You are on page 1of 2

Hubungan Antara Kadar Hormone dan Perubahan Siklus Ovarim dan Uterus

Fase folikel (paruh pertama siklus ovarium), folikel ovarium mengeluarkan estrogen di bawah pengaruh LH, FSH, dan estrogen itu sendiri. Kadar estrogen yang rendah tetapi terus meningkat tersebut (1) menghambat sekresi FSH, yang menurun selama bagian fase folikel, dan (2) secara inkomplit menekan sekresi LH, yang terus meningkat selama fase folikel. Pada saat pengeluaran estrogen mencapai puncaknya, kadar estrogen yang tinggi tersebut memicu lonjakan sekresi LH pada pertengahan siklus. Lonjakan LH ini menyebabkan ovulasi folikel yang matang. Sekresi estrogen merosot sewaktu folikel mati pada ovulasi. Sel-sel folikel lama diubah menjadi korpus luteum, yang mengeluarkan progesterone serta estrogen selama fase luteal(paruh terakhir siklus ovarium). Progesterone sangat menghambat FSH dan LH, yang terus menurun selama fase luteal. Korpus lutheum berdegenerasi dalam waktu sekitar dua minggu apabila ovum yang di keluarkan tidak di buahi dan tidak tertanam di uterus. Kadar progesterone dan estrogen menurun secara tajam pada saat korpus luteum berdegenerasi, sehingga penpengaruh penghambat FSH dan LH lenyap. Kadar kedua hormone FSH dan LH kembali meningkat dan meransang pembentukan folikel baru seiring dengan dimulainya fase folikel Fase- fase di uterus yang terjadi pada saat yang bersamaan mencerminkan pengaruh hormonehormone ovarium pada uterus. Pada awal fase folikel, lapisan endometrium yang kaya akannutrien dan pembuluh darah terlepas(fase haid uterus). Pelepasan ini terjadi akibat merosotnya estrogen dan progesterone ketika korpus lutheum tua berdegenerasi pada akhir fase luteal sebelumnya. Pada akhir fase folikel, kadar estrogen yang meningkat menyebabkan lapisan endometrium menebal(fase proliferasi uterus). Setelah ovulasi, progesterone dari korpus luteum menimbulkan perubahan vascular dan sekretorik di endometrium yang telah dirangsang oleh estrogen untuk menghasilkan lingkungan yang ideal untuk implantasi (fase sekretorik atau progestasional, uterus). Sewaktu korpus luteum berdegenerasi, dimulailah fase folikel dan fase haid uterus yang baru.

Estrogen yang disekresikan, selain bekerja pada jaringan spesifik- seks seperti uterus, juga mengahmbat hipotalamus dan hipofisis anterior melalui mekanisme umpan balik negative. Kadar estrogen yang rendah tetapi meningkat pada fase folikel bekerja secara langsung pada hipotalamus untuk menghambat sekresi GnRH, sehingga pengeluaran FSH dan LH dari hipofisis anterior yang dipicu oleh GnRH juga tertekan. Namun, efek primer estrogen adalah langsung pada hipofisis itu sendiri. Estrogen menurunkan kepekaan sel penghasil Gonadotropin, terutama penghasil FSH, terhadap GnRH

Ovulasi dan liteunisasi selanjutnya foliekl yang rupture dipicu oleh peningkatan sekresi LH yang massif dan mendadak. Lonjakan LH ini menimbulkan 4 perubahan utam folikel: 1. Menghentikan sintesis estrogen oleh sel folike

2. Memulai kembali meiosis di oosit pada folikel yang sedang berkembang 3. Memicu oembentukan prostaglandin spesifik yang bekerja local 4. Diferensiasi sel- sel folike menjadi sel luteal. Dengan demikian, lonjakan sekresi LH pada pertengahan siklus adalah titik dramatis dalam siklus; lonjakan tersebut menghentikan fase folikel dan memulai fase luteal

Penurunan sesaat kadar estrogen dalam darah terjadi pada pertengahan siklus sewaktu folikel penghasil estrogen mati. Kadar estrogen kembali naik selam fase luteal karena aktivitas korpus luteum , walaupun tidak sampai mencapai puncak. Estrogen merangsang sekresi LH, tetapi progestreon pada fase luteal, dengan kuat menghambat FSH dan LH. Inhibisi ini mencegah pematangan folikel dan ovulasi baru selama fase luteal.

You might also like