You are on page 1of 3

Hambatan dan Peluang dalam Implementasi Kebijakan Luar Negeri Korea Selatan Dalam proses implementasi dari kebijakan

luar negeri Korea Selatan, terdapat beberapa hambatan dan peluang yang dapat menjadi sebuah indikator akan sukses atau gagalnya dari suatu kebijakan. Begitu juga Korea Selatan dengan salah satu kebijakan luar negerinya yang terkenal yaitu, Peace and Prosperity, semasa pemerintahan Kim Dae Jung hingga Roh Moo Hyun yang menghadapi beberapa hambatan dan peluang dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut. Hambatan dan peluang yang dihadapi oleh Korea Selatan dapat berasal dari faktor internal/ domestik (Korea Selatan itu sendiri) maupun faktor eksternal (situasi internasional, Negara dan komunitas internasional lainnya). Hambatan yang dihadapi oleh Korea Selatan dalam lingkup eksternal adalah keterbatasan Korea Selatan untuk dapat mengimplementasikan Confidence Building Measures dimana Korea Selatan berada di tengah-tengah dari kekuatan besar yang masing-masing juga memiliki kepentingan nasional yang juga besar terhadap situasi dan kondisi di Semenanjung Korea. Korea Selatan merupakan negara kecil diantara negara-negara besar seperti Rusia, Amerika Serikat dan China. Situasi tersebut membuat posisi tawar Korea Selatan terhimpit dengan negara-negara tersebut sehingga setiap upaya fasilitatif antara Korea Utara dengan kelima negara lain mengenai penciptaan perdamaian di kawasan Semenanjung Korea tidak banyak membuahkan hasil. Selain itu hambatan juga banyak didapat dari sikap Korea Utara sendiri yang sering menyalahgunakan kebijakan Peace and Prosperity dan semua dukungan yang diperoleh dari Korea Selatan dan negara lainnya dengan mengadakan uji coba nuklir pada tahun 2006 yang membuat hampir semua negara-negara di dunia terperanjak. Hal ini spontan membuat masyarakat internasional dan masyarakat Korea Selatan sendiri mulai meragukan keberhasilan dari kebijakan Peace and Prosperity dalam menciptakan kestabilan keamanan di kawasan akibat dari adanya uji coba tersebut. Selain itu, munculnya keraguan ini jg disebabkan oleh adanya suatu aliansi yang kuat antara China dengan Korea Utara. China yang merupakan saingan dalam bidang ekonomi maupun ideologi pada masa lalu dan sekarang bagi Amerika Serikat mempunyai aliansi yang kuat terhadap Korea Utara. Dengan adanya aliansi ini, kebijakan Peace and Prosperity yang bersifat liberal tidak akan mudah untuk diimplementasikan jika aliansi antara Korea Utara dan China semakin meningkat.

Selain itu dalam situasi internal Korea Selatan, terdapat beberapa elemen masyarakat yang bersifat konservatif. Elemen masyarakat tersebut meragukan bahwa kebijakan yang berdasarkan pendekatan terhadap Korea Utara seperti Sunshine Policy dan Peace and Prosperity dapat mengubah sikap Korea Utara untuk menciptakan kestabilan keamanan dan menghentikan program pengayaan nuklirnya. Alasan yang dikemukakan oleh masyarakat konservatif cukup logis mengingat kebijakan yang serupa pada masa pemerintahan sebelumnya tidak banyak membuahkan hasil positif dalam bidang politik, ekonomi dan keamanan di kawasan Semenanjung Korea. Peluang yang dihadapi Korea Selatan dalam proses implementasi kebijakan Peace and Prosperity mayoritas berasal dari peningkatan hubungan Inter Korean dan munculnya elemen masyarakat anti-Amerika yang semakin kritis dalam menyikapi campur tangan Amerika dalam setiap pembentukan kebijakan Korea Selatan maupun dunia, keberhasilan proyek kerjasama Inter Korean di KIC dan Gunung Geumgang yang menyebabkan munculnya kepercayaan dan ketergantungan antara kedua Korea. Beberapa perusahaan besar Korea Selatan yang menjadikan KIC sebagai basis produksi dapat menyerap tenaga kerja Korea Utara sehingga dapat turut meningkatkan kesejahteraan dari masyarakat Korea Utara. Selain itu banyaknya jumlah turis Korea Selatan yang berkunjung ke Gunung Geumgang juga telah ikut membuka adanya rasa saling percaya antara masyarakat Korea Selatan dan Korea Utara. Dengan keberhasilan pengembangan proyek-proyek tersebut, maka hubungan yang baik dapat terjalin diantara masyarakat kedua Korea dan pada akhirnya akan menimbulkan suatu rasa saling percaya dan ketergantungan. Dengan adanya rasa saling percaya dan ketergantungan maka akan dapat mendorong terciptanya proses unifikasi Korea secara damai. Selain itu peluang lainnya adalah peluang yang dibentuk oleh forum diskusi Six Party Talks. Dengan adanya Six Party Talks setidaknya Korea Selatan telah berhasil untuk meyakinkan keempat negara besar di kawasan regional Asia Timur seperti Amerika Serikat, Rusia, China dan Jepang, serta beberapa negara lainnya untuk mengikuti apa yang telah dirumuskan dalam kebijakan Peace and Prosperity. Adanya hubungan Inter Korean juga dapat memacu timbulnya sikap saling ketergantungan di antara kedua Korea. Peluang yang dihadapi oleh Korea Selatan dalam lingkup eksternal yaitu dengan hasil proses diplomasi dan negosiasi yang dilakukan Korea Selatan dalam berbagai forum internasional serta dengan berbagai negara dan komunitas

internasional. Hasil tersebut membuahkan

dukungan terhadap Korea Selatan dari berbagai

negara dalam proses implementasi kebijakan Peace and Prosperity.

You might also like