You are on page 1of 13

MAKALAH KELOMPOK PARASITOLOGI

KELAS CILIATA
KELOMPOK II : NURJANNA NOVITA PAELONGAN FITRIANA SAID ROSMIATI H411 08 H411 08 287 H411 08 H411 08

JURASAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

BAB I PENDAHULUAN

Protozoa merupakan jenis protista yang menyerupai hewan. Protozoa berasal dari bahasa Yunani, yaitu proto yang berarti pertama dan zoa yang berarti hewan. Sifat umum protozoa adalah uniselluler, heterotrofik, dan merupakan cikal bakal hewan yang lebih kompleks. Protozoa yang sudah teridentifikasi berjumlah lebih dari 60 ribu species. Jenis protozoa yang sangat beragam tersebut dapat dibedakan menjadi empat kelas berdasarkan alat geraknya, yaitu Rhizopoda, Ciliata, Flagellata, dan Sporozoa. Dari keempat jenis protozoa di atas dapat memberikan keuntungan bagi makhluk hidup misalnya protozoa berperan penting dalam mengontrol jumlah bakteri di alam karena protozoa adalah pemangsa bakteri maupun menyebabkan kerugian misalnya yang hidup sebagai parasit. Parasit dapat berupa udang renik, protozoa, cacing, bakteri, virus, dan jamur. Parasit merupakan suatu bentuk simbion dimana organisme yang hidup dalam atau pada organisme lain, yaitu inang, serta mendapatkan makanan darinya (Hickman, M.A.M., 1990). Dalam makalah ini akan dibahas secara khusus mengenai jenis parasit yang disebabkan oleh protozoa yang termasuk ke dalam kelas Ciliata.

BAB II ISI

Ciliata (cilia=rambut kecil) bergerak dengan menggunakan rambut getar (silia). Silia selain berfungsi sebagai alat gerak juga berfungsi untuk menangkap makanan dan untuk menerima rangsangan dari lingkungan. Silia ada yang tumbuh merata pada seluruh permukaan sel, tetapi ada pula yang hanya tumbuh pada bagian tertentu dari sel organisme tersebut (Edukasi, 2009). Ciliata umumnya hidup bebas di lingkungan berair yang banyak mengandung bahan organik, dan ada pula yang hidup parasit. Ciliata yang hidup bebas contohnya Paramaecium caudatum bentuknya seperti sandal; Didinium, merupakan pemangsa Paramaecium; Stentor bentuknya seperti terompet; dan Vorticella bentuknya seperti lonceng/genta. Hanya sedikit jenis ciliata yang hidup sebagai parasit, contohnya Balantidium coli yang hidup pada usus besar ternak atau manusia (Edukasi, 2009). Ciliata berkembangbiak secara aseksual dengan pembelahan sel, sedangkan perkembangbiakan seksualnya dilakukan dengan cara konjugasi (Edukasi, 2009). Struktur Tubuh (Wiranti , 2008) : a) Kebanyakan ciliata berbentuk simetris kecuali ciliate primitive, simetrinya radial. b) Tubuhnya diperkuat oleh perikel, yaitu lapisan luar yang disusun oleh sitoplasma padat.

c) Tubuhnya diselimuti oleh silia, yang menyelubungi seluruh tubuh utama disebut silia somatis. d) Ciliata mempunyai dua tipe inti sel (nucleus), yaitu makronukleus dan mikronukleus. e) Ciliata tidak mempunyai struktur khusus pertukaran udara dan sekresi. Anggota Ciliata ditandai dengan adanya silia (bulu getar) pada suatu yang digunakan sebagai alat gerak dan mencari makanan. Ukuran silia lebih pendek dari flagel. Memiliki 2 inti sel (nukleus), yaitu makronukleus (inti besar) yang mengendalikan fungsi hidup sehari-hari dengan cara mensisntesis RNA, juga penting untuk reproduksi aseksual, dan mikronukleus (inti kecil) yang dipertukarkan pada saat konjugasi untuk proses reproduksi seksual. Ditemukan vakuola kontraktil yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuhnya (Jtptunimus, 2008). Cilliata memiliki mulut atau sitosom yang terbuka menjadi saluran pendek. Di sitofaring pada hewan primitive, mulut terletak di ujung interior tetapi pada kebanyakan cilliata, bagian tersebut diganti oleh bagian posterior. Terdapat dua macam mulut pada cilliata, yaitu berupa (Jtptunimus , 2008): a. Mulut membran berombak/membran yang bergerak; merupakan cilliata yang menyatu dalam barisan panjang. b. Membran yang berupa barisan pendek dari cilia yang bersatu membentuk piringan. Fungsi cilliata pada mulut adalah untuk menghasilkan makanan dan mendorong partikel makanan menuju sitofaring.

Gambar : Struktur Tubuh Paramecium Beberapa jenis ciliata yang merugikan: 1. Ichthyophthirius multifiliis (white spot) Jenis Ciliata ini dapat berukuran sampai dengan 1,5 mm, sehingga dapat terlihat oleh mata kita. Ichthyophthirius akan terlihat pada kulit ikan berupa bintik-bintik putih, yang lebih dikenal dengan nama White Spot. Penyakit ini akan terlihat pada sirip untuk tahapan awalnya, sirip mengapit/menjepit, dan ikan akan terlihat menggosokan badannya pada tanaman atau obyek lainnya. Pengobatan harus segera dilakukan, karena parasit (dari penyakit) ini berenang bebas di air dan mudah menyebar (Asep, 2010). lchthyophthirius multifiliis, parasit ini tidak memiliki inang spesifik dan merupakan ektoparasit yang paling berbahaya diantara ektoparasit ikan air tawar. Kecuali pada bagian anterior yang berbentuk cincin (cystome), hampir

di seluruh permukaan tubuh Ichthyophthirius multifiliis tertutup oleh cilia yang berfungsi untuk pergerakannya, bagian sitoplasmanya terdapat makronukleus yang berbentuk seperti tapal kuda, mikronukleus (inti yang kecil) yang menempel pada makronukleus dan sejumlah vakuola kontraktil (Binary, 2010). Jika diamati dengan mata telanjang parasit ini terlihat seperti bintik-bintik putih pada kulit atau sisik ikan (inangnya). Hal ini terlihat jelas dari pengamatan terhadap ikan lele, karena warna dasar dari ikan lele yang gelap dan bintik-bintik putih yang menempel pada tubuhnya menandakan adanya Ich yang menempel. Parasit ini dapat menginfeksi kulit, insang dan mata pada berbagai jenis ikan baik ikan air tawar selain ikan lele, ikan air payau dan laut serta dapat menyebabkan kerusakan kulit. Penetrasi parasit ke dalam jaringan kulit ikan menyebabkan perubahan pada jaringan integument, yaitu terbentuknya rongga di sekitar parasit, epithelial sel rusak, pembuluh darah di daerah infeksi pecah, dan jaringan akan diselimuti oleh sel darah. Parasit akan tumbuh dan menyebabkan bengkaknya permukaan kulit ikan. Pada perkembangan selanjutnya rongga parasit akan pecah, dan epithelium rusak meninggalkan luka menganga sehingga lapisan dermis terekspose pada perairan. Pada keadaan seperti ini ikan akan mengalami ketidakseimbangan osmoregulasi. Seperti pada permukaan tubuh, epithelium insang juga merupakan organ target dari parasit ini. Adapun keberadaan Ich pada organ dalam ikan, maka akan lebih berbahaya karena Ichthyophthirius multifiliis, selain merusak jaringan epithelium, membuat permukaan insang tidak berfungsi. Hal ini karena lamela dipenuhi oleh lendir, dan dinding lamela

yang berfungsi sebagai alat pertukaran ion. Akhirnya ekskresi dan osmoregulasi terganggu. Pada keadaan demikian biasanya kematian ikan akan tinggi, karena ikan mengalami gangguan penyerapan oksigen (Binary, 2010). 2. Crytocarion irritans (marine ich) Penyakit yang disebabkan oleh Crytocarion ini terjadi pada (aquarium) air laut, gejala penyakit ini mirip dengan yang ditimbulkan oleh parasit Ichthyophthirius pada air tawar (Asep, 2010). 3. Brooklynella hostilis Brooklynella mempunyai bentuk dan ukuran yang menyerupai parasit Chilodonella. Jenis Ciliata ini biasanya menyerang kulit dan insang dari ikan air laut tropis. Pada tahapan awal kita akan melihat area kecil yang terlihat pucat pada kulit ikan tersebut. Ikan akan berkurang nafsu makannya, nafas semakin kencang, semakin lama ikan akan terlihat lesu dan mengeluarkan lendir. Pada tahapan berikut area pucat akan bertambah besar, dan hingga pada tahapan akhir akan terlihat perubahan yang sangat besar pada kulit, yang akan menyebabkan kematian pada ikan (Asep, 2010). 4. Glossatella Glossatella ini menetap pada pada luka. Jenis Ciliata ini mempunyai bentuk seperti batang dengan ukuran yang pendek yang akan menempel pada tepian luka. Organisme ini berkembang cepat dan tumbuh hampir menutupi luka membentuk seperti lapisan berbulu. Lapisan berbulu ini mirip dengan lapisan jamur, tetapi jamur mempunyai filamen yang lebih panjang. Apabila semua luka telah tertutupi, maka Ciliata ini akan mencoba berkembang ke bagian kulit yang masih sehat disekitarnya (Asep, 2010).

5. Trichodina sp. Sangat sulit untuk dapat mengetahui kulit ikan yang terinfeksi jenis Ciliata ini. Ikan akan terlihat menggosok-gosokan tubuhnya dan sering terlihat membuka-menutup siripnya. Protozoa ini akan menempel pada kulit dan akan menyebabkan iritasi kulit, yang mana akan menyebabkan kulit dan selaput lendir semakin tipis (Asep, 2010). Trichodina sp. Dapat menyebabkan penyakit Trychodiniasis. Trichodina sp. merupakan protozoa berbentuk cakram dengan diameter sekitar 100 mikron. Memiliki "gigi-gigi" yang terdapat di bagian tengah dan cilia pada bagian permukaan bawah. Trichodina sp. menyebabkan penyakit gatal-gatal pada ikan. Ikan yang terserang parasit ini ikan dalam keadaan lemah, warna tubuh kusam (tidak cerah), sering menggosok-gosokkan tubuhnya pada dasar atau dinding kolam dan dapat menyerang hampir semua jenis ikan. Ditemukan pada jenis ikan mas, tambakan, gurami, nilam, tawes, mujahir dan sepat (Asep, 2010). Berdasarkan hasil pengamatan lendir dari tubuh ikan lele dengan mikroskop, dapat diidentifikasi parasit Trichodina sp. yang juga dikenal dengan Trichodiniella sp. dapat menyebabkan penyakit Trichodiniasis, yang bisa menyerang kulit ikan maupun insang pada ikan. Trichodina sp. merupakan protozoa berbentuk cakram bulat seperti mangkok dengan gigi-gigi yang terdapat di bagian tengah. Sisi-sisi tubuh Trichodina sp. berbentuk cembung. Bagian ini berfungsi sebagai tempat menempel cilia yang berfungsi sebagai pergerakan pada permukaan tubuh inang. Parasit ini memiliki dua bagian yaitu anterior dan posterior yang berbentuk cekung dan berfungsi sebagai alat

penempel pada inang. Parasit ini juga memiliki dua inti, yaitu inti besar dan inti kecil, inti kecil yang dimiliki berbentuk bundar menyerupai vakuola dan inti besar berbentuk tepal kuda (Binary, 2010). Organisme ini dapat menempel secara adhesi (dengan tekanan dari luar), dan memakan cairan sel pada mucus atau yang terdapat pada epidermis. Parasit ini tidak dapat hidup jika diluar inang. Penempelan Trichodina sp. pada tubuh ikan sebenarnya hanya sebagai tempat pelekatan (substrat), sementara parasit ini mengambil partikel organik dan bakteri yang menempel di kulit ikan. Tetapi karena pelekatan yang kuat dan terdapatnya kait pada cakram, mengakibatkan seringkali timbul gatal-gatal pada ikan sehingga ikan akan menggosok-gosokkan badan ke dasar kolam atau pinggir kolam, sehingga dapat menyebabkan luka (Binary, 2010). Ikan yang terserang parasit Trichodina sp. akan menjadi lemah dengan warna tubuh yang kusam dan pucat (tidak cerah), Produksi lendir yang berlebihan dan nafsu makan ikan turun sehingga ikan menjadi kurus. Beberapa penelitian membuktikan bahwa ektoparasit Trichodina sp. mempunyai peranan yang sangat penting terhadap penurunan daya tahan tubuh ikan dengan rendahnya sistem kekebalan tubuh maka akan terjadinya infeksi sekunder. Kematian umumnya terjadi karena ikan memproduksi lendir secara berlebihan dan akhirnya kelelahan atau bisa juga terjadi akibat terganggunya sistem pertukaran oksigen, karena dinding lamela insang dipenuhi oleh lendir (Binary, 2010).

Penularan penyakit ini bisa melalui air atau kontak langsung dengan ikan yang terinfeksi dan penularannya akan didukung oleh rendahnya kualitas air pada wadah tempat ikan dipelihara (Binary, 2010). 6. Tetrahymena Parasit ini akan muncul setelah mucous membrane terinfeksi jamur atau bakteri, parasit ini memakan bagian-bagian rusak pada kulit ikan. Pada aquarium yang memiliki populasi yang besar, Tetrahymena akan berkembang secara cepat dan banyak dalam air yang terpolusi (Asep, 2010). 7. Chilodonella Organisme ini membuat kulit terlihat seperti berkabut dan berwarna keputihputihan, transparan berbentuk noda untuk 1-3 cm. Ikan terlihat sakit dan menggosokkan tubuhnya. Jika ini berlanjut noda pada kulit tersebut akan bertambah besar dan menutupi hampir seluruh kulit dan berlendir putih. Ikan akan akan terlihat berenang mengayun mengikuti arus air dan acuh tak acuh terhadap lingkungannya. Parasit ini dapat berenang berpindah-pindah dari satu ikan ke ikan lain dan menyebar dengan cepat (Asep, 2010). 8. Balantidium coli Hospes parasit ini adalah babi (60-90%) dan beberapa spesies kera yang hidup di daerah tropik. Tetapi ini kadang-kadang ditemukan pada manusia dan dapat menyebabkan balantidiosis atau disentri balantidium. Parasit ini ditemukan di seluruh dunia yang beriklim subtropik dan tropik, tetapi frekuensinya rendah. Juga di Indonesia parasit ini jarang ditemukan pada manusia. Penularan antara babi mudah terjadi, sekali-sekali dapat menular

pada manusia. Penularan pada manusia terjadi dari tangan ke mulut atau melalui makanan yang terkontaminasi (Gandahusada, S., dkk, 1992).. Balantidium coli adalah protozoa yang terbesar pada manusia. Parasit ini mempunyai dua bentuk yaitu bentuk vegetatif dan bentuk kista. Bentuk vegetatif adalah lonjong, besarnya 60-70 mikron. Pada bagian anterior yang agak meyempit, terdapat sitosom yang berfungsi sebagai mulut. Bagian posterior bentuknya agak melebar, pada daerah ini ditemukan sitoping (cytopyge) yang berfungsi untuk mengeluarkan zat-zat yang tidak diperlukan lagi. Pada seluruh badan terdapat bulu getar yang tersusun dalam baris longitudinal. Pada sitosom terdapat bulu getar yang agak panjang. Fungsi bulu getar adalah untuk bergerak dan mengambil makanan. Di sitoplasma terdapat dua inti yang khas yaitu satu makronukleus dan mikronukleus. Selain itu, ditemukan juga 1-2 buah vakuola kontraktil dan banyak vakuola makanan. Bentuk vegetatif selain bentuk yang makan juga merupakan bentuk yang berfungsi untuk berkembangbiak dengan cara belah pasang transversal. Mula-mula mikronukleus yang membelah, diikuti oleh makronukleus dan sitoplasma sehingga menjadi dua organisme baru. Kadang-kadang tampak perubahan kontraktil (konjugasi) (Gandahusada, S., dkk, 1992).. Bentuk kista, berukuran kira-kira 60 mikron, lonjong dan berdinding tebal. Bentuk kista hanya mempunyai makronukleus. Kista yang hidup, mempunyai bulu getar yang masih bergerak. Bentuk kista tidak untuk berkembang biak namun fungsinya hanya untuk bertahan. Kista dalam tinja dapat hidup 1-2 hari pada suhu kamar. Parasit ini hidup di selaput lendir usus besar terutama di daerah sekum. Bentuk kista merupakan bentuk infektif. Bila kista tertelan,

terjadi ekskistasi di usus halus. Dari satu kista keluar satu bentuk vegetatif yang segera berkembang biak dan membentuk koloni di selaput lendir usus besar. Bentuk kista dan bentuk vegetatif keluar bersama tinja hospes. Infeksi terjadi bila bentuk kista tertelan (Gandahusada, S., dkk, 1992).. Penyakit yang ditimbulkan oleh parasit ini hampir sama dengan penyakit yang ditimbulkan oleh Entamoeba histolytica. Di selaput lendir usus besar, bentuk vegetatif membentuk abses-sbses kecil yang kemudian pecah, menjadi ulkus yang menggaung. Penyakit dapat berlangsung akut dengan ulkus yang merata pada selaput lendir usus besar. Pada kasus berat, ulkus ini dapat menjadi gangren yang berakibat fatal. Biasanya disertai dengan sindrom disentri. Penyakit dapat menjadi menahun dengan diare yang diselingi konstipasi, sakit perut, tidak nafsu makan, muntah dan kakeksia. Infeksi ringan berlangsung tanpa gejala, bila parasit hidup di rongga usus besar. Balantidium coli kadan-kadang dapat menimbulkan infeksi ekstraintestinal, misalnya menyebabkan peritonitis, uretritis (Gandahusada, S., dkk, 1992).. Pengobatannya dapat dilakukan dengan pemberian tetrasiklin,

diiodohidroksikuinolin, nitrimidazin dan metronidazol (Gandahusada, S., dkk, 1992).

DAFTAR PUSTAKA

Asep, 2010. Disebabkan oleh Ciliata (Ciliates), www.jelambaraquaticlife.com, Diakses pada tanggal 16 February 2012. Binary, 2010. Parasit Ikan Lele, www.google.com, Diakses pada tanggal 16 February 2012. Edukasi, 2009. Ciliata, www.google.com, Diakses pada tanggal 16 February 2012. Gandahusada, S., dkk, 1992. Parasitologi Kedokteran, Balai Penerbit FKUI. Jakarta. Hickman, M.A.M., 1990. Kamus Lengkap Biologi, Jakarta. Erlangga. Wiranti, 2008. Protozoa (Protista Mirip Hewan), http://www.crayonpedia.org/mw/2._Protozoa_%28protista_mirip_hewan %29_10.1, Diakses pada tanggal 16 February 2012.

You might also like