You are on page 1of 3

.

Rahasia Kedokteran (Medical Secrecy)Hakikat rahasia adalah :Suatu hal yang tidak boleh atau tidak dikehendaki untuk diketahui oleh orang yang tidak berkepentingan atau tidak berhak mengetahui hal itu.Dalam bidang medis/kedokteran, segala temuan pada diri pasien dapat dikatakan sebagai rahasia medik atau rahasiakedokteran dan rahasia ini sepenuhnya milik si pasien. Merupakan prinsip hukum dan etika bahwa ada informasi tertentu yangtidak boleh dibuka sembarangan, informasi mana terbit dari hubungan antara para profesional bahkan hubungan bisnis,termasuk didalamnya hubungan antara dokter dengan pasien.Masalah larangan membuka rahasia pasien oleh dokter ini merupakan salah satu masalah klasik dalam bidang kedokteran.Sedemikian klasiknya, sehingga dalam bentuk naskah kedokteran/kesehatan kita dapat menemukan ketentuan yang padaprinsipnya melarang dokter untuk membuka rahasia pasien yang oleh pasien telah dibuka kepada dokter yang bersangkutan.Perlindungan terhadap kerahasiaan yang terbit dari hubungan antara dokter dan pasiennya ini dilakukan dalam rangkamelindungi hak-hak individual dari pasien, yaitu melindungi hak-hak sebagai berikut :1. Hak otonomi, yakni hak untuk menentukan nasibnya sendiri,2. Hak privacy, yakni hak untuk tidak diganggu atau dicampuri masalah pribadi oleh orang lain.Kerahasiaan antara dokter dan pasiennya bukan hanya rahasia yang terbit dari hubungan langsung (konsultasi) antara dokterdan pasiennya, melainkan termasuk juga perlindungan kerahasiaan dari informasi yang didapatkan dokter dari sumber lainyang berkaitan dengan pasien yang bersangkutan.Yang dimaksud dengan hubungan kerahasiaan antara dokter dan pasien adalah :Kerahasiaan atas segala informasi atau pengakuan, dokumen, hasil laboratorium, komunikasi, hasil investigasi, hasil observasi,hasil diagnosis maupun terapeutik, fakta, data, atau informasi tentang jiwa dan raga yang diperoleh dokter dari pasiennya ataudari pihak lain yang berhubungan dengan pasiennya itu, yang dilindungi berdasarkan prinsip hubungan kerahasiaan antaradokter dengan pasiennya, berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, baik jika diminta oleh pasien agar rahasiatersebut dibuka, ataupun tidak, atau jika rahasia tersebut dibuka, kemungkinan akan memalukan pasiennya dan ataumerugikan kepentingan pasiennya atau kepentingan orang lain dimana rahasia tersebut tidak boleh dibuka baik oleh dokter,oleh bawahan, atasan, atau rekan, ataupun mitra kerja dari dokter, baik pada saat pengobatannya bahkan sebelum maupunsetelah pengobatan atau setelah berakhirnya hubungan antara dokter dan pasien tersebut, baik ketika pasien masih hidupbahkan ketika pasien sudah meninggal dunia.Menjaga rahasia pasien oleh dokter berarti :1. Dokter tidak boleh membuka

rahasia pasien.2. Dokter tidak boleh menggunakan rahasia pasiennya untuk merugikan kepentingan pasien tersebut.3. Dokter tidak boleh menggunakan rahasia pasiennya untuk kepentingan pribadi dokter atau untuk kepentingan pihak ketiga.Kewajiban menjaga rahasia tersebut berlaku pada waktu-waktu sebagai berikut :a. Sebelum berlangsungnya perjanjian terapeutik antara dokter dengan pasien, dalam arti bahwa segala sesuatu yang terlanjurtelah di informasikan oleh pasien tetap dijaga kerahasiaannya meskipun pasien tersebut kemungkinan tidak jadi menggunakan jasa dokter tersebut.b. Pada saat berlangsungnya perjanjian terapeutik.c. Setelah berakhirnya perjanjian terapeutik.d. Setelah pasien meninggal dunia.Tentu saja tidak semua informasi atas pengakuan, dokumen, fakta dan data, jiwa raga, atau informasi yang diperoleh dokterdari pasiennya atau dari pihak lain yang berhubungan dengan pasiennya itu merupakan kerahasiaan yang dilindungi olehhukum.Hanya kerahasiaan tertentu saja yang merupakan rahasia yang dilindungi yakni rahasia-rahasia yang memenuhi syaratsyaratsebagai berikut :1. Rahasia tersebut merupakan informasi yang substansial dan penting bagi pasien atau bagi pengobatannya.2. Rahasia tersebut sebelumnya belum pernah terbuka untuk umum secara meluas. Apabila rahasia tersebut telah terbuka untuk umum, tetapi belum meluas atau jika rahasia tersebut sudah dibuka sebagai alat bukti, rahasia tersebut tetap tidak boleh dibukaoleh dokter kepada orang lain.3. Rahasia tersebut bukanlah informasi yang memang tersedia untuk publik (public information).4. Rahasia yang jika dibuka akan menimbulkan rasa malu bagi pasien, dokter, atau pihak-pihak lainnya.5. Rahasia yang jika dibuka akan merugikan kepentingan pasiennya.6. Rahasia yang jika dibuka akan mempersulit pengobatan oleh dokter terhadap pasiennya.7. Rahasia yang jika dibuka akan menimbulkan kemungkinan pasien tidak lagi memberikan informasi selanjutnya kepadadokter. Hal tersebut akan mempersulit dokter dalam melakukan pengobatannya.8. Bagi pasien, informasi tersebut sangat penting dan sensitif.9. Jika dibuka rahasia tersebut, akan menimbulkan kemarahan/gejolak atau sikap masyarakat yang merugikan kepentinganpasien dan atau merugikan kepentingan pengobatan.10. Pasien tidak pernah mengizinkan (no waiver) secara tegas atau secara tersirat untuk dibuka rahasia tersebut.Kerahasiaan kedokteran atas pasien dapat dibuka :1. Jika dilakukan untuk kepentingan kesehatan pasien;2. Jika dilakukan untuk memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka penegakan hukum;3. Jika dilakukan atas permintaan pasien sendiri;4. Jika dilakukan berdasarkan ketentuan perundang-undangan lainnya.Pengecualian membuka rahasia pasien juga dapat diberlakukan terhadap :1. Hal-hal yang mendesak/membahayakan kepentingan umum atau

membahayakan orang lain, misalnya seorang pasien yangdiketahui oleh dokter menderita penyakit AIDS yang akan menyumbangkan darahnya kepada pihak lain dimana jika tranfusidarah dilakukan dapat menyebabkan tertularnya pihak lain tersebut. Jadi dokter secara etika dan hukum wajib memberi tahubahwa penyumbang darah tersebut adalah penderita AIDS. Contoh lainnya adalah seorang sopir bus yang mengidap penyakitayan (epilepsi) yang dapat membahayakan keselamatan penumpangnya.2. Hal-hal yang termasuk untuk kepentingan umum atau kepentingan yang lebih tinggi, misalnya untuk kepentingan pendidikan kedokteran atau untuk penelitian dan pengembangan ilmu kedokteran itu sendiri dimana informasi tentang penyakit pasienyang seharusnya dirahasiakan tetapi dibutuhkan untuk kepentingan pendidikan dan penelitian tersebut.Dasar yuridis dari adanya kewajiban menyimpan rahasia kedokteran ini, selain diatur dalam UUPK, juga dapat dikaitkandengan ketentuan dalam :1. Pasal 322 KUHP yang menyebutkan :Barang siapa dengan sengaja membuka suatu rahasia yang ia wajib menyimpan oleh jabatan atau pekerjaannya, baik sekarangmaupun yang dahulu, dihukum dengan penjara selama-lamanya sembilan bulan atau denda.2. Pasal 1365 KUH Perdata tentang perbuatan melawan hukum (onrechmatige daad). Dimana disebutkan setiap perbuatanmelanggar hukum yang mengakibatkan kerugian bagi orang lain, mewajibkan orang yang karena kesalahannya menyebabkankerugian itu, mengganti kerugian tersebut.3. Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1966 tentang Wajib Simpan Rahasia Kedokteran. Mengenai rahasia kedokteran dikenal adanya trilogi rahasia kedokteran yang meliputi persetujuan tindakan kedokteran, rekam medis dan rahasia kedokteran karena keterkaitan satu sama lain. Jika menyangkut pengungkapan rahasia kedokteran maka harus ada izin pasien (consent) dan bahan rahasia kedokteran terdapat dalam berkas rekam medis. Hak Akses Hak akses pasien terhadap rahasia kedokteran didasarkan pada: a. Data-data medik yang tercantum dalam berkas rekam medis . Rekam medis adalah data-data pribadi pasien yang merupakan tindak lanjut dari pengungkapan penyakit yang di derita oleh pasien kepada dokternya. Maka iapun berhak untuk memperoleh informasi untuk mengetahui apa saja yang dilakukan terhadap dirinya dalam rangka penyembuhannya. Hal ini sudah dijabarkan dalam Permenkes Nomor 290 Tahun 2008 tersebut pengaturan tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran, dalam melakukan tindakan kedokteran dokter harus memberikan penjelasan sekurang-kurangnya mencakup:

1) Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran; 2) Tujuan tindakan kedokteran yang dilakukan; 3) Altematif tindakan lain, dan risikonya; 4) Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi; dan 5) Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan. 6) Perkiraan pembiayaan. b. Hubungan hukum antara dokter- pasien untuk berdaya upaya menyembuhkan pasien ( inspanning verbintenis ). Hak akses terhadap rahasia kedokteran bisa disimpulkan sebagai kelanjutan dari hak atas informasi. Atau berdasarkan itikad baik dari pihak dokternya untuk memberikan akses terhadap rekam mediknya yang di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III /2008 diberikan dalam bentuk ringkasan rekam medis. c. Hak akses terhadap rekam medis adalah sebagai kelanjutan dari kewajiban dokter untuk memberikan informasi kepada pasien. Menurut Markenstein maka kepentingan pasien untuk melihat data-data rekam medis adalah : a. kepentingan yang terletak di bidang finansial dalam arti untuk dapat menilai apakah ia boleh memperoleh pembayaran kembali ataupun ganti kerugian;b. kepentingan proses peradilan yang menurut rasa keadilan kedua pihak yang berperkara seharusnya mempunyai hak akses yang sama terhadap informasi yang relevan untuk diajukan pada proses peradilan; c. kepetingan pengobatan yang diperlukan untuk meneruskan pengobatannya pada pemberi pelayanan lain atas dasar data-data yang ada;d. kepentingan yang bersangkutan dalam pengamanan yang menyangkut data pribadinya (privacy). Hak Atas Privacy Hak privacy ini bersifat umum dan berlaku untuk setiap orang. Inti dari hak ini adalah suatu hak atau kewenangan untuk tidak diganggu. Setiap orang berhak untuk tidak dicampuri urusan pribadinya oleh lain orang tanpa persetujuannya. Hak atas privacy disini berkaitan dengan hubungan terapeutik antara dokter-pasien ( fiduciary relationship ). Hubungan ini di dasarkan atas kepercayaan bahwa dokter itu akan berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan pelayanan pengobatan. Pula kepercayaan bahwa penyakit yang di derita tidak akan diungkapkan lebih lanjut kepada orang lain tanpa persetujuannya. Dalam pasal 11 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III /2008 diatur bahwa penjelasan tentang isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter atau dokter gigi yang merawat pasien dengan izin tertulis pasien atau berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Hak Tolak Ungkap Hak tolak ungkap adalah tejemahan terhadap istilah bahasa Belanda verschoningsrecht yang diatur dalam berbagai peraturan yang menyangkut kewajiban menyimpan rahasia kedokteran. Artinya bagi si pemegang rahasia (orang yang dipercayakan suatu rahasia) diwajibkan untuk menyimpan dan tidak sembarangan mengungkapkan rahasia tersebut kepada orang lain tanpa izin pemilik. Ketentuan pidana yang berkaitan dengan pengungkapan rahasia kedokteran selain diatur dalam pasal 79 Undang Udang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran juga diatur dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana sebagai berikut: a. Pasal 224 KUHP Barang siapa dipanggil sebagai saksi ahli atau juru bahasa menurut undang-undang denagn sengaja tidak memenuhi suatu kewajiban yang menurut undang undang selaku demikian harus dipenuhinya ancaman: (1) dalam perkara pidana, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan; (2) dalam perkara lain, dengan pidana penjara paling lama enam bulan. b. Pasal 322 KUHP Barang siapa dengan sengaja membuka rahasia yang wajib disimpannya karena jabatan atau pencahariannya, baik yang sekarang, maupun yang dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak enam ratus rupiah. Menurut perumusan pasal 224 KUHP sesorang yang dipanggil oleh Pengadilan sebagai saksi ahli harus datang memenuhi panggilan menghadap untuk memberikan keterangan tentang sesuatu yang terletak di bidang keahliannya. Ini adalah kewajiban hukum bagi setiap orang termasuk juga profesi kedokteran. Disamping itu KUHP pasal 322 memberi ancaman hukuman terhadap mereka yang dengan sengaja membocorkan rahasia yang seharusnya tidak diungkapkan kepada orang lain. Jika ia membocorkan rahasia itu maka orang yang dirugikan dapat mengadakan tuntutan atas dasar pasal 322 ini. Jika dilihat dari sudut rahasia kedokteran maka sekilas tampaknya seolah-olah ada dua peraturan yang bertentangan dalam ketentuan tersebut. Dalam hal ini jika terdapat suatu kasus dan dokter berpendapat bahwa demi kebaikan pasien rahasia kedokteran sebaiknya tidak diungkapkan maka dokter tersebut mempergunakan hak tolak ungkap yang diberikan berdasarkan ketentuan : pasal 1909 KUH Perdata,pasal 322 KUHP, pasal 170 Kitab Undang Undang Hukum Acara Pidana, dan kode etik, lafal sumpah dokter. Nantinya diserahkan kepada hakim untuk mempertimbangkan apakah dokter tersebut harus atau tidak mengungkapkan rahasia kedokteran, hal ini didasarkan pasal 170 ayat (2) KUHAP , jika hakim berpendapat bahwa dokter

itu harus mengungkapkan maka dapat dianggap bahwa dokter itu dibebaskan dari kewajiban menyimpan rahasia kedokteran oleh Pengadilan. Ini juga sejalan dengan ketentuan dalam Undang Undang Praktik Kedokteran dan Permenkes tentang Rekam Medis. Sementara itu menurut Prof Eck mengemukakan justifikasi pengungkapan rahasia kedokteran dapat didasarkan kerena: a. Izin dari yang berhak ( pasien); b. Keadaan mendesak atau terpaksa. c. Peraturan Perundang-undangan; d. Perintah jabatan yang sah. Alasan penghapus pidana: pasal 48, 50,52 KUHP. Berkaitan dengan rahasia kedokteran ini memang tidak hanya menyangkut masalah hukum tetapi juga sarat dengan masalah etik, bagaimana jika suami datang ke praktik dokter diantar oleh isterinya sedang ternyata suami tersebut mengidap penyakit menular seksual, rahasia ini jika diungkapkan di depan isterinya dampaknya mungkin akan menimbulkan perpecahan rumah tangga. Dalam hal ini sebenarnya dapat dianggap sudah ada persetujuan dari kedua belah pihak untuk mengungkapkan, karena mereka datang berdua. ( Leenen, 177) . Namun dalam hal ini sebaiknya dokter membicarakan terlebih dahulu dengan pasiennya ( suami ), apakah isterinya boleh mengetahui rahasia kedokteran tersebut. Secara teori sebenarnya dokter dapat tidak menjawab pertanyaan pasien tentang penyakitnya , dalam hal: a. pada pemberian terapi placebo; b. jika informasi yang diberikan bahkan akan merugikan atau memperburuk keadaan pasien itu sendiri; c. apabila pasien belum dewasa; d. pasien berada di bawah pengampuan . ( Leenen). Juga persoalan lain misalnya seseorang menderita penyakit menular yang berpotensi wabah, ada pengecualian melalui kewajiban pelaporan penyakit wabah yang diatur sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan meskipun prinsip privacy pasien tetap harus dijaga. Juga bagaimana jika rahasia kedokteran pasien sudah diungkapkan kepada media massa oleh pasien sendiri sehingga menyudutkan dokternya, seharusnya dokter mempunyai hak jawab karena rahasia kedokteran itu sudah diungkap oleh pasien itu sendiri. Hakikat visum Mencari kejadian yang sebenarnya terjadi/dialami korban. Kita tidak bisa memakai data polisi untuk menganalisa, oleh karena visum: apa yang dilihat dan apa yang didapat, bukan yang didengar. Kesimpulan bahwa meninggal, akibat kecelakaan lalulintas bukan kesimpulan dokter tetapi kesimpulan polisi. Dokter hanya memberikan data tentang luka-luka dan sebab kematian.

Dokter tidak bisa berkesimpulan bahwa korban sedang mabuk oleh karena kadar alkohol yang disebabkan mabuk berbeda-beda untuk tiap orang dan dokter tidak bisa pastikan apakah kadar alkohol tertentu orang/korban menjadikannya mabuk. Dokter hanya bisa berikan data bahwa terdapat alkohol dan kadar sekian dalam darah korban. Yang berhak menangani visum et repertum menurut urutan prioritas : 1. Dokter ahli/dokter pemerintah sipil 2. Dokter ahli/dokter swata 3. Dokter ahli/dokter ABRI Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-andhealth/2226155-kedokteran-forensik-unair/#ixzz1ll4x0yi5 Rahasia pekerjaan dan rahasia jabatan dokter merupakan dua hal yang hampir sama pada intinya yaitu: memegang suatu rahasia. Rahasia pekerjaan adalah sesuatu yang dan harus dirahasiakan berdasarkan lafal janji yang di ucapkan setelahmenyelesaikan pendidikan. contoh: dalam lafal sumpah dokter: Demi Allah saya bersumpah bahwa saya akan merahasiakansegala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter Rahasia jabatan adalah rahasia dokter sebagai pejabat structural, misal sebagai Pegawai Negeri Sipil yang disingkat (PNS). Contoh : dalam lafal sumpah pegawai negeri."Saya akan memegang rahasia sesuatu yang menurut sifat atau perintah harus saya rahasiakan". Rahasia jabatan dokter di maksud untuk melindungi rahasia dan untuk menjaga tetap terpeliharanya kepercayaan pasien dan dokter. Bahwa tidak ada batasan yang jelas dan pasti kapan seorang dokter harus menyimpan rahasia penyakit dan kapan ia dapat memberikan keterangan pada pihak yang membutuhkan. Pedoman penentuan sikap dalam mengatasiproblem seperti ini yang harus tetap di sadari dan di tanamkan adalah pengertian bahwa rahasia jabatan dokter terutama adalah kewajiban moraLDalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan bidang profesinya dokter selain di ikat oleh lafal sumpahnya sebagai dokter, juga oleh KODEKI. Selain sebagai manusia secara individual dan sebagai anggota masyarakat dalam satu sistem sosia( dokter juga di ikat oleh norma-norma dalam perilaku masyarakat, diantaranya norma perilakuberdasark an norma kebiasaan.

Seorang dokter erat kaitannya dengan tanggung jawab dalam upaya pelayanan kesehatan yang selanjutnya disingkat YANKES. Tanggung jawab tersebut meliputi 3 (tiga) hal,yaitu: 1. Tanggung jawab etis berlandaskan KODEKI 2. Tanggung jawab profesi berlandaskan pada kualifikasi pendidikan 3. Tanggung jawab hukum berlandaskan : a. Hukum pidana b. Hukum perdata c. Hukum administrasi. Hukum kedokteran pada asasnya bertumpu pada dua hak manusia yang sifatnya asasi. 1. Hak atas perawatan kesehatan (the right health care) hak yang menentukan nasib sendiri. 2. Hak atas informasi (the right to information) yang merupakan hak dasar individual Dalam kaitannya dengan hukum kedokteran, hak atas perawatan kesehatan yang merupakan hak asasi sosial dasarnya dapat ditemukan dalam articel 25 United Universial Declaration of human Rights 1948 khususnya ayat 1. Dengan adanya perkembangan bidang sosial dan budaya yang menyertai perkembangan masyarakat telah membawa perubahan terhadap status manusia sebagai obyek ilmu kedokteran menjadi subyek yang berkedudukan sederajat. Peningkatan status pasien sebagai subyek yang sederajat ini yang oleh Hipocrates dituangkan dalam suatu hubungan yang disebabkan sebagai transaksi terapeutik. Dalam kaitannya dalam transaksi, maksudnya ialah transaksi untuk mencari dan menemukan terapi yang palingtepat oleh dokter untuk kesembuhan pasien. Pada dasarnya perubahan pola hubungan antara pemberi jasa Yankes dengan penerima jasa Yankes dalam hal ini pasien terjadi dan dapat diidentifikasi dari peristiwa-peristiwa yang berasal semakin meningkatnya jumlah permintaan akan Yankes yang hakikatnya disebabkan karena adanya tiga faktor dominan yaitu: 1. Meningkatnya jumlah permintaan atas pelayanan kesehatan. 2. Berubahnya pola penyakit 3. Teknologi medik Pemberian hak atas ganti rugi merupakan suatu pelindungan hukum bagi setiap orang atas suatu akibat yangtimbul, balk fisik maupun non fisik karena kesalahan atau kelalaian yang telah dilakukan

oleh tenaga kesehatan sesuai dengan UndangUndang NOMOR.23 tahun 1992 tentang kesehatan yang selanjutnya disingkat UU No.23 tahun 1992. Perlindungan ini sangat penting karena akibat kelalaian atau kesalahan yang mungkin dapat mengakibatkan kematian atau cacat permanen. UU No. 23 tahun 1992 dilahirkan dengan tujuan untuk meningkatkan, mengarahkan dan memberi dasar bagi pembangunan dibidang kesehatan. Hak menerima jasa Yankes dalam hubungannya dengan pemberi jasa Yankes dalam pola hubungan paternalistik meliputi: 1. Hak atas informasi 2. Hak untuk memberikan persetujuan untuk dilakukan tindakan medis tertentu 3. Hak untuk memilih pemberi jasa 4. Hak untuk memilih sarana kesehatan 5. Hak atas rahasia medik 6. Hak untuk menolak perawatan 7. Hak untuk menghentikan pengobatan Etik profesi seharusnya mencerminkan ikatan moral antar profesi, ikatan moral antar individu yang dilayani, serta ikatan moral dengan masyarakat di mana profesi menyediakan jasanya dan pengakuan eksistensinya. Dalam transaksi terapeutik yang diperjanjikan adalah upaya mencari atau menemukan terapi yang paling tepat. Untuk upaya penyembuhan yang dilakukan dengan cermat dan hati-hati. Disinilah letak keterkaitan antara etik dengan hukum yaitu dokter yang terlibat dalam hubungan transaksi terapeutik dengan pasien dalam melaksanakan tugasnya dilandasi oleh dasardasar etik sebagai seorang dokter yang dibekali dengan sumpah jabatan dan kode etik profesi kedokteran.

You might also like