You are on page 1of 7

Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 197 jakarta Bulan masuk ujian praktek bahasa indonesia

DISUSUN OLEH NAMA: LUTHFI AHMAD NAJIB KELAS: IX-3 NO.INDUK:6972

JAKARTA, 2011/ 2012

DAFTAR ISI

I. Puisi wajib DEPONEGORO II. Puisi Pilihan a. Surat dari ibu b. Sajadah panjang c. Gadis peminta-minta d. Padamu jua e. Pahlawan tak dikenal

HAL 1 2 3 4 5 6

DIPONEGORO Karya: Chairul Anwar DI MASA PEMBANGUNAN INI TUAN HIDUP KEMBALI DAN BARA KAGUM MENJADI API DI DEPAN SEKALI TUAN MENANTI TAK GENTAR. LAWAN BANYAKNYA SERATUS KALI. PEDANG DI KANAN, KERIS DI KIRI BERSELEMPANG SEMANGAT YANG TAK BISA MATI. INI BARISAN TAK BERGENDERANG-BERPALU KEPERCAYAAN TANDA MENYERBU. SEKALI BERARTI SUDAH ITU MATI. MAJU BAGIMU NEGERI MENYEDIAKAN API. PUNAH DIATAS MENGHAMBA BINASA DI ATAS DITINDAS SESUNGGUHNYA JALAN AJAL BARU TERCAPAI JIKA HIDUP HARUS MERASAI MEJU SERBU SERANG TERJANG

SAJADAH PANJANG

Ada sajadah panjang terbentang Dari kaki buaian Sampai ke tepi kuburan hamba Kuburan hamba bila mati Ada sajadah panjang terbentang Hamba tunduk dan sujud Di atas sajadah yang panjang ini Diselingi sekedar interupsi Mencari rezeki, mencari ilmu Mengukur jalanan sekarian Begitu terdengar suara azan Kembali tersungkur hamba Ada sajadah panjang terbentang Hamba tunduk dan rukuk Hamba sujud dan tak lepas kening hamba Mengingat dikau Sepenuhnya Karya: taufik ismail

GADIS PEMINTA-MINTA
Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka Tengadah padaku, pada bulan merah jambu Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan Gembira dari kemayaan riang Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafal Jiwa begitu murni, terlalu murni Untuk bisa membagi dukaku Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil Bulan di atas itu, tak ada yang punya Dan kotaku, ah kotaku Hidupnya tak lagi punya tanda

(toto sudarto bachtiar, suara, hlm. 42)

PADAMU JUA Karya: Amir Hamizah


Habis kikis Segala cintaku hilang terbang Pulang kembali aku padamu Seperti dahulu Kaulah kandil kemerlap Pelita jendela di malam gelap Melambai pulang perlahan Sabar, setia selalu Satu kekasihku Aku manusia Rindu rasa Sindu rupa Di mana engkau Rupa tiada Suara sayup Hanya kata merangkai hati Engkau cemburu Engkau ganas Mangsa aku dalam cakarmu Bertukar tangkap dengan lepas Nanar aku, gila sasar Sayang berulang padamu jua Engkau pelik manarik ingin Serupa dara di balik tirai Kasihmu sunyi Menunggu seorang diri Lalu waktu bukan giliranku Mati hati bukan kawanku (dari: nyanyi sunyi, hlm. 5)

Pahlawan tak dikenal Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring Tetapi bukan tidur, sayang Sebuah lubang peluru bundar di dadanya Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang Dia tidak ingat bilamana dia datang Kedua tangannya memeluk senapang Dia tidak tahu untuk siapa dia datang Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang Wajah sunyi setengah tengadah Menangkap sepi padang senja Dunia tambah beku di tengah derap dan suara menderu Dia masih sangat muda Hari itu 10 november, hujan pun mulai turun Orang-orang ingin kembali memandangnya Sambil merangkai karangan bunga tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya sepuluh tahun yang lalu dia terbaring tetapi bukan tidur, sayang sebuah peluru bundar di dadanya senyum bekunya mau berkata aku sangat muda 1955 Karya: Toto Sudarto Bachtiar

You might also like