You are on page 1of 5

HAMBATAN SISWA SMP DALAM BELAJAR IPAFISIKA

Oleh : Sunardi * A. Pendahuluan

Berdasarkan rata-rata perolehan NEM siswa yang masih rendah untuk mata pelajaran IPA menunjukkan bahwa siswa mengalami hambatan dalam belajar IPA, khususnya fisika. Hambatan belajar adalah keadaan dimana anak didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya. Dengan kata lain hambatan belajar adalah peristiwa yang menunjukkan bahwa dalam mencapai tujuan pengajaran, sejumlah siswa mengalami masalah yang bersifat menghambat untuk menguasai secara tuntas bahan yang dipelajari. Adanya hambatan ini mengakibatkan tujuan belajar tidak tercapai seperti yang diharapkan. Tujuan yang hendak dicapai dari suatu kegiatan proses belajar mengajar dirumuskan dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Seorang siswa dikatakan berhasil atau tuntas dalam suatu kegiatan proses belajar apabila dapat mencapai standar ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh suatu satuan pendidikan yang bersangkutan. Bagi siswa yang tidak dapat memenuhi standar ketuntasan minimal yang ditetapkan dikatakan bermasalah atau mengalami hambatan dalam belajar.

B. Hambatan siswa dalam belajar IPA-Fisika Menurut Roestiyah (1998), secara umum faktor-faktor yang menjadi menyebabkan hambatan dalam belajar terdiri dari : a. Faktor endogen, meliputi: 1) biologis: kesehatan, cacat badan, dan 2) perhatian, intelegensi. psikologis: minat,

b. Faktor eksogen, meliputi: 1) sekolah: interaksi guru murid, cara pengajaran, pengertian orang tua, suasana keluarga, dan 2) masyarakat: teman bergaul. Istilah lain dari faktor endogen adalah faktor internal, dan istilah lain faktor eksogen adalah faktor eksternal. Dalam kegiatan proses belajar fisika aspek-aspek yang hendak dicapai meliputi aspek kualitatif, kuantitatif dan aspek keterampilan. Misalnya pada pokok bahasan pengukuran, konsep mengukur merupakan aspek kualitatif, hasil mengukur suatu besaran merupakan aspek kuantitatif, dan bagaimana siswa dapat melakukan pengukuran dengan baik merupakan aspek keterampilan. Sesuai taksonomi Bloom, konsep pengukuran dan hasil pengukuran suatu besaran merupakan aspek kognitif, sikap jujur dalam mengukur merupakan aspek afektif dan bagaimana siswa dapat melakukan pengukuran dengan baik merupakan aspek psikomotorik. Apabila kondisi siswa diasumsikan wajar artinya faktor kesehatan, fasilitas, lingkungan, dan sebagainya tidak menemui masalah, maka hambatan yang ditemui siswa dalam belajar fisika dapat diidentifikasikan sebagai berikut: a. Hambatan yang berkaitan dengan minat Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu. Kurangnya minat terhadap mata pelajaran fisika menimbulkan kurangnya gairah belajar sehingga mengakibatkan

kurangnya intensitas belajar. b. Hambatan yang berkaitan dengan motivasi Motivasi adalah dorongan atau penggerak untuk melakukan sesuatu. Pada diri siswa motivasi dapat mempengaruhi siswa sehingga mempunyai semangat untuk aktif agar kegiatan belajar dapat tetap berjalan, motivasi juga mempengruhi siswa dalam memilih prioritas kegiatan untuk mengendalikan agar tujuan yang diinginkan dalam belajar dapat tercapai. (Nurdin Ibrahim, 2002:3). Adapun kurangnya motivasi pada diri siswa menyebabkan seorang siswa tidak sungguh-sungguh atau kurang bersemangat dalam melaksanakan kegiatan sehingga terhambat dalam mencapai tujuan belajar. c. Hambatan yang berkaitan dengan intelegensi dan bakat Intelegensi atau kecerdasan adalah daya reaksi atau penguasaan yang cepat dan tepat, baik secara fisik maupun mental terhadap pengalaman-pengalaman baru, membuat pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki siap untuk dipakai apabila dihadapkan pada fakta-fakta atau kondisi baru. Sedangkan bakat adalah dasar (kepandaian, sifat dan pembawaan) yang dibawa dari lahir. Intelegensi yang rendah pada seseorang menyebabkan lambat berpikir sehingga prestasi belajarnya kurang. Demikian halnya bakat seseorang yang tidak sesuai pada bidang tertentu menyebabkan prestasi pada bidang tersebut kurang. d. Hambatan yang berkaitan dengan cara siswa belajar Cara siswa belajar adalah teknik-teknik belajar yang digunakan siswa dalam belajar yang sangat mempengaruhi keberhasilan siswa. Termasuk cara belajar adalah bagaimana membaca, mencatat, membuat ringkasan, latihan soal, menghafal, berdiskusi, mengatur waktu dan tempat belajar, dan lain sebagainya. Cara belajar yang salah menyebabkan hasil belajar tidak efektif. e. Hambatan yang berkaitan dengan cara guru mengajar Cara guru mengajar adalah teknik-teknik yang digunakan guru dalam mengajar yang sangat mempengaruhi keberhasilan siswa. Termasuk cara guru mengajar adalah kesiapan, penguasaan materi, kemampuan menjelaskan/berkomunikasi. Cara guru mengajar yang tidak menarik akan membosankan siswa, sehingga hasil belajar siswa tidak seperti yang diharapkan. Secara rinci macam-macam hambatan yang ditemui siswa dalam belajar IPA-fisika adalah: (1) Siswa beranggapan belajar fisika tidak bermanfaat untuk memahami dan mengembangkan ilmu pengetahuan/teknologi, (2) Siswa malas mengulang pelajaran di rumah, (3) Siswa tidak tertarik dengan pelajaran fisika karena banyak hitungan matematiknya, (4) Siswa tidak termotivasi untuk menyelesaikan tugas-tugas pelajaran fisika dengan baik, (5) Siswa tidak termotivasi untuk mengajukan pertanyaan kepada guru terhadap hal-hal yang belum jelas dalam belajar fisika, (6) Siswa tidak termotivasi untuk giat belajar agar mendapat nilai yang baik dalam ulangan atau test, (7) Siswa tidak termotivasi untuk memusatkan perhatian pada materi pelajaran saat pelajaran sedang berlangsung di kelas, (8) Siswa sukar menyelesaikan soal yang melibatkan hitungan matematik, (9) Siswa sukar menyusun langkah yang akan ditempuh, hukum/rumus yang dipakai dalam memecahkan soal, (10) Siswa sukar memahami lambanglambang atau simbul-simbul yang ada dalam pelajaran fisika, (11) Cara belajar siswa yang pasif, jarang minta penjelasan lebih lanjut kepada guru bila ada materi pelajaran yang belum dimengerti/diketahui (belum paham), (12) Siswa jarang mengerjakan tugas yang diberikan guru, (13) Siswa jarang membaca bahan yang akan ajarkan di kelas, pada malam hari sebelumnya di rumah, (14) Guru jarang menyajikan pelajaran dengan memberikan contoh-contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari (kontekstual) sehingga pelajaran kurang menarik dan kurang menyenangkan, (15) Penjelasan guru sukar ditangkap (dipahami), tidak urut atau tidak lengkap, (16) Guru jarang memberikan tugas (PR), (17) Metode mengajar yang digunakan guru kurang

bervariasi.

C. Upaya mengatasi hambatan siswa dalam belajar IPA-Fisika Pada kesempatan ini, penulis menyarankan beberapa upaya untuk mengatasi hambatan siswa dalam belajar IPA-Fisika, yaitu : a. Memanfaatkan ICT (Teknologi Informasi dan Komunikasi) sebagai media pembelajaran. Sekarang ini telah tersedia berbagai program pembelajaran interaktif yang sangat mendukung kelancaran proses pembelajaran. Peristiwa-peristiwa abstrak yang tidak mungkin dapat diamati secara langsung dapat disimulasikan dengan program tersebut, misalnya gerak elektron mengelilingi inti atom, dsb. Penjelasan konsep akan lebih mudah dipahami siswa bila memanfaatkan media ini, dibanding dengsan penjalasan verbal biasa. Ada kesulitan berkaitan dengan mahalnya software pembelajaran tersebut, untuk itu guru bisa mencari alternative clip animasi pembelajaran di internet seperti di http://www. Edukasi.net. Sekarang sudah saatnya guru mulai akrab dengan presentasi power point dalam pembelajaran di kelas. Karena dengan bantuan power point animasi tampilan baik berupa grafik, diagram ataupun tulisan bisa kita atur sesuai yang dikehendaki. Tampilan ini jauh lebih menarik bagi siswa dibanding dengan tulisan bisa di atas papan tulis. Pihak sekolah juga sudah seharusnya mengupayakan peralatan multi media seperti LCD dan komputer, karena saat sekarang barang tsb sudah merupakan keperluan primer pendidikan disamping sarana lain seperti gedung, buku-buku dan peralatan laboratorium. b. Demo real ataupun virtual. Objek yang dipelajarai dalam pelajaran IPA Fisika adalah benda, dengan demikian siswa harus dihadapkan dengan peristiwa yang sesungguhnya, sehingga siswa dapat mengamati, memahami dan menghayati gejala yang terjadi. Tidak cukup bagi siswa belajar tentang peristiwa pemuaian hanya dengan mendengarkan penjelasan. Guru harus menunjukkan peristiwa itu secara riil dihadapan siswa. Demonstrasi juga memegang peranan penting untuk menggugah motivasi belajar siswa, juga merupakan stimulan bagi daya nalar dan daya pikir siswa. Untuk hal-hal tertentu yang sulit dilaksanakan demo secara real, terkait dengan ICT guru dapat mengambil potongan video tentang demonstrasi sains melalui internet. Sebagai contoh reaksi kimia yang menghasilkan energi panas, cahaya dan efek ledakan yang besar dapat kita demonstrasikan dengan memutar clip video peristiwa tersebut. Untuk keperluan ini guru bisa mengambil di http://www. youtube.com. c. Melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Eksperimen (percobaan) merupakan salah satu kegiatan pembelajaran IPA fisika yang dapat melibatkan secara aktif siswa, baik fisik, mental, perhatian, maupun pikiran. Ini terjadi karena siswa secara langsung berhadapan dengan proses, dimana didalamnya tahapantahapan kerja ilmiah terjadi. Ada beberapa kesulitan yang ditemui guru untuk melaksanakan kegiatan ini, misalnya keterbatasan alat dan sarana laboratorium serta sangat menyita waktu. Perlu ide kreatif guru untuk mengatasinya, misalnya dengan mencari alat atau bahan praktikum yang praktis dan mudah di dapat di sekitar kita. Pelaksanaan kegiatan juga dapat dilakukan di luar laboratorium misalnya di taman, aula atau tempat lain yang memungkinkan. Disamping memperhatikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dari kegiatan eksperimen, faktor keselamatan juga menjadi perhatian penting. Untuk kegiatan yang menggunakan alat atau bahan yang berbahaya misalnya api, bahan kimia, listrik dsb, perlu

pengawasan dan bimbingan serius dari guru. d. Memahami konsep bukan menghafal rumus. Sampai saat ini setiap belajar IPA fisika, dalam benak siswa pasti yang akan dipelajari adalah rumus-rumus rumit serta hitungan sulit yang memusingkan kepala. Untuk itu perlu ditanamkan kepada siswa bahwa penekanan dalam belajar IPA fisika adalah memahami konsep, sedangkan rumus adalah penurunan dari konsep tersebut. Jika ada rumus yang memamang perlu di ingat oleh siswa maka rumus tersebut adalah rumus dasar saja (Yohanes Surya, 2003), sementara rumus lain adalah turunan dari rumus itu. Sebagai contoh hukum Ohm menyatakan bahwa besarnya arus yang mengalir dalam suatu penghantar sebanding dengan besarnya tegangan bilai nilai hambatan penghantar tetap. Dari konsep ini bisa diturunkan rumus V = I . R, bila di gabungkan dengan hukum kirchoff , maka dapat diturunkan rumus turunan yang lain, misalnya nilai hambatan seri, paralel, sampai ke energi listrik. d. Memberikan tugas teknologi. Pemberian tugas kepada siswa hendaknya bukan hanya berupa soalsoal yang selalu berkaitan dengan rumus dan hitungan saja. Alangkah baiknya secara berkala siswa diberi tugas yang memotivasi siswa untuk memahami konsep yang lebih dalam. Contoh siswa diberi tugas untuk menjelaskan prinsip kerja lemari es yang ada dirumahnya, mulai dari menggambar bagan, bagian-bagian alat sampai proses kerjanya. Siswa diminta mengamati langsung serta mencari referensi dari sumber lain termasuk internet. Jika memungkinkan bisa juga siswa disuruh membuat model alat sederhana yang bekerja berdasarkan prinsip fisika, misalnya pompa air sederhana menggunakan bahan pralon. Tugas membuat presentasi kelompok dengan sumber langsung dari sumber terkait jika itu memungkinkan atau setidaknya dari perpustakaan atau internet juga sangat dianjurkan.

D. Penutup Dengan diketahuinya macam-macam hambatan yang ditemui siswa dalam belajar fisika tersebut, kiranya perlu mendapat perhatian bagi kita semua terutama guru dan orang tua serta pihak-pihak yang terkait dengan masalah pendidikan khususnya masalah pembelajaran IPA-fisika. Dengan diketahuinya macam-macam hambatan tersebut, bagi guru dapat djadikan rujukan prioritas mana yang akan menjadi perhatian dan penanganan, serta dapat merancang strategi tertentu dalam kegiatan pembelajaran (yang mengakomodir saran penulis di atas) agar tujuan pembelajaran fisika tercapai lebih memuaskan. Bagi orang tua siswa kiranya dapat lebih banyak memberi dorongan motivasi terhadap anak dalam belajar fisika serta lebih banyak memberi perhatian terhadap anak dalam belajar di rumah. ---

*) Guru IPA-Fisika SMP Negeri 1 Banjarmasin

Sumber Rujukan

Ibrahim, Nurdin (2002). Hasil belajar Fisika siswa SLTP terbuka Tanjung Sari Sumedang Jawa Barat. http://www.pdk.go.id/jurnal/31/hasil belajar fisika siswa sltp htm/ Roestiyah, N.K (1989). Masalah masalah ilmu keguruan. Jakarta : Bina Aksara. Surya, Yohanes (2003). Belajar Fisika yang Menyenangkan. Artikel dalam Buletin Pusat Perbukuan Vol. 8 Tahun 2003, Jakarta : Depdiknas.

http://smpn1bjm.sch.id/index.php?option=com_content&task=view&id=73&Itemid=80

You might also like