Professional Documents
Culture Documents
DAFTAR ISI
I. Puisi wajib DEPONEGORO II. Puisi Pilihan a. Surat dari ibu b. Sajadah panjang c. Gadis peminta-minta d. Padamu jua e. Pahlawan tak dikenal
HAL 1 2 3 4 5 6
DIPONEGORO Karya: Chairul Anwar DI MASA PEMBANGUNAN INI TUAN HIDUP KEMBALI DAN BARA KAGUM MENJADI API DI DEPAN SEKALI TUAN MENANTI TAK GENTAR. LAWAN BANYAKNYA SERATUS KALI. PEDANG DI KANAN, KERIS DI KIRI BERSELEMPANG SEMANGAT YANG TAK BISA MATI. INI BARISAN TAK BERGENDERANG-BERPALU KEPERCAYAAN TANDA MENYERBU. SEKALI BERARTI SUDAH ITU MATI. MAJU BAGIMU NEGERI MENYEDIAKAN API. PUNAH DIATAS MENGHAMBA BINASA DI ATAS DITINDAS SESUNGGUHNYA JALAN AJAL BARU TERCAPAI JIKA HIDUP HARUS MERASAI MEJU SERBU SERANG TERJANG
SAJADAH PANJANG
Ada sajadah panjang terbentang Dari kaki buaian Sampai ke tepi kuburan hamba Kuburan hamba bila mati Ada sajadah panjang terbentang Hamba tunduk dan sujud Di atas sajadah yang panjang ini Diselingi sekedar interupsi Mencari rezeki, mencari ilmu Mengukur jalanan sekarian Begitu terdengar suara azan Kembali tersungkur hamba Ada sajadah panjang terbentang Hamba tunduk dan rukuk Hamba sujud dan tak lepas kening hamba Mengingat dikau Sepenuhnya Karya: taufik ismail
GADIS PEMINTA-MINTA
Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil Senyummu terlalu kekal untuk kenal duka Tengadah padaku, pada bulan merah jambu Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok Hidup dari kehidupan angan-angan yang gemerlapan Gembira dari kemayaan riang Duniamu yang lebih tinggi dari menara katedral Melintas-lintas di atas air kotor, tapi yang begitu kau hafal Jiwa begitu murni, terlalu murni Untuk bisa membagi dukaku Kalau kau mati, gadis kecil berkaleng kecil Bulan di atas itu, tak ada yang punya Dan kotaku, ah kotaku Hidupnya tak lagi punya tanda
Pahlawan tak dikenal Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring Tetapi bukan tidur, sayang Sebuah lubang peluru bundar di dadanya Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang Dia tidak ingat bilamana dia datang Kedua tangannya memeluk senapang Dia tidak tahu untuk siapa dia datang Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang Wajah sunyi setengah tengadah Menangkap sepi padang senja Dunia tambah beku di tengah derap dan suara menderu Dia masih sangat muda Hari itu 10 november, hujan pun mulai turun Orang-orang ingin kembali memandangnya Sambil merangkai karangan bunga tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya sepuluh tahun yang lalu dia terbaring tetapi bukan tidur, sayang sebuah peluru bundar di dadanya senyum bekunya mau berkata aku sangat muda 1955 Karya: Toto Sudarto Bachtiar