You are on page 1of 5

Penggerek Cabang dan Ranting (Xyleborus spp. dan Xylosandrus spp.

)
I W. Mudita & J.A. Londingkene Minat Perlindungan Tanaman, Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Undana Jl. Adicucipto, Penfui, Kupang, NTT

A. Nama Umum dan Klasifikasi OPT Xyleborus spp. dan Xylosandrus spp. diberi nama umum bahasa Indonesia penggerek cabang (Hindayana et al. 2002). Nama umum bahasa Inggris untuk hama tersebut adalah coffee borer atau ambrosia beetles (Kalshoven 1981, Tenbrink & Hara 1994). Nama umum untuk setiap spesies hama diberikan pada uraian mengenai spesies yang bersangkutan. Nama umum yang digunakan dalam tulisan ini adalah penggerek cabang dan ranting mengingat kumbang biasanya hanya menggerek padang cabang dan ranting muda. Klasifikasi Xyleborus dan Xylosandrus menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut: golongan Animalia, filum Arthropoda, kelas Insecta, ordo Coleoptera, famili Curculionidae, genus Xyleborus dan Xylosandrus, spesies Xyleborus fornicatus Eichh., Xylosandrus morigerus (Bldf.), dan Xylosandrus compactus Eichh. Sinonim X. morigerus adalah Xyleborus foffeae Wurth., sedangkan sinonim X. compactus adalah Xyleborus morstatti Hag. Selain spesies-spesies tersebut, penggerek cabang dan ranting yang dapat menyerang kopi adalah Xyleborus haberkorni Egg. (di daerah sangat lembab), Xylosandrus discolor (Bldf.), dan Dryocoetiops coffeae (Egg.) (Kalshoven 1981). B. Gejala Kerusakan Xyleborus dan Xylosandrus menggerek cabang dan ranting tanaman kopi, pada umumnya cabang dan ranting yang kulitnya masih hijau. Imago betina menggerek cabang atau ranting dari permukaan yang menghadap ke bawah, nula-mula melintang menuju empulur dan kemudian setelah mencapai empulur membuat lubang gerekan ke arah atas. Serpihan batang/cabang hasil penggerekan biasanya tampak pada permukaan daun bila di bawah cabang atau ranting kebetulan terdapat daun. Ketika membuat lubang gerekan imago membawa spora jamur ambrosia di dalam kantong misetangia di permukaan tubuhnya. Jamur ambrosia tersebut kemudian tumbuh di dalam lubang gerekan untuk menjadi satu-satunya bahan makanan kumbang dan larvanya. Jamur ambrosia (Ambrosiella spp. dan Raffaelea spp.) merupakan jamur non-patogenik, tetapi bersama dengan jamur ambrosia kumbang juga dapat membawa jamur Fusarium dan Ceratocystis yang patogenik terhadap tanaman. Daun cabang atau ranting yang digerek layu, menguning, dan mengering yang kemudian diikuti dengan mengeringnya batang/ranting di bagian atas lubang gerekan. Kehadiran jamur patogenik membantu mempercepat kematian cabang dan ranting.

(a) (b) (c) Gambar 1. Gejala Kerusakan Tanaman karena Serangan Penggerek Cabang dan Ranting: (a) Daun pada ranting yang digerek menjadi layu, (b) Daun pada ranting yang digerek menjadi kering, (c) Ranting mengering mulai dari di bagian atas lubang gerekan Sumber: foto lapangan. C. Biologi OPT Xyleborus fornicatus. Nama umum kumbang ini adalah penggerek pucuk teh (tea shot hole borer karena tanaman yang terutama diserangnya adalah teh. Imago cokelat gelap atau hitam mengkilat, berukuran 0,2 cm. Imago betina membuat lubang gerekan mula-mula ke arah empulur dan kemudian sepanjang empulur pucuk dan menggunakan lubang gerekan sebagai tempat meletakkan telur dan memelihara jamur ambrosia yang menjadi bahan makanannya. Kumbang ini menggerek banyak jenis tanaman, termasuk di antaranya kopi (Kalshoven 1981). Xylosandrus morigerus. Nama umum kumbang ini adalah penggerek kopi cokelat (brown coffee borer) karena imagonya berwarna cokelat. Imago betina yang berukuran 0,15 cm membuat lubang gerekan ke arah empulur dan selanjutnya, setelah mencapai empulur, ke arah atas di sepanjang empulur dengan lubang gerekan yang lebih besar dan tidak beraturan. Kumbang kawin di depan lubang gerekan dan meletakkan telur dalam lubang gerekan di sepanjang empulur. Sambil membuat lubang gerekan kumbang membawa spora jamur ambrosia yang kemudian tumbuh dan menjadi bahan makanan kumbang dan larvanya. Kumbang jantan berukuran lebih kecil dan tidak bersayap (Kalshoven 1981). Xylosandrus compactus. Imago betina berukuran panjang 0,16-0,18 cm, mulamula berwarna cokelat cerah tetapi dalam 3-4 hari berubah warna menjadi hitam mengkilap. Imago jantan berukuran panjang kira-kira setengah panjang imago betina, tidak dapat terbang, mula-mula berwarna cokelat cerah tetapi dalam 3-4 hari menjadi cokelat kemerah-merahan. Kumbang betina meletakkan telur di dalam lubang gerekan. Telur berukuran sangat kecil, kurang dari 0,1 cm, halus, dan berbentuk oval. Larva tidak berkaki, berwarna putih, terdiri atas 2 instar, memakan jamur ambrosia sebagai makanannya. Pupa mula-mula berwarna putih, tetapi kemudian menjadi cokelat cerah dengan sayap hitam (betina)(Hara & Beardsley 1979).

D. Daur Hidup OPT Xyleborus fornicatus. Tidak tersedia informasi mengenai daur hidp kumbang ini. Xylosandrus morigerus. Kumbang bertelur sambil terus menggerek sehingga di dalam lubang gerekan terdapat sampai 80 telur dan larva berbagai instar. Perkembangan dari telur sampai dewasa memerlukan waktu 3 minggu. Perkawinan terjadi di depan lubang gerekan (Kalshoven 1981). Xylosandrus compactus. Telur menetas 3-5 hari setelah diletakkan, stadium larva berlangsung selama 7 hari, dan pupa selama 6 hari (Hara & Beardsley 1979). Perkawinan terjadi di dalam lubang gerekan, sedangkan imago betina yang menetas dari pupa keluar lubang melalui lubang masuk yang dibuat induknya untuk mulai menggerek lubang baru pada pucuk atau ranting yang disukai (Hara & Beardsley 1979, Kalshoven 1981). Menurut Brader dalam Kalshoven (1981), 15 jam setelah menggerek, kumbang betina beristirahan selama 30 jam. Selama waktu istirahat ini jamur ambrosia tumbuh untuk menyediakan makanan bagi larva yang akan menetas. Setelah masa praoviposisi selama 1 minggu, kumbang betina meletakkan 30-50 telur dalam kelompok yang terdiri atas 8-15. Larva menetas setelah 5 hari dan berkembang selama 10 hari sebelum memupa. Stadium pupa berlangsung selama 7 hari. E. Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Populasi dan Serangan Faktor yang berpengaruh penting terhadap perkembangan populasi dan serangan penggerek cabang dan pucuk adalah kelembaban udara. Kelembaban udara yang selalu tinggi terjadi pada musim hujan di daerah-daerah dengan curah hujan tinggi. Kelembaban udara yang tinggi diperlukan bukan untuk perkembangan kumbang, melainkan untuk petumbuhan jamur ambrosia di dalam lubang gerekan yang selanjutnya menentukan pertumbuhan larva dan keperidian kumbang betina dewasa. Selain kelembaban udara yang tinggi, penggerek cabang dan ranting terutama menyerang kopi tipe arabika dan tanaman yang kurang terpelihara atau yang telah dilemahkan oleh serangan OPT lain. F. Kisaran Inang dan Kemampuan Merusak Xyleborus fornicatus. Kumbang ini terutama menyerang teh, tetapi selain itu juga menyerang kopi dan berbagai tumbuhan lain. Kemampuan merusak tanaman kopi pada umumnya rendah karena bukan merupakan tanaman inang utama. Xylosandrus morigerus. Kumbang ini menyerang berbagai jenis tumbuhan, di antaranya kopi (terutama tipe robusta), kakao, apokat, mahoni. Kadang-kadang juga menyerang buah kopi bersama-sama dengan Hypothemus hampei (Kalshoven 1981). Kumbang ini dapat sangat merusak, terutama pada kopi robusta di daerah dengan curah hujan dan kelembaban udara tinggi. Xylosandrus compactus. Kumbang ini menyerang tanaman kopi (terutama robusta), kakao, mangga, lamtoro, dan berbagai jenis semak. Kumbang ini dapat sangat merusak, terutama pada kopi robusta di daerah dengan curah hujan dan kelembaban udara tinggi. G. Sebaran di Luar dan di Wilayah Penelitian Penggerek cabang dan ranting tersebar luas di negara-negara penghasil kopi di Asia dan Afrika. Di AS telah tersebar di Hawaii dan di negara-negara bagian di Tenggara (Tenbrink & Hara 1994). Di Indonesia tersebar di seluruh pusat budidaya kopi, termasuk di wilayah Provinsi NTT. Di wilayah penelitian penggerek cabang dan ranting ditemukan di ketiga kabupaten. Sebaran di setiap kabupaten dan tingkat kerusakan yang ditimbulkan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Wilayah Sebaran Penggerek Buah dan Ranting (Xyleborus fornicatus Eichh., Xylosandrus morigerus (Bldf.), Xylosandrus compactus Eichh.) dan Kategori Kerusakan yang Ditimbulkan pada Tanaman Kopi di Kecamatan-kecamatan di Kabupaten Ende, Kabupaten Sikka, dan Kabupaten Flores Timur
Kabupaten Ende Kategori Absen Ringan Sedang Berat Absen Ringan Sedang Berat Absen Ringan Sedang Berat Kecamatan Sebaran Maurole Lio Timur, Ndona, Ndona Timur, Pulau Ende Detusoko, Ende, Ende Selatan, Kotabaru, Maukaro, Nangapanda, Wewaria, Wolojita Detukeli, Kelimutu, Wolowaru Alok, Pulau Palue Kewapante, Maumere, Paga Lela, Mego, Talibura, Waigete Bola, Nita Ile Boleng, Solor Timur, Titehena, Wulanggitang Ile Mandiri, Klubanggolit, Larantuka, Solor Barat, Tanjung Bunga Adonara Barat, Adonara Timur, Witihama Wotan Ulumado

Sikka

Flores Timur

Sumber: Hasil analisis data pengamatan lapangan dan pemeriksaan laboratorium H. Pengelolaan OPT Mekanik. Tidak tersedia informasi pengendalian secara mekanik terhadap penggerek cabang dan ranting. Fisik. Cabang dan ranting terserang dipangkas dan kemudian dibakar. Kimiawi. Klorpirifos dapat menimbulkan mortalitas sampai 80% terhadap seluruh fase pertumbuhan penggerek cabang dan ranting di Florida (Mangold et al. 1977). Hata & Hara dalam Tenbrink & Hara (1994) melaporkan klofpirifos menimbulkan kematian 100% pada kumbang dewasa. Komisi Pestisida (1999) tidak memberikan rekomendasi jenis insektisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan penggerek cabang dan ranting. Alami dan Hayati. Musuh alami X. morigerus dan X. compactus adalah eulophid Tetrastichus xylebororum Dom.(Kalshoven 1981). Budidaya. Pengendalian secara budidaya dilakukan dengan pemangkasan tanaman pelindung dan cabang untuk mengurangi kelembaban di sekitar tanaman kopi (Tenbrink & Hara 1994). Daftar Pustaka Hara, A. H., & J. W. Beardsley, Jr. 1979. The biology of the black twig borer, Xylosandrus compactus (Eichhoff), in Hawaii. Proc. Hawaiian Entomol Soc. 18 (1):55-70. Hindayana, D., D. JudawiD. Priharyanto, G.C. Luther, G.N.R. Purnayasa, J. Mangan, K. Untung, M. Sianturi, P. Mundy, & Riyatno 1992. Musuh Alami, Hama, dan Penyakit Tanaman Kopi. Proyek PHT Perkebunan Rakyat, Direktorat Perlindungan Perkebunan, Direktorat Jenderal Bina Produksi Perkebunan, Departemen Pertanian, Jakarta. Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Revised and translated by P.A. van der Laan with the assistant of G.H.L. Rothschild. PT Ichtiar Baru-van Hoeve, Jakarta. Komisi Pestisida 1999. Pestisida untuk Pertanian dan Kehutanan. Komisi Pestisida Departemen Pertanian, Jakarta. Mangold, J. R., R. C. Wilkinson, & D. E. Short 1977. Chlorpyrifos sprays for control of Xylosandrus compactus in flowering dogwood. J Econ. Ent. Soc. 70:789-790.

Tenbrink, V.L., & A.H. Hara 1994. Xylosandrus compactus (Eichhoff). Crop Knowledge Master. Website:

You might also like