba yang dihinakan dan dibutakan oleh
Allah SWT dan ditolak oleh majoriti ulama’ (Fatawa Hadithiyah -156-157)
Menyatakan Ibnu Taymiyyah adalah sebahagian daripada muhaddithin yang tidak betul-
betul memahami maksud hadis (Fatawa Hadithiyah -373)
Ibnu Taymiyyah menghentam ulama’ sufi seperti al-Ghazali, Ibn ‘Arabi, Ibn al-Farid,
Abu Hasan al-Shazili, Ibnu Sab’ien (Fatawa Hadithiyah -158).
perkataan beliau:
,ﻟﺤﻨﺎﺑﻠﺔÇ ﻣﺬﮬﺐä ﯾﻨﺘﺤﻠﻮÇﻛﺎﻧﻮæ,ﻟﺤﺮﻣﯿﻦÇ ﻋﻠﻰÇﺗﻐﻠﺒﻮæ ﻣﻦ ﻧﺠﺪÇ ﻟﺬﯾﻦ ﺧﺮﺟﻮÇÈﻟﻮﮬﺎÇ ﻋﺒﺪÚﺗﺒﺎÃﻣﺎﻧﻨﺎ ﻓﻲÒﻗﻊ ﻓﻲæﻛﻤﺎ
ﷲÇ ﻋﻠﻤﺎﺋﮭﻢ ﺣﺘﻰ ﻛﺴﺮϞΘϗϭΔϨδϟϞϫϞΘϗϚϟάΑϮΣΎΒΘγϭ ” ,ä ﻣﻦ ﺧﺎﻟﻔﮭﻢ ﻣﺸﺮﻛﻮäÃ
æäﻟﻤﺴﻠﻤﻮÇﻧﮭﻢÃÇ æﻋﺘﻘﺪÇﻟﻜﻨﮭﻢ
.Üﮬ.Å.ﻟﻒÃæﻣﺎﺋﺘﯿﻦæﺛﻼﺛﯿﻦæË ﺛﻼãﻟﻤﺴﻠﻤﯿﻦ ” ﻋﺎÇﻇﻔﺮ ﺑﮭﻢ ” ﻋﺴﺎﻛﺮæﮬﻢÏ ﺑﻼÈﺧﺮæﺷﻮﻛﺘﮭﻢ
Maksudnya: