You are on page 1of 24

LAPORAN PRATIKUM 1 MIKROBIOLOGI TERAPAN

DISUSUN OLEH NAMA KELAS MATA KULIAH DOSEN PENGASUH : Joko Trisno (342009249) : Biologi F/ V : Mikrobiologi Terapan : Susi Dewiyeti,S.Si., M.Si.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG 2011

A. Pratikum B. Judul

: 1 : Pengaruh bahan kimia (zat antimikroba) terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella typhy.

C. Pendahuluan

1. Latar belakang Jika kamu mendengar kata bakteri, mungkin kamu membayangkan bakteri sebagai sesuatu yang dapat sepenuhnya benar menyebabkan penyakit. Hal tersebut tidak

karena di antara sekian banyak jenis bakteri, hanya 1% yang bersifat patogen atau penyebab penyakit, sedangkan sisanya justru merupakan organisme yang bermanfaat. Bakteri di alam jumlahnya sangat banyak. Sebagai contoh dalam 1 gram tanah diperkirakan terkandung 100 juta sel bakteri, sedangkan pada 1 ml susu segar terkandung lebih fungi atau dari 3.000 juta sel bakteri. Bakteri bersama dengan

jamur, memegang peran penting bagi kelangsungan hidup organisme lain. Mereka dapat menguraikan materi organik dari tumbuhan siklus materi dapat dan hewan yang telah mati sehingga terus berlangsung. Dengan

berlangsungnya siklus materi, maka materi yang dibutuhkan oleh makhluk hidup akan selalu tersedia. Selain dapat menimbulkan penyakit bagi manusia, bakteri juga dapat digunakan untuk meningkatkan taraf meningkatkan ekonomi. hidup manusia karena dapat

2. Tujuan

1). Untuk mengetahui pengaruh bahan kimia ( zat antimikroba) terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella typhy. 2). Untuk mengetahui zona hambat dan luas zona sensitifitas.

A. Dasar teori : Antibakteri adalah senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri. Antibakteri dalam definisi yang luas adalah suatu zat yang mencegah terjadinya pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Antibiotik maupun antibakteri sama-sama menyerang bakteri, kedua istilah ini telah mengalami pergeseran makna selama bertahun-tahun sehingga memiliki arti yang berbeda. Antibakteri biasanya dijabarkan sebagai suatu zat yang digunakan untuk membersihkan permukaan dan menghilangkan bakteri yang berpotensi membahayakan (Volk and Wheeler, 1993). Antibakteri adalah jenis bahan tambahan yang digunakan dengan tujuan untuk mencegah kebusukan atau keracunan oleh mikroorganisme pada bahan pangan. Beberapa jenis senyawa yang mempunyai aktivitas antibakteri adalah iodium benzoat, senyawa fenol, asam-asam organik, asam lemak rantai medium dan esternya, sulfur dioksida dan sulfit, nitrit, senyawa kolagen dan surfaktan, dimetil karbonat dan metil askorbat. Antibakteri alami baik dari produk hewani, tanaman maupun mikroorganisme misalnya bakteriosin (Luthana, 2008). Zat antibakteri dapat bersifat bakterisidal (membunuh bakteri), baktei static (menghambat pertumbuhan bakteri), dan germisidal (menghambat germinasi spora bakteri).

Kemampuan suatu zat antimikrobia dalam menghambat pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya : 1) konsentrasi zat pengawet, 2) jenis, jumlah ,umur, dan keadaan mikrobia,

3) suhu, 4) waktu, dan 5) sifat-sifat kimia dan fisik makanan termasuk kadar air, pH, jenis dan jumlah komponen di dalamnya (Luthana, 2008). Pengujian efektifitas antibakteri adalah teknik untuk mengukur berapa besar potensi terdapat atau konsentrasi yang suatu senyawa dapat memberikan dan efek bagi bakteri mikroorganisme (Dart, 1996 Ayu, 2004). Berdasarkan sifat toksisitasnya selektif, antibakteri bersifat menghambat membunuh (Ganiswarna, 1995). Proses pengawetan telah ada sejak peradaban manusia. Orang kuno menggunakan bahan yang ada di alam untuk mengawetkan bahan pangan mereka, hal ini dilakukkan secara turun menurun. Penggunaan asap telah digunakan untuk proses pengawetan daging, ikan dan jagung. Demikian pula pengawetan dengan garam, asam dan gula telah dikenal sejak dulu kala. Di abad modern mulai dikenal penggunaan bahan pengawet mengunakan senyawaan kimia sintetis dengan tujuan untuk mempertahankan pangan dari gangguan mikroba, sehingga bahan pangan lebih awet dan tidak merubah tampilan dari bahan pangan tersebut (Hayati, 2009: 133). Senyawa antimikroba adalah bahan pengawet yang berfungsi untuk

menghambat kerusakan pangan akibat aktivitas mikroba. Sejarah penggunaan pengawet didalam bahan pangan sendiri bermula dari penggunaan garam, asap dan asam (proses fermentasi) untuk mengawetkan pangan. Sejumlah bahan antimikroba kemudian dikembangkan dengan tujuan untuk menghambat atau membunuh mikroba pembusuk (penyebab kerusakan pangan) dan mikroba patogen (penyebab keracunan pangan) (Syamsir, 2007).

Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kerja Zat Kimia/Anti Mikroba a. Menggangu Pembentukan Dinding Sel Mekanisme ini disebabkan karena adanya akumulasi komponen lipofilat yang terdapat pada dinding atau membran sel sehingga

menyebabkan perubahan komposisi penyusun dinding sel. akumulasi senyawa antimikroba dipengaruhi oleh

Terjadinya tak

bentuk

terdisosiasi. Pada konsentrasi rendah molekul-molekul phenol yang terdapat pada minyak thyme kebanyakan berbentuk tak terdisosiasi, lebih hidrofobik, dapat mengikat daerah hidrofobik membran protein, dan dapat melarut baik pada fase lipid dari membran bakteri. Beberapa laporan juga meyebutkan bahwa efek penghambatan senyawa antimikroba lebih efektif terhadap bakteri Gram positif daripada dengan bakteri Gram negatif. Hal ini disebabkan perbedaan komponen penyusun dinding sel kedua kelompok bakteri tersebut. Pada bakteri Gram posiitif 90 persen dinding selnya terdiri atas lapisan peptidoglikan, selebihnya adalah asam teikoat, sedangkan bakteri Gram negatif komponen dinding selnya mengandung 5-20 persen peptidoglikan, selebihnya terdiri dari protein, lipopolisakarida, dan lipoprotein. b. Bereaksi dengan membran sel Komponen bioaktif dapat mengganggu dan mempengaruhi integritas membran sitoplasma, yang dapat mengakibatkan menghambat kebocoran materi protein intraseluler, seperti senyawa phenol dapat mengakibatkan lisis sel dan meyebabkan membran sel. c. Menginaktivasi enzim Mekanisme yang terjadi menunjukkan bahwa kerja enzim akan terganggu dalam mempertahankan kelangsungan aktivitas mikroba, sehingga mengakibatkan enzim akan memerlukan energi dalam jumlah besar untuk mempertahankan kelangsungan aktivitasnya. Akibatknya energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan menjadi berkurang sehingga aktivitas mikroba menjadi terhambat atau jika kondisi ini berlangsung lama akan mengakibatkan pertumbuhan mikroba terhenti (inaktif). denaturasi protein, pembentukan sitoplasma dan asam nukleat, dan menghambat ikatan ATP-ase pada

Efek senyawa antimikroba dapat menghambat kerja enzim jika mempunyai spesifitas yang sama antara ikatan komplek yang menyusun struktur enzim dengan komponen senyawa antimikroba. Gugus hidroksil (OH) dan gugus aldehid (-CHO) yang terdapat pada komponen aktif rempah, menunjukan aktivitas antimikroba yang kuat. Mekanisme penghambatannya yaitu Gugus hidroksil membentuk ikatan hidrogen dengan sisi aktif enzim sehingga menyebabkan deaktivasi enzim. Corner (1995) melaporkan bahwa pada konsentrasi 0,005 M alisin (senyawa aktif dari bawang putih) dapat menghambat metabolisme enzim sulfhidril. Minyak oleoresin yang dihasilkan dari kayu manis, cengkeh, thyme, dan oregano dapat menghambat produksi ethanol, proses respirasi sel, dan sporulasi khamir dan kapang. d. Menginaktivasi fungsi material genetik Komponen bioaktif dapat mengganggu pembentukan asam nukleat (RNA dan DNA), menyebabkan terganggunya transfer informasi genetik yang selanjutnya akan menginaktivasi atau merusak materi genetik sehingga terganggunya proses pembelahan sel untuk pembiakan.

PENGENDALIAN MIKROBA DENGAN BAHAN KIMIA Agen kimia yang baik adalah yang memiliki kemampuan membunuh mikroba secara cepat dengan dosis yang rendah tanpa merusak bahan atau alat yangdidisinfeksi. Pada prinsipnya, cara kerja agen kimia ini digolongkan menjadi : 1) Agen kimia yang merusak membran sel mikroba. a. Golongan Surfactants (Surface Active Agents), yaitu golongan anionik, kationik dan nonionik. b. Golongan fenol. 2) Agen kimia yg merusak enzim mikroba. a. Golongan logam berat seperti arsen, perak, merkuri, dan lain-lain b. Golongan oksidator spt gol. halogen, hidrogen peroksida dan formaldehid

3) Agen kimia yang mendenaturasi protein. Agen kimiawi yg menyebabkanterjadinya koagulasi dan presipitasi protoplasma, seperti alkohol, gliserol dan bahan-bahan asam dan alkalis. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Efektivitas Agen kimia di dalam mengendalikan mikroba, yaitu : a. Konsentrasi agen kimia yang digunakan. Semakin tinggi konsentrasinya maka efektivitasnya semakin meningkat. b. Waktu kontak. Semakin lama bahan tersebut kontak dengan bahan yang disterilkan maka hasilnya akan semakin baik. c. Sifat dan jenis mikroba. Mikroba yang berkapsul dan berspora resisten Adanya bahan-bahan organik dapat dibandingkan yang tidak berkapsul dan berspora. d. Adanya bahan organik dan ekstra. menurunkan efektivitas agen kimia. e. pH atau derajat keasaman. Efektivitas bahan kimia dapat berubah seiring dengan perubahan pH. (Ilmiyati, 2011)

MEKANISME/CARA KERJA ZAT KIMIA/ANTIMIKROBA Berbagai proses serta substansi yang banyak itu yang digunakan sebagai sarana antimikrobial, bekerja menurut salah satu dari berbagai cara. Sangatlah bermanfaat untuk mengetahui bagaimana tepatnya cara kerja tersebut dalam menghambat atau mematikan mikroorganisme. Misalnya keterangan tersebut dapat dimanfaatkan untuk menduga keadaan terbaik bagi penggunaan zat tersebut terhadap jenis mikroorganisme mana zat antimicrobial tersebut dapat bekerja paling efektif. Pengetahuan ini dapat juga membantu didalam merencanakan pembuatan zat antimikrobial baru yang lebih efektif. Secara umum, kemungkinan situs serangan suatu zat antimikrobial dapat diduga dengan meninjau struktur serta komposisi sel mikroba (Gambar 1). Suatu sel hidup yang normal mimiliki sejumlah besar enzim yang

melangsungkan proses-proses metabolik dan juga protein lainnya, asam nukleat serta senyawa-senyawa lain. Membran semipermeabel (membrane sitoplasmik) mempertahankan intergritas kandungan seluluar, membran tersebut secara selektif mengatur keluar masuknya zat antara sel dengan lingkungan luar. Membran ini juga merupakan situs beberapa reaksi enzim. Dinding sel merupakan penutup lindung bagi sel lain juga berpartisipasi di dalam prosesproses fisiologis tertentu. Kerusakan pada salah satu dari situs ini dapat mengawali terjadinya perubahan-perubahan yang menuju pada matinya sel tersebut. Perubahan-perubahan tersebut dicantumkan dibawah ini.

Gambar 1 : Bekerjanya beberapa antibiotik dan bahan kimia pengendali pada sel bakteri. Gambar ini menunjukkan beberapa dari berbagai cara yang digunakan oleh zat-zat antimicrobial dalam merusak sel mikroba. (Erwin F. Lessel, penggambar). (Pelczar dan Chan,1988) a. Kerusakan pada dinding sel Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk. b. Perubahan permeabilitas sel Membaran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu di dalam sel serta mengatur aliran keuar masuknya bahan-bahan lain. Membrane memelihara integritas komponen-komponen seluler. Kerusakan pada membrane ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel. c. Perubahan molekul protein dan asam nukleat Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiahnya. Suatu kondisi atau substansi yang

mengubah keadaan ini yaitu mendenaturasikan protein dan asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa dapat diperbaiki kembali. Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat kimia dapat mengakibatkan koagulasi (denaturasi) irefersibel (tak dapat balik) komponen-komponen seluler yang vital ini. d. Penghambatan kerja enzim Setiap enzim dari berates-ratus enzim berbeda-beda yang ada di dalam sel merupakan sasaran potensial bagi bekerhjanya suatu penghambat. Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimiawi. Penghambatan inin dapat mengakibatkan terganggunya metabolism atau matinya sel. e. Penghambatan sintesis asam nukleat dan protein DNA, RNA dan protein memegang peranan amat penting di dalam proses kehidupan normal sel. Hal itu berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel. (Pelczar dan Chan,1988 : 456-458)

CIRI-CIRI IDEAL DAN PEMILIHAN BAHAN KIMIA YANG DIGUNAKAN SEBAGAI ANTIMIKROBA Tidak ada satupun zat kimia yang terbaik bagi semua tujuan. Hal ini tidaklha mengherankan bila mengingat berbagai ragamnya kondisi yang diperlukan untuk memanfaatkan bahan kimia, perbedaan didalam cara kerjanya, serta begitu banyaknya macam sel mikroba yang harus dimusnahkan. Kalaupun ada suatu disinfektan ideal, maka zat tersebut haruslah memiliki serangkaian sifat yang hebat pula. Tidaklah akan pernah dijumpai satupun persenyawaan yang memiliki sifat-sifat demikian. Walaupun demikian spesifikasi yang diuraikan dibawah ini dapat diusahakan untuk dicapai pada penyiapan senyawa-senyawa antimicrobial baru dan haruslah dipertimbangkan di alam evaluasi disinfektan yang digunakan untuk tujuan praktis. 1. Aktivitas antimicrobial

Persyaratan yang pertama ialah kemampuan substansi untuk mematikan mikroorganisme. 2. Kelarutan Substansi itu harus larut dalam air atau pelarut-peralut lain sampai pada taraf yang diperlukan untuk dapat digunakan secara efektif. 3. Stabilitas Perubahan yang terjadi pada substansi itu bila dibiarkan beberapa lama harus seminimal mungkin dan tidak boleh mengakibatkan kehilangan sifat antimikrobialnya dengan nyata. 4. Tidak bersifat racun bagi manusia maupun hewan lain I dealnya, persenyawaan itu harus bersifat letal bagi mikroorganisme dan tidak berbahaya bagi manusia maupun hewan lain. 5. Kebersamaan (homogeneity) Di dalam penyiapannya, komposisinya harus seragam sehingga bahan aktifnya selalu terdapat pada setiap aplikasi. Bahan kimia murni memang seragam, tetapi campuran berbagai bahan belum tentu serba sama. 6. Tidak bergantung dengan bahan organic Banyak disinfektan bergabung dengan protein atau bahan organik lain. Apabila disinfektan semacam itu digunakan di dalam keadaan yang banyak mengandung bahan organik, maka sebagian besar dari disinfektan itu akan menjadi aktif. 7. Aktifitas antimikrobial pada suhu kamar atau suhu tubuh Tidaklah perlu menaikan suhu sampai diatas suhu yang biasanya dijumpai dilingkungan tempat digunakannya senyawa itu. 8. Kemampuan untuk menembus Kecuali bila substansi itu dapat menembus permukaan, maka aksi antimikrobialnya hanya terbatas pada situs aplikasinya saja. Sudah barang tentu kadang-kadang memang hanya di perlukan aksi permukaan. 9. Tidak menimbulkan karat dan warna

Senyawa itu tidak boleh karat sebab bila tidak demikian maka akan menimbulkan cacat pada logam, dan tidak boleh minimbulkan warna atau merusak kain. 10. Kemampuan menghilangkan bauk yag kurang sedap Kemampuan suatu zat mendisinfeksi juga sambil menghilangkan bau tidak sedap merupakan sifat yang dikehendaki. Yang ideal ialah bila disinfektan itu sendiri tidak berbau atau hendaknya berbau sedap. 11. Ketersediaan dan biaya Senyawa itu harus tersedia dalam jumlah besar dengan harga yang pantas. (Pelczar dan Chan,1988 : 487-488)

Salmonella

adalah

suatu

genus

bakteri

enterobakteria

gram-negatif

berbentuk tongkat yang menyebabkan tifoid, paratifod, dan penyakit foodborne. Spesies-spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida. Salmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama kali menemukan bakterium tahun 1885 pada tubuh babi. PATOGENITAS Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan (foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-ciri orang yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella. Gejala lainnya adalah demam, sakit kepala, mual dan muntah-muntah. Tiga serotipe utama dari jenis S. enterica adalah S. typhi, S. typhimurium, dan S. enteritidis. S. typhi menyebabkan penyakit demam tifus

(Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian. S. typhi memiliki keunikan hanya menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi. MEDIA TUMBUH Untuk menumbuhkan Salmonella dapat digunakan berbagai macam media, salah satunya adalah media Hektoen Enteric Agar (HEA). Media lain yang dapat digunakan adalah SS agar, bismuth sulfite agar, brilliant green agar, dan xyloselisine-deoxycholate (XLD) agar. HEA merupakan media selektif-diferensial. Media ini tergolong selektif karena terdiri dari bile salt yang berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan beberapa gram negatif, sehingga diharapkan bakteri yang tumbuh hanya Salmonella.[8] Media ini digolongkan menjadi media diferensial karena dapat membedakan bakteri Salmonella dengan bakteri lainnya dengan cara memberikan tiga jenis karbohidrat pada media, yaitu laktosa, glukosa, dan salisin, dengan komposisi laktosa yang paling tinggi. Salmonella tidak dapat memfermentasi laktosa, sehingga asam yang dihasilkan hanya sedikit karena hanya berasal dari fermentasi glukosa saja. Hal ini menyebabkan koloni Salmonella akan berwarna hijau-kebiruan karena asam yang dihasilkannya bereaksi dengan indikator yang ada pada media HEA, yaitu fuksin asam dan bromtimol blue. 1. Pengertian zona hambat Zona penghambatan adalah diameter daerah dimana tidak ada pertumbuhankoloni di sekitar kertas cakram yang ditandai dengan adanya zona bening/hambat. (Diniyah, 2010) 2. Uji sensitivitas (Aktivitas antimicrobial)

Uji sensitivitas dilakukan untuk menentukan: a. Konsentrasi dalam cairan tubuh c. terhadap obat pada konsentrasi tertentu Penentuan nilai-nilai ini dapat dilakukan dengan salah satu dari dua metode yaitu pengenceran dan difusi. (Jawetz: 1996 ) Pada metode pengenceran, sejumlah obat anti mikroba tertentu dicampurkan pada pembenihan bakteri yang cair atau padat. Kemudian pembenihan tersebut ditanami dengan bakteri yang diperiksa dan diinkubasi pada metode difusi digunakan pada paper dish yang mengandung obat dalam jumlah tertentu, lalu ditempatkan pada pembenihan yang telah ditanami dengan biakan tebal mikroorganisme yang diperiksa. Setelah pengeraman garis tengah daerah hambatan jernih yang mengelilingi obat dianggap sebagai ukuran kekuatan hambatan obat terhadap mikroorganisme yang diperiksa. (Jawetz: 1996) Kepekaan mikroorganisme Potensi zat antimikrobial

Zona sensitivitas (Pelczar dan Chan, 1988:503) 1. Cara mengukur luas zona hambat

Cara mengukurnya yaitu dengan mengukur zona hambat yang terpanjang sebagai d1, kemudian ukur daerah hambat yang terpendek sebagai d2, kemudian d1 ditambah d2 lalu dibagi dua (dirata-rata). (Alonemisery, 2010) Pengujian zat disinfektan dengan kertas cakram. Cara kerja : a. Inokulasikan E. coli dan Bacillus sp. Pada NA cawan sengan streak kontinyu. b. Kertas cakram steril dicelupkan ke dalam larutan disinfektan alkohol 50%, betadin. Setelah diangkat, sisa tetes larutan yang berlebihan pada kertas cakram diulaskan pada dinding wadah karena dikhawatirkan larutan akan meluas di permukaan agar jika larutan terlalu banyak. c. Kertas cakram diletakkan dipermukaan agar dengan pinset. Tekan dengan pinset supaya kertas cakram benar-benar menempel pada agar. d. Inkubasi selama 48 jam pada 37 0C. e. Zona hambat yang terbentuk diukur diameternya, bandingkan daya kerja berbagai disinfektan. E. Pelaksaan pratikum 1. Waktu dan tempat a. Waktu : Waktu pelaksanaan praktikum pada 28 Oktober 2011 pukul 13.00 Wib. b. Tempat: Laboratorium Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pend. Biologi Universitas Muhammadiyah Palembang. 1. Alat dan bahan a. Alat : cawan petri, tabung reaksi, pinset, Bunsen, rak tabung reaksi, jarum ose, sprayer, aotoklafe, inkubator, termometer, janga sorong, pengaris, kertas label, beaker glass. b. Bahan : media agar nutrien agar (NA), biakan salmonella typhy, kapas, kertas HVS, spritus, tissue, paper dish diameter 6 mm, alkohol 70 %, formalin, betadine, obat merah (mercurochrome), deterjen, wipol, bayclin, sabun lifebuoy, NaCl 50 %, asam cuka/ cuka makan, kapas lidi steril. 1. Cara kerja

Mengamati pengaruh bahan kmia (alkohol 70 %, formalin, betadine, obat merah (mercurochrome), deterjen, wipol, bayclin, sabun lifebuoy, NaCl 50 %, asam cuka/ cuka makan) terhadap bakteri. 1. Inokulasi bakteri keseluruh permukaan media NA dalam cawan petri secara aseptis dengan mengunakan kapas lidi steril. 2. Masukkan masing- masing bahan kimia ke dalam beaker glass kira- kira 5 ml, kemudian rendam paper dish berdiameter 6 mm selama 15 menit ke dalam bahan kimia tersebut. 3. Setelah 15 menit paper dish di rendam, jepit paper dish dengan pinset steril lalu tiriskan sebentar di pinggir beaker glass sehingga larutan/bahan kimia tidak menyebar di permukaan media NA. 4. Letakkan paper dish tersebut secara aseptis diatas permukaan media NA yang sudah di inokulasi bakteri dengan pinset steril, kemudiaan tekan secara perlahan agar paper dish menempel erat pada permukaan agar NA. 5. Bungkus cawan petri secara terbalik (Mengapa?) dengan kertas putih, kemudian dalam inkubator. 6. Setelah inkubasi 24 jam ukur diameter zona hambat yang terbentuk dengan jangka sorong. Rumus: luas zona sensitifitas = luas lingkaran I (besar) luas lingkaran II (paper dish). Mengapa cawan Petri harus dibalik ? 1. Untuk menghindari terjadinya tetesan air hasil dari respirasi mikroba sehingga mikroba yang tumbuh seperti yang diharapkan atau agar media tidak rusak. 2. Apabila tidak dibalikkan maka kemungkinan besar ketika kita mengangkat maka cawan Petri tersebut akan terbuka sehingga kontaminasi terjadi. Apabila tidak dibalikkan maka kita akan sulit menghitung jumlah koloni inkubasi selama 24 jam dengan suhu 37 oC

mikroba dikarenakan menyatu menjadi satu.Karena NA banyak air sehinga menjadi lembek dan lunak.

E. Hasil dan pembahasan 1. Hasil Pratikum Zona Sensifitas bahan kimia terhadap bahan kimia

Penanaman Bakteri Pada Media Nutrient Agar (Na) 2. Pembahasan Hasil pengamatan pada media nutrient agar (NA) yang telah ditanam paper dish

Penanaman bakteri pada media nutrient agar (NA) Pada media nutrient agar (NA), dapat diamati zona hambat Hasil pengamatan zona hambat pada media nutrient agar (NA) Bahan kimia Asam cuka Bentuk bulat Diameter 1 cm Warna Putih Medium Berubah

betadine

Tidak bulat

1,342 cm

Sama

Sama

NA merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk pengendalian organisme dalam kultur murni. Media ini berbentuk padat yang digunakan untuk mengetahui zona hambat sehingga dapat diketahui bentuk, diameter, warna koloni bakteri, serta perubahan medium sebelum dilakukannya uji lanjutan.

E. Kesimpulan 1. Hasil pembiakan bakteri (bakteri yang tumbuh) tergantung penggoresan pada Media NA. 2. Dalam meletakkan cawan petri harus dengan posisi terbalik karena untuk mencegah kondensasi yang terbentuk pada tutup cawan selama pembekuan dan jatuh mengenai permukaan agar. 3. Zat antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri antara lain: wipol,betadine, alkohol 70% 4. Cawan Petri yang sudah di buka dari tutupnya tidak bias di gunakan lagi Karen sudah terkontaminasi oleh udara luar. Media agar pada saat diletakan kertas paperdish media agarnya tidak boleh pecah karena tidak akan terbentuk zona hambat 5. Pada saat meletakan paperdish di media agar harus dalam keadaan lurus paperdish karena pada saat membentuk zona hambat akan bulat sempurna.

E. Daftar pustaka Pelczar, Michael dan Chan. ECs. 1988. Dasar-dasar Mikro Biologi. Jakarta: Universitas Indonesia.

Online, http://mulyadiveterinary.wordpress.com/2011/07/04/salmonella-sp-danstreptomyces-sp, di akses 14 november 2011 Online, http://milkordie.blogspot.com/2008/05/pengendalian- mikroorganismedalam-bahan.html di akses 14 november 2011 Admin. 2008. (Online). http://id.wikipedia.org/wiki/Salmonella. Diakses pada tanggal 14 November 2011. Admin. 2010. Daya Kerja Antimikroba dan Oligodinamik. (Online), http://ekmonsaurus.blogspot.com/2008/11/bab-8-daya-kerja-antimikroba-dan.html, diakses tanggal 14 November 2011.

F. lampiran

1. Data Pengamatan

PERHITUNGAN ZONA SENSITIFITAS Bahan Kimia Lingkaran Besar/zona hambat Asam Cuka d= 1 cm r= x d = cm D=1 r= x d L besar = r2 = 3,14 x (0,5)2 = 0,785 cm Betadine D=d1+d2,.. +d6 6 = 1,6+1,2+1,3+1, 25+1,2+1,5 6 D= 8,05 =
2

Lingkaran kecil/ paper dish d=6mm=0,6 cm r= x d = x 0,6 = 0,3cm

Zona Sensitifitas L besar - L kecil = = 0,785 cm2 0,2826 cm2

x 1 = 0,5 cm

L kecil = r2 = 3,14 x (0,3)2 = 0,2826 cm2

= 0,5024 cm2

L besar = r2 = 3,14 x (0,671)2 = 1,413 cm2 L besar - L kecil = = 1,413 cm2 0,2826 cm2 = 1,1304 cm2

1,342 cm 6 R= x 1,342

cm = 0,671cm

2. Penghitungan luas zona sensitifitas Zona Sensifitas bahan kimia terhadap bahan kimia

3. ALAT DAN BAHAN Alat Cawan petri Pinset

Rak Tabung Reaksi

Bunsen

Jangka sorong

Korek Api

Bahan Betadine Biakan Salmonella Typhy

Media agar (na)

asam cuka

You might also like